Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH MEKANISME PASAR MENURUT FILOSUF

EKONOM MUSLIM

Dibuat untuk Memenuhi Tugas UAS yang diajukan kepada Dosen


Mata Kuliah
ILMU EKONOMI MAKRO SYARIAH

Dr. Habriyanto, M.E.I

Disusun oleh:
LENI SAFITRI
Nim: 802201005
KELAS: PLKS 2A

PROGRAM STUDI
PERBANKAN DAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2021 M

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karuniaNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
Overview Ekonomi Islam ini. Selanjutnya tak lupa pula penulis haturkan sholawat dan
salam kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW, yang telah berjuang membawa umat
Islam ke zaman yang penuh ilmu Pengetahuan dan ketaqwaan seperti saat, ini insyaAllah
Aamien.

Para teman-teman pembaca yang budiman, makalah ini merupakan langkah


dalam proses perkuliahan Ilmu Ekonomi Makro Syariah. Makalah ini akan membahas:
Mekanisme Pasar menurut filosof muslim atau menurut ulama muslim.

Penulisan makalah ini memang belum sempurna, masih banyak kekurangan dan
dalam proses penulisan masih banyak sekali keterbatasan yang penulis hadapi. Penulis
berharap kekurangan dalam makalah ini bisa diperbaiki pada waktu kedapan, dan penulis
berharap ada masukan yang membangun dari para pembaca.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam


penyelesaian makalah ini. Semoga Allah SWT membalas kebaikan teman-teman dan
memberikan pahala yang berlipat ganda, Aamien. Bagi penulis sendiri, semoga makalah
ini menjadi suatu amal yang bermanfaat dan mempunyai nilai kebaikan di sisi Allah,
Aamien.

Jambi, 10 Juni 2021

Leni Safitri

2
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................................................5
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN
A. Mekanisme Pasar dalam Islam.........................................................................6
B. Mekanisme Pasar Menurut Abu Yusuf, Al-Ghazali dan Ibn Taimiyyah..........8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.................................................................................................15
B. Saran................................................................................................................15

DAFTAR ISI

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Periodesasi sejarah pemikiran ekonomi Islam ini menurut Muhammad Aslam
Haneef, Muhammad Siddiq, serta Adiwarman Azwar Karim dibagi dalam tiga periode
besar yang kemudian di petakan dalam enam tahap. Tiga periode besar ini menurut Irfan
Syauqi Beik ialah Periode Klasik Ekonomi Islam (Masa Rasulullah- 1500 M, pada masa
runtuhnya Andalusia), periode stagnansi dan transisi (1500M-1950M), dan periode
resurgensi atau biasa disebut dengan periode kebangkitan kembali (1950M-sekarang). 1

Sedangkan tahapannya dibagi menjadi enam tahap yang diawali pada masa
Rasulullah (632-656M), kemudian masa Khulafaur Rasyidin, masa kalangan cendikiawan
ekonomi Islam periode awal (738-1037M), tahap keempat (1058-1448M) periode Al-
Ghazali, Ibnu Taimiyah, Ibnu Khaldun dll, tahap kelima (1446-1931M) periode
Muhammad bin Abdul Wahab, Mufti Muhammad Abduh, dll, serta periode lanjut
(1931M sekarang).2

Pada masa periodesasi sejarah tersebut, terdapat periode stagnansi atau transisi
dimana pada masa itu kaum muslimin mengalami kemunduran, dan kaum Barat mulai
bangkit dan menguasai peradaban secara perlahan. Masa itu sering kita kenal dengan
sebutan masa renaissance atau kelahiran kembali. Pada masa ini bangsa Barat yang mulai
lebih menghargai etika dan pengetahuan mengalami kebangkitan dan kemajuan, serta
perlahan-lahan berbagai pemikiran dan teori mengenai perekonomian muncul. Celakanya
pada masa periode ini, beberapa pemikir ekonomi yang mengeluarkan tulisan terkait hal
tersebut seakan memotong tali sejarah terhadap peradaban emas Islam yang membawa
pemahaman serta ilmu pengetahuan pada dunia Barat.
Para ulama klasik tidak hanya berkutat sebatas persoalan ibadah ritual saja, tetapi
juga menaruh perhatian pada masalah perekonomian masyarakat bahkan diindikasikan
teori-teori ekonomi konvensional modern merupakan adopsi dari hasil pemikiran mereka.
Diantara mereka ialah Abu Yusuf, AL Ghazali, Ibn Taimiyah dan Ibnu Khaldun.

Pasar adalah sebuah mekanisme pertukaran barang dan jasa yang alamiah dan

1
Irfan Syauqi Beik “Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam” (http://www.pancabudi.ac.id/news/news/2013-04-
14~sejarah-pemikiran-ekonomi-islam, Diakses pada 19 Maret 2021, 19:38)
2
Havis Aravik, “Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Kontemporer” (Depok: Kencana, 2017) , hlm.4

4
telah berlangsung sejak peradaban awal manusia. Islam menempatkan pasar pada
kedudukan yang penting dalam perekonomian. Praktik ekonomi pada masa Rasulullah
dan Khullafaurrasyidin menunjukan adanya peranan pasar yang besar. Rasulullah sangat
menghargai harga yang dibentuk oleh pasar sebagai harga yang adil.

