TAKLIF
(AMAR , NAHI)
Lafal dari sighat taklif
َصالَة
َّ اَقِ ْي ُموا ال
Artinya: “Dirikanlah Shalat”. (QS. Al baqarah: 43)
b. Berbentuk Fi’il mudhari’ yang didahului oleh lam Amar.
Misalnya, firman Allah:
َ ُعلَ ْي ُك ْم ا َ ْنف
س ُك ْم َ
Artinya: “Jagalah dirimu”. (QS. Al Maidah: 105)
d. Masdar pengganti fi’il, seperti:
ِ علَ ْي ِه ْم فِ ْي ا َ ْز َو
اج ِه ْم ْ ع ِل ْمنَا َما فَ َر
َ ضنَا َ قَ ْد
Artinya: “sesungguhnya kami telah mengetahui apa yang kami wajibkan kepada mereka tentang istri istri mereka”. (QS.
Al Ahzab: 50).
Syarat yang harus ada pada kata Amar (perintah)
d. Datangnya permintaan itu harus dari atasan, sebab jika dari bawahan
namanya do’a.
Pengertian Nahi
َارى
َ سكُ صالَةَ َوأ َ ْنت ُ ْم ُ يَاأَيُّ َها الَّ ِذ ْي َن ا َمنُوا ََلت َ ْق َر
َّ ب ال
Artinya: “hai orang-orang yang beriman, jangan kamu kerjakan shalat dalam keadaan mabuk”. (QS.An Nisa : 43)
Ungkapan yang menunjukkan kepada nahi (larangan) itu ada beberapa bentuk diantaranya:
a) Fi’il Mudhari’ yang disertai dengan la nahi, seperti:
ِ ََل ت ُ ْف
ِ سد ُْوا فِى ْاَلَ ْر
ض
Artinya: “janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”. (QS. Al Baqarah: 11).
b) Lafadz-lafadz yang member pengertian haram atau perintah meninggalkan sesuatu perbuatan, seperti:
2. Menunjukkan hara
3. Menunjukan makruh