Anda di halaman 1dari 6

A.

PENDAHULUAN

1. Biografi Imam Al-Baghawi

Nama lengkapnya adalah Al-Husain Ibnu Mas’ud Al-Farra’ Al-Baghawi. Yang dinisbatkan
kepada nama desa bagha yang terletak di antara Herrat dan Marw ar-Rudz. Ia tinggal di negri khurasan
Lahir pada tahun 456 H = 1044 M. dan wafat di Marwa pada bulan syawwal tahun 516 H = 1112 M
pada usia delapan puluh tahun dan dimakamkan disebelah makam gurunya yaitu Al-Qodhi Husain Ibn
Muhammad Marw Ar-Rud. Ia seorang Ulama fiqh, ulama hadits dan ulama tafsir. Ia sangat terkemuka
dalam bidang hadits sehingga mendapat gelar “Muhyi As-Sunnah” (yang menghidupkan sunnah). Ada
juga yang meriwayatkan bahwa Al-Baghawi wafat pada tahun 510 H=1117 M. 1

Beliau dilahirkan di desa Bagha dan belajar di desa Ar-Rudz. Ia belajar fiqih kepada Al-Qodhi
Husain Ibn Muhammad Marw Ar-Rud yaitu pengarang kitab At-Ta’liqah yang terkenal dalam bidang
Fiqihnya juga dalam periwayatannya, ia adalah murid istimewanya Al-Qodhi. Ia mendengarkan riwayat
dari jalur sanad para sahabat, seperti: Marwa Abi Umar, Abdul Wahid Ibn Ahmad Al-Maliki, Abi Hasan
Ad-Dawudi, Abu Bakar Ya’qub Ibn Ahmad As-Shairafi Al-Nasaiburi wafat pada tahun 466 H, Abu Hasan
Ali Ibn Yusuf Al-Juwaini yang terkenal dengan gelar syaikh al-Hijaz wafat pada tahun 463H, dan dari
selain mereka periwayatan yang ia dengar ialah sebanyak 460 hadits, beliau juga meriwayatkannya
secara berjama’ah.

Ia adalah seorang imam yang mulia, pemadu antara ilmu dan amal dan dikatakan oleh As-
Subki bahwasanya ia adalah seorang ulama syafi’iyyah yang wara’ dan zahid. Ia diberkahi karena kitab-
kitabnya dan mendapatkan apresiasi yang luar biasa karena ketulusan niatnya. Para ulama berlomba-
lomba untuk meraih prestasi sebagaimana Al Baghawi. Ia tidak mengajar kecuali dalam keadaan
bersuci, berpakaian sederhana, mempunyai pengetahuan luas tentang tafsir, fiqih, seorang syaikh,
imam, ulama yang dijadikan panutan dan seorang yang hafizh.

Ia tumbuh dewasa dengan bermadzhab Syafi’i, karena ia hidup di lingkungan pengikut


madzhab Syafi’i, dan menimba ilmu dengan ulama-ulama pengikutnya. Ia mempunyai peninggalan
yang berharga dalam madzhab Syafi’i yaitu kitab at-Tahdzib. Dalam kitab itu ia mengarah kepada
arahan orang-orang yang ahli dalam mentarjih, menguji dan mentashih, tidak panatik terhadap
madzhabnya, tidak menghantam dengan madzhab lainya, tujuanya hanya ingin sampai kepada apa
yang lebih dekat dengan nash-nash dan lebih sesuai dengan dasar-dasar agama.

Asy-Syaikh Taqiuddin Al-Subki berkata: “Sedikit sekali kami melihatnya memilih sesuatu
kecuali apabila ditelitinya maka ia akan menemukan yang lebih kuat dari yang lainnya, selain itu ia juga
dapat mengungkapkannya dengan ringkas. Hal tersebut menunjukan bahwa ia diberikan kecerdasan
yang luar biasa dan berhati-hati dalam menulis tafsir ini.” 2

1
Samsurrohman, Pengantar Ilmu Tafsir, (Jakarta: Penerbit AMZAH, 2014), 223.
2
https://id.wikipedia.org/wiki/Al-Baghawi, (SENIN 13-JANUARI 2020, 23;48 WIB).
2. Karya-karya Imam Al-Baghawi

Ia adalah seorang yang telah menghimpun Ilmu-ilmu Al-Qur’an, Sunnah dan Fiqih. Semangat
keilmuannya yang besar ini sungguh telah menghasilkan sejumlah karangan yang berharga,
diantaranya:

1) Kitab kumpulan fatwa yang dihimpunkannya dari fatwa-fatwa gurunya Abi Ali Al-Husain
Ibn Muhammad Al-Marwazi.

2) Kitab At-Tahdzib yang membahas tentang Fiqih Imam Sya-fi’i. Kitab iniadalah karangan
yang bebas, telah dikoreksi, dan biasanya telah memuat dalil-dalilnya.

3) Kitab Syarh As-Sunnah.

4) Kitab Ma’alim At-Tanzil, yaitu kitab Tafsir yang terkenal.

2. Metodologi Penafsiran Tafsir Ma’alim al-Tanzil

Tafsir ini dikategorikan Tafsir Bil Ma’tsur karena banyak sekali mengangkat riwayat dalam
penafsirannya, termasuk berbagai kisah sejarah dan cerita Israiliyat. Dalam hal ini, pengarang kitab
tafsir ini menegaskan bahwa riwayat-riwayat itu merujuk pada kitab-kitab yang diperhitungkan oleh
para ulama, seperti kitab al-Jam’u Baina ash-Shahihain karya al-Humaidi dan kitab Jami’ al-Ushul karya
Ibn al-Atsir. Ternyata beberapa kisah sejarah dan cerita Israiliyat di dalam kitab tafsir tersebut masih
dipenuhi dengan kisah dan cerita yang batil (diragukan kebenarannya).

Ia telah menulis muqoddimah tafsirnya yang menjelaskan tentang metodenya, tujuan, dan
sisi lain dari ilmunya yang luas dalam bidang penelitian Al-Qur’an. Kemudian ia menyebutkan sejumlah
pasal yang ada dalam tafsirnya berikut penjelasannya. Yaitu pasal tentang fadilah Al-Qur’an dan
mengajarkannya; pasal tentang keutamaan membaca Al-Qur’an; pasal tentang ancaman bagi orang
yang berbicara tentang Al-Qur’an dengan pendapatnya sendiri tanpa ada pengetahuannya.

Ia telah sempurna mempersiapkan tafsirnya dari segi bahasa, karenanya ia telah berguru
dengan ahli bahasa. Sebagian orang menyangka bahwa bahasa cukup dalam mengenal tafsir, tetapi
anggapan mereka itu salah. Maka dalam tafsir harus memiliki unsur-unsur lain, diantaranya sunnah
Nabi.

Ia adalah seorang ahli Hadits yang istimewa dan dipercaya, menurut para ulama hadits ia
adalah Al-Imam Al-Hafidz At-Tsiqoh. Ia juga telah mendalami Ilmu Qiro’at dan ini terlihat dalam
tafsirnya.3

4. Corak Kecenderungan dan Karakteristik Penulisan

3
Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), 369.
Dalam menafsiran Al-Qur’an beliau juga berpegang pada kaidah-kaidah penulisan dengan
memisahkan antara tafsir dan kurung bunga .........Beliau menggunakan dua kurung bunga itu untuk
memisahkan antara tafsir dan Al-Qur’an, hal ini digunakan agar para pembaca dapat membedakan
antara tafsir dan Al-Qur’an. Beliau juga menafsirkan ayat dengan ayat dan ayat dengan hadits yang
berpegang pada tafsir bil ma’tsur.

Dalam setiap jilidnya tafsir ini mencantumkan daftar isi berupa surat dan ayat serta halaman
yang terdapat priwayatan hadits-hadits Nabi. Hadits-hadits tersebut berisi tentang keutaman-
keutamaan Al-Qur’an. Selain itu, dalam penafsiran kitab ini Al-Baghawi juga menggunakan kata-kata
yang ringkas, sehingga tidak terlalu panjang dan tidak terlalu pendek yang mencakup lima jilid. Tafsir
ini termasuk dalam tafsir tahlili dikarenakan ditulis dengan tartib mushafi, yaitu ditulis dari surat Al-
Fatihah sampai surat An-Nas.

5. Sumber Penafsiran Tafsir Ma’alim al-Tanzil

Al-Baghawi sangat selektif dalam memilih masalah yang terbaik dan menafsirkannya dengan
tidak terlalu panjang dan tidak terlalu pendek, beliau berpedoman pada:

1) Atsar As-Shahabi baik perkataan atau riwayat dari kalangan para sahabat dan tabi’in.
Seperti, Ibnu Abbas dan Ibnu Umar.

2) Hukum-hukum kebahasaan yang terdapat dalam Al-Qur’an, dalil-dalil kebahasaan (kitab


kebahasaan) dan juga syair-syair untuk menjelaskan makna ayat.

3) Sejarah Nabi.

4) Ia mengambil banyak dari para ulama qiro’at.

Dalam menafsirkan Al-Qur’an beliau mengutip atsar para salaf dengan meringkas sanad-
sanadnya. Beliau juga membahas kaidah-kaidah tata bahasa dan hukum-hukum fiqih secara panjang
lebar. Tafsir ini juga banyak memuat kisah-kisah dan cerita sehingga kita juga bisa menemukan
diantaranya kisah-kisah Israiliat yang ternyata bathil (menyelisihi syariat dan tak rasional). Namun
secara umum, tafsir ini lebih baik dan lebih selamat dibanding sebagian kitab-kitab tafsir bil ma’tsur
lain.

