Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH EKONOMI ISLAM

“konsep laba dan riba serta implikasinya dalam ekonomi”

Disusun Oleh:

KELOMPOK V
Rezky Amalia Syam 105251103918
Rusman Diola 105251105318
Andi Muzizatun nisa 105251103818
Novitasari 105251104018

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya  sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini saya susun
sebagai tugas dari mata kuliah Pengantar Ekonomi Islam dengan judul “ konsep laba dan riba
serta implikasinya dalam ekonomi islam ”.Terima kasih saya sampaikan kepada dosen mata
kuliah Pengantar Ekonomi Islam yang telah membimbing dan memberikan kuliah demi
lancarnya terselesaikan tugas makalah ini.Demikianlah tugas ini saya susun semoga
bermanfaat dan dapat memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ekonomi Islam dan penulis
berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi diri kami dan khususnya untuk pembaca.Tak
ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah ini. Dengan segala kerendahan hati,
saran-saran dan kritik yang konstruktif dan membangun sangat kami harapkan dari para
pembaca guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu
mendatang.

Makassar,29 april 2019

penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................2

A. Latar Belakang.................................................................................................2

B. Rumusan masalah............................................................................................4

C. Tujuan penulisan..............................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................5

A. Nishab Zakat.................................................................................................5

B. Sumber-sumber Zakat dalam Perekonomian Modern...................................10

D. Esensi Pendayagunaan Zakat........................................................................14

BAB III PENUTUP...............................................................................................15

A. Kesimpulan.................................................................................................15

B. Saran............................................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Istilah dan persepsi mengenai riba begitu hidupnya di dunia Islam. Oleh
karenanya, terkesan seolah-olah doktrin riba adalah khas Islam. Orang sering lupa
bahwa hukum larangan riba, sebagaimana dikatakan oleh seorang Muslim Amerika
Cyril Glasse dalam buku ensiklopedinya, tidak diberlakukan di negeri Islam modern
manapun. Sementara itu, kebanyakan orang tidak mengetahui bahwa di dunia
Kristenpun, selama satu milenium, riba adalah barang terlarang dalam pandangan
theolog, cendekiawan maupun menurut undang-undang yang ada.
Riba merupakan pendapatan yang di peroleh secara tidak adil. Riba telah
berkembang sejak zaman jahiliyah hingga sekarang ini. Sejak itu banyaknya masalah-
masalah ekonomi yang terjadi di masyarakat dan telah menjadi tradisi bangsa arab
terhadap jual beli maupun pinjam-meminjam barang dan jasa. Sehingga sudah
mendarah daging, bangsa arab memberikan pinjaman kepada seseorang dan memungut
biaya jauh di atas dari pinjaman awal yang di berikan kepada peminjam akibatnya
banyaknya orang lupa akan larangan riba. Riba bukan cuma persoalan masyarakat
Islam, tapi berbagai kalangan di luar Islam pun memandang serius persoalan riba.
Kajian terhadap masalah riba dapat dirunut mundur hingga lebih dari 2.000 tahun
silam. Masalah riba telah menjadi bahasan kalangan Yahudi, Yunani, demikian juga
Romawi. Kalangan Kristen dari masa ke masa juga mempunyai pandangan tersendiri
mengenai riba.

berbeda dengan prinsip bagi hasil yang hanya memberikan nisbah bagi hasil bagi
deposannya. dampaknya akan sangat panjang pada transaksi selanjutnya. yaitu bila akad
ditetapkan di awal/persentase yang didapatkan penabung sudah diketahui, maka yang menjadi
sasaran untuk menutupi jumlah bunga tersebut adalah para pengusaha yang meminjam modal
dan apapun yang terjadi, kerugian pasti akan ditanggung oleh peminjam. berbeda dengan bagi
hasil yang hanya memberikan nisbah tertentu pada deposannya. maka yang di bagi adalah
keuntungan dari yang didapat kemudian dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati oleh
kedua belah pihak.

B. Rumusan masala
1. Apa dasar-dasar pengukuran laba dalam islam
2. Apa sebab di haramkannya riba dan bagaimana menghindari riba dalam ekonomi
islam
3. Apa implikasinya dalam perekonomiana
C. Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. Bagaiaman pengukuran dasar-dasar laba dalam islam?


