Anda di halaman 1dari 6

Asal Mula Bangsa Yahudi

Pendahuluan

Ada beberapa istilah mengenai penyebutan Yahudi. Dalam literatur Inggris Yahudi
disebut juga hebrew/hebron (Ibrani), Israilites (orang-orang Israil), Judeans (orang-
orang Judah) dan Jews (orang-orang Yahudi). Sedangkan dalam literatur Arab
khususnya alquran penyebutan Israil merujuk pada Ya’qub a.s. yang juga bernama
Israil dan Yahudi merujuk pada salah seorang putra Nabi Ya’kub a.s. yang berjumlah
dua belas, yaitu putra ke empat yang bernama Yahuda.1 Pada faktanya Yahudi
memang erat kaitannya dengan Ibrani, istilah tersebut berasal dari kata ‘abara yang
berarti menyeberang dari satu tempat ke tempat lain. 2

Mengenai asal-usul bangsa ini adalah ditandai dengan hijrahnya Nabi Ibrahim dari
kampung halamannya Ur (tepi sungai Eufrat, selatan Irak), ke arah barat laut yaitu
kota Babil, terus menuju Harran di Syiria. Dari Harran, hijrah Nabi Ibrahim berlanjut
ke tanah Kan’an, terus ke barat daya, melintasi Gunung Sinai dan akhirnya tiba di
Mesir. Di kota ini (Mesir) terjadi sebuah peristiwa penting yakni pemberian hadiah
seorang budak yang bernama Hajar oleh raja Fir’un untuk Sarah yang kemudian
dinikahi oleh Nabi Ibrahim a.s.3

Allah memberi risalah kenabian dan kitab kepada anak-anak keturunan beliau. Setiap
Nabi yang diutus sesudah beliau merupakan anak-anak keturunan beliau. Kitab-kitab
samawi yang diturunkan dari langit kepada para nabi, semuanya juga diturunkan
kepada anak keturunan beliau setelah beliau tiada. Fakta tersebut yang menjadi bukti
sejarah dekatnya hubungan antara Islam, Yahudi dan Kristen yang sering dsisebut
Abrahamic religion.

Bangsa ini menjadi perhatian penting, setidaknya ada tiga alasan yang mendasari
pernyataan tersebut.

Pertama ditinjau dari kajian keagamaan, Yahudi termasuk salah satu dari tiga agama
samawi bersama dengan Kristen dan Islam. Ketiganya memiliki hubungan erat

1
Ilim Abdul Halim,"Agama Yahudi sebagai Fakta Sejarah dan Sosial Keagamaan," Jurnal Agama dan
Lintas Budaya, 1, 2 (2017), 136.
2
Rukman Abdul Rahman Said, "Hubungan Islam dan Yahudi dalam Lintasan Sejarah," Jurnal al-Asas,
2,1 (2019), 29.
3
Ibid.
berdasarkan latar belakang yang menganut keyakinan pada Tuhan Yang Esa melalui
garis panjang kenabian, seperti yang telah dipaparkan sebelumnya.

Kedua, Yahudi sebagai etnis telah memerankan berbagai peristiwa sejarah penting
dalam dinamika kehidupannya sehingga menjadi catatan sejarah dunia. Apalagi, sejak
perang kemerdekaan Israil, sekaligus perang awal penjajahan pada 1948, bangsa ini
menjadi perhatian dunia internasional. Lewat perang tersebut negara Israil yang
sekarang ini ada lahir. Sebaliknya, perang tersebut pula yang menyengsarakan bangsa
Palestina hingga kurun waktu dewasa ini.4

Ketiga, banyak tokoh-tokoh yang berpengaruh mewarnai dunia ilmu pengetahuan di


Barat berasal dari bangsa Yahudi, setidaknya sekitar 12 persen semua peraih Nobel.
Seperti, Karl Marx yang dianggap sebagai ‘Nabi’ nya aliran pemikiran Materialisme
dan komunisme; Sigmund Freud yang disebut penemu psikoanalisa dan psikologi;
Baruch Spinoza yang merupakan pembebas filsafat dari mistisisme dan mengarahkan
pemikiran manusia menuju rasionalisme dan sains modern. Tidak lupa pula ada
Albert Einsten dikenal sebagai penemu teori relativitas yang mengakibatkan
penemuan sejati bom pada abad modern ini. Tentu masih banyak lagi tokoh-tokoh
dunia keturunan Yahudi lainnya yang tercatat dalam catatan sejarah. Padahal secara
statistik mereka termasuk kecil karena kurang dari setengah persen penduduk dunia
yang dapat diklasifikasikan sebagai bangsa Yahudi.