Beliau menolak adanya suatu price intervention seandainya perubahan harga


terjadi karena mekanisme pasar yang wajar. Namun, pasar di sini mengharuskan adanya
moralitas, anatara lain: persaingan yang sehat (fair play), kejujuran (honesty),
keterbukaan (transparancy), dan keadilan (justice). Jika nilai-nilai ini telah ditegakkan,
maka tidak ada alasan untuk menolak harga pasar. 3

Catatan sejarah memaparkan bagaimana Rasulullah menghargai mekanisme pasar


sebagai sebuah sunnatullah yang harus dihormati. Pandangan tentang pasar dan harga dari
beberapa pemikir besar muslim seperti Abu Yusuf, Al-Ghazali, Ibn Khaldun, Ibn
Taimiyah juga diungkap. Pemikiran-pemikiran mereka tentang pasar ternyata sangat
canggih dan tergolong futuristik jika dipandang pada masanya. Pemikiran-pemikran
mereka tentu saja merupakan kekayaan khasanah intelektual yang sangat berguna pada
masa kini dan masa depan. Selanjutnya dipaparkan bagaimana mekanisme kerja pasar
serta faktor-faktor yang memengaruhinya. Beberapa bentuk transaksi bisnis yang
dianggap tidak Islami yang umum dipraktikan masyarakat Arab pada waktu itu.

Dari pembahasan diatas penulis akan membahas tentang mekanisme pasar


sebagaimana dikonsepkan oleh ekonom muslim.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana Mekanisme Pasar Islam?
b. Bagaimana Mekanisme Pasar menurut Ekonom Muslim yaitu Abu Yusuf , Al
Ghazali dan Ibn Taimiyyah?

C. Tujuan Pembahasan
1. Memahami Mekanisme Pasae dalam Perspektif Islam
2. Memahami Mekanisme Pasar menurut Ulama

BAB II
3
Disarikan dari MM. Metwally, (1995), Teori dan Model Ekonomi Islam, (Jakarta: PT. Bangkit Daya Insana),
hlm. 1-6.

5
PEMBAHASAN

A. Mekanisme Pasar Dalam Ekonomi Islam


Ekonomi Islam dibangun atas dasar agama Islam, karena itu ia merupakan bagian
tak terpisahkan (integral) dari agama Islam. Sebagai derivasi dari agama Islam, ekonomi
Islam mengikuti agama Islam dalam berbagai aspeknya. Islam adalah sistem kehidupan
(way of life), di mana Islam telah menyiapkan berbagai perangkat aturan yang lengkap
bagi kehidupan manusia, termasuk dalam bidang ekonomi. Beberapa aturan bersifat pasti
dan berlaku permanen, sebagian yang lain bersifat kontekstual sesuai dengan situasi dan
kondisi.4
Berbicara mengenai mekanisme pasar dalam dasar hukum Islam yang pertama
yaitu al Qur’an, tentu saja al Qur’an sebagai dasar filosofi hidup manusia tidak
memberikan aturan secara jelas tentang apa itu mekanisme pasar. Namun demikian
sebagai manusia yang dilengkapi akal maka kita akan dapatkan aturan main tentang pasar
yaitu seperti apa yang tersebut dalam al Qur’an surat An-Nisa (4) ayat 29,yang artinya:

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh
dirimu, Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

M. Quraish Shihab dalam tafsirnya al-Misbah menafsirakan ayat tersebut (QS.


An-Nisa (4): 29) sebagai berikut. Dalam konteks ekonomi, ayat tersebut menyebutkan
beberapa prinsip penting dalam berekonomi. Pertama adalah kata Amwaalakum

Yang dimaksud adalah harta yang beredardalam masyarakat. 5 Kedua adalah Bil baathil
4
M. Nadratuzzaman Hosen, A.M. Hasan Ali, dan Bahrul Muhtasib, Materi Dakwah Ekonomi Syariah, (Jakarta:
PKES, 2008), hal 21-22.
5
M. Quraish Shihab, Tafsir al Misbah (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 412.

