Anda di halaman 1dari 8

PENDAHULUAN

A. Dasar Penetapan Waktu Sholat


Sholat menurut arti bahasa adalah doa atau doa meminta kebaikan. Allah swt
dalam alquran berfirman di surah At-Taubah ayat 103, yang artinya “dan
berdoalah (wa sholli) untuk mereka. Sesungguhnya doa mu (sholaataka) itu
(menumbuhkan) ketenangan jiwa bagi mereka”. Maksud dari as-Sholaa adalah
berdoa. Adapun menurut syara’ sholat berarti perkataan dan perbuatan tertentu
yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam 1.
Hukum Sholat ialah fardlu Ain. Sholat yang diwajibkan dalam sehari ada 5
waktu. Dalam pelaksanaanya, sholat telah ditentukan waktunya sesuai firman
allah dalam surah An Nisa, yaitu

ْ ‫صالَة َ كَبو‬
‫َت‬ َّ ‫ااط َمأْوَ ْىت ُ ْم فَأَقِ ْي ُمُا ان‬
َّ ‫صالَة َ ِإ َّن ان‬ ْ َ‫عهَّ ُجىُُ ِبكُ ْم فَئِذ‬ َّ ‫صالَة َ َفبذْكُ ُسَا‬
َ ََ ‫َّللا قِ َيب ًمب ََقُعُُدًا‬ َّ ‫ض ْيت ُ ُم ان‬
َ َ‫فَئِذَا ق‬
‫عهَّ ْان ُمؤْ ِمىِيْهَ ِكت َببًب َم ُْقُُت َب‬
َ

“Selanjutya, bila kamu telah menyelesaikan sholat (mu), Ingatlah allah ketika kamu
berdiri, pada waktu duduk dan ketika kamuberbaring. Kemudian, bila kamu telah terasa
aman, maka dirikanlah sholat itu(sebagaimana biasa). Sungguh Sholat adalah kewajiban
yang ditentukan waktunya bagi orang-orang yang beriman” (An-Nisa 103).

Lafadh ‫ ِكت َببًب َم ُْقُُت َب‬artinya, kewajiban yang telah ditentukan waktunya.
Maksutnya, sholat merupakan kewajiban yang mempunyai waktu-waktu tertentu
sehingga melaksanakan sholat harus sesuai dengan waktunya.

Ayat ini menyebutkan bahwa shalat memiliki waktu-waktu tertentu, akan


tetapi dalam ayat ini belum secara jelas menyebutkan tentang waktu-waktu shalat
secara terperinci, sehingga turunlah surat al-Isra ayat 782.

1
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adilatuhu (Jakarta:GemaInsani,2010), 541.
2
Zamalova, Metodologi Ayat Ahkam (Surabaya: Yayasan Pondok Modern), 52.
1
PEMBAHASAN
AYAT WAKTU SHOLAT

A. Surah Al Isra’ Ayat 78


‫ق ٱنَّ ۡي ِم ََقُ ۡس َءانَ ٱ ۡنف َۡج ِس إِ َّن قُ ۡس َءانَ ٱ ۡنف َۡج ِس َكبنَ َم ۡش ٍُُدًا‬
ِ ‫س‬ َ ّٰ َ‫ش ۡم ِس إِن‬
َ ‫غ‬ َّ ‫أَق ِِم ٱن‬
َّ ‫صهَ ُٰة َ ِندُنُُكِ ٱن‬
“Dirikanlah sholat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan
(dirikanlah pula sholat) subuh. Sesungguhnya sholat subuh itu disaksikan (oleh
Malaikat).
B. Makna Mufrodat
a) ‫ ِندُنُ ُْك‬: diambil dari kata ‫ دنك‬yang berarti tenggelam, atau menguning, atau
tergelincir dari titik tengahnya. Hal Ini mengisyaratkan dua kewajiban
sholat, yaitu sholat Dzuhur dan Maghrib. Secara tersirat hal ini juga
mengisyaratkan tentang sholat Ashar karena waktu Ashar bermula ketika
matahari mulai menguning.
b) ‫سق‬
َ ‫غ‬
َ : pada mulanya berarti penuh. Malam dinamai ghasaq al-lail karena
malam dipenuhi oleh kegelapannya. Hal ini mengisyaratkan tentang shalat
Isya'.
c) ‫قُ ْسان ْانفَ ْج ِس‬: secara harfiah berarti bacaan (Al-Qur'an) di waktu fajar. Hal ini
mengisyaratkan tentang shalat Subuh, karena tidak ada bacaan wajib di saat
fajar selain bacaan al-Qur'an (al-fatihah) di dalam shalat 3.
C. Asbabun Nuzul
Ayat ini turun bertepatan dengan suatu peristiwa Nabi SAW dan umat islam
diperintahkan untuk melaksanakan shalat lima waktu wajib dalam sehari
semalam, sedang ketika itu penyampaian Nabi SAW baru bersifat lisan dan
waktu-waktu pelaksanaannya belum tercantum dalam Alquran, hingga akhirnya
turunlah ayat ini4.
Ibadah shalat mulai diwajibkan (difardukan) pada malam Isra’, yaitu lima
tahun sebelum hijriyah. Hal ini menurut pendapat yang masyhur dikalangan ahli

3
M. Quraish Shihab, Tafsir Al Mishbah (Jakarta: Lentera hati, 2002), hal 163-164.
4
Shaleh, Qamaruddin, Asbabun Nuzul Latar Belakang Historis Turunnya Al-Quran,
Cet. 3 (Bandung, Diponegoro, 1982) hal 68
2
sejarah. Pendapat ini berdasarkan hadis riwayat sahabat Anas RA. Dia
menyatakan, “Sholat difardukan kepada Nabi Muhammad saw, pada malam Isra
dengan 50 waktu, kemudian dikurangi hingga 5 waktu. Kemudian nabi saw diseru
“wahai Muhammad, sesungguhnya keputusan-Ku tidak berubah, sesungguhnya
lima waktu ini bagimu sama pahalanya dengan 50 waktu sholat”. Sebagian ulama
Hanafiyah mengatakan bahwa sholat difardukan pada malam Isra’ sebelum hari
sabtu tanggal 17 Ramadhan 1 setengah tahun sebelum Hijrah. Namun, Al-Hafiz
Ibnu Hajar mengatakan sholat difardukan pada tanggal 27 Rajab, dan pendapat ini
diikuti oleh umat islam diberbagai negara 5.
D. Munasabah
Ayat ini menyebutkan bahwa shalat memiliki waktu-waktu tertentu, akan
tetapi dalam ayat ini belum secara jelas menyebutkan tentang waktu-waktu shalat
secara terperinci, sehingga turunlah surat al-Isra ayat 78 yang kemudian juga
diperkuat dengan surat Hud ayat 114.

َ‫ت ۚ ٰذ َنِكَ ِذ ْك َس ِٰ نِهرَّاك ِِسيه‬ َّ ‫ت يُرْ ٌِبْهَ ان‬


ِ ‫س ِيّئ َب‬ َ ‫ط َسفَي ِ انىَّ ٍَ ِبز ََ ُشنَفًب مِ هَ انهَّي ِْم ۚ إِ َّن ْان َح‬
ِ ‫سىَب‬ َّ ‫ََأَق ِِم ان‬
َ َ ‫ص َالة‬

“Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada
bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu
menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-
orang yang ingat.”

Dalam surat al-Isra ayat 78 Allah memberikan perintah kepada Rasulullah


SAW dan umatnya untuk mendirikan shalat lima waktu dengan waktu yang sudah
ditentukan dan memberikan informasi tentang keutamaan shalat subuh yaitu
disaksikan oleh para malaikat kemudian di surat al-Isra ayat 79 Allah
memerintahkan kepada Rasulullah untuk melaksanakan shalat malam yaitu shalat
tahajjud sebagai tambahan ibadah shalat wajib yang mana hal tersebut dapat
mengangkat derajatnya lebih tinggi daripada nabi-nabi sebelumnya yaitu memberi
syafa’at’ udzma di padang mahsyar pada hari kiamat yang mana hal itu tidak
diberikan oleh Allah kepada para Nabi yang lain.

5
Wahbah Az-Zuhaili,Fiqih Islam Wa Adila Tuhu, 542
3
E. Penafsiran Ayat
Ayat ini menjelaskan tentang waktu-waktu shalat wajib. Tegasnya dirikanlah
sembayang lima waktu sejak tergelincir matahari yaitu permulaan waktu zuhur
dan matahari itu sesudah tergelincir di tengah hari dari pertengahan siang akan
condong terus ke Barat sampai dia terbenam. Oleh sebab itu dalam kata
“tergelincir matahari” termasuklah Zuhur dan Ashar, sampai ke gelap gulita
malam. Artinya apabila matahari telah terbenam ke ufuk Barat, datanglah waktu
Maghrib. Bertambah matahari terbenam ke balik bumi hilanglah syafaq yang
merah, maka seketika itu masuklah waktu Isya. 6
At-Tahajjud berasal dari kata dasar tahajjada – yatahajjadu – tahajjud yang
secara harfiah bermakna tarku al-hujuud yaitu meninggalkan al-hujuud. Al-hujuud
adalah tidur. Dengan demikian tahajjud bermakna meninggalkan tidur malam dan
bangun di waktu malam untuk melaksanakan shalat dan ibadah kepada Allah
Ta’ala7.
Dan tunaikanlah pula shalat subuh. Dalam pada itu, sunah nabi yang
mutawattir telah menerangkan pula lewat perkataan atau perbuatan Beliau saw.,
rincian tentang waktu-waktu shalat yang dilaksanakan oleh umat Islam sampai
sekarang, yang dilakukan dari masa Nabi saw. Dari generasi ke generasi, dari
zaman ke zaman8.
Kemudian disebutkanlah Quranul Fajri yang secara harfiah berarti bacaan di
waktu fajar, tetapi karena ayat ini berbicara dalam konteks kewajiban shalat, maka
semua penafsir Sunnah/Syi’ah menyatakan bahwa yang dimaksud dalam ayat ini
adalah shalat Shubuh. Penggunaan istilah khusus ini untuk shalat fajar karena ia
mempunyai keistimewaan tersendiri, yaitu disaksikan malaikat 9.

6
Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Singapura : Kejaya Pnont Pte Ltd, 2007). Hal. 140.
7
Wahbah Az-Zuhaili, At-Tafsir Al-Munir fil „Aqidah wa Asy-Syari‟ah wa Al-Manhaj,
(Jakarta: Gema Insani press 2013), hal.152
8
Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi (Semarang, Karya Toha Putra,2002). Hal.
122
9
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Hal 165
4
F. Waktu-Waktu Sholat
Penentuan waktu sholat didasarkan pada hadis berikut:

ًُُ‫ش ْيءٍ مِثْه‬


ّ ‫س ََ ْانعَص َْس حِ يْهَ َكبنَ ظِ ّم ان‬ ُ ‫ش ْم‬َّ ‫ت ان‬ ِ َ‫ظ ٍْ َس حِ يْهَ شَ ان‬ ُّ ‫ي ِ ان‬
ّ ِ‫صهَّّ ب‬ ِ ‫ا َ ّمىِ ْي ِجب ِْس ْي ُم ِع ْىدَ ْانبَ ْي‬
َ َ‫ت َم َّستَي ِْه ف‬
ّ ِ‫صهّّ ب‬
‫ي‬ َ ‫َجْس فَهَ ّمب َكبنَ انغَد‬ ُ ‫ط َع انف‬ َ ‫س‬َ َ‫شفَ ُق ََانفَج َْس حِ يْه‬ ّ ‫َبة ان‬ َ ‫مس ََان ِعشَب َء حِ يْهَ غ‬ ُ ‫ش‬ ّ ‫ت ان‬ِ َ‫ة حِ يْهَ ََ َجب‬ َ ‫ََ ْان َم ْغ ِس‬
‫بزظِ ُم كُ ِّم‬ َ ‫ص‬َ َ‫صبئِ ُم ََان ِعشَب َء انظُ ٍْ َسحِ يْه‬ ّ ‫ط َسان‬ َ ‫بزظِ ُم ُ ِّل ش َْيءٍ مِثْهَي ًِ ََ ْان َم ْغ ِس َبحِ يْهَ ا َ ْف‬َ ‫ص‬َ َ‫ش ْيءٍ مِثْهًَُ ََ ْان َعص َْسحِ يْه‬ َ
ْ ْ
‫ (زَاي‬.‫اْل ْوبَيَبءِ م ِْه قَ ْبهِكَ ََان َُ ْقتُ َمببَيْهَ ٌَرَاي ِْه ان َُ ْقتَي ِْه‬ َ ْ ُ‫صف ََس ََقَ َم ٌرَ َاَ ْقت‬ ّ
ْ ‫ث انه ْي ِم ََان َفج َْس حِ يْهَ ا‬ ِ ُ‫ِع ْىدَ ثُه‬
)‫أبُداَدَغيسي‬
“Saya telah dijadikan imam oleh jibril di Baitullah dua kali, maka ia shalat bersama
saya: shalat dzuhur ketika tergelincir matahari, shalat asar ketika bayang-bayang
sesuatu menyamainya, shalat magrib terbenam matahari, shalat isya‟ ketika terbenam
syafaq, dan shalat subuh ketika fajar bercahaya. Maka besoknya sholat pulalah ia
bersama saya: shalat dhuhur ketika bayang-bayang sesuatu dua kali panjangnya, shalat
magrib ketika orang berbuka puasa, shalat isya‟ ketika sepertiga malam, dan shalat
subuh ketika menguning cahaya pagi. Lalu jibril berkata,”inilah waktu shalat nabi-nabi
sebelum engkau, dan waktu shalat ialah antara dua waktu ini.” (Riwayat Abu dawud dan
lain-lainnya).
Dalam hadis diatas dapat disimpulkan tentang beberapa waktu sholat diantaranya:
1. Waktu dhuhur
Waktu dhuhur bermula dari tergelincirnya matahari dari tengah-
tengah langit dan berlangsung sampai bayangan sesuatu itu sama panjang
dengan selain bayangan sewaktu tergelincir. Disebut sholat dhuhur
karena tampak pada tengah hari.
2. Waktu Ashar
Waktu Sholat ashar bermula bila bayang-bayang suatu benda itu
telah sama panjang dengan benda itu sendiri yakni setelah bayangan
waktu itu tergelincir. Disebut sholat asar karena semasa dengan waktu
terbenamnya matahari. Sholat asar memiliki 5 waktu:
1) Waktu fadhilah yaitu melaksanakannya pada awal waktu
2) Waktu Ikhtiyar yaitu yang berakhir hingga bayangan benda
menjadi 2 kali lipatnya.
3) Waktu Jawaz yaitu hingga terbenamnya matahari.
4) Waktu Jawaz yang tidak makruh yaitu mulai bayangan benda 2
kali lipatnya hingga langit menguning.

5
5) Waktu Tahkrim yaitu mengakhirkan sholat hingga menyisakan
waktu yang tidak cukup untuk melaksanakannya.

3. Waktu shalat maghrib :


Waktu magrib mulai masuk, bila matahari telah terbenam dan
tersembunyi dibalik tirai, dan berlangsung sampai terbenamnya syafak atau
awan merah. Dimanakan sholat magrib karena dilaksanakan pada waktu
terbenamnya matahari.
4. Waktu shalat isya
Awal waktunya yaitu ketika hilangnya awan merah (syafaq). Apabila
warna merahn.ya telah lenyap dan tidak kelihatan sedikitpun, maka hal itu
menandakan bahwa waktu shalat isya' telah masuk. Dinamakan sholat isya’
karena dilakasanakan pada waktu senja. Sholat isya’ memiliki 2 waktu:
1) Waktu Iktiyar yaitu waktu yang berakhir hingga sepertiga malam.
2) Waktu Jawaz yaitu hingga terbitnya fajar shodiq yaitu fajar yang cahayanya
menyebar secara horizontal di cakrawala.
5. Waktu Sholat Shubuh
Shalat shubuh bermula dari saat terbitnya fajar shadiq dan berlangsung
sampai terbitnya matahari. Dinamakan sholat shubuh karena waktu
pelaksanaanya pada waktu permulaan hari. Sholat subuh memiliki 5 waktu
sebagaimana sholat asar:
1) Waktu Fadhilah yaitu melaksanaanya pada awal waktu
2) Waktu Ikhtiyar yaitu mulai terbitnya fajar shodiq hingga munculnya cahaya
kekuning-kuningan.
3) Waktu Jawaz disertai makruh yaitu hingga terbitnya matahari.
4) Waktu Jawaz yang tidak makruh yaitu hingga munculnya langit yang
kemerah-merahan.
5) Waktu Takhrim yaitu mengakhirkan sholat hingga menyisakan waktu yang
tidak cukup untuk melaksanakannya10.

10
Imam Abu Syuja’, Fathul Qorib, ter. Tim Pembukuan Anfa, (Lirboyo Press: Kediri,
2016), 120-127.
6
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Ada tiga waktu sholat yang dibicarakan dalam ayat ini. Pertama,
tergelincir matahari (duluk asy-syam). Orang-orang mu’min diperintahkan
agar mengerjakan sholat setelah tergelincirnya matahari. Shalat setelah
tergelincirnya matahari mencangkup Sholat Dhuhur dan Ashar. Kedua,
gelap malam (ghasaq al-lail), yaitu terbenamnya matahari. Shalat pada
waktu ini meliputi shalat magrib dan isya. Dan ketiga, terbitnya fajar
(qur’an al-fajr), yaitu sholat shubuh.

7
DAFTAR PUSTAKA

Az-Zuhaili. Wahbah. 2010. Fiqih Islam Wa Adilatuhu. Jakarta:GemaInsani


Zamalova. 2015. Metodologi Ayat Ahkam. Surabaya: Yayasan Pondok Modern
Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al Mishbah. Jakarta: Lentera hati
Qamaruddin, Shaleh. 1982. Asbabun Nuzul Latar Belakang Historis Turunn
Quran Cet. 3. Bandung:Diponegoro
Hamka. 2007. Tafsir Al-Azhar. Singapura: Kejaya Pnont Pte Ltd
Al-Maragi, Ahmad Mustafa. 2002. Tafsir Al-Maragi. Semarang: Karya Toha
Putra
Sabiq, Sayyid. 2017. Fiqih Sunnah ter. Mahyuddin Syaf. Bandung:PT AlMa’arif
Abu Syuja’, Imam. 2016. Fathul Qorib, ter. Tim Pembukuan Anfa. Kediri:
Lirboyo Press.

Anda mungkin juga menyukai