2. Mengapa riba di haramkan dalam ekonomi islam? Dan bagaimana menghindari
riba dalam ekonomi islam?
3. Bagaimana implikasinya dalam perekonomian.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Dasar-dasar pengukuran laba dalam islam

Pengertian laba secara bahasa ataumenurut Al –Qur’ an, As – Sunnah, dan


pendapat ulama – ulama fiqih dapat kita simpulkan bahwa laba ialahpertambahan pada
modal pokok perdagangan atau dapatjuga dikatakan sebagai tambahan nilai yang
timbul karena barter atau ekspedisi dagang.
    Penelahan mengenai laba dan/ rugi laba pada teori pembukuan ataupun akunting.
Sangatlah berlainan dengan teori yang terjadi di ekonomi.di dadalam tata buku atau
akunting itu, konsepsi laba/ rugi laba itu lebih di tentukan pada jawaban atas
pertanyaan “bagaimana terjadi”,sedangkan pada sisi lain, pada teori ekonomi
penekanan yang oaling dominan adalah bertumpuh pada jawaban atas pertanyaan
“mengapa terjadi”.1
Pengertian laba secara ekonomi murni: didefinisikan sebagai suatu peningkatan
kekayaan seseorang, sebagai hasil penambahan modalnya  setelah dikurangi biaya –
biaya yang berhubungan dengan penambahan modal tersebut

.Sedangkan menurut para Ulama fiqh , mengartikan laba sebagai suatu


penambahan modal pokok perdagangan atau dapat diartikan juga sebagai tambahan
nilai yang timbul karena adanya suatau kegiatan barter atau perdagangan ,

Adapun dasar-dasar pengukuran laba dalam islam antara lain

a. Taqlib dan Mukhatarah  ( Interaksi dan Resiko )


Laba  adalah hasil dari perputaran modal melalui transaksi bisnis ,
seperti menjual dan membeli, atau jenis-jenis apa pun yang dibolehkan syar’i. 
Untuk itu, pasti ada kemungkinan bahaya atau resiko yang akan menimpa
modal yang nantinya akan menimbulkan pengurangan modal pada suatu
1
Suherman rosyidi,pengantar teori ekonomi ,( Jakarta :PT raja grafindo persada,2003) hlm.383
putaran dan pertambahan  padaputaran lain.  Tidak boleh menjamin pemberian
laba dalam perusahaan –perusahaan mudharabah dan musyarakah.  

b. Al – Muqabalah,
yaitu perbandingan antara jumlah hak milik pada akhir periode
pembukuan dan hak – hak milik pada awal periode yang sama, atau dengan
membandingkan nilai barang  yang ada pada akhir itu  dengan nilai barang
yang ada pada awal periode yang sama.  Juga bisa dengan membandingkan
pendapatan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan
pendapatan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan income 
(pendapatan)

c. Keutuhan modal pokok.


yaitu  laba tidak akan tercapai kecualli setelah utuhnya modal pokok
dari segi kemampuan secara ekonomi sebagai alat penukar barang  yang
dimiliki sejak awal aktivitas ekonomi.

d. Laba dari produksi.Hakikatnya dengan Jual Beli dan Pendistribusian.


yaitu Pertambahan yang terjadi pada harta selama setahun dari semua
aktivitas penjualan dan pembelian, atau memproduksi dan menjual yaitu
dengan pergantian barang menjadi uang dan pergantian uang  menjadi barang
dan seterusnya , maka barang yang belum terjual pada akhir tahun juga
mencakup pertambahan yang menunjukkan perbedaan antara harga yang
pertama dan nilai harga yang sedang berlaku.
Berdasarkan niali ini, ada dua macam laba yang terdapat pada akhir
tahun, yaitu laba yang berasal dari proses jual beli dalam setahun dan laba
suplemen, baik yang nyata maupun yang abstrak karena barang –barangnya
belum terjual.
e. Penghitungan  nilai barang di akhir tahun
Tujuan penilaian sisa barang yang belum sempat terjual di akhir tahun adalah
untuk penghitungan zakat atau untuk menyiapkan neraca-neraca keuangan yang
didasarkan pada nilai penjualan yang berlaku di akhir tahun itu, serta dilengkapi
dengan daftar biaya-biaya pembelian dan pendistribusian.  Dengan cara ini, tampaklah
perbedaan antara harga yang pertama dan nilai yang berlaku yang dapat dianggap
sebagai laba abstrak.
Proses penilaian yang didasarkan pada nilai pasaran ( penjualan) itu berlaku untuk
barang dagangan, sedangkan penilaian pada modal tetap berlaku untuk menghitung
kerusakan –kerusakan ( yang merupakan salah satu unsure biaya produksi), maka
penilainnya harus berdasarkan harga penukaran .

Dalam islam, metode penghitungan laba didasarkan pada asas perbandingan. 


Perbandingan itu adakalanya antara nilai harta di akhir tahun dan di awal tahun, atau
perbandingan antara harga pasar yang berlaku untuk jenis barang tertentu di akhir tahun dan di
awal tahun , atau juga bisa antara pendapatan –pendapatan dan biaya – biaya yang dikeluarkan
untuk mendapatkan income –income tersebut:

1. Cara  Pertambahan  pada  Modal  Pokok


Laba  =  nilai harta pada akhir tahun -  modal pokok di awal tahun
Metode ini didasarkan pada pemikiran bahwa laba yang merupakan pertumbyhan pada modal
pokok itu merupakan hasil dari proses petukaran barang dalam periode waktu tertentu.

Contoh  :
Tanggal  11 Juli 2002, Tuan  Kamal  mulai berdagang dengan modal     Rp100.000.000 .  Pada
akhir tahun , kekayaan / harta yang dimiliki Tuan Kamal sebagai berikut :  uang tunai  Rp 
45.000.000,  piutang  Rp  50.000.000,  dan sisa barang   Rp 25.000.000.
Pertanyaannya adalah bagaimana cara menghitung laba yang menjadi hakTuan  Kamal.
Jawab :
Total Harta /kekayaan pada akhir tahun    =  Rp 45.000.000 +  Rp 50.000.000  + Rp  25.
000.000    =   Rp  120.000.000
Modal  Pokok      =   Rp  100.000.000
Laba                     =   Rp  120.000.000  -  Rp  100.000.000  =  Rp  20.000.000

2. Metode perbandiangan antara nilai barang yang ada di awal dan akhir tahun
Laba  =  ( nilai seluruh kekayaan di akhir tahun +  nilai penjualan selama setahun) - 
( nilai barang yang ada di awal tahun + biaya pembelian barang selama  setahun)  Metode ini
didasarkan pada pengukuran nilai kekayaan yang ada pada awal tahun dengan nilai barang
yang ada pada akhir tahun, dengan langsung menghitung nialai barang-barang yang dibeli dan
dijual dalam setahun.  Metode ini cocok untuk perusahaan yang memakai system transaksi
tunai.

3. Metode  Penganggaran  (  Hak –hak milik murni pada awal tahun )

( Laba  =  Hak milik bersih akhir tahun  - Hak milik bersih awal tahun.)
Yang dimaksud dengan hak kepemilikan bersih ( jaminan keuangan bagi si pemilik
perusahaan) ialah nilai barang –barang yang ada dikurangi dengan jumlah nilai permintaan
yang masih akan dikeluarkan atau dibayarkan perusahaan.
Penerapan  metode ini harus menggunakan informasi yang lengkap terhadap barang –
barang perusahaan serta semua permintaan atau pesanan sejak awaltahun sampai akhir
tahun.
4. Metode perbandingan antara pendapatan dan pengeluaran
Laba  =  Pendapatan  ( pemasukan)  -  Pengeluaran  ( Biaya )
Unsur unsur pendapatan dan biaya harus unsur – unsur yang halal , tidak mengandung unsur –
unsur  yang dilarang  ( haram).

B. Sebab-sebab di haramkannya riba dan cara menghindari riba dalam ekonomi islam

Secara etimologi,riba mengandung arti sebagai tambahan atau lebihan yang di gunakan
dengan maksud ini dalam ayat al-quran;”dan kamu lihat bumi ini kering,kemudian apabila
kami telah turunkan air di atasnya,hiduplah bumi itu dan suburlah serta menumbuhkan
berbagai macam tumbuhan yang indah.”2
Kata riba dalam bahasa arab dapat berarti tambahan meskipun sedikit di atas jumlah uang
yang di pinjamkan,sehinggah mencakup sekaligus riba dan bunga.
Sedangkan menurut terminologi ilmu fiqih, riba merupakan tambahan khusus yang dimiliki
salah satu pihak yang terlibat tanpa adanya imbalan tertentu. Para ahli ekonomi muslim
menyebutkan bahwa setiap transaksi kredit atau tawar menawar dalam bentuk uang atau
lainnya,di anggap sebagai transaksi riba apabila mengandung:

1. Kelebihan atau surplus diatas modal pinjaman;


2. Penetapan kelebihan ini berhubungan dengan waktu;
3. Transaksi yang menjadi syarat pembayaran kelebihan tersebut.

Salah satu dasar pemikiran utama yang sering di kemukakan oleh para cendekiawan
muslim adalah keberadaan riba(bunga)dalam ekonomi merupakan bentuk eksploitas social
dan ekonomi,yang merusak inti ajaran islam tentang keadaan social. Dari berbagai definisi
dapat di simpulkan bahwa riba adalah suatu kegiatan pemgembalian nilai tambah yang
2
Muhammad muslehuddin,system perbankan dalam islam,( Jakarta: PT rineka cipta 2004).hlm.79
memberatkan dari akad perekonomian, seperti jual beli utang piutang, dari penjualan
terhadap pembeli atau dari pemilik dana kepada peminjam dana baik di ketahui bahkan
tidak di ketahui, oleh pihak ke dua.3

1. Sejarah dan sebab di haramkannya riba

Istilah riba telah di kenal dan di gunakan dalam transaksi-transaksi perekonomian oleh
masyarakat arab sebelum datangnya islam. Akan tetapi pada zaman itu riba yang berlaku
adalah yang merupakan tambahan dalam bentuk uang akibat penundaan pelunasan hutang.

Kegiatan transaksi yang mengandung riba merupakan kegiatan transaksi yang secara
tegas diharamkan bahkan pengharamannya telah menjadi aksioma dalam anaran islam.riba
merupakan transaksi yang mengandung unsur eksploitas terhadap para peminjam(debitor)
bahkan merusak akhlak dan moralitas manusia,pengharaman tersebut tidak hanya berlaku
pada agam islam saja,tetapi dalam agama-agama samawi juga melarang bahkan mengutuk
bagi sang pelaku.

Bahkan dalam al-quran dan as-sunnah allah dan rasulnya telah memperingati kita
semua tentang haramnya itu riba,sebagaimaa dalam sebuah hadist rasulullah membertikan
peringatan kepada kita tentang tujuh ;perkara yang dapat membinasakan salha satunya
adalah riba. Dan semua itu harus di hindari jika ia ingin agar Allah swt. Mengampuni
dosa-dosannya. Allah swt berfirman “ jika kamu menjauhi dosa –dosa besar diantara dosa-
dosa yang di larang kamu mengerjakan nya niscaya kami hapus kesalahan-
kesalahanmu(dosa-dosamu yang kecil)dan kami masukkan kamu ketempat yang
mulia(surga).4

Adapun mengapa riba di haramkan:

1. Untuk memelihara harta benda orang muslim agar ia tidak makan dengan cara yang
bathil
2. Memberikan motifasi kepada orang muslim agar menginfestasikan hartanya pada
usaha-usaha yang di syariatkan agama islam dan tidak mengandung tipu daya serta

3
Hasanuddin, m ridwan, alamsyah,fiqih muamalah 1(samata-gowa: Gunadarma ilmu,2018)hlm.104-
105
4
Abdul aziz asy-syannawi,ketika harta berbicara,( Jakarta selatan: PUSTAKA AZZAM,2004) hlm.180
muslihat jauh dari segala unsur yang menyebabkan perpecahan,perselisihan,dan
permusuhan seperti sector pertanian industry dan perdagangan yang benar,mulia
dan besrih.
3. Menutup berbnagai cara yang menyebabkan permusuhan diantara seorang muslim
dengan saudaranya yang muslim dan untuk meredam benih perpecahan kebencian
dan permusuhan.
4. Menghindarkan orang muslim dari sesuatu yang menyebabkan kehancuran bila
ia ,memakan hasil riba ia menjadi seorang yang jahat dan aniyayah sedangkan
perbuatan aniyah itu adalah hukuman dan dampaknya.
5. Membuka pintu-pintu kebaikan di hadapan semua muslim agar mereka dapat
melakukan persiapan untuk akhirat mereka. Jika seorang memberikan pinjaman
tanpa bunga kepada saudaranya yang muslim, maka sesungguhnya ia telah
melepaskan saudaranyab itu dari satu kesulitan dari berbagai kesulitan dunia. Maka
allah pun akan memudahkan baginya satu kesulitan datri berbagai kesulitan yang
ada.

Untuk menghindari praktik riba kita harus paham apa yang dimaksud dan
bagaimana bisa terjadi riba. Secara bahasa, riba berarti kelebihan, ekspansi,
kenaikan, tambahan, atau pertumbuhan. Dalam praktiknya riba dapat diartikan
sebagai perolehan tidak sah, yang diperoleh dari ketidakserataan kuantitatif nilai-
nilai yang dipertukarkan di dalam transaksi apapun, yang bertujuan memengaruhi
pertukaran dua atau lebih jenis barang yang termasuk dalam genus yang sama, serta
diatur menurut sebab efisien yang sama. Untuk menghindari kesalahan dalam
memahami riba dalam praktiknya penting untuk diperhatikan ketentuan berikut.
Pertukaran uang dengan uang dalam mata uang yang sama harus dilakukan dengan
memenuhi dua ketentuan di atas. Harus setara dan dilakukan dengan tunai. Namun
jika barangnya sama, misalkan sama-sama uang, namun dalam basis yang sama
seperti dengan Rupiah dengan Dolar maka yang diharuskan adalah kontan saja.5

5
https://bincangsyariah.com/kalam/fikih-ekonomi-6-menghindari-riba/
C. Implikasi dari perekonomian

Adapun implikasi dalam perekonomian riba(bunga) menahan pertumbuhan


ekonomi dan membahayakan kemakmuran nasioanal serta kesejahtraan individual
dengan cara menyebabkan banyak terjadinya distrosi di dalam perekonomian
nasional seperti inflasi, pengangguran distribusi kekayaan yang tidak merata dan
resersi. Bunga mengakibatkan munculnya kejahatan ekonomi ia mendorong orang
untuk melakukan penimbunan(hoarding) uang, sehingga mempengaruhi
peredarannya diantara sebagian besar anggota masyarakat.riba juga menyebabkan
timbulnya monopoli kertel serta konsentrasi kekeyaan di tangan sedikit orang.
Dengan demikian, distribusi kekayaan di dalam masyarakat menjadi ridak merata
dan celah antara si miskin dan sikaya pun melebar. Masyarakatpun dengan tajam
menjadi dua kelompok kaya dan miskin yang pertentangan kepentingan mereka
memengaruhi kedamaina dan harmoni di dalam masyarakat. Lebih lagi karna
bunga pula maka distrosi ekonomi seperti resesi, depresi, inflasi dan pengangguran
terjadi.
Investasi modal terhalang dari perusahan-perusahanyang tidak mampu
menghasilkann laba yang sama atau lebih tinggi dari suku bunga yang sedang
berjalan,sekalipun proyek yang ditangani oleh perusahaan itu amat penting bagi
Negara dan bangsa. Riba yang di pungut pada utang internasional akan menjadi
lebih buruk lagi karena memperparah DSR(debt-service-ratio) Negara-negara
debitur. Riba tidak hanya menghalangi pembangunan ekonomi Negara-negara
miskin, melainkan juga menimbulkan transfer sumber daya dari Negara miskin ke
negara kaya. Lebih dari itu, ia juga memengaryhi hubungan antara negara miskin
dan kaya sehingga membahayakan keamanan dan perdamaian internasional.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dasar-dasar pengukuran riba:
a. taqliq al mukhatrah (interaksi dan resiko).
b. Al-muqabalah yaitu perbandingan antara jumlah hak milik pada akhir
periode pembukuan dan hak-hak milik atas periode
c. Keutuhan modal pokok yaitu laba tidak akan tercapai kecuali setelah
utuhnya modal pokok dari segi kemampuan.
d. Laba dari produksi hakikatnnya dengan jual beli dan pendistribusian
e. Perhitungan nilai barang di akhir tahun
2. Sebab di haramkanya riba telah banyak terdapat dalam al-quran ataupun as-
sunnah mengapa ribah di haramkan.
3. Adapun implikasi dalam perekonomian riba(bunga) menahan pertumbuhan
ekonomi dan membahayakan kemakmuran nasioanal serta kesejahtraan
individual dengan cara menyebabkan banyak terjadinya distrosi di dalam
perekonomian nasional seperti inflasi, pengangguran distribusi kekayaan
yang tidak merata dan resersi. Bunga mengakibatkan munculnya kejahatan
ekonomi ia mendorong orang untuk melakukan penimbunan(hoarding)
uang, sehingga mempengaruhi peredarannya diantara sebagian besar
anggota masyarakat.riba

B. Saran

Penulis menyadari bahwa diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman
pada banyak sumber yang dapat di pertanggung jawabkan. Maka dari itu penulis
mengharapan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di
atas.

DAFTAR PUSTAKA

Al- maududi, Abul A’la. 2003. Bunga dan riba. Jakarta : Pustaka Qalami
Asy-syannawi Abdul Aziz. 2004. Ketika harta berbicara. Jakarta selatan : Pustaka
Azzam

Hasanuddin, M. Ridwan, Alamsyah.2018. fiqih muamalah 1. Samata-Gowa :


gunadarma Ilmu

https://bincangsyariah.com/kalam/fikih-ekonomi-6-menghindari-riba/

Muslehuddin Muhammad. 2004. System perbankan dalam islam. Jakarta : PT Rinneka


Cipta

Rosyidi Suherman. 2003. Pengantar teori ekonomi. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada

Suhendi, Hendi, 2002. fiqih muamalah. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai