SEMESTER IV
Disusun Oleh :
Dosen Pengampu :
Makalah ini membahas tentang salah satu kitab tafsir klasik nusantara
yakni kitab Rawd{at al-‘Irfan Fi Ma’rifat al-Qur’an karya Ahmad Sanusi. Tafsir
tersebut merupakan tafsir berbahasa sunda yang dirancang secara sederhana untuk
memudahkan masyarakat memahami Al-Qur’an dan nilai-nilai islam didalamnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
1. Latar Belakang.......................................................................................................4
2. Rumusan Masalah..................................................................................................5
3. Tujuan....................................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
PEMBAHASAN................................................................................................................6
1. Biografi Ahmad Sanusi..........................................................................................6
2. Metode dan corak penafsiran................................................................................10
3. Contoh Penafsiran................................................................................................11
BAB III............................................................................................................................13
PENUTUP.......................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Secara umum sastra dibagi menjadi dua bagian besar yaitu sastra deskriptf
atau non imajinatif dan sastra kreatif atau imajinatif. Sastra kitab termasuk bagian
dari sastra non imajinatif atau deskriptif, di dalamnya banyak berbicara tentang
keilmuwan yang bersifat keagamaan seperti fiqh, tauhid, hadist ulum alquran
terutama masalah tasawuf dan sufisme.
2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi Ahmad Sanusi?
2. Apa metode dan corak penafsiran yang digunakan dalam tafsir
Rawd{at al-‘Irfan Fi Ma’rifat al-Qur’an ?
3. Bagaimana contoh penafsiran dari tafsir Rawd{at al-‘Irfan Fi
Ma’rifat al-Qur’an ?
3. Tujuan
1. Untuk mengetahui biografi Ahmad Sanusi
2. Untuk mengetahui metode dan corak yang digunakan dalam tafsir
Rawd{at al-‘Irfan Fi Ma’rifat al-Qur’an
3. Untuk mengetahui contoh penafsiran dari tafsir Rawd{at al-‘Irfan
Fi Ma’rifat al-Qur’an
BAB II
PEMBAHASAN
2
Ajengan adalah istilah populer di kalangan masyarakat Sunda yang merupakan sebutan kepada
ulama, baik karena ketinggian ilmunya maupun prilaku dan akhlaknya yang menjadi panutan dan
diakui sebagai pemimpin umat di lingkungannya. Ahmad Sanusi sendiri tidak menyebut dirinya
sebagai kyai maupun ajengan dalam semua buku yang ia tulis. Penyebutan gelar tersebut
diberikan oleh para pengikutnya, terlebih setelah ia meninggal dunia. Istilah ajengan juga sering
diterapkan bagi pemimpin sebuah pesantren dan sering disandarkan kepada nama tempat di
mana pesantren itu berdiri, seperti sebuatan ajengan Gunung Puyuh kepada Ahmad Sanusi
karena mempunyai pesantren yang berada di kampung Gunung Puyuh. Definisi ini dikutip dari
dengan adaptasi seperlunya oleh penulis.
f. Pesantren Gentur Warung Kondang (Cianjur), pimpinan Ajengan Ahmad
Syatibi dan Ajengan Qurtubi, lamanya nyantri kurang lebih sekitar 6 bulan;
g. Pesantren Buniasih (cianjur), lamanya nyantri kurang lebih sekitar 3 bulan;
h. Pesantren Kresek Blubur Limbangan (Garut), lamanya nyantri kurang lebih
sekitar 7 bulan;
i. Pesantren Samursari (Garut), lamanya nyantri kurang lebih sekitar 4 bulan;
j. Pesantren Gudang (Tasikmalaya), pimpinan K.H. R. Sija’i, lamanya nyantri
kurang lebih sekitar 1 tahun. Setelah melalangbuana ke berbagai pesantren,
pada tahun 1909 akhirnya Ahmad Sanusi kembali ke Sukabumi dan masuk ke
pesantren Babakan Selaawi Baros Sukabumi. Ketika nyantri di Babakan
Selaawi Ahmad Sanusi bertemu dengan seorang gadis yang bernama Siti
Djuwairiyah putri K.H. Affandi dari Keben Pedes, akhirnya beliau menikahi
gadis tersebut.3
k. Beberapa bulan kemudian setelah menikah, pada tahun 1910 Ahmad Sanusi
beserta istri berangkat ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Selanjutnya,
setelah selesai menunaikan ibadah haji, ia beserta istri tidak langsung pulang
ke halaman, namun mereka bermukim di Mekkah selama lima tahun untuk
memperdalam pengetahuan agama. Sewaktu di Mekkah Ahmad Sanusi
bertemu dengan para ulama dan tokoh pergerakan yang turut mempengaruhi
corak fikirnya seperti, Syeikh al-Maliki, Syeikh Ali Thayyibi, Syeikh Saleh
Bafadil, Said Jawani, Haji Muhammad Junaedi, Haji Mukhtar dan lain
sebagainya. Sehingga, menurut tradisi lisan yang berkembang di kalangan
para ulama Sukabumi, Ahmad Sanusi mendapat kesempatan untuk menjadi
imam shalat di Masjidil Haram sebagai penghargaan dan pengakuan
ketinggian ilmunya tersebut dari para syeikh di Mekkah.
Pada tahun 1915 Ahmad Sanusi kembali ke tanah air dan mengajar di
pesantren ayahnya selama kurang lebih tiga tahun. Kemudian ia membangun
pesantren baru sebagai pengembangan dari pesantren ayahnya di kaki Gunung
Rumphin, sebelah barat kota Sukabumi. Di tempat ini Ahmad Sanusi berhasil
3
Asep Mukhtar Mawardi, “Haji Ahmad Sanusi dan Kiprahnya dalam Pergolakan Pemikiran
Keislaman dan Pergerakan Kebangsaan Sukabumi 1888-1959” (Tesis tidak diterbitkan, Program
Magister Ilmu Sejarah Pascasarjana Universitas Diponegoro, 2011), h. 94.
megembangkan pengetahuan agamanya secara mandiri sehingga pesantrennya
cepat berkembang.4
4
Hanwar Priyo Handoko, Konsep Pendidikan K.H. Ahmad Sanusi, vol. 1, No. 1, h. 3.
5
Al-Ittihadiat al-Islamiyah
6
Persatuan Oemat Islam Indonesia/Persatuan Umat Islam Indonesia
2. تربية اإلسالم فى أحاديث األحكام
3. • فى بيان مقاصد الشرع:الدفيد
E. Ilmu Adab (Sanstra), Mantiq dan Bayan
1. علم منطق, بشرح سلم الدنورق:مطية الغالم
2. ) (علم منطق,الكلمات الدبينة فى قصيد ابن حجه
3. كفاية الدبينة فى تعليم سمرقندى
F. Nahwu dan Sharaf
1. دروس النحوية فى كيفية تدريس األجرومية
2. الدروس الصرفية
3. شرح نظم يقول
4. شرح متن البناء واألساس
G. Tajwid
1. هداية الدستفيد فى أحكام التجويد
2. )هداية الفلمات (تجويد
H. Tarikh/Biografi
1. سراج الوهاج فى االسراء والدعراج
2. سراج األذكياء فى ترجمة األذكياء
3. مناقب السيد عبد القادر جيالن
4. التمشية اإلسالمية فى مناقب األئمة
5. هداية األذكياء
7
Munandi Shaleh, Wawancara, Sukabumi, 11 April 2017.
8
Iskandar, Wawancara, Sukabumi, 17 Februari 2017.
9
Munandi Shaleh, Wawancara, Sukabumi, 11 April 2017.
2. Metode dan corak penafsiran
Tafsir Rawd{at al-‘Irfa<n Fi< Ma’rifat al-Qur’a<n karya Ahmad
Sanusi merupakan tafsir berbahasa Sunda yang pada awalnya ditulis per juz,
kemudian diterbitkan. Namun, penulisan tafsirnya hanya sampai 16 juz
dikarenakan beliau lebih dahulu menghadap Sang Khalik, sehingga penulisannya
terhenti. Pada tahun 1982 M, penulisan tafsir Rawd{at al-‘Irfa<n Fi<
Ma’rifat al-Qur’a<n dilanjutkan oleh putra-putra beliau, yakni Ahmad
Zarkasih yang menulis juz ke 16 sampai juz 18, juz 26 sampai juz ke 29, dan
Badri Sanusi dibantu oleh Maman Abdurrahman menulis tafsir juz ke 19 sampai
juz 25.10
Pada tahun 1987, tafsir sudah genap 30 juz dengan total 498 halaman
untuk jilid pertama dan 1255 halaman untuk jilid kedua.11 Jilid pertama mulai juz
ke 1 sampai juz ke 15, sedangkan jilid kedua mulai dari juz ke 16 sampai juz ke
30. Dengan penyusunan tafsir sesuai dengan Qur’an Utsmani dan penulisannya
menggunakan arab pegon.
3. Contoh Penafsiran
Dalam menafsirkan suatu ayat, tafsir Rawd{at al-‘Irfa<n Fi<
Ma’rifat al-Qur’a<n menggunakan sistematika yang sederhana, yakni dengaan
hanya mengemukakan segi penafsirannya, memberikan kata sinonim dari lafal-
lafal ayat yang sukar serta sedikit penjelasan yang ringkas. Terjemahan ditulis
dibawah kata menggunakan arab pegon, pada beberapa surat diberi penjelasan
10
Digilib.uinsby.ac.id/Tafsir_Rawdat_al-irfani
11
Multazam25.blogspot.com/2013/11/raudhatul-irfan-fi-maaarifati-al-quran.html?m=1
12
Nuzula Ilhami, Epistemologi Tafsir Rawdah al-‘Irfani Fi Ma’rifah Al-Qur’an Karya Ahmad Sanusi,
Yogyakarta, 2017
mengenai jumlah ayat serta jumlah huruf. Sedangkan pembahasan mengenai
asba>b al-nuzu>l, qira>’at, na>skh dan mansu>kh nyaris tidak
ditemukan13. Meskipun secara keseluruhan kitab tasir ini tidak menonjolkan satu
corak khusus terkait aliran fiqih, aqidah, atau tasawuf, akan tetapi jika dilihat
secara seksama dalam penafsiran ayat-ayat tertentu yang didalamnya terdapat
perbedaan ulama, maka akan terdeteksi alirannya. seperti dalam contoh surat al-
Baqarah 228 :
“Ayat 228 nerangkeun (1) ‘iddahna anu sok hed eta tilu sucian (2) haram
nyumputken hed atawa reuneuh (3) menang ruju’ dina ‘iddah (4) awewe anu
ditalak berhak meunang nafaqoh ‘iddah.”
13
Digilib.uinsby.ac.id/Tafsir_Rawdat_al-irfani
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan