Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Nilai – Nilai Dasar Ekonomi Islam

Dosen Pengampu : Dewi Kholifah, S.Fil.I, M.Ag

Disusun Oleh :

1) Vina Rismayani ( 2051020179 )

2) Winda Permata Sari ( 2051020183 )

PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2020/2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah Ta’ala.  atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, “Nilai – Nilai Dasar
Ekonomi Islam” dapat kami selesaikan dengan baik. Penulis berharap makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini. Kepada
kedua orang tua kami yang telah memberikan banyak kontribusi bagi kami, dosen pengampu
kami, Ibu Dewi Kholifah, S.Fil.I, M.Ag dan juga kepada teman-teman seperjuangan yang
membantu kami dalam berbagai hal. Harapan kami, informasi dan materi yang terdapat
dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia,
melainkan Allah SWT. Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu kami memohon kritik dan
saran yang membangun bagi perbaikan makalah kami selanjutnya.

Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau
pun adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami mohon maaf.
Penulis menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar bisa membuat karya
makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.

Bandar Lampung, Oktober 2021

Kelompok 9
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………………………..

Daftar Isi………………………………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar
Belakang………………………………………………………………….
1.2. Rumusan Masalah
1.3.
Tujuan…………………………………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………….

2.1. Ekonomi Pengertian Islam………………………………………………


2.2. Hakikat dan Dasar Ekonomi Islam………………………………………
2.3. Hadis Tentang Nilai Dasar Ekonomi Islam
2.4. Nilai – nilai Dasar dalam Ekonomi Islam……………………………….

BAB 3 PENUTUP………………………………………………………………………..

3.1.
Kesimpulan………………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ekonomi Islam sebagai suatu Ilmu pengetahuan lahir melalui proses pengkajian
ilmiah yang panjang, dimana pada awalnya terjadi sikap pesimis terkait eksistensi ekonomi
islam dalam kehidupan masyarakat saat ini. Hal ini terjadi karena di masyarakat telah
terbentuk suatu pemikiran bahwa harus terdapat dikotomi antara agama dengan keilmuan.
Dalam hal ini termasuk didalamnya ilmu ekonomi, namun sekarang hal ini sudah mulai
terkikis. Para ekonomi barat pun mulai mengakui eksistensi ekonomi islam sebagai suatu
ilmu ekonomi yang memberi warna kesejukan dalam perekonomian dunia dimana ekonomi
islam dapat menjadi sistem ekonomi alternatif yang mampu mengingatkan kesejahteraan
umat, disamping sistem ekonomi kapitalis dan sosialis yang telah terbukti tidak mampu
meningkatkan kesejahteraan umat. Ekonomi Islam dibangun atas dasar agama Islam,
karenanya ia merupakan bagian tak terpisahkan (integral) dari agama Islam. Sebagai
derivasi dari agama Islam, Ekonomi Islam akan mengikuti agama Islam dalam berbagai
aspeknya. Islam adalah sistem kehidupan (way of life), dimana Islam telah menyediakan
berbagai perangkat aturan yang lengkap bagai kehidupan manusia termasuk dalam bidang
Ekonomi. Setiap manusia bertujuan mencapai kesejahteraan dalam hidupnya, namun
manusia memiliki pengertian yang berbeda-beda tentang kesejahteraan. Dalam berbagai
literatur ilmu ekonomi konvensional dapat disimpulkan bahwa tujuan manusia memenuhi
kebutuhannya atas barang dan jasa adalah untuk mencapai kesejahteraan (well being).
Manusia menginginkan kebahagiaan dan kesejahteraan dalam hidupnya, dan untuk inilah ia
berjuang dengan segala cara untuk mencapainya.

1.2. Rumusan Masalah


1) Menjelaskan menurut istilah ekonomi konvensional dan para pakar ekonomi islam ?
2) Menjelaskan hakikat dan dasar ekonomi islam ?
3) Menjelaskan hadis tentang nilai dasar ekonomi islam ?
4) Menjelaskan nilai – nilai dasar ekonomi islam ?