6
yakni pelanggaran terhadap ketentuan agama atau persyaratan yang disepakati. Dalam
konteks ini, Nabi Muhammad saw. Bersabda, “Kaum muslimin sesuai dengan (harus
menepati) syarat-syarat yang mereka sepakati, selama tidak menghalalkan yang haram
atau mengharamkan yang halal”. 6 Dan selanjutnya adalah kata yang mengharuskan
adanya kerelaan kedua belah pihak yaitu prinsip‘an taradhin minkum. Walaupun kerelaan
adalah hal yang tersembunyi di dalam hati, tetapi indikator dan tanda-tandanya dapat
terlihat. Ijab dan kabul, atau apa saja yang dikenal dalam adat kebiasaan sebagai serah
terima adalah bentuk-bentuk yang digunakan hukum untuk menunjukkan kerelaan.7
Dalam pandangan Islam pasar merupakan wahana transaksi ekonomi yang ideal 8.
Ajaran Islam berusaha menciptakan suatu keadaan pasar yang di bingkai oleh nilai-nilai
syariah, meskipun tetap dalam suasana yang bersaing. Dengan kata lain konsep Islam
tentang pasar yang ideal adalah Perfect Competition Market Plus, yaitu plus nilai-nilai
syariah Islam. Konsep dan kaidah umum dalam sistem ekonomi Islam yang bertujuan
untuk memotivasi bergairahnya kegiatan ekonomi melalui mekanisme pasar, yang mana
profit bukanlah merupakan tujuan akhir dari kegiatan investasi ataupun bertransaksi.
Dalam konsep profit, dalam buku Said Sa’ad Marthon, Al Jaziri menjelaskan “Jual beli
yang dilakukan oleh manusia bertujuan untuk mendapatkan profit. Sumber kecurangan
bisa berasal dari laba yang diinginkan. Setiap penjual dan pembeli berkeinginan untuk
mendapatkan laba yang maksimal. Syariah tidak melarang adanya laba dalam jual beli.
Syariah juga tidak membatasi laba yang harus dihasilkan. Akan tetapi syariah hanya
melarang adanya penipuan, tindak kecurangan, melakukan kebohongan atas kebaikan
barang, serta menyembunyikan aib yang terdapat dalam suatu barang” 9.
Dalam konsep ekonomi Islam, proses alokasi harus disesuaikan dengan nilai-nilai
syariah yang universal. Norma-norma itu antara lain: persaingan yang sehat (fairplay),
kejujuran (honesty), keterbukaan (tranparancy) dan keadilan (justice) 10. Untuk menjaga
hak-hak pelaku pasar (penjual dan pembeli) dan menghindarkan transaksi yang
menyebabkan penyimpangan dalam pasar serta mendorong pasar untuk mewujudkan
kemaslahatan individu maupun masyarakat dibutuhkan suatu aturan dan kaidah-kaidah
umum yang dapat dijadikan sebagai sandaran.

6
Ibid., hlm. 413
7
Ibid.
8
Mawardi,op. cit. hlm. 99.
9
Said Saad Marthoon, Ekonomi Islam, (Jakarta : Zikrul Hakim, 2004), Cet. Ke-1, hlm. 79.
10
Mawardi, op.cit., hlm. 107

7
Agar mekanisme pasar dapat berjalan dengan baik, maka nilai-nilai moralitas
mutlak harus ditegakkan. Secara khusus nilai moralitas yang mendapat perhatian penting
dalam pasar adalah persaingan yang sehat, kejujuran, keterbukaan dan keadilan. Nilai-
nilai moralitas ini memiliki akar yang kuat dalam ajaran Islam, sebagaimana dicantumkan
dalam berbagai ayat al-Qur’an. Untuk itulah Rasululullah telah menetapkan beberapa
larangan terhadap praktik-praktik bisnis negatif yang dapat mengganggu mekanisme
pasar yang Islami.

B. Mekanisme Pasar Menurut Pandangan Ulama


1. Mekanisme Pasar Menurut Abu Yusuf (731-798 M)
Pemikiran Abu Yusuf tentang pasar dapat di jumpai dalam bukunya Al-Kharaj
yang membahas prinsip-prinsip perpajakan dan anggaran negara yang menjadi pedoman
Kekhalifahan Harun Al-Rasyid di Baghdad. Ia menyimpulkan bekerjanya hukum
permintaan dan penawaran pasar dalam menentukan tingkat harga, meskipun kata
permintaan dan penawaran ini tidak ia katakan secara eksplisit. Selain itu dalam bukunya
secara implasi juga dijelaskan bahwa, harga bukan hanya ditentukan oleh penawaran saja,
tetapi juga permintaan terhadap barang tersebut. Bahkan mempengaruhi harga, misalnya
jumlah uang beredar di negara itu, penimbunan atau penahanan suatu barang, atau
lainnya.11
Abu Yusuf ialah ulama pertama yang menyinggung mekanisme pasar, ia
meneliti peningkatan dan penurunan produksi dalam kaitannya dengan perubahan harga.
Fenomena umum inilah yang kemudian dikritisi oleh Abu Yusuf. Pemahamannya tentang
hubungan antara harga dan kuantitas hanya memperhatikan kurva demand. Ia membantah
fenomena tersebut karena tidak selalu terjadi bahwa bila persediaan barang sedikit harga
akan mahal dan bila persediaan melimpah harga akan menjadi murah.
Fenomena yang berlaku pada amasa Abu Yusuf dapat dijelaskan dalam teori
permintaan yang mana teori ini menjelaskan hubungan antara harga dengan banyaknya
kuantitas yang diminta Menunjukkan bahwa pengaruh harga terhadap jumlah permintaan
suatu komoditi adalah negatif, apabila terjadi kelangkaan barang maka harga cenderung
akan tinggi dan juga sebaliknya apabila barang tersebut melimpah maka harga akan
cenderung turun atau lebih rendah. Sehingga hukum permintaan mengatakan bila harga
komoditi naik akan menyebabkan penurunan jumlah komoditi yamg dibeli dan juga jika
11
Lihat Abu Yusuf ibn Ya’qub ibn Ibrahim, (1979), Kitab al-Kharaj, (Beirut: Dar alMa’rifah li ath-Thiba’ah wa
an-Nasyr) atau lihat Abul Hasan M. Sadeq dan Aidit Ghazali (eds.), (1992), Readings in Islamic Economic Thought
(Malaysia: Longman Malaysia, hlm. 15-16.

8
harga turun maka konsumen akan meningkatkan jumlah komoditi yang akan dibeli.
Abu Yusuf menyatakan: “Kadang-kadang makanan berlimpah tetapi tetap mahal
dan kadang-kadang makanan sangat sedkit tetapi murah.” 12
Dari sini dapat dipahami bahwa Abu Yusuf menegaskan ada beberapa variabel
lain yang berlaku disini, yang bukan hanya karena hukum permintaan dan penawaran.
Atau dengan kata lain peningkatan atau penurunan harga tidak selalu berkaitan dengan
penurunan dan peningkatan produksi. Bisa jadi karena adanya distorsi pada distribusi,
yang disengaja untuk merusak daya beli masyarakat pada kondisi pasar normal dan
terbuka, seperti terjadinya penimbunan barang ataupun lainnya. Untuk itu pada kondisi
ini, negara dapat berperan sebagai pengawas atau regulator yang menjamin kebebasan,
kesempurnaan dan keterbukaan pasar13 .
Abu Yusuf mengatakan bahwa setiap benda yang apabila ditahan (ditimbun)
menyebabkan gangguan bagi manusia adalah monopoli. Semakin meningkat kebutuhan
orang terhadap barang tersebut semakin besar pula dosa orang yang memonopolinya,
terutama adalah bahan makanan, terutama lagi bahan pokok yang mendesak 14
Abu Yusuf menentang penguasa yang menetapkan harga. Hasil panen yang
berlimpah bukan alasan untuk menurunkan harga panen dan sebaliknya kelangkaan tidak
mengakibatkan harganya melambung. Fakta di lapangan menunjukan bahwa ada
kemungkinan kelebihan hasil dapat berdampingan dengan harga yang tinggi dan
kelangkaan dengan harga yang rendah15.
Argumennya didasarkan pada hadits Rasullullah SAW sehubungan dengan
adanya kenaikan harga-harga barang:

Artinya: Dari Anas, ia berkata: Orang-orang berkata, “Wahai Rasulullah, harga


telah naik, maka tetapkanlah harga untuk kami”. Lalu Rasulullah SAW
bersabda, “sesungguhnya Allah yang menetapkan harga, yang
mempersempit, dan memperluas, dan aku berharap bertemu dengan
Allah sedangkan salah seorang dari kalian tidak menuntutku karena
kezhaliman dalam darah atau harta” 16

12
Adiwarman R. Karim. Ekonomi Mikro Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada) hlm. 19
13
Mustafa Edwin Nasution, op. cit, hlm. 167.
14
Yusuf Qardawi, Norma Dan Etika Dalam Ekonomi Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), Cet. Ke-1,
hlm. 191.
15
Heri Sudarsono, op. cit., h. 152.
16
Muhammad Nashiruddin al-Albani, Shahih Sunan Ibnu Majah, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), Cet. Ke-2,
hlm. 317.

9
Dapat diketahui bahwa para penguasa pada periode itu umumnya memecahkan
masalah kenaikan harga dengan menambah suplai bahan makanan dan mereka
menghindari kontrol harga. Kecenderungan yang ada dalam ekonomi Islam adalah
membersihkan pasar dari praktik penimbunan, monopoli, dan praktik korup lainya dan
kemudian membiarkan penentuan harga kepada kekuatan permintaan dan penawaran.
Abu Yusuf tidak dikecualikan dalam hal kecenderungan ini 17.

Sistem pasar yang islami menurut Abu Yusuf ialah penentuan harga dilakukan
kekuatan-kekuatan pasar yaitu kekuatan demand dan supplay, bertemunya antara supplay
dan demand ini harus terjadi secara rela dengan tingkat harga tertentu. Sesuai dengan
perintah al-Qur’an surat an-nisa ayat 29.

Dapat dilihat bahwa pemikiran Abu Yusuf menggambarkan adanya batasan-


batasan tertentu bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan harga. Islam tidak hanya
mengatur tentang mekanisme pasar, transaksi dan perdagangan, namun Islam juga
menyediakan mekanisme pengawasan pasar agar tercipta pelaksanaan hukum terhadap
aturan-aturan tersebut.

Dalam hal mekanisme pasar Abu Yusuf memberikan pandangan yang berbeda
dengan pendapat umum, dimana harga mahal bukan berarti terdapat kelangkaan barang
dan harga yang murah bukan berarti jumlah barang melimpah, tetapi ada variabel lain
yang menentukan pembentukkan harga. Abu Yusuf juga menentang penguasa
menetapkan harga. Namun Beliau juga membolehkan intervensi harga di pasar dalam
keadaan tertentu.

2. Evolusi Pasar Menurut Al-Ghazali (1058-1111 M)18


Al-Ihya Ulumuddinkarya Al-Ghazali banyak membahas topik-topik ekonomi,
termasuk pasar. Dalam karyanya tersebut ia membicarakan barter dan permasalahannya,
pentingnya aktivitas perdagangan dan evolusi terjadinya pasar, termasuk bekerjanya
kekuatan permintaaan dan penawaran dalam mempengaruhi harga. Al-Ghazali menyadari
kesulitan yang timbul akibat sistem barter yang dalam istilah ekonomi modern disebut
double coincidence, dan karena itu diperlukan suatu pasar. Selain itu Al-Ghazali juga
telah memahami suatu konsep, yang sekarang kita sebut elastisitas permintaan. Hal ini

17
Adiwarman Karim, op. cit, h. 253.
18
Abul Hasan M. Sadeq, “al-Ghazali on Economic Issues and Some Ethico-Juristic Matters Having
Implications for Economic Behaviour”, dalam Abul Hasan M. Sadeq dan Aidit Ghazali (Ed), Readings in Islamic
Economic Thought (Malaysia: Longman Malaysia), hlm. 95-96.

10
tampak jelas dari perkataaannya bahwa mengurangi margin keuntungan dengan menjual
harga yang lebih murah akan meningkatkan volume penjualan, dan ini pada gilirannya
akan meningkatkan keuntungan.

a. Sejarah Mekanisme Pasar Menurut Al-Ghazali


Bagi al-Ghozali pasar merupakan bagian dari keteraturan alami (natural order)
secara rinci beliau menjelaskan dalam kitab Ihya Ulum al-Din bagaimana evolusi pasar
tercipta, beliau mengatakan:

“Dapat saja petani hidup di tempat alat-alat pertanian tidak tersedia. Sebaliknya,
pandai besi dan tukang kayu hidup di mana lahan pertanian tidak ada. Jadi, petani
membutuhkan pandai besi dan tukang kayu, dan mereka pada gilirannya membutuhkan
petani. Secara alami, masingmasing akan ingin untuk memenuhi kebutuhannya dengan
memberikan sebagian miliknya untuk dipertukarkan. Dapat pula terjadi tukang kayu
membutuhkan makanan dengan alat-alatnya, tetapi petani tidak membutuhkan alat-alat
tersebut. Atau, jika petani membutuhkan alat-alat tukang kayu tidak membutuhkan
makanan. Keadaan ini menimbulkan masalah.oleh karena itu, secara alami pula orang-
orang akan terdorong untuk menyediakan tempat penyimpanan alat-alat di satu pihak dan
tempat penyimpanan hasil pertanian di lain pihak. Tempat inilah yang kemudian
didatangi pembeli sesuai kebutuhannya masing-masing sehingga terbentuklah pasar.
Petani, tukang kayu dan pandai besi yang tidak bisa langsung melakukan barter, juga
terdorong juga pergi ke pasar ini. Bila di pasar juga tidak ditemukan orang yang mau
melakukan barter, ia akan menjual pada pedagang dengan harga yang relatif murah untuk
kemudian disimpan sebagai persedian. Pedagang kemudian menjualnya dengan satu
tingkat keuntungan. Hal ini berlaku untuk setiap jenis barang”.

b. Etika perilaku pasar


Dalam pandangan al-Ghozali pasar haru berfungsi berdasarkan etika dan moral
para pelakunya. Secara khusus ia memperingatkan larangan mengambil keuntungan
dengan cara menimbun makanan dan barang-barang dasar kebutuhan lainnya.
Penimbunan barang merupakan kezaliman yang besar, terutama di saat-saat terjadi
kelangkaan, dan para pelakunya harus dikutuk.
Ia menganggap iklan palsu sebagai salah satu kejahatan pasar dan harus dilarang.
Lebih jauh, ia memperingatkan para pedagang agar tidak memberikan informasi yang

11
salah mengenai berat, jumlah atau harga barang penjualannya. Iklan-iklan yang bersifat
informatif dan tidak berlebihan dapat diterima. Namun demikian menurut al-Ghozali,
menunjukkan kwalitas yang sudah nyata dari suatu barang merupakan kemubaziran. Ia
sangat menekankan kebenaran dan kejujuran dalam bisnis. oleh karena itu, ia mengutuk
praktek-praktek pemalsuan, penipuan dalam mutu barang dan pemasaran, serta
pengendalian pasar melalui perjanjian rahasia dan manipulasi harga.

c. Mekanisme Harga
Walaupun al-Ghozali tidak menjelaskan konsep permintan dan penawaran dalam
istiah-istilah modern, namun beberapa paragraf tulisannya menunjukkan konsep
permintaan dan penawaran. Menurut pandangan al-Ghozali untuk kurva penawaran “naik
dari kiri bawah ke kanan atas” dinyatakan sebagai “jika petani tidak mendapatkan
pembeli barangnya, maka ia akan menjualnya dengan harga murah” sementara untuk
kurva permintaan “turun dari kiri atas ke kanan bawah” dijelaskan pula oleh beliau
sebagai “ harga dapat diturunkan dengan mengurangi permintaan”.

d. Urgensi Konsumsi
Al-Ghozali sangat memahami urgensi konsumsi dan keniscayaannya dalam
kehidupan, sehingga pemikiran ekonomi alGhozali tentang urgensi konsumsi dapat
dilihat sebagai berikut:

1) Konsep al-Ghozali tentang pemenuhan kebutuhan seperti yang telah dijalaskan


sebelumnya tentang kebutuhan dan keinginan. Di antara bukti yang lain adalah
bahwa alGhozali dalam teori produksi banyak memfokuskan untuk kebutuhan
manusia
2) Al-Ghozali berpendapat bahwa setiap orang bertanggung jawab atas pemenuhan
kebutuhannya masing-masing dan harus mengusahakannya semaksimal mungkin.
3) Bahwa al-Ghozali selalu menekankan untuk mengkonsumsi yang halal dan tayyib
dan menjauhi yang haram.

e. Teori Distribusi
Al-Ghozali sangat menghormati keadilan sebagai sesuatu yang krusial dan
fundamental.tanpa kondisi keadilan dan kebaikan niscaya manusia tidak bisa mencapai
kehidupan yang layak baik di dunia maupun di akherat.
Walaupun al-Ghozali tidak menggunakan terminologi modern, al-Ghozali telah

12
mengidentifikasi dengan jelas berbagai jenis dan fungsi ekonomi yang dijalankan oleh
negara. Ia menitik beratkan bahwa untuk meningkatkan kemakmuran ekonomi, negara
harus menegakkan keadilan, kedamaian, dan keamanan, serta stabilitas. Ia menekankan
perlunya keadilan serta peraturan yang adil dan seimbang. Berikut adalah ungkapan al-
Ghozali tentang pentingnya sebuah negara untuk menciptakan suasana tersebut:

“Tentara diperlukan untuk mempertahankan dan melindungi orang dari rampok.


Harus ada pengadilan untuk menyelesaikan sengketa. Hukum dan peraturan diperlukan
untuk mengawasi perilaku orang-orang dan stabilitas sosial. Hal itu merupakan fungsi
penting pemerintah yang hanya dapat dijalankan oleh ahlinya, mdan apabila mereka
terlibat dalam mengerjakan aktivitas-aktivitas ini, mereka tidak dapat meluangkan waktu
untuk terlibat dalam kegiatan industri dan mereka butuh pendukung bagi
penghidupannya. Di lain pihak, orang membutuhkan mereka, karena jika semua bekerja
dibidang pertahanan, industri lainnya akan terbengkalai dan jika tentara terlibat dalam
industriindustri untuk mencari penghidupan mereka, maka negara tersebut akan
kekurangan pembela-pembela dan orang banyak akan menjadi korban”.

3. Pemikiran Ibn Taimiyah19


Pemikiran Ibn Taimiyah mengenai mekanisme pasar banyak dicurahkan melalui
bukunya, yaituAl-Hisbah fi’l Al-IslamdanMajmu’ Fatawa. Pandangan Ibn Taimiyah
mengenai hal ini sebenarnya terfokus pada masalah pergerakan harga yang terjadi pada
waktu itu, tetapi ia letakan dalam kerangka mekanisme pasar. Secara umum, beliau telah
menunjukanthe beauty of market(keindahan mekanisme pasar sebagai mekanisme
ekonomi). Beberapa faktor yang mempengaruhi permintaaan dan kemudian tingkat harga
adalah sebagai berikut:

 Keinginan orang terhadap barang-barang sering kali berbeda-beda.


 Jumlah orang yang meminta.
 Kuat atau lemahnya kebutuhan terhadap barang-barang itu.
 Kualitas pembeli baranng tersebut.
 Jenis (uang) pembayaran yang digunakan dalam transaksi jual beli.

Ibn Taimiyah secara umum sangat menghargai arti penting harga yang terjadi
karena mekanisme pasar yang bebas. Ia menolak segala campur tangan untuk menekan
19
Abdul Azim Islahi, “Economics Consepts of Ibn Taimiyyah”, dalam Ibid., hlm. 126-129.

