Anda di halaman 1dari 14

UNTUK MEMENUHI TUGAS

STUDI KITAB TAFSIR KLASIK II

SEMESTER IV

“ TAFSIR RAWD{AT AL-‘IRFA<NI FI< MA’RIFAT AL-QUR’A<N


KARYA AHMAD SANUSI”

Disusun Oleh :

MEGA DINA INDAH SARI NIM:1718134010

VINA AIZANAH PUTRI NIM:1718134024

Dosen Pengampu :

MASRUL ANAM, Lc, MA

PROGRAM STUDI ILMU TAFSIR

SEKOLAH TINGGI ILMU AL-QUR’AN DAN SAINS AL-ISHLAH

SENDANGAGUNG PACIRAN LAMONGAN

TAHUN AJARAN 2019


KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
yang telah melimpahkan rahmat serta karuni-Nya sehingga penulis mampu
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas. Shalawat serta salam tetap
tercurahkan atas Nabi Muhammad SAW, yang telah menuntun umat manusia dari
jalan yang gelap gulita menuju jalan yang terang benderang. Ucapan terima kasih
tak lupa penulis haturkan kepada Bpk. Masrul Anam selaku dosen pengampu
mata kuliah Studi Kitab Tafsir II.

Makalah ini membahas tentang salah satu kitab tafsir klasik nusantara
yakni kitab Rawd{at al-‘Irfan Fi Ma’rifat al-Qur’an karya Ahmad Sanusi. Tafsir
tersebut merupakan tafsir berbahasa sunda yang dirancang secara sederhana untuk
memudahkan masyarakat memahami Al-Qur’an dan nilai-nilai islam didalamnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
umumnya.

Penulis mohon maaf apabila pembaca menemukan kesalahan kata atau


susunan dalam makalahnya. Oleh karena itu, penulis menerima saran dan kritik
yang membangun guna perbaikan makalah selanjutnya.

Sendagagung 23 April 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
1. Latar Belakang.......................................................................................................4
2. Rumusan Masalah..................................................................................................5
3. Tujuan....................................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
PEMBAHASAN................................................................................................................6
1. Biografi Ahmad Sanusi..........................................................................................6
2. Metode dan corak penafsiran................................................................................10
3. Contoh Penafsiran................................................................................................11
BAB III............................................................................................................................13
PENUTUP.......................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Secara umum sastra dibagi menjadi dua bagian besar yaitu sastra deskriptf
atau non imajinatif dan sastra kreatif atau imajinatif. Sastra kitab termasuk bagian
dari sastra non imajinatif atau deskriptif, di dalamnya banyak berbicara tentang
keilmuwan yang bersifat keagamaan seperti fiqh, tauhid, hadist ulum alquran
terutama masalah tasawuf dan sufisme.

Adapun selain keilmuwan-keilmuwan di atas, di nantara sastra kitab itu


juga ialah tentang ilmu tafsir. Kitab Rawd{at al-‘Irfa<n Fi< Ma’rifat al-
Qur’a<n alquran merupakan sebuah naskah kitab yang berbahasa sunda
karangan ajengan Ahmad Sanusi. Di dalamnya selain berbicara tafsir juga terdapat
keterangan-keterangan atau sisipan-sisipan yang berbicara tentang fiqh ataupun
tauhid. Oleh karena itu, karya ini dikategorikan sebuah sastra kitab melihat isi
yang terdapat di dalamnya membahas ilmu keagamaan terutama tafsir. Dalam
tulisan ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif-eksploratif dimana
metode tersebut digunakan untuk menggambarkan berbagai gejala dan fakta yang
terdapat dalam kehidupan sosial secara mendalam dan bertujuan untuk memahami
eksistensi dan relavansi antara berbagai fenomena dalam perilaku sosial secara
komprehensif.

Mengingat latar belakang Ahmad Sanusi yang hidup dalam tradisi


masyarakat Sunda, yang membesar-besarkan kehebatan adalah bukan sebuah
kebiasaan bahkan sampai-sampai ada anggapan tabu menceritakan sejarah nenek
moyangnya sendiri, bisi agul ku payung butut cenah 1. Doktrin “pamali” atau teu
wasa begitu kuat mengakar. Atas dasar faktor tersebut pemakalah mengambil
tema Ahmad Sanusi dan kitab tafsirnya, agar khasanah keilmuwan dalam bidang
agama yang merupakan pemikiran ulama-ulama terdahulu tetap terlestarikan.
Belum lagi kepentingan menuliskan sejarah adalah tradisi kecerdasan Emotional
1
Spiritual Question (ESQ), pelestarian iman-ilmu-amal, kepahlawanan serta
ketangguhan sebuah bangsa.

2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi Ahmad Sanusi?
2. Apa metode dan corak penafsiran yang digunakan dalam tafsir
Rawd{at al-‘Irfan Fi Ma’rifat al-Qur’an ?
3. Bagaimana contoh penafsiran dari tafsir Rawd{at al-‘Irfan Fi
Ma’rifat al-Qur’an ?

3. Tujuan
1. Untuk mengetahui biografi Ahmad Sanusi
2. Untuk mengetahui metode dan corak yang digunakan dalam tafsir
Rawd{at al-‘Irfan Fi Ma’rifat al-Qur’an
3. Untuk mengetahui contoh penafsiran dari tafsir Rawd{at al-‘Irfan
Fi Ma’rifat al-Qur’an
BAB II

PEMBAHASAN

1. Biografi Ahmad Sanusi


Ajengan2 Ahmad Sanusi dilahirkan di Desa Cantayan, Onderdistrik
(sekarang Kawedanaan) Cikembar, Distrik Cibadak, Afdeeling Sukabumi pada 12
Muharram 1306 H. Bertepatan dengan 18 September 1888 M. Sementara itu,
berdasarkan keterangan yang terdapat di atas batu nisan makamnya, Ahmad
Sanusi dilahirkan pada 3 Muharram 1306 H. Ayahnya bernama K.H. Abdurrahim
bin H. Yasin, seorang pengasuh pesantren di Cantayan.

Ahmad Sanusi memperoleh pelajaran agama dari orangtuanya sampai ia


berusia lima belas tahun. Setelah dewasa, sekitar tahun 1903 ia belajar ke
setidaknya sepuluh pesantren di Jawa Barat selama lima tahun. Pesantren-
pesantren tersebut di antaranya:

a. Pesantren Salajambe (Cisaat Sukabumi), pimpinan Ajengan Soleh/Ajengan


Anwar, lamanya nyantri kurang lebih sekitar 6 bulan;
b. Pesantren Sukamantri (Cisaat Sukabumi), Pimpinan Ajengan Muhammad
Siddiq, lamanya nyantri sekitar 2 bulan;
c. Pesantren Sukaraja (Sukaraja Sukabumi), pimpinan Ajengan
Sulaeman/Ajengan Hafidz, lamanya nyantri sekitar 6 bulan;
d. Pesantren Cilaku (Cianjur) untuk belajar Tasawwuf, lamanya nyantri sekitar 1
tahun;
e. Pesantren Ciajag (Cianjur), lamanya nyantri sekitar 5 bulan;

2
Ajengan adalah istilah populer di kalangan masyarakat Sunda yang merupakan sebutan kepada
ulama, baik karena ketinggian ilmunya maupun prilaku dan akhlaknya yang menjadi panutan dan
diakui sebagai pemimpin umat di lingkungannya. Ahmad Sanusi sendiri tidak menyebut dirinya
sebagai kyai maupun ajengan dalam semua buku yang ia tulis. Penyebutan gelar tersebut
diberikan oleh para pengikutnya, terlebih setelah ia meninggal dunia. Istilah ajengan juga sering
diterapkan bagi pemimpin sebuah pesantren dan sering disandarkan kepada nama tempat di
mana pesantren itu berdiri, seperti sebuatan ajengan Gunung Puyuh kepada Ahmad Sanusi
karena mempunyai pesantren yang berada di kampung Gunung Puyuh. Definisi ini dikutip dari
dengan adaptasi seperlunya oleh penulis.
f. Pesantren Gentur Warung Kondang (Cianjur), pimpinan Ajengan Ahmad
Syatibi dan Ajengan Qurtubi, lamanya nyantri kurang lebih sekitar 6 bulan;
g. Pesantren Buniasih (cianjur), lamanya nyantri kurang lebih sekitar 3 bulan;
h. Pesantren Kresek Blubur Limbangan (Garut), lamanya nyantri kurang lebih
sekitar 7 bulan;
i. Pesantren Samursari (Garut), lamanya nyantri kurang lebih sekitar 4 bulan;
j. Pesantren Gudang (Tasikmalaya), pimpinan K.H. R. Sija’i, lamanya nyantri
kurang lebih sekitar 1 tahun. Setelah melalangbuana ke berbagai pesantren,
pada tahun 1909 akhirnya Ahmad Sanusi kembali ke Sukabumi dan masuk ke
pesantren Babakan Selaawi Baros Sukabumi. Ketika nyantri di Babakan
Selaawi Ahmad Sanusi bertemu dengan seorang gadis yang bernama Siti
Djuwairiyah putri K.H. Affandi dari Keben Pedes, akhirnya beliau menikahi
gadis tersebut.3
k. Beberapa bulan kemudian setelah menikah, pada tahun 1910 Ahmad Sanusi
beserta istri berangkat ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Selanjutnya,
setelah selesai menunaikan ibadah haji, ia beserta istri tidak langsung pulang
ke halaman, namun mereka bermukim di Mekkah selama lima tahun untuk
memperdalam pengetahuan agama. Sewaktu di Mekkah Ahmad Sanusi
bertemu dengan para ulama dan tokoh pergerakan yang turut mempengaruhi
corak fikirnya seperti, Syeikh al-Maliki, Syeikh Ali Thayyibi, Syeikh Saleh
Bafadil, Said Jawani, Haji Muhammad Junaedi, Haji Mukhtar dan lain
sebagainya. Sehingga, menurut tradisi lisan yang berkembang di kalangan
para ulama Sukabumi, Ahmad Sanusi mendapat kesempatan untuk menjadi
imam shalat di Masjidil Haram sebagai penghargaan dan pengakuan
ketinggian ilmunya tersebut dari para syeikh di Mekkah.

Pada tahun 1915 Ahmad Sanusi kembali ke tanah air dan mengajar di
pesantren ayahnya selama kurang lebih tiga tahun. Kemudian ia membangun
pesantren baru sebagai pengembangan dari pesantren ayahnya di kaki Gunung
Rumphin, sebelah barat kota Sukabumi. Di tempat ini Ahmad Sanusi berhasil

3
Asep Mukhtar Mawardi, “Haji Ahmad Sanusi dan Kiprahnya dalam Pergolakan Pemikiran
Keislaman dan Pergerakan Kebangsaan Sukabumi 1888-1959” (Tesis tidak diterbitkan, Program
Magister Ilmu Sejarah Pascasarjana Universitas Diponegoro, 2011), h. 94.
megembangkan pengetahuan agamanya secara mandiri sehingga pesantrennya
cepat berkembang.4

Tidak hanya dalam bidang pendidikan dan keagamaan, Ahmad Sanusi


juga berkontribusi dalam bidang politik dan pergerakan di masyarakat. Hal
tersebut terbukti pada 1943 ia diangkat sebagai penasihat pemerintah keresidenan
daerah Bogor. Di keresidenan Bogor, Ahmad Sanusi adalah salah seorang yang
membidani lahirnya Tentara PETA (Pembela Tanah Air), BKR (Badan Keamanan
Rakyat), KNID (Komite Nasional Indonesia Daerah) juga ia menjadi ketua umum
pengurus besar AII5 (POII/PUII6). Pada 1944 ia diangkat sebagai wakil Residen
Bogor. Selanjutnya ditunjuk menjadi anggota BUPKI (Badan Penyelidik Usaha-
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Adapun karya-karya Ahmad Sanusi
berdasarkan klasifikasi disiplin ilmu, antara lain:

No. Klasifikasi dan Judul Karya Tahun Terbit Keterangan


A. Tafsir
1. ‫ملجا الطالبين‬ 1931 20 jilid
2. ‫تمشية الدسلمين فى تفسير كالم رب العالدين‬ 1934 53 jilid
3. ‫روضة العرفان فى معرفة القران‬ 1935 2 jilid (3p juz)
4. ‫كشف السعادة فى التفسير سورة الواقعة‬
5. ‫كنر الرحمة واللطف فى تفسير سورة الكهف‬
6. ‫تفريج القلوب الدؤمنين فى تفسير سورة يس‬
B. Aqidah/Tasawuf
1. ‫اللؤلؤ النضيد‬ 1917
2. ‫ترجمة فقه األكبر الحنفى‬ 1926
3. ‫ترجمة فقه األكبر الشافعى‬
4. ‫خلية العقل والفكر فى بيان مقتديات الشرك والكفر‬
5. ‫طريق السعادة فى الفرق اإلسالم‬
C. Fiqh/Pemikiran Hukum
1. ‫الجوهرة الدرضية فى مختصر الفروع الشافعية‬
2. ‫تشقيق األوهم فى الردع عن الطغام‬
3. ‫تحذير العوام من مفتريات‬
4. ‫تحذير األفكر من اإلغترار بضاللة وإفترايات تصفية‬
‫األفكرية‬
5. ‫الدفتحمات فى دفع الخيالت‬
6. ‫التنبية الداهر فى الخالط والمجاول‬
D. Hadist, Ilmu Hadist dan Ushul
1. ‫هداية البرى فى تفسير البخارى‬

4
Hanwar Priyo Handoko, Konsep Pendidikan K.H. Ahmad Sanusi, vol. 1, No. 1, h. 3.
5
Al-Ittihadiat al-Islamiyah
6
Persatuan Oemat Islam Indonesia/Persatuan Umat Islam Indonesia
2. ‫تربية اإلسالم فى أحاديث األحكام‬
3. ‫• فى بيان مقاصد الشرع‬:‫الدفيد‬
E. Ilmu Adab (Sanstra), Mantiq dan Bayan
1. ‫ علم منطق‬,‫ بشرح سلم الدنورق‬:‫مطية الغالم‬
2. )‫ (علم منطق‬,‫الكلمات الدبينة فى قصيد ابن حجه‬
3. ‫كفاية الدبينة فى تعليم سمرقندى‬
F. Nahwu dan Sharaf
1. ‫دروس النحوية فى كيفية تدريس األجرومية‬
2. ‫الدروس الصرفية‬
3. ‫شرح نظم يقول‬
4. ‫شرح متن البناء واألساس‬
G. Tajwid
1. ‫هداية الدستفيد فى أحكام التجويد‬
2. )‫هداية الفلمات (تجويد‬
H. Tarikh/Biografi
1. ‫سراج الوهاج فى االسراء والدعراج‬
2. ‫سراج األذكياء فى ترجمة األذكياء‬
3. ‫مناقب السيد عبد القادر جيالن‬
4. ‫التمشية اإلسالمية فى مناقب األئمة‬
5. ‫هداية األذكياء‬

Mengenai latar belakang kepenulisan, tidak ditemukan alasan khusus


mengenai latar belakang Ahmad Sanusi menyusun kitab tafsir Rawd{at
al-‘Irfa<n Fi< Ma’rifat al-Qur’a<n. Namun dari hasil wawancara salah
seorang penulis lain dengan keluarga, murid dan tokoh sejarawanyang ia
cantumkan dalam tulisannya, mereka berpendapat bahwa salah satu hal yang
melatarbelakangi Ahmad Sanusi menyusun kitab tafsir ini adalah untuk lebih
mempermudah masyarakat sunda dalam mempelajari dan mendalami al-Qur’an7
serta memenuhi kebutuhan intelektual masyarakat Sunda dalam bidang
keagamaan.8 Selain itu, Ahmad Sanusi juga mempunyai semangat yang tinggi
dalam menyampaikan ilmu kepada masyarakat dan memiliki hobi menulis kitab-
kitab yang berisi tentang ajaran Islam. Karena produktif membuat karya inilah,
Ahmad Sanusi digolongkan kepada salah satu ulama Sunda produktif bersama Rd.
Ma’mun Nawawi dan Abdullah bin Nuh.9