6. Contoh Tafsir Tafsir Ma’alim al-Tanzil

َ ‫َح يَ اءٌ َو ٰلَ ِك ْن اَل تَ ْش عُ ُر‬ ِ ِ ِ‫و اَل َت ُق ولُ وا لِ م ن ي ْق تَ ل يِف س ب‬


‫ون‬ ٌ ‫يل اللَّ ه أ َْم َو‬
ْ ‫ات ۚ بَ ْل أ‬ َ ُ ُ َْ َ
“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa
mereka itu ) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya”.(Q.S Al-
Baqarah: 154)
Ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang yang mati syahid pada perang
Badar. Dari kaum Muslimin berjumlah 14 orang laki-laki: 6 orang dari kaum Muhajirin dan 8 orang dari
kaum Anshar. Orang mengatakan jika ada yang terbunuh dijalan Allah: telah meninggal si fulan dari
kenikmatan dunia dan kesenangnnya. Sebagaimana Allah berfirman tentang orang-orang yang mati
syahid dalam perang Uhud:

َ ُ‫َح يَ اءٌ ِع ْن َد َر هِّبِ ْم يُ ْر َز ق‬ ِ ِ ِ‫و اَل حَتْ س َّ الَّ ِذ ين قُ تِ لُ وا يِف س ب‬


‫ون‬ ْ ‫يل اللَّ ه أ َْم َو اتً ا ۚ بَ ْل أ‬ َ َ ‫َ نَب‬ َ
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu
hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezki.” (Q.S Ali Imran: 169)

Al-Hasan Berkata: “Sesungguhnya orang yang mati syahid mereka hidup di sisi Allah
SWT. Rizqi mereka didatangkan di ruh-ruh mereka maka sampailah pada mereka perasaan senang dan
gembira sebagaimana api nereka di datangkan kepada ruh-ruh keluarga fir’aun di waktu pagi dan sore
maka sampai pada mereka perasaan sakit.”

7. Kelebihan dan Kekurangan Tafsir Ma’alim al-Tanzil al-Baghawi

Tafsir al-Baghawi merupakan ringkasan dari “Tafsir ats-Tsa’labi karya Ahmad bin
Muhammad ats-Tsa’labi dan al-khazin merupakan ringkasan dari al-baghawi. Karena itu, tafsir ini
dianggap “ringkasan atas ringkasan” (mukhtashar li mukhtashar), yang di dalamnya hanya berisi
cuplikan dan kutipan yang selektif, dengan menghilangkan rangkaian sanad dan menghindari
penjelasan yang panjang. Ini dimaksudkan agar bisa memberikan kemudahan bagi para pembacanya
dan kitab ini bisa lebih bermanfaat, demikian ditegaskan oleh an-Nasafi.

Imam Ibnu Taimiyah pernah ditanya tentang tafsir yang paling dekat dengan Al-Qur’an
dan As-Sunnah diantara Al-kassyaf, Al-Qurtubi atau Al-Baghawi. Beliau menjawab:”adapun diantara
tiga tafsir yang ditanyakan, tafsir yang paling selamat dari bid’ah dan hadis dhaif adalah Tafsir Al-
Baghawi, bahkan ia adalah ringkasan tafsir Atsa’labi dimana beliau menghapus hadis palsu dan bid’ah
di dalamnya”.

Menurut Al-Khazin, yang membuat ikhtisar dari Ma’alimu Al-Tanzil, bahwa Al-Baghawi dan
kitab tafsirnya merupakan karya intelektual tinggi dan dapat dijadikan rujukan.[ Menurut hasil telaah
penulis, beliau menjelaskan bagian-bagian dalam rangkaian ayat dengan singkat dan jelas. Beliau juga
tidak menyandarkan penafsiran pada riwayat atau hadis tanpa pertimbangan yang matang, sehingga
penafsirannya dapat dipertanggung jawabkan. Pada mukaddimah kitab tafsirnya disebutkan secara
rinci sanad-sanad dari pendapat atau tafsiran para sahabat, begitu pula sumber keterangan-
keterangan yang beliau kutip dalam tafsirnya. Penggunaan riwayat-riwayat israiliyyat dalam
penafsirannya juga sangat sedikit, dan hanya yang dianggap perlu dan dapat dipercaya. Penjelasan
yang diberikan sangat jelas dan singkat.
Beberapa kekurangan yang ada mungkin juga disebabkan oleh penjelasaanya yang singkat,
yang menjadikan sebagian orang merasa kurang paham atau masih mempertanyakan beberapa
pertanyaan berkaitan dengannya. Penjelasan penulis Kitab tafsir tersebut juga sangat minim sekali.

7.Penutup

Demikian makalah ini saya buat,tentunya banyak sekali kkesalahan dan kekurangan didalam
penulisan makalah ini,oleh sebab itu besar harapan pemakalah untuk dikoreksi serta di beri arahan
agar kedepan bias lebih baik lagi.

Dibawah juga kami sertakan print cover dan sedikit contoh lembaran manuskrib dari tafsir
Ma’alim al-Tanzil al-Baghawi sebagai bahan kutipan makalah.

Jazakumullahi Khoirol Jaza WAl Afwa Munkum, Wassalamualaikum Wr. Wb.


MAKALAH

TAFSIR MA’ALIM AL- TANZIL DAN BIORAFI AL- BAIDAWI

IAT-FIAI UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI

OLEH:

SYAIKHUL HADI PERMONO

DOSEN PENGAMPU:

Anda mungkin juga menyukai