Makalah:
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Al-Dakhil fi al-Tafsir
Oleh:
MUHAMMAD AFIIFUL ARIF E03218016
NURUL QOIMA E73218062
MOH HAKIM ALFARISI E93218112
Dosen pengampu:
Dr. Hj. Musyarrofah M HI.
SURABAYA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis diberi kelancaran dalam
menyelesaikan tugas makalah dapat terselesaikan tepat waktu. Yang kami beri
judul “Al-Dakhil Fi Al-Tafsir Aliran Qadiyaniyah”
Terima kasih kami ucapkan kepada Ibu Musyarofah selaku Dosen
pembimbing serta pengajar matakuliah Al-Dakhil Fi Al- Tafsir atas bimbingan
dan pengarahannya. Dan tak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada seluruh
teman yang saling menyemangati dalam proses penulisan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...........................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan .........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Sejarah..........................................................................................................3
B. Ajaran dan Kontroversinya..........................................................................6
C. Al-Dakhil Aliran Qadiyaniyah...................................................................11
BAB III KESIMPULAN........................................................................................14
A. Kesimpulan................................................................................................14
B. Saran.........................................................................................................14
C. Daftar Pustaka..........................................................................................15
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam menafsirkan Alquran, seorang mufassir kerap tersandera oleh
pra-pemahaman dan latar keilmuan serta ideologinya. Akibatnya, ia tidak
mampu membunyikan Alquran secara objketif. Ketika objektivitas penafsiran
tergadaikan, hasil penafsirannya pun jauh. Alquran tak dapat lagi berbicara
tentang dirinya, tapi justru kian menjauh dari pesan-pesan universalnya.
Kedaan itu kian memprihatinkan ketika didalam kitab-kitab tafsir ditemukan
sejumlah sumber data penafsiran yang tidak dapat dipertanggung jawabkan
keabsahannya. Seperti penafsiran yang dilakukan oleh salah satu sekte aliran
islam yang bernama Qadiyaniyah.
Al-Qadyaniyah adalah sekte yang lahir dari pada abad ke 19 di
Qadian, India, ditangan Mirza Ghulam Ahmad ( 1838 – 1908 M ). Pada tahun
1878, ayah nya sakit dan Ghulam Ahmad mengaku mendapatkan wahyu dari
tuhan bahwa sang ayah akan meninggal pada waktu sore hari. Cerita ini
diyakini oleh pengikutnya sebagai wahyu pertama yang diterima Ghulam
Ahmad. Pada awalnya ia mengaku mendapat perintah dari Tuhan untuk
memperbaiki umat manusa dengan mengimplementasikan ajaran Nabi Isa ibn
Maryam. Dia juga mengaku mendapatkan ilham dan wahyu dari Tuhan
sehingga secara bertahap ia mengaku bahwa ruh Nabi Isa bermayam dalam
dirinya, bisikan-bisikan yang ia peroleh merupakan wahyu Allah seperti
Alquran, Injil dan Taurat, diakhir zaman Nabi Isa akan turun di kota Qadian.
Kota Qadian adalah kota suci yang disebut Alquran dengan masjid
Aqsa oleh aliran ini, Qadyan juga kota suci ketiga setelah Makkah dan
Madinah, Haji Wajib dilaksanakan di Qadian, dia menerima wahyu berjumlah
lebih dari 10.000 ayat, orang yang tidak percaya dengan kenabiannya adalah
kafir, Alquran dan Nabi Muhammad saw. dan para nabi telah menyaksikan
kenabian Ghulam Ahmad dan masih banyak lagi.
1
2
2
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah
1
Lathrop Stoddard, Dunia Islam, terj. Panitia Penerbit (Jakarta: Panitia Penerbit,
1996).
3
4
Isa as telah wafat dan Mirza Ghulam Ahmad adalah Al-Masih yang
dijanjikan. Wahyu yang ia terima berbunyi “Masih Ibnu Maryam, Rasul
Allah SWT telah meninggal. Sesuai dengan janji, engkau menyandang
dengan warnanya.” Sejak menerima wahyu, Mirza menyatakan bahwa dirinya
sebagai Al-Masih yang dijanjikan sekaligus sebagai Al-Mahdi. 2
2
Spencer Lavan, The Ahmadiyah Movement: A History and Prespective. (Delhi:
Manohar Book Service, 1974), hal.43.
3
A. Yogaswara, Heboh Ahmadiyah. (Jogjakarta: Narasi, 2008), hal. 52
4
Ibid, hal.52
5
http://arrisalah-institute.blogspot.com/2012/02/cv-mirza-ghulam-ahmad, diakses 12
Desember 2020.
4
5
sebagai nabi dan rasul yang seluruh ajarannya harus ditaati dan dipatuhi. 6
Munculnya Ahmadiyah Qadiyan ini menurut Maulana Muhammad Ali,
karena yang terpilih sebagai khalifah II tahun 1914 dan pengganti Maulvi
Hakim Nuruddin adalah Mirza Bayiruddin Mahmud Ahmad. Ia
mengumumkan kepercayaan baru, yakni:
6
Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah Indonesia. (Yogyakarta: Lkis, 2005),
hal.73
7
S. Ali Yasir, Pengantar Pembaharuan dalam Islam (Yogyakarta: P.P Yayasan
Pengurus Islam Republik Indonesia (PIRI), 1981), hal.50
8
M. Amin Djamaluddin, Ahmadiyah dan Pembajakan Al-Qur’an. (Jakarta: Lembaga
Penelitian dan Pengkajian Al-Qur‟an, 2008), hal.196
5
6
awal, rabi’ul akhir, jumadil awal, jumadil akhir, rajab, sya’ban, ramadham,
syawal, dhulqaidah, dzulhijjah. Akan tetapi dalam kalender Ahmadiyah
Qadian, nama-nama bulan dalam kalender mereka adalah: suluh, tabligh,
aman, shahadah, hijrah, ihsan, wafa’a, zuhur, tabuk, ikhfa’, nubuwwah, dan
fatah.
Disini penulis akan membahas poin wahyu saja yang berkaitan dengan
mata kuliah Ad-Dakhil ini, tidak membahas secara keseluruhan ajarannya
agar lebih fokus. Menurut pengikut Ahmadiyah, al-Mahdi Ahmadiyah tidak
dapat dipisahkan dengan al-Masih karena al-Mahdi dan al-Masih adalah satu
tokoh dan satu pribadi, dimana wahyu yang disampaikan kepada al-Mahdi
adalah menginterpretasikan al- Qur‟an sesuai dengan ide pembaharuannya.9
9
Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah Indonesia, 105.
6
7
7
8
8
9
Dia bukakan kepada seseorang yang tidak Dia cintai dan dekat kepada-
Nya. Sesungguhnya Dia mengangkat saya sebagai nabi dalam arti itu.
3. Beberapa contoh dalam kitab Tadzkirah.
Tadzkirah merupakan kitab suci yang diyakini Ahmadiyah baik
Qadiyan maupun Lahore sebagai firman Allah, dalam kitab ini tidak
kurang dari 132 ayat Al-Qur‟an yang dicatut dengan modifikasi, berikut
adalah beberapa kutipan dari kitab Tadzkirah:10
a. Wahyu Turun
Dalam kitab Tadzkirah disebutkan bahwa Mirza Ghulam
Ahmad mendapat wahyu pada malam lailatul qadar di dekat tanah
kelahirannya, Qadian India:
قل إن كنتم. اخرتتك لنفسي. أنت وجيو يف حضريت.اي أمحدي أنت مرادي ومعي
.حتبون هللا انتبعوين حيببكم هللا ويغفر لكم ذنوبكم وىو أرحم الرامحني
10
Hafizh Dasuki,”Ahmadiyah” Ensiklopedi Islam (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,
Jilid, 1993), 147.
9
10
Katakanlah! Jika kamu mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah
akan mencintaimu dan mengampuni segala dosamu. Dan dia
mengasihimu. Dia Maha Penyayang di antara para penyayang.”
. الرمحن علم القرآن. ما رميت إن رميت ولكن هللا رمى.اي أمحد ابرك هللا فيك
10
11
ٖصا الَّ ِذ ْي بٰ َرْكنَا َح ْولَو ِِ ِ ِ ْ سب ٰحن الَّ ِذي اَس ٰرى بِعب ِدهٖ لَي ًل ِمن الْمس ِج ِد
َ ْاحلََرام ا َىل الْ َم ْسجد ْاْلَق ْ َ َّ ْ َْ ْ ْ َ ْ ُ
ِ الس ِميع الْب ِ ِ ِ ِ
صْي ُر َ ُ ْ َّ لنُ ِريَوٖ م ْن اٰيٰتنَا انَّوٖ ُى َو
11
Muhammad Ulinnuha, Metode Kritik Ad-Dakhil fit-Tafsir, (Jakarta : Qafmedia,
2019), 188.
11
12
ِ ِ ض ِ َّ ِ ِ ِ ِ
َ ّوب َعلَْي ِه ْم َوَْل الضَّال
٧ ني ُ ت َعلَْي ِه ْم َغ ِْْي الْ َم ْغ
َ ين أَنْ َع ْم
َ صَرا َط الذ٦ لصَرا َط الْ ُم ْستَق َيم
ّ ْاىد َان ا
“Doa ini (yang terdapat dalam ayat 6 – 7 surah al-Fatihah memberikan kabar
gembira bahwa Allah menempatkan kaum mukminin pada derajat orang-
orang yang diberi nikmat. Allah telah memberi kepada mereka sebagaimana
nikmat yang diberikan kepada orang-orang terdahulu. Nikmat itu ada dua
macam : yaitu nikmat ukhrawi yang puncaknya adalah kekuasaan.”
12
Ibid, 190
12
13
13
Ibid, 191.
13
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Aliran Ahmadiyyah juga bisa disebut aliran Qadiyaniyah. Nama
Ahmadiyyah dinisbahkan kepada pendirinya, yakni Mirza Ghulam Ahmad
seorang yang mengaku menjadi nabi didaerah yang bernama Qadiyan. Karena
itulah aliran ini juga dijuluki aliran Qadiyaniyah, diambil dari nama kotanya.
Aliran ini memiliki ajaran tentang kenabian Mirza Ghulam Ahmad dan
mempercayai perkataanyya, seperti berhaji di masjid Qadiyan lebih utama
daripada berhaji di masjidil Haram. Tentu hal ini secara huku syariat sudah
bertolak belakang dan sesat. Dan ajarannya tentu mempengaruhi bagaimana
aliran ini menafsirkan alquran. Dengan berdasarkan kesepakatan ulama
tentang sumber penafsiran dan metodologinya, maka Fayed memasukkan
tafsir aliran ini kedalam tafsir batiniyah yang dikritik objek atau tafsirnya.
Karena dengan memahami sejarah, ajaran dan penafsirannya, umat muslim
khususnya warga Indonesia mampu terselamatkan dari Aqidah sesat dan
ajaran yang betolak belakang dari hukum syariat.
B. Saran
Tiada gading yang retak, justru yang retak itulah gading. Makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Banyak dari kurangnya referensi yang penulis
dapatkan dan contoh-contoh serta spesifikasi pembahasan per sub-bab kurang
menyeluruh. Mungkin dari makalah ini penulis menerima masukan dengan
terbuka untuk sempurnanya makalah ini dan menjadi batu loncatan untuk
penelitan dalam bidang ini
14
15
DAFTAR PUTAKA
15