1.3. Tujuan
1) Agar mahasiswa mengetahui istilah ekonomi dalam konvensional.
2) Agar mahasiswa mengetahui pengertian ekonomi dalam para pakar ekonomi islam.
3) Agar mahasiswa mengetahui hakikat dan dasar ekonomi islam.
4) Agar mahasiswa mengetahui hadis tentang nilai dasar ekonomi islam.
5) Agar mahasiswa mengetahui nilai – nilai dasar ekonomi islam.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Ekonomi Islam


Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani kuno ( Greek ) yaitu oicos dan
nomos yang berarti rumah dan aturan ( mengatur urusan rumah tangga. Menurut istilah
konvensional, ekonomi berarti aturan – aturan untuk menyelenggarakan kebutuhan hidup
manusia dalam rumah tangga, baik dalam rumah tangga rakyat ( volkshuishouding ) maupun
dalam rumah tangga negara ( staatshuishouding ).1

Para pakar ekonomi mendefinisikan ekonomi sebagai suatu usaha untuk


mendapatkan dan mengatur harta baik material maupun non material dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidup manusia, baik secara individu maupun kolektif, yang
menyangkut perolehan, pendistribusian ataupun penggunaan untuk memenuhi kebutuhan
hidup. 2 Ekonomi juga diartikan sebagai kajian tentang perilaku manusia dalam
hubungannya dengan pemanfaatan sumber – sumber produktif yang langka untuk
memproduksi barang – barang dan jasa – jasa serta mendistribusikannya untuk dikonsumsi.3

Dalam bahasa Arab, ekonomi dinamakan al-mu'amalah al- maddiyah, yaitu aturan –
aturan tentang pergaulan dan perhubungan manusia mengenai kebutuhan hidupnya. Disebut juga
al-iqtishad, yaitu pengaturan soal – soal penghidupan manusia dengan sehemat- hematnya dan
secermat – cermatnya. Secara istilah, pengertian ekonomi Islam dikemukakan dengan redaksi yang
beragam dikalangan para pakar ekonomi islam. Menurut Mohammad Nejatullah Siddiqui, ekonomi
islam adalah jawaban dari pemikir muslim terhadap tantangan – tantangan ekonomi pada
zamannya. Dalam upaya ini mereka dibantu oleh Al- Qur’an dan Sunnah Nabi, akal pikiran dan
pengalaman.4

1
Abd. Allah Zaki al-Kaf, Ekonomi Dalam Perspektif Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2002,
hlm.19
2
Taql al – Din al – Nangani al-Husayni, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif, Surabaya:
Risalah Gusti, 1999, hlm.47
3
Paul A. Samuelson, Economics, ( New York: McGraw-Hill Book Co., 1983 M,),hlm. 3
4
Mohammad Nejatullah Siddiqui, “ History of Islami Economic Thought” dalam M.
Iker Chapra, Landscape Baru Perekonomian Masa Depan, Terjemah oleh Amdiar Amin dkk.
Jakarta: SEBI,2000, hlm.146
M. Abdul Mannan mendefinisikan ekonomi islam dengan ilmu pengetahuan sosial
yang mempelajari masalah- masalah ekonomi rakyat yang diilhami dengan nilai – nilai Islam.
5
Definisi yang hampir sama dikemukakan oleh M.M. Metwally bahwa ekonomi Islam adalah ilmu
yang mempelajari perilaku muslim ( orang yang beriman ) dalam suatu masyarakat islam yang
mengikuti Al Qur’an, Hadis Nabi, ijma',dan qiyas. 6Menurut Yusuf al -Qardhani, ekonomi islam
adalah ekonomi yang berdasarkan ketuhanan. Sistem ini bertitik tolak dari Allah, bertujuan akhir
kepada Allah, dan menggunakan sarana yang tidak lepas dari syariat Allah. 7Khurshid Ahmad
mendefinisikan ekonomi Islam dengan suatu usaha sistematis untuk memahami masalah ekonomi
dan perilaku manusia dalam hubungannya kepada persoalan tersebut menurut perspektif islam.
Syed Jawab Haider Naqvi memahami ekonomi islam dalam perspektif sosiologi yang mempelajari
perilaku manusia dalam perekonomian di segala aspek kehidupan dengan corak yang khas. Bagi
Naqvi, ekonomi islam lebih ditekankan sebagai sains yang bertugas menyibak permasalahan
manusia dalam sebuah masyarakat muslim dengan pola dan corak hidup yang tipikal. Ia
menyatakan bahwa ekonomi Islam adalah perwakilan-perwakilan perilaku kaum muslimin dalam
suatu masyarakat muslim tipikal atau khas.8 Secara garis besar, pembahasan ekonomi mencakup
tiga hal, yaitu ekonomi sebagai usaha hidup dan pencaharian manusia ( economical life ), ekonomi
dalam rencana suatu pemerintahan ( political economy ), dan ekonomi dalam teori dan
pengetahuan ( economical science ).9

5
M. Abdul Mannan, Islamic Economic: Theory and Practice, Cambridge: The
Islamic Academy, 1986, hlm.18
6
M.M. Metwally, Teori dan Model Ekonomi Islam, Jakarta:PT Bangkit Daya
Insana, 1995), hlm.1
7
Yusuf al – Qardhani, Norma dan Etika Ekonomi Islam, terjemahan, Jakarta: Gema
Insani Press, 1997, hlm.31
8
Khurshid Ahmad, “ Nature and significance of Islamic Economic” dalam M. Umer
Chapra, Landscape Baru, hlm.146
9
And. Allah Zaki al-Kaf, Ekonomi dalam perspektif Islam, hlm.19
2.2. Hakikat Dan Dasar Hukum

Dalam ajaran islam, aktivitas ekonomi tidak dapat dilepaskan dari nilai – nilai dasar
yang telah ditetapkan dalam Al Qur’an, hadis Nabi, dan sumber – sumber ajaran islam
lainnya. Ekonomi Islam, sebagaimana dinyatakan oleh Muhammad Nejatullah Siddiqui,
merupakan jawaban dari pemikir muslim terhadap tantangan ekonomi pada zamannya yang
didasarkan pada Al – Qur’an dan Sunnah Nabi, akal pikiran, serta pengalaman. 10Islam sarat
dengan nilai – nilai yang mendorong manusia untuk membangun ekonomi mereka yang
tercermin dalam anjuran disiplin waktu, memelihara harta, nilai kerja, meningkatkan
produksi, menetapkan konsumsi, dan juga perhatian islam terhadap ilmu pengetahuan.11

Asumsi dasar atau norma pokok dalam proses maupun interaksi kegiatan ekonomi
adalah syariat islam yang diberlakukan secara menyeluruh ( kaffah atau totalitas ) baik
terhadap individu, keluarga, masyarakat, pengusaha, atau pemerintah dalam memenuhi
kebutuhan hidup baik untuk keperluan jasmani maupun rohani. Jika diperhatikan beberapa
definisi di atas terlihat bahwa prinsip ekonomi islam adalah penerapan asas efisiensi dan
manfaat dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan alam. Motif ekonomi islam adalah
mencari keberuntungan di dunia dan akhirat oleh manusia selaku khalifah Allah dengan
jalan beribadah dalam arti yang luas ( 'ibadah ghayr mahdhah ). 12Menurut M. Umer Chapra,
syariat islam, sebagaimana terlihat pada maqashid al - syari'ah, mencakup segala hal yang
diperlukan untuk merealisasikan keberuntungan ( falah ) dan kehidupan yang baik ( hayah
thayyibah ) dalam bingkai aturan Syariah yang menyangkut pemeliharaan keyakinan
( falah ), jiwa atau kehidupan ( soul/life ), akal pikiran ( intellect ), keturunan ( posterity ),
harta kekayaan ( wealth ). Syariat islam meletakkan hubungan manusia pada tempat yang
selayaknya, menjadikan manusia mampu berinteraksi satu dengan yang lain secara seimbang
dan saling menguntungkan. Syariah juga memberikan filter moral untuk alokasi dan
distribusi sumber daya sesuai dengan konsep persaudaraan dan keadilan sosial ekonomi,
serta sistem yang memotivasi kekuatan untuk mencapai tujuan berupa pemenuhan
kebutuhan dengan kesetaraan distribusi penghasilan dan harta kekayaan.13

Pada hakikatnya ekonomi Islam adalah metamorfosa nilai-nilai Islam dalam ekonomi
dan dimaksudkan untuk menepis anggapan bahwa Islam adalah agama yang hanya mengatur
persoalan ubudiyah atau komunikasi vertikal antara manusia (mahluk) dengan Allah
(khaliq)nya.Dengan kata lain, kemunculan ekonomi Islam merupakan satu bentuk artikulasi
10
Taqf al – Din al – Nangani Al Husayni,Membangun, hlm. 16
11
M. Umer Chapra, Islam and the Economic, hlm.12

Ibrahim Yusuf, Istiratijiyyah wa Tiknik al – Tanmiyyah al – Iqtishadiyyah fil al –


12

Islam ,Kairo : al – Ittihad al – Dawli li al – Islamiyyah, 1991, hlm.269


13
M. Umer Chapra, Islam and the Economic, hlm.7
sosiologis dan praktis dari nilai-nilai Islam yang selama ini dipandang doktriner dan
normatif.

Dengan demikian, Islam adalah suatu dien (way of life) yang praktis dan ajarannya tidak
hanya merupakan aturan hidup yang menyangkut aspek ibadah dan muamalah sekaligus,
mengatur hubungan manusia dengan rabb-Nya (hablun minaLlah) dan hubungan antara
manusia dengan manusia (hablun min an nas). Salah satu definisi yang mengakomodasi
unsur-unusr maqasid asy syari’ah di atas adalah definisi ekonomi Islam yang dirumuskan
Yusuf al Qardhawi. Ia mengatakan ekonomi Islam memiliki karakteristik tersendiri. Dan
keunikan peradaban Islam yang membedakannya dengan sistem ekonomi lain. Ia adalah
ekonomi Rabbaniyah, Ilahiyah, Insaniyah (berwawasan kemanusiaan), ekonomi berakhlak
dan ekonomi pertengahan. SebagaiSebagai ekonomi Ilahiyah, ekonomi islam memiliki
aspek-as-aspek transendensi yang sangat tinggi suci (holy) yang memadukannya dengan
aspek materi, dunia (profanitas). Titik tolaknya adalah Allah dan tujuannya untuk mencari
fadl Allah melalui jalan (thariq) yang tidak bertentangan dengan apa yang telah digariskan
oleh Allah. Ekonomi Islam seperti dikatakan Shihab (1997) diikat oleh seperangkat nilai
iman dan ahlak, moral etik bagi setiap aktivitas ekonominya, baik dalam posisinya sebagai
konsumen, produsen, distributor, dan lain-lain maupun dalam melakukan usahanya dalam
mengembangkan serta menciptakan hartanya.14

14
Muhammad, Prinsip- Prinsip Ekonomi Islam, Edisi Pertama, Yogyakarta; Penerbit
Graha Ilmu, 2007
2.3. Hadits tentang Nilai Dasar Ekonomi Islam
Nilai-nilai dasar ekonomi antara lain dijelaskan dalam Hadits Nabi yang
diriwayatkan dari Abu Sa’id al-Khudzri, yaitu:

َ‫ق َم َع النَبِيِ ْين‬ َ ‫ اَلتَا ِج ُرااْل َ ِميْنُ ال‬:‫صلّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَ َم‬
ُ ْ‫ص ُدو‬ َ ِ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ قَا َل قَا َل َرسُوْ ُل هَّللا‬ ِ ‫ع َْن اَبِ ْى َس ِع ْي ٍد ْال ُخ ْذ ِريْ َر‬
ُ‫ق ْاالَ ِميْن‬ ُ ْ‫ُالص ُدو‬
َ ‫َاجر‬ ِ ‫ اّلت‬:‫صلَى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَ َم‬
َ ِ ‫ص ِّد ْيقِ ْينَ َوال ُشهَدَا ِء ( َر َواهُ التُرْ ُم ِذيْ ) َوفِى ِر َوايَ ِة اَحْ َم َد قَا َل َرسُوْ ُل هَّللا‬ ِ ‫َوال‬
‫ص ِّد ْيقِ ْينَ َوال ُشهَدَا ِء يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة‬
ِ ‫ َم َعالنَبِيِ ْينَ َوال‬.

“Dari Abu Sa’id al-Khudzri r.a. katanya, Rasulullah SAW bersabda, ‘Pedagang yang
terpercaya, jujur akan bersama dengan para nabi, para shiddiqin, dan syuhada.”’ (HR. Al-
Tirmidzi). Dalam riwayat Ahmad, Rasulullah SAW bersabda, “Pedagang yang jujur lagi
terpercaya akan bersama dengan para Nabi, para siddiqin, dan para syuhada pada hari
Kiamat.”(HR. Ahmad).

Hadits diatas menjelaskan tentang pedagang, pebisnis, atau pengusaha yang jujur lagi
terpercaya nanti pada hari kiamat akan bersama dengan para nabi, para shiddiqin (orang-
orang yang jujur) dan syuhada (orang-orang yang mati syahid). Dalam hadits diatas terdapat
nilai-nilai dasar ekonomi, yaitu:

1) Kejujuran
Dengan aktivitas ekonomi yang dilandasi dengan kejujuran, manusia akan saling
mempercayai dan terhindar dari penipuan. Kejujuran dapat membawa pada kebajikan
dan kebajikan dapat membawa pada surga.

َ ‫ إِ َّن صِّد‬:‫صلَى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَ َم قَا َل‬


‫ق يَ ْه ِدي إِلَى البرِّوإِ َّن البر يَ ْه ِدي إِلَى‬ ِ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ َع ِن النَّبِي‬ ِ ‫ع َِن ا ْب ِن َم ْسعُوْ ٍد َر‬
َّ َ ُ َّ
ِ ‫ُور َوإِن الفجُو َر يَ ْه ِدي إِلى الن‬
‫ار‬ ُ َ
ِ ‫ب يَ ْه ِدي إِلى الفج‬ َ ْ َّ
َ ‫ َوإِن الك ِذ‬.‫صد يقا‬ ً ِّ ‫هَّللا‬
ِ ِ ‫َب ِعن َد‬ ْ ْ
َ ‫الجنَّ ِة ّوإِ َّن ال َّر ُج َل لَيَصدق َحتى يُكت‬
َّ ُ ُ َ
َ ٌ َ َّ َّ َ
)‫َب ِعن َد َ كذابًا ( ُمتفق َعل ْي ِه‬ ‫هَّللا‬ ْ ْ َّ ْ َ
َ ‫وإِنال َّر ُج َل ليَك ِذبُ َحت يُكت‬.َّ َ

“Dari Ibn Mas’ud r.a., dari Nabi SAW ia bersabda, ‘Sesungguhnya kejujuran
membawa pada kebajikan dan kebajikan membawa pada surga dan sesungguhnya
seseorang benar-benar jujur sehingga ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur.
Sesungguhnya kebohongan membawa pada keburukan dan keburukan itu membawa
pada neraka dan sesungguhnya seseorang benar-benar dusta sehingga dicatat oleh
Allah sebagai pendusta.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)

2) Amanah
Orang yang tidak amanah disebut pengkhianat, termasuk salah satu ciri orang
munafik.
ٌ ‫ ثَاَل‬:‫ال‬
ْ ‫ث َم ْن ُك َّن فِ ْي ِه َكانَ ُمنَا فِقًا خَالِصًا َو َم ْن َكان‬
‫َت فِ ْي ِه‬ َ َ‫صلَى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَ َم ق‬
َ ‫ي‬ َّ ِ‫ع َْن ‘َ ْب ِد هَّللا ِ ب ِن َع ْمر وأَ َّن النَّب‬
ُ‫(ر َواه‬ َ ‫ب َوإِ َذا عَا هَ َد َغد ََر‬
َ ‫ث َك َذ‬ ْ ‫ إِ َذا‬:‫اق َحتَّى يَ َد َعهَا‬
َ ‫اؤتُ ِمنَ خَ انَ َوإِ َذا َح َّد‬ ِ َ‫َت فِ ْي ِه خَ صْ لَةٌ ِمنَ النَّف‬ْ ‫خَ صْ لَةٌ ِم ْنه َُّن َكا ن‬
)‫اري‬ ِ َ‫ْالبُخ‬
“Dari ‘Abd Allah bin Amr bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Ada tiga perkara
yang barangsiapa memilikinya, maka ia benar-benar munafik dan barangsiapa
memiliki sebagian dari yang empat itu, maka ia memiliki salah satu sifat kemunafikan
hingga meninggalkannya, yaitu jika diberi amanat mengkhianati, jika berbicara
berdusta, dan jika berjanji mengingkari.” (HR. Al-Bukhari).

3) Ketuhanan
Konsep ketuhanan dalam ekonomi Islam dapat digambarkan bahwa tujuan Allah
menciptakan manusia di muka bumi tidak lain adalah untuk beribadah kepada-Nya.

َ َ‫صلَى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَ َم فَقَا َل دُلَّنِى َعلَى َع َم ٍل أَ ْع َملُهُ يُ ْد نِينِى ِمن‬
‫الجنَّ ِة َويُبَا‬ َ ‫ع َْن أَبِى أَيُّوب قا َل َجا َء َر ُج ٌل إِلَى النَّبِ ِّي‬
‫ص ُل َذا َر ِح ِم َكز فَلَ َّما أض ْدبَ َر قَا َل‬ِ َ‫صاَل ةَ َوتُ ْؤتِى ال َّز َكاةَ َوت‬ َّ ‫ك بِ ِه َش ْيئًا َوتُقِ ْي ُم ال‬ ُ ‫د هَّللا َ اَل تُ ْش ِر‬¥ُ ُ‫ تَ ْعب‬:‫ارز قَا َل‬
ِ َّ‫ِع ُدنِى ِمنَ الن‬
)‫ك بِ َماأُ ِم َر بِ ِه َدخَ َل ال َجنَّةَ ( َر َواهُ ُم ْسلِ ٌم‬َ ‫ إِ ْن تَ َم َّس‬:‫صلَى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَ َم‬
َ ِ ‫َرسُو ُل هَّللا‬

“Dari Ayyub r.a. katanya, seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW lalu berkata,
“Tunjukkan kepadaku tentang perbuatan yang dapat mendekatkanku ke surga dan
menjauhkanku dari neraka.” Nabi bersabda, “Kamu sembah Allah dan jangan
sekutukan dengan sesuatu apapun, dirikan shalat, tunaikan zakat, dan sambunglah tali
persaudaraanmu.” Ketika laki-laki itu pergi, Rasulullah bersabda, “Jika ia berpegang
pada apa yang diperintahkan kepadanya, maka ia akan masuk surga.”(HR. Muslim)

4) Kenabian
Ada beberapa model perilaku ekonomi yang dicontohkan Nabi, misalnya cara
menjual barang dengan benar, melakukan gadai, berserikat dalam bisnis, dan
sebagainya juga pandangan Nabi tentang harta dan kekayaan.

ِ ‫الغنَى النَّ ْف‬


ُ‫س ( َر َواه‬ ِ ‫ْس ْال ِغنَى ع َْن َك ْث َر ِة ْال َع َر‬
ِ ‫ض َولَ ِك َّن‬ َ ِ ‫ع َْن أَبِى هُ َر ْي َرةَ قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬
َ ‫ لَي‬:‫صلَى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَ َم‬
)‫ُم ْسلِ ٌم‬

“Dari Abu Hurairah r.a. katanya, Rasulullah SAW bersabda, “(Yang disebut) kaya
bukanlah karena banyaknya harta benda tetapi (yang disebut) kaya adalah kaya
jiwa.”(HR.Muslim)

5) Pertanggungjawaban
Manusia harus mempertanggungjawabkan segala aktivitasnya karena manusia adalah
makhluk mukalaf, yaitu makhluk yang diberi beban hukum berbeda dengan makhluk
lain seperti binatang dan tumbuh-tumbuhan. Oleh karena itu, Rasulullah menyebutnya
sebagai pemimpin.

‫اع َو ُكلُّ ُك ْم َم ْسئًو ٌل ع َْن َر ِعيَّتِ ِه اإْل ِ َما ُم‬


ِ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَقُو ُل ُملُّ ُك ْم َر‬
َ ِ ‫ْت َرسُو َل هَّللا‬
ُ ‫ع َْن َع ْب َد هَّللا ِ ْبنَ ُع َم َر قَا َل َس ِمع‬
)‫ُخَارى‬ ِ ‫اع َو َم ْسئُو ٌل ع َْن َر ِعيَّتِ ِه ( َز َواهُ الب‬ ٍ ‫َر‬
Dari ‘Abd Allah bin ‘Umar ia berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda,
“Tiap-tiap kalian adalah pemimpin dan tiap-tiap kalian akan dimintai

pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. Seorang imam adalah pemimpin dan


akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. (HR. Al-Bukhari).15
15
Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi (Jakarta: Kharisma
Putra Utama,2015,hlm.1
2.4. Nilai-nilai Dasar Ekonomi Islam
Menurut Adiwarman Karim, ada lima nilai dasar (universal) ekonomi Islam untuk
menjadi dasar inspirasi untuk menyusun proposisi-proposisi dan teori-teori ekonomi Islam.

1) Ketuhanan (Keimanan/Tauhid)
Konsep ketuhanan dalam ajaran Islam ada dua, yaitu tauhid rububiyyah
(berkenaan dengan Allah sebagai Tuhan, pencipta dan pengatur alam semesta) dan
tauhid uluhiyyah (mengesakan Allah, tidak menyekutukan sesuatu apapun dengan-
Nya).
a) Kepemilikan (ownership)
Islam menyatakan bahwa pemilik mutlak sumber-sumber ekonomi hanyalah
Allah, Dia-lah pemilik segala yang ada di langit dan di bumi. Allah berfirman:
ُ ‫ض َوإِ ْن تُ ْبدُوا َما فِي أَ ْنفُ ِس ُك ْم أَوْ تُ ْخفُوهُ يُ َحا ِس ْب ُك ْم بِ ِه هَّللا‬
ِ ْ‫ت َو َما فِي اأْل َر‬
ِ ‫هَّلِل ِ َما فِى ال َّس َما َوا‬.

Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan bumi, dan jika kamu
melahirkan apa yang ada dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya
Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. (QS.
Al-Baqarah: 284)

Nilai-nilai dasar ekonomi Islam yang berkaitan dengan kepemilikan adalah


kebebasan individu, ketidaksamaan ekonomi dalam batas yang wajar, kesamaan
sosial, adanya jaminan sosial, distribusi kekayaan secara meluas, larangan
menimbun harta kekayaan, dan adanya kesejahteraan bersama.

b) Keseimbangan (equilibrium)
Konsep ini tidak hanya berkenaan dengan timbangan kebaikan hasil usaha
manusia yang diarahkan untuk dunia dan akhirat, tetapi juga terkait dengan
kepentingan perorangan dan kepentingan umum yang harus dipelihara, serta
keseimbangan antara hak dan kewajiban. Keseimbangan juga berarti tidak
berlebih-lebihan dalam urusan ekonomi, baik produksi, konsumsi, maupun
distribusi.

ِ ‫ْرفُوا إِنَّهُ اَل يُ ِحبُّ ْال ُمس‬


َ‫ْرفِ ْين‬ ِ ‫َو ُكلُوا َوا ْش َربُوا َواَل تُس‬
Makan dan minumlah dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berlebihan. (QS. Al-Q’raf: 31)

Berdasar konsep tauhid, umat Islam hendaknya memperhatikan beberapa hal,


pertama, seluruh aktivitas ekonomi tidak terlepas dari nilai-nilai ketuhanan.
Artinya, apapun jenis muamalah yang dilakukan oleh seorang Muslim harus
senantiasa dalam rangka pengabdian kepada Allah dan berprinsip bahwa Allah
selalu mengontrol dan mengawasi tindakan tersebut. Kedua, seluruh aktivitas
ekonomi tidak terlepas dari nilai-nilai kemanusiaan dan dilakukan dengan
mengetengahkan akhlak yang terpuji, sesuai dengan kedudukan manusia sebagai
khalifah Allah di bumi. Ketiga, melakukan pertimbangan atas kemaslahatan
pribadi dan kemaslahatan masyarakat. Jika untuk memenuhi kemaslahatan
bersama harus mengorbankan kemaslahatan individu, maka hal itu boleh
dilakukan.

2) Kenabian (Nubuwwah)
Nabi Muhammad adalah seorang pedagang yang dalam praktik ekonominya
selalu memperhatikan hubungan harmonis antara pedagang dengan konsumen. Hal
ini terlihat pada sikapnya yang tidak pernah bersitegang dengan para pembeli. Semua
orang yang berhubungan dengannya selalu merasa senang, puas, yakin, dan percaya
akan kejujurannya. Nilai-nilai dasar ekonomi Islam terlihat pada sifat-sifat wajib
rasul yang empat, yaitu: shiddiq (benar atau jujur), amanah (dapat dipercaya),
fathanah (cerdas), tabligh (menyampaikan ajaran Islam).

3) Pemerintahan (Khilafah)
Menurut M. Umer Chapra, ada empat faktor yang terkait dengan khilafah dalam
hubungannya dengan ekonomi Islam, yaitu universal brotherhood (persaudaraan
universal), resource are a trust (sumber daya alam merupakan amanat), humble life
style (gaya hidup sederhana), dan human freedom (kemerdekaan manusia). Keempat
faktor ini merupakan penyangga khilafah sebagai wahana untuk mencapai
kesejahteraan kehidupan dunia dan kesejahteraan di akhirat.

4) Keadilan (‘Adl)
‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ آ َمنُوا ُمونُوا قَوَّا ِمينَ هَّلِل ِ ُشهَدَا َء بِ ْالقِ ْس ِط َواَل يَجْ ِر َمنَّ ُك ْم َشنّآ نُ قَوْ ٍم َعلَى أَاَّل تَ ْع ِد لُوا ه َُوا أَ ْق َربُ لِلتَّ ْق َوى‬
َ‫واتَّقُوا هَّلل َ إِ َّن هَّللا َ َخبِ ْي ٌر بِ َما تَ ْع َملُون‬.
َ

“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah
sekali-kali kebencian terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak
adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(QS.
Al-Maidah: 8)

Menurut M. Umer Chapra, keadilan dalam bidang ekonomi menyangkut empat


hal, yaitu need fulfilment (pemenuhan kebutuhan), respectable source of earning
(sumber penghasilan yang terhormat), equitable distribution of income and wealth
(distribusi penghasilan dan harta yang berkeadilan), dan growth and stability
(perkembangan dan stabilitas).

Keadilan dapat menghasilkan keseimbangan dalam perekonomian dengan


meniadakan kesenjangan antara pemilik modal (orang kaya) dengan pihak yang
membutuhkan (orang miskin). Walaupun tentunya, Islam tidak menganjurkan
kesamaan ekonomi dan mengakui adanya ketidaksamaan ekonomi antar orang-
perorangan.

5) Pertanggungjawaban (Ma’ad)
Konsep ini mengajarkan kepada manusia bahwa segala perbuatan yang mereka
lakukan, apapun motifnya, akan mendapat balasan. Dengan kata lain, terdapat reward
dan punishment (pahala dan siksa) atas segala bentuk perbuatan manusia. Karena itu,
tidak selayaknya jika manusia melakukan aktivitas duniawi, termasuk bisnis, semata-
mata untuk mendapatkan keuntungan tanpa memperhatikan akibat negatif dari
aktivitas itu di akhirat kelak.16

16
Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi (Jakarta: Kharisma
Putra Utama,2015,hlm.18-33
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Abd. Allah Zaki al-Kaf, Ekonomi Dalam Perspektif Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2002, hlm.19

Taql al – Din al – Nangani al-Husayni, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif, Surabaya: Risalah
Gusti, 1999, hlm.47

Paul A. Samuelson, Economics, ( New York: McGraw-Hill Book Co., 1983 M,),hlm. 3

Mohammad Nejatullah Siddiqui, “ History of Islami Economic Thought” dalam M. Iker


Chapra, Landscape Baru Perekonomian Masa Depan, Terjemah oleh Amdiar Amin dkk.
Jakarta: SEBI,2000, hlm.146

M. Abdul Mannan, Islamic Economic: Theory and Practice, Cambridge: The Islamic
Academy, 1986, hlm.18

M.M. Metwally, Teori dan Model Ekonomi Islam, Jakarta:PT Bangkit Daya Insana, 1995),
hlm.1

Yusuf al – Qardhani, Norma dan Etika Ekonomi Islam, terjemahan, Jakarta: Gema Insani
Press, 1997, hlm.31

Khurshid Ahmad, “ Nature and significance of Islamic Economic” dalam M. Umer Chapra,
Landscape Baru, hlm.146

And. Allah Zaki al-Kaf, Ekonomi dalam perspektif Islam, hlm.19

Taqf al – Din al – Nangani Al Husayni,Membangun, hlm. 16

M. Umer Chapra, Islam and the Economic, hlm.12

Ibrahim Yusuf, Istiratijiyyah wa Tiknik al – Tanmiyyah al – Iqtishadiyyah fil al – Islam


,Kairo : al – Ittihad al – Dawli li al – Islamiyyah, 1991, hlm.269

M. Umer Chapra, Islam and the Economic, hlm.7

Muhammad, Prinsip- Prinsip Ekonomi Islam, Edisi Pertama, Yogyakarta; Penerbit Graha
Ilmu, 2007

Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi (Jakarta: Kharisma Putra
Utama,2015,hlm.1

Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi (Jakarta: Kharisma Putra
Utama,2015,hlm.18 - 33

Anda mungkin juga menyukai