13
atau menetapkan harga sehingga mengganggu mekanisme yang bebas. 20
a. Permintaan
Permintaan merupakan salah satu elemen yang menggerakan pasar. Istilah yang
digunakan oleh Ibn Taimiyah untuk menunjukan permintaan ini adalah keinginan. Pada
dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi permintaaan sebagai berikut: 21

1) Harga barang yang bersangkutan


Pada umumnya hubungan antara tingkat harga dan jumlah permintaan
adalah negatif, yakni semakin tinggi tingkat harga, maka semakin rendah
jumlah permintaan, demikian pula sebaliknya.
a) Efek Subsstitusi
Efek subtitusi berarti bahwa jika harga suatu barang naik, maka hal ini
akan mendorong konsumen untuk mencari barang lain yang bias
menggantikan fungsi dari barang yang harganya naik tersebut (barang
subtitusi).
b) Efek Pendapatan
Efek pendapatan berarti bahwa, jika harga suatu barang naik maka berarti
pula secara riil pendapatan konsumen turun sebab dengan pendapatan
yang sama ia hanya dapat membeli barang sedikit.
2) Pendapatan konsumen
Semakin tinggi pendapatan seorang konsumen, maka akan semakin tinggi daya
belinya sehingga permintaannya terhadap barang akan semakin meningkat pula.
3) Harga barang lain yang terkait
Yang dimaksud barang lain yang terkait adalah subtitusi dan komplementer dari
barang tersebut. Jika harga barang subtitusinya turun, maka permintaan
terhadap barang tersebut pun turun, sebab konsumen mengalihkan pada barang
subtitusi. Sementara jika barang komplementernya naik, maka permintaan
terhadap barang tersebut akan turun.
4) Selera konsumen
Jika selera konsumen terhadap barang tersebut tinggi maka permintaannya pun
akan tinggi meskipun harganya pun tinggi, dan begitu pun sebaliknya

20
Ibid.
21
Lihat ‘Abdul Azim Islahi, “Economics Consepts of Ibn Taimiyyah”, dalam Abul Hasan M. Sadeq dan Aidit
Ghazali (eds.), (1992), Readings in Islamic Economic Thought (Malaysia: Longman Malaysia). Lihat Veithzal Rivai dan
Andi Buchari, (2009), Islamic Economics: Ekonomi Syariah Bukan Opsi, Tetapi Solusi, (Jakarta: Bumi Aksara), hlm. 374-
377.

14
5) Ekspektasi (pengharapan)
Meskipun tidak secara eksplisit, pemikiran ekonomi Islam klasik telah
menengarai peran ekspektasi dala menentukan permintaan. Ekspektasi bias
berupa ekspektasi positif maupun negative. Dalam kasus ekspektasi positif
konsumen akan lebih terdorong untuk membeli suatu barang, dan untuk
ekspektasi negative berlaku sebaliknya.
6) Mashlahah
Pengaruh mashlahah terhadap permitaan tidak bisa dijelaskan secara
sederhana sebab ini tergantung kepada tingkat keimanan. Jika maslahah
relative turun maka jumlah barang yang diminta akan turun juga, begitu juga
sebaliknya.
b. Penawaran22
Dalam khasanah pemikiran ekonomi Islam Klasik, pasokan (penawaran) telah
dikenal sebagai kekuatan penting di dalam pasar. Ibn Taimiyah mengistilahkan
penawaran ini sebagai ketersediaaan barang di pasar.
1) Mashlahah
Pengaruh mashlahah terhadap penawaran pada dasarnya akan tergantung pada
tingkat keimanan produsen. Jika jumlah mashlahah yang terkandung dalam
barang yang diproduksi semakin meningkat, maka produsen Muslim akan
memperbanyak jumlah produksinya.
2) Keuntungan
Keuntungan merupakan bagian dari mashlahah karena ia dapat
mengakumulasi modal pada akhirnya dapat digunakan berbagai aktivitas
lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan adalah:
a) Harga Barang
Jika harga suatu barang naik maka keuntungan akan naik pula. Kemudian hal
ini akan menaikan total keuntungan sehingga mendorong produsen untuk
melakukan penawaran lebih naik lagi.
b) Biaya Produksi
Biaya produksi jelas menentukan tingkat keuntungan sebab keuntungan
merupakan selisih dari penerimaan dengan biaya produksi. Jika biaya turun
maka keuntungan produsen akan meningkat, dan hal ini akan mendorongnya
untuk meningkatkan penawaran.
22
Ibid

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pemikiran Abu Yusuf tentang pasar dapat di jumpai dalam bukunya Al-Kharaj
yang membahas prinsip-prinsip perpajakan dan anggaran negara yang menjadi
pedoman Kekhalifahan Harun Al-Rasyid di Baghdad. Ia menyimpulkan
bekerjanya hukum permintaan dan penawaran pasar dalam menentukan tingkat
harga, meskipun kata permintaan dan penawaran ini tidak ia katakan secara
eksplisit. Selain itu dalam bukunya secara implasi juga dijelaskan bahwa, harga
bukan hanya ditentukan oleh penawaran saja, tetapi juga permintaan terhadap
barang tersebut. Bahkan mempengaruhi harga, misalnya jumlah uang beredar di
negara itu, penimbunan atau penahanan suatu barang, atau lainnya.
2. Al-Ihya Ulumuddinkarya Al-Ghazali banyak membahas topik-topik ekonomi,
termasuk pasar. Dalam karyanya tersebut ia membicarakan barter dan
permasalahannya, pentingnya aktivitas perdagangan dan evolusi terjadinya pasar,
termasuk bekerjanya kekuatan permintaaan dan penawaran dalam mempengaruhi
harga. Al-Ghazali menyadari kesulitan yang timbul akibat sistem barter yang
dalam istilah ekonomi modern disebut double coincidence, dan karena itu
diperlukan suatu pasar. Selain itu Al-Ghazali juga telah memahami suatu konsep,
yang sekarang kita sebut elastisitas permintaan. Hal ini tampak jelas dari
perkataaannya bahwa mengurangi margin keuntungan dengan menjual harga
yang lebih murah akan meningkatkan volume penjualan, dan ini pada gilirannya
akan meningkatkan keuntungan.
3. Pemikiran Ibn Taimiyah mengenai mekanisme pasar banyak dicurahkan melalui
bukunya, yaituAl-Hisbah fi’l Al-IslamdanMajmu’ Fatawa. Pandangan Ibn
Taimiyah mengenai hal ini sebenarnya terfokus pada masalah pergerakan harga
yang terjadi pada waktu itu, tetapi ia letakan dalam kerangka mekanisme pasar.
Secara umum, beliau telah menunjukanthe beauty of market(keindahan
mekanisme pasar sebagai mekanisme ekonomi). Beberapa faktor yang
mempengaruhi permintaaan dan kemudian tingkat harga adalah sebagai berikut:
 Keinginan orang terhadap barang-barang sering kali berbeda-beda.
 Jumlah orang yang meminta.
 Kuat atau lemahnya kebutuhan terhadap barang-barang itu.

16
 Kualitas pembeli baranng tersebut.
 Jenis (uang) pembayaran yang digunakan dalam transaksi jual beli.
C. Saran
Makalah ini agar dapat digunakan oleh pihak terkait untuk meningkatkan
pengetahuan pembaca. Disamping itu penulis juga berharap kedepannya pembaca mampu
melengkapi atas segala kekurangan yang terdapat pada tulisan ini. Karena penulis
menyadari pada makalah ini banyak terdapat kekurangan.

17
DAFTAR ISI

A. Literatur
Al-Quranul Kariim
Adiwarman karim, Ekonomi Makro Islami, 2010, Cet. Ke-3, Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2010
Abdul Azim Islahi, “Economics Consepts of Ibn Taimiyyah”, Jakarta: 2017.

Abul Hasan M. Sadeq, “al-Ghazali on Economic Issues and Some Ethico-Juristic Matters
Having Implications for Economic Behaviour”, dalam Abul Hasan M. Sadeq
dan Aidit Ghazali (Ed), Readings in Islamic Economic Thought (Malaysia:
Longman Malaysia).

MM. Metwally, (1995), Teori dan Model Ekonomi Islam, (Jakarta: PT. Bangkit Daya
Insana)

Havis Aravik, “Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Kontemporer” (Depok: Kencana,


2017)

M. Nadratuzzaman Hosen, A.M. Hasan Ali, dan Bahrul Muhtasib, Materi Dakwah
Ekonomi Syariah, (Jakarta: PKES, 2008).
M. Quraish Shihab, Tafsir al Misbah (Jakarta: Lentera Hati, 2002).

Muhammad Nashiruddin al-Albani, Shahih Sunan Ibnu Majah, (Jakarta: Pustaka Azzam,
2007), Cet. Ke-2.
Said Saad Marthoon, Ekonomi Islam, (Jakarta : Zikrul Hakim, 2004), Cet. Ke-1.

Yusuf Qardawi, Norma Dan Etika Dalam Ekonomi Islam, (Jakarta: Gema Insani Press,
1997), Cet.

B. Sumber Lain

Irfan Syauqi Beik “Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam”


(http://www.pancabudi.ac.id/news/news/2013-04- 14~sejarah-pemikiran-ekonomi-islam,
Diakses pada 09 Juni 2021, 19:38)

18
Abdul Azim Islahi, “Economics Consepts of Ibn Taimiyyah”, dalam Abul Hasan
M. Sadeq dan Aidit Ghazali (eds.), (1992), Readings in Islamic Economic Thought
(Malaysia: Longman Malaysia). Lihat Veithzal Rivai dan Andi Buchari, (2009), Islamic
Economics: Ekonomi Syariah Bukan Opsi, Tetapi Solusi, (Jakarta: Bumi Aksara).

Abu Yusuf ibn Ya’qub ibn Ibrahim, (1979), Kitab al-Kharaj, (Beirut: Dar alMa’rifah li
ath-Thiba’ah wa an-Nasyr) atau lihat Abul Hasan M. Sadeq dan Aidit Ghazali (eds.),
(1992), Readings in Islamic Economic Thought (Malaysia: Longman Malaysia)

19

Anda mungkin juga menyukai