7
Munandi Shaleh, Wawancara, Sukabumi, 11 April 2017.
8
Iskandar, Wawancara, Sukabumi, 17 Februari 2017.
9
Munandi Shaleh, Wawancara, Sukabumi, 11 April 2017.
2. Metode dan corak penafsiran
Tafsir Rawd{at al-‘Irfa<n Fi< Ma’rifat al-Qur’a<n karya Ahmad
Sanusi merupakan tafsir berbahasa Sunda yang pada awalnya ditulis per juz,
kemudian diterbitkan. Namun, penulisan tafsirnya hanya sampai 16 juz
dikarenakan beliau lebih dahulu menghadap Sang Khalik, sehingga penulisannya
terhenti. Pada tahun 1982 M, penulisan tafsir Rawd{at al-‘Irfa<n Fi<
Ma’rifat al-Qur’a<n dilanjutkan oleh putra-putra beliau, yakni Ahmad
Zarkasih yang menulis juz ke 16 sampai juz 18, juz 26 sampai juz ke 29, dan
Badri Sanusi dibantu oleh Maman Abdurrahman menulis tafsir juz ke 19 sampai
juz 25.10

Pada tahun 1987, tafsir sudah genap 30 juz dengan total 498 halaman
untuk jilid pertama dan 1255 halaman untuk jilid kedua.11 Jilid pertama mulai juz
ke 1 sampai juz ke 15, sedangkan jilid kedua mulai dari juz ke 16 sampai juz ke
30. Dengan penyusunan tafsir sesuai dengan Qur’an Utsmani dan penulisannya
menggunakan arab pegon.

tafsir ini digolongkan kedalam tafsi>r bi al-ra’yi, dengan metode


penafsiran ijma>li yakni menafsirkan al-Qur’an dengan mengemukakan isi dan
kandungan al-Qur’an secara global. Sedangkan corak penafsirannya bersifat
umum, artinya penafsiran yang diberikan tidak didominasi oleh suatu warna atau
pemikiran tertentu, akan tetapi menjelaskan ayat-ayat yang dibutuhkan secara
umum.12

3. Contoh Penafsiran
Dalam menafsirkan suatu ayat, tafsir Rawd{at al-‘Irfa<n Fi<
Ma’rifat al-Qur’a<n menggunakan sistematika yang sederhana, yakni dengaan
hanya mengemukakan segi penafsirannya, memberikan kata sinonim dari lafal-
lafal ayat yang sukar serta sedikit penjelasan yang ringkas. Terjemahan ditulis
dibawah kata menggunakan arab pegon, pada beberapa surat diberi penjelasan
10
Digilib.uinsby.ac.id/Tafsir_Rawdat_al-irfani
11
Multazam25.blogspot.com/2013/11/raudhatul-irfan-fi-maaarifati-al-quran.html?m=1
12
Nuzula Ilhami, Epistemologi Tafsir Rawdah al-‘Irfani Fi Ma’rifah Al-Qur’an Karya Ahmad Sanusi,
Yogyakarta, 2017
mengenai jumlah ayat serta jumlah huruf. Sedangkan pembahasan mengenai
asba>b al-nuzu>l, qira>’at, na>skh dan mansu>kh nyaris tidak
ditemukan13. Meskipun secara keseluruhan kitab tasir ini tidak menonjolkan satu
corak khusus terkait aliran fiqih, aqidah, atau tasawuf, akan tetapi jika dilihat
secara seksama dalam penafsiran ayat-ayat tertentu yang didalamnya terdapat
perbedaan ulama, maka akan terdeteksi alirannya. seperti dalam contoh surat al-
Baqarah 228 :

‫ات يَتَ َربَّصْ نَ بِأ َ ْنفُ ِس ِه َّن ثَالثَةَ قُرُو ٍء‬


ُ َ‫َو ْال ُمطَلَّق‬

“wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri ( menunggu ) tiga


kali quru’ “

“Ayat 228 nerangkeun (1) ‘iddahna anu sok hed eta tilu sucian (2) haram
nyumputken hed atawa reuneuh (3) menang ruju’ dina ‘iddah (4) awewe anu
ditalak berhak meunang nafaqoh ‘iddah.”

Dalam ayat tersebut, Ahmad Sanusi meaparkan dengan kata-kata “


Neurangkeun ‘iddahna anu sok hed eta tilu sucian “. Yang berarti bahwa
‘iddahnya seseorang yang haid adalah tiga kali bersuci. Kata “ quru<’ “
ditafsirkan sebagai bersuci. Dari penafsiran tersebut, mengantarkan pada
pemahaman bahwa kitab tafsir ini bermadzhab Syafi’i. Karena imam madzhab
yang lainnya mengartikannya sebagai haid.

13
Digilib.uinsby.ac.id/Tafsir_Rawdat_al-irfani
BAB III

PENUTUP
1. Kesimpulan

Ahmad Sanusi dilahirkan di Desa Cantayan, Sukabumi pada 12 Muharram


1306 H. Bertepatan dengan 18 September 1888 M. Sementara itu, berdasarkan
keterangan yang terdapat di atas batu nisan makamnya, Ahmad Sanusi dilahirkan
pada 3 Muharram 1306 H. Ayahnya bernama K.H. Abdurrahim bin H. Yasin,
seorang pengasuh pesantren di Cantayan. Ahmad Sanusi memperoleh pelajaran
agama dari orangtuanya sampai ia berusia lima belas tahun. Setelah dewasa,
sekitar tahun 1903 ia belajar ke setidaknya sepuluh pesantren di Jawa Barat
selama lima tahun. Ia tidak hanya bergerak dalam bidang keagamaan saja,
melainkan juga dalam bidang politik dan pergerakan Nasional. Selama masa
hidupnya ia banyak menulis dan menghasilkan banyak karya, salah satunya tafsir
Rawd{at al-‘Irfa<n Fi< Ma’rifah Al-Qur’a<n.

Tafsir Rawd{at al-‘Irfa<n Fi< Ma’rifah Al-Qur’a<n terdiri dari 2


jilid. Jilid pertama berjumlah 498 halaman dari juz ke 1 sampai
juz ke 15, sedagkan jilid kedua berjumlah 1225 halaman dari juz
ke 16 sampai juz ke 30. Yang mana Ahmad Sanusi hanya menulis
sampai 16 juz saja dan dilanjutkan oleh putra-putranya. Metode
yang digunakan dalam penafsirannya adalah tafsir bi al-ra’yi ,
dengan penjelasan secara global dan sesuai urutan qur’an
utsmani. Dalam panafsirannya pun tidak menonjolkan satu
corak, melainkan secara umum.

Dalam makalah ini, penulis menggunakan penggalan surat al-


Baqarah ayat 228 sebagai contoh dari penafsiran Ahmad Sanusi
dalam tafsir bahasa sundanya, yakni Rawd{at al-‘Irfa<ni Fi<
Ma’rifat Al-Qur’a<n. Yang mana menjelaskan tentang penafsiran
kata quru’ dengan makna bersuci.
DAFTAR PUSTAKA
Multazam25.blogspot.com/2013/11/raudhatul-irfan-fi-maaarifati-al-quran.html?
m=1
Nuzula Ilhami, Epistemologi Tafsir Rawdah al-‘Irfani Fi Ma’rifah Al-Qur’an
Karya Ahmad Sanusi, Yogyakarta:UIN Sunan Kalijaga, 2017
Digilib.uinsby.ac.id/Tafsir_Rawdat_al-irfani
Iskandar, Wawancara, Sukabumi, 17 Februari 2017.
Munandi Shaleh, Wawancara, Sukabumi, 11 April 2017.
Hanwar Priyo Handoko, Konsep Pendidikan K.H. Ahmad Sanusi, vol. 1, No. 1, h.
3.
Mawardi, Asep Mukhtar, Haji Ahmad Sanusi dan Kiprahnya dalam Pergolakan
Pemikiran Keislaman dan Pergerakan Kebangsaan Sukabumi 1888-1959”
(Tesis tidak diterbitkan, Program Magister Ilmu Sejarah Pascasarjana
Universitas Diponegoro, 2011)

Anda mungkin juga menyukai