Ibrahim sebagai Bapak Para Nabi

Membahas bangsa Yahudi tentu tidak bisa lepas dari nenek moyangnya lebih-lebih
jika yang dikaji dari segi genologi yakni Nabi Ibrahim a.s. Menurut penjelasan Ahli
Kitab dalam kitab mereka nama beliau adalah Ibrahim ibn Tarikh ibn Nahur ibn
Sarugh ibn Raghu ibn Faligh ibn ‘Abir ibn Syalih ibn Arfakhsyadz ibn Sam ibn Nuh
a.s. Sedangkan ibunda Ibrahim bernama Amilah hal tersebut disandarkan pada
pendapat al-Hafizh Ibn Asakir yang telah menceritakan tentang biografi Nabi Ibrahim
khali>lulla>h di dalam kitab Tarikh-nya dari Ishaq ibn Basyar al-Khalili penulis kitab
al-Mubtada’.5

4
Trias Kuncahyono, Jerusalem: Kesucian, Konflik dan Pengadilan Akhir (Jakarta: PT Kompas Media
Nusantara, 2008), 79.
5
Ibn Katsir, Qashash al-Anbiyaa (Jakarta: Qisthi Press, 2015), 167-168.
Selanjutnya, para ahli sejarah mengatakan bahwa Ibrahim menikah dengan Sarah
seorang wanita mandul yang tidak dapat melahirkan anak. Fakta tersebutlah kemudian
yang mendasari pernikahan Nabi Ibrahim a.s. dengan budak istri beliau yang
dihadiahkan oleh Raja Fir’aun yakni Hajar. Karena pada masa itu keturunan menjadi
sebuah hal yang penting. Alasan utama mengenai pentingnya keturunan meliputi
alasan ekonomi, keagamaan dan penghormatan leluhur. Hal itu ditandai dengan
lumrahnya praktik poligami dan levirat (perkawinan ipar) pada masa itu.6

Kemudian dari kampung halamannya Ur (tepi sungai Eufrat, selatan Irak), Tarikh
bersama putranya (Ibrahum), istrinya, Luth (anak pamannya) dan Haran pindah ke
arah barat laut yaitu kota Babil, terus menuju Harran di Syiria dan bertempat tinggal
di sana. Harran pada saat itu masih merupakan bagian wilayah Kaldaniyyun.
Masyarakatnya menyembah tujuh bintang dan berhala. Demikianlah, penduduk
Harran dan semua penduduk bumi pada masa itu merupakan komunitas orang-orang
kafir kecuali Ibrahim, istri beliau, dan Luth a.s. keponakan beliau. 7

Ibrahim a.s. adalah orang yang dipersiapkan oleh Allah sebagai rasul dan bertugas
melenyapkan kesesatan, kebatilan dan menanamkan ajaran tauhid untuk
masyarakatnya. Tidak ada tokoh yang begitu kerap disebut dalam Alquran seperti
Ibrahim. Beliau adalah kesayangan Allah (QS. 4:125), penentang penyembahan
berhala dan pejuang monoteisme (QS. 37:89-99, 21:51-71, 26:69-104). Beliau teladan
iman yang sempurna dan bersama Ismail mendirikan Ka’bah (QS. 2:124-129).8

Dari Harran, hijrah Nabi Ibrahim berlanjut ke tanah Kan’an, terus ke barat daya
melintasi Gunung Sinai dan akhirnya tiba di Mesir atas perintah Allah swt., 9 di sinilah
Nabi Ibrahim a.s. dan Sarah bertemu dengan penguasa zalim yang memiliki niat jahat
terhadap keduanya. Namun berkat pertolongan Allah mereka terlindung dari penguasa
zalim tersebut. Malahan beliau mendapat hadiah berbagai macam hewan ternak, dan
harta benda yang banyak dengan ditemani oleh Hajar al-Qibthiyah al-Mishriyah. Dari
Hajarlah Nabi Ibrahim mendapatkan anak pertamanya yang bernama Ismail a.s.

6
Yohanes K. Susanta, "Makna Teologis Keturunan sebagai Pemberian Allah bagi Keluarga dalam
Perjanjian Lama," Jurnal Teologi, 6, 2 (2017), 145.
7
Op.cit.
8
Trias Kuncahyono, Jerusalem: Kesucian, Konflik dan Pengadilan Akhir (Jakarta: PT Kompas Media
Nusantara, 2008), 41.
9
Lihat QS. Al-‘Ankabut: 26-27.
Setelah Hajar melahirkan Ismail, tumbuh kecemburuan dalam diri istri pertama Nabi
Ibrahim. Sarah meminta agar Ibrahim menyingkirkan Hajar dan anaknya agar wajah
keduanya tidak lagi terlihat olehnya. Ibrahim lantas membawa Hajar dan anaknya,
Ismail pergi menuju suatu tempat yang sekarang dikenal dengan nama Mekah.

Nabi Ishaq dan Keturunannya

Empat belas tahun setelah kelahiran Nabi Ismail, bertepatan dengan Nabi Ibrahim
yang berusia seratus tahun, lahir Ishaq a.s. Sementara itu, ibunya, Sarah, saat
dikabarkan mengenai kelahiran Ishaq a.s. telah berusia sembilan puluh tahun.10

Ahli Kitab menyebutkan bahwa Ishaq menikahi Rifqa binti Bitawabil ketika beliau
berumur empat puluh tahun. Dari pernikahan ini, lahirlah dua anak laki-laki. Anak
pertama bernama Aishu, bangsa Arab memanggilnya al-Aish. Ia adalah bapak
moyangnya bangsa Romawi dan Yunani. Sedangkan anak laki-laki kedua diberi nama
Ya’kub yang merupakan asal-usul keturunan Bani Israil.11

Jika Aishu menikahi anak perempuan Nabi Ismail dan menurunkan bangsa Romawi
dan Yunani, Ya’kub menikahi dua putri pamannya (Laban) yang bernama Layya
(Lea) dan Rahil (Rachel). Selain itu beliau (Ya’kub) juga memperistri budak istri-
istrinya yakni Zulfa dan Balha.

Dari Layya lahir Rubail, Syam’un, Lawi, Yahudza (dari nama inilah diambil nama
Yahudi), Yasakhir, Zabilun dan Dina (satu-satunya anak perempuan). Untuk Rahil
lahir dua anak laki-laki yang bernama Yusuf a.s. dan Bunyamin. Ada juga Ja>d dan
Asyir dari pernikahan Ya’kub dengan Zulfa. Dan yang terakhir adalah Da>n dan
Naftili dua anak laki-laki dari Balha.

Demikian asal-usul Bani Israil yang penulis dapatkan dari beberapa sumber. Dapat
disimpulkan bahwa bangsa Yahudi adalah anak keturunan Nabi Ya’kub a.s. Mengkaji
term mengenai bangsa Yahudi bisa dilihat dari berbagai sudut pandang mengingat
catatan sejarah menunjukkan bahwa bangsa Yahudi hidup selama 4000 tahun.
Beberapa bangsa yang sejaman dengan bangsa Yahudi telah musnah, seperti Bangsa
Babilonia, Persia, Phonenica, Hitte dan Philistine. Selama 3000 tahun bangsa Yahudi

10
Lihat QS. Ash-Sha>ffa>t: 112-113.
11
Ibn Katsir, Qashash al-Anbiyaa (Jakarta: Qisthi Press, 2015), 288.
tidak memiliki negara sendiri, tetapi mereka mampu bertahan hidup dan memelihara
identitas etnik mereka di tengah kebudayaan-kebudayaan asing.

Daftar Pustaka

Buku

Al-Hafizh Ibnu Katsir, Shahiih Qishashil Anbiyaa' (Jakarta: Pustaka Imam asy-
Syafi'i, 2009)
Huston Smith, Agama-Agama Manusia (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2015)

Ibn Katsir, Qashash al-Anbiyaa (Jakarta: Qisthi Press, 2015).

Jerald F.Dirks, Salib di Bulan Sabit: Dialog Antar Iman Islam-Kristen (Jakarta: PT
Serambi Ilmu Semesta, 2001)

Trias Kuncahyono, Jerusalem: Kesucian, Konflik dan Pengadilan Akhir (Jakarta: PT


Kompas Media Nusantara, 2008)

Jurnal

Rukman Abdul Rahman Said, "Hubungan Islam dan Yahudi dalam Lintasan Sejarah,"
Jurnal al-Asas, 2,1 (2019).

Gumilar Irfanullah,"Hubungan Harmonis antara Muslim dan Yahudi sejak Masa


Kenabian sampai Masa Umayyah di Al-Andalus," Indonesian Journal of
Multidiscipinary Islamic Studies, 1, 1 (2017).

Yohanes K. Susanta, "Makna Teologis Keturunan sebagai Pemberian Allah bagi


Keluarga dalam Perjanjian Lama," Jurnal Teologi, 6, 2 (2017).

Ilim Abdul Halim,"Agama Yahudi sebagai Fakta Sejarah dan Sosial Keagamaan,"
Jurnal Agama dan Lintas Budaya, 1, 2 (2017).

Anda mungkin juga menyukai