Anda di halaman 1dari 10

LAFAL DARI SEGI

TAKLIF
(AMAR , NAHI)
Lafal dari sighat taklif

Lafaz dari segi sighat taklif mengandung dua bagian


pembahasan, yaitu tentang amar dan nahi. Tuntutan
yang mengandung beban hukum untuk dikerjakan
disebut perintah atau "amar". Sedangkan tuntutan
yang mengandung beban hukum untuk ditinggalkan
disebut larangan atau "nahi".
Pengertian Amar
Menurut bahasa arab, Amar artinya perintah, menurut istilah Amar
adalah suatu lafadz yang didalamnya menunjukkan tuntutan untuk
megerjakan suatu perkerjaan dari atasan kepada bawahan. Dari
definisi tersebut dapat dipahami bahwa Amar itu tidak hanya
ditunjukkan pada lafadz-lafadz yang memakai sighat (bentuk kata)
Amar saja, tetapi ditunjukkan pula oleh semua bentuk kata yang
didalamnya mengandung arti perintah.
Sighat (bentuk kata) Amar
Amar merupakan lafal yang mengandung pengertian perintah. Sighat Amar berbentuk sebagai berikut:
a. Berbentuk Fi’il Amar / perintah langsung.
Misalnya, firman Allah:

َ‫صالَة‬
َّ ‫اَقِ ْي ُموا ال‬
Artinya: “Dirikanlah Shalat”. (QS. Al baqarah: 43)
b. Berbentuk Fi’il mudhari’ yang didahului oleh lam Amar.
Misalnya, firman Allah:

ِ ‫ط َّوفُ ْوا ِبا ْلبَ ْي‬


ِ ‫ت ا ْلعَتِ ْي‬
‫ق‬ َّ َ‫َو ْلي‬
Artinya: “dan hendaklah thawaf sekeliling rumah tua itu (Baitullah)”. (QS.Al Haj: 29)

‫َو ْلتَك ُْن ِم ْنكُم ا ُ َّمة‬


Artinya: “dan hendaklah ada segolongan umat”. (QS. Ali Imran: 104)
c. Isim Fi’il Amr, seperti:

َ ُ‫علَ ْي ُك ْم ا َ ْنف‬
‫س ُك ْم‬ َ
Artinya: “Jagalah dirimu”. (QS. Al Maidah: 105)
d. Masdar pengganti fi’il, seperti:

َ ‫َو ِبا ْل َوا ِل َد ْي ِن ا ِْح‬


‫سانًا‬
Artinya: “dan berbuat baiklah kepada Ibu Bapak”. (QS. Al Baqarah: 83)
e. Bentuk lainnya yang semakna, seperti lafal faradla, kutiba dan lain sebagainya.

ِ ‫علَ ْي ِه ْم فِ ْي ا َ ْز َو‬
‫اج ِه ْم‬ ْ ‫ع ِل ْمنَا َما فَ َر‬
َ ‫ضنَا‬ َ ‫قَ ْد‬
Artinya: “sesungguhnya kami telah mengetahui apa yang kami wajibkan kepada mereka tentang istri istri mereka”. (QS.
Al Ahzab: 50).
Syarat yang harus ada pada kata Amar (perintah)

a. Harus berupa ucapan perintah (Amar) seperti kata uf’ul (kerjakanlah).

b. Harus berbentuk kata permintaan.

c. Tidak ada tanda-tanda (Qarinah) yang menunjukkan permintaan itu berstatus


tidak mewajibkan atau mengharuskan.

d. Datangnya permintaan itu harus dari atasan, sebab jika dari bawahan
namanya do’a.
Pengertian Nahi

Nahi menurut bahasa artinya mencegah, melarang (al-man’u),


sedangkan Menurut istilah adalah lafadz yang meminta untuk meninggalkan
sesuatu perbuatan kepada orang lain dengan menggunakan ucapan yang sifatnya
mengharuskan, atau lafadz yang menyuruh kita untuk meninggalkan suatu
pekerjaan yang diperintahkan oleh orang yang lebih tinggi dari kita. . Jadi Nahi
adalah suatu larangan yang harus ditaati yang datangnya dari atasan kepada
bawahan, yakni dari Allah SWT kepada hamba-Nya.
. Sighat (bentuk kata) Nahi
Kalimat larangan yang tidak memiliki qarinah menunjukkan hakikat larangan yang mutlak. Seperti firman Allah:

‫َارى‬
َ ‫سك‬ُ ‫صالَةَ َوأ َ ْنت ُ ْم‬ ُ ‫يَاأَيُّ َها الَّ ِذ ْي َن ا َمنُوا ََلت َ ْق َر‬
َّ ‫ب ال‬

Artinya: “hai orang-orang yang beriman, jangan kamu kerjakan shalat dalam keadaan mabuk”. (QS.An Nisa : 43)

Ungkapan yang menunjukkan kepada nahi (larangan) itu ada beberapa bentuk diantaranya:
a) Fi’il Mudhari’ yang disertai dengan la nahi, seperti:

ِ ‫ََل ت ُ ْف‬
ِ ‫سد ُْوا فِى ْاَلَ ْر‬
‫ض‬
Artinya: “janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”. (QS. Al Baqarah: 11).
b) Lafadz-lafadz yang member pengertian haram atau perintah meninggalkan sesuatu perbuatan, seperti:

ِ ‫َوا َ َح َّل ّللاَ َو َح َّر َم‬


‫الربَوا‬
Artinya: “dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. (QS. Al Baqarah: 275).
Syarat-syarat Nahi
1. Bentuk nahi hanya satu saja, yaitu fiil mudhari’ yang disertai la nahi.

2. Menunjukkan hara

3. Menunjukan makruh

4. Melarang sesuatu mengakibatkan perbuatan yang dilarang hukumnya


menjadi rusak dan tidak sah.
SEKIAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai