Anda di halaman 1dari 14

Kritik Terhadap Tafsir

Linguistik
Kelompok 11 IAT 6B:
Hilda Almutiatul Afwa (17210837)
Hilmi Rabi’ah Nur (17210839)
Iffah Nurul Itsnaini (17210841)
Qurrota A’yunin (17210881)
Definisi Tafsir Linguistik
Tafsir Linguistik atau tafsir Lughawi terdiri dar dua kata yaitu tafsir dan
Lughawi. tafsir yang akar katanya berasal dari ‫سر‬ 22‫ ف‬bermakna keterangan atau
penjelasan. Kemudian lafal tersebut diikuti wazan ‫عل‬ 22‫ ف‬yang berarti
menjelaskan atau menampakan sesuatu. Dengan demikian, tafsir adalah
membuka dan menjelaskan pemahaman kata-kata dalam Al-Qur’an.
Sedangkan linguistik berarti bersifat kebahasaan, atau dalam Bahasa arabnya
dikenal dengan istilah lughawi berasal dari kata‫غي‬ 22‫ ل‬yang berarti gemar atau
menetapi sesuatu.
dari penjelasan diatas, dapat ditarik sebuah pemahama bahwa yang
dimaksud dengan tafsir linguistik/lughawi adalah tafsir yang mencoba
menjelaskan makna-makna Al-Qur’an dengan menggunakan kaidah-kaidah
kebahasaan. Atau lebih simpelnya tafsir linguistic adalah menjelaskan Al-
Qur’an melalui interpretasi semiotic dan semantic yang meliputi etimologi,
morfologi, leksikal, gramatikal dan retorikal.
Sejarah Perkembangan Tafsir Linguistik
Awal mula munculnya tafsir linguistik yaitu pada masa sahabat, mereka ini
merupakan orang yang paling memperhatikan, mempelajari, menghafal dan
merealisasikan Alquran. Namun, sebelum mengamalkan Alquran, mereka
mancari tahu tentang makna setiap lafal atau kata yang tidak termasuk dalam
bahasa mereka, atau kata yang jarang digunakan atau kata yang tidak
menggunakan makna aslinya.Hal itu sering terjadi setelah Rasul saw wafat.
Salah seorang sahabat Rasul yang paling banyak ditanya tentang makna dan
sinonim kalimat Alquran, lalu ia dalam menafsirkan Alquran menggunakan
pendekatan bahasa atau syair-syair arab klasik adalah Abdullah bin Abbas.
Penafsiran Abdullah bin Abbas yang cenderung menjadikan syair sebagai salah
satu sumber penafsirannya merupakan cikal bakal munculnya madrasah
lughah. Hal itu terjadi ketika menjadi pengajar dan pembimbing di madrasah
tafsir di Makkah yaitu pada abad pertama Hijriyah dan diteruskan oleh para
muridmuridnya seperti Said bin Jabir, Mujahid bin Jabar, Ikrimah, Thawus bin
Kaisan dan Atha‟ bin Abi Rabah hingga abad ke-2 Hijriyah.
 Pada abad ke-3 Hijiriyah, muncullah tiga madrasah yaitu Madrasah alLughah
yang diprakarsai oleh Abu Zakariya al-Farra‟ (w. 207 H) yang menafsirkan
Alquran melalui pendekatan bahasa dengan kitabnya “Ma‟an Alquran”, Abu
Ubaidah (lahir 110 H) dengan tafsrinya “Majaz Alquran” dan Abu
 Ishaq al-Zajjaj (w. 311 H) dengan kitabnya “Ma‟an Alquran”, kemudian
Madrasah al-„Aqliyah yang dipelopori Imam al-jahizh dan Madrasah al-Tafsir
bi al-Ma‟tsur oleh Ibn Jarir al-Thabary (w. 224 – 310 H). Tafsir al-Thabari juga
dikenal sebagai tafsir yang mencoba memadukan elemen riwayat dan
bahasa.14 Sejak itulah, penafsiran melalui pendekatan bahasa berkembang
dan senantiasa digunakan dan dibutuhkan hingga dewasa ini.
Jenis-jenis Tafsir Lingustik
 Tafsir nahwu atau I’rab Al-Qur’an yaitu tafsir yang hanya focus pada
pembahasan I’rab (kedudukan) setiap lafadz Al-Qur’an, seperti kitab At-
Tibyan fi I’rab Al-Qu’an karya Abdullah bin Husain Al-Akhbary.
 Tafsir Sharaf atau morfologi (semiotic dan semantik) yaitu tafsir lughawi
yang focus membahas aspek makna kata, isytiqaq dan korelasi antar kata
sepreti Tafsir Al-Mishbah.
 Tafsir munasabah yaitu tafsir linguistic yang lebih menekankan pada aspek
korelasi antar ayat atau surat, seperti mafatih Al-Ghaib karya Fakhuddin Al-
Razi dll.
 Tafsir Al-Amtsal yaitu tafsir yang cenderung mengekpos perumpamaan-
perumpamaan dan majaz dalam Al-Quran.
 Tafsir Balaghah
Parameter penafsiran yang dikategorikan
menyimpang dari kaidah bahasa:
1. Kontradiksi dengan kaidah umum yang ada dalam Al-Qur’an dan Sunnah.
2. Bertentangan dengan konteks pembicaraan (siyaq al-kalam).
3. Penakwilaan yang dipaksakan sesuai selera penafsir.
4. Keluar dari kaidah gramatikal Arab dengan cara menggunakan makna
turunan.
5. Jauh dari makna umum ayat.
Kerurangan dan Kelebihan Tafsir
Kelebihan tasfsir Linguistik :
Linguistik
 Mengukuhkan signifikasi linguistic sebagai pengantar dalam
memahami Al-Qur’an karena Al-Qur’an merupakan Bahasa yang
penuh dengan makna.
 Menyajikan kecermatan redaksi teks dan mengetahui makna berbagai
ekspresi teks sehingga tidak terjebak dalam kelakuan berekspresi
pendapat.
 Memberikan gambaran tentang Bahasa arab, baik dari aspek
penyusunannya, indikasi huruf, berbagai kata benda dan kata kerja
dan smua hal yang terkait dengan linguistic
 Mengikat mufasir dalam bingkai teks ayat-ayat Al-Qur’an sehingga
membatasinya dari terjerumus ke dalam subjektivitas yang
berlebihan.
 Mnegetahui makna-makna sulit dengan pengetahuan ushlub (gaya)
bahsa arab.
Kekurangan tafsir Linguistik
 Terjebak dalam tafsir harfiyah yang bertele-tele sehingga terkadang
melupakan makna dan tujuan utama Al-Qur’an
 Mengabaikan realitas social dan Asbab An-Nuzul serta nasikh Mansukh
sehingga akan mengantarkan kepada kehampaan ruang dan waktu yang
akibatnya pengabaian ayat makkiyah madaniyah.
 Peniruan lafdzian (kata), otoritas historis yang bersebrangan dan keragaman
pendapat pakar Bahasa arab akan mengurus pikiran sehingga melupakan
tujuan utama tafsir yaitu pemahaman Al-Qur’an.
Jenis-jenis ad-dakhil dalam jalur tafsir linguistik beserta
contohnya.
Menurut Fayed, kritik terhadap penafsiran linguistik ini dibagi menjadi 3
bagian:
 Kritik terhadap penafsiran yang berkaitan dengan makna kosa kata.
 Kritik terhadap penafsiran yang berkaitan degan kaidah gramatikal.
 Kritik terhadap penafsiran yang berkaitan dengan qira’at.
Kritik terhadap penafsiran yang berkaitan dengan makna kosa kata
dibagi lagi menjadi beberapa kategori :

1. Mengubah redaksi atau 2. Menakwilkan kata


3. Menakwilkan ayat
kosa kata Al-Qur’an, dengan makna yang tidak
dengan makna yang asing
contohnya : dikandung kata tersebut,
dan aneh, seperti :
contohnya :
Penafsiran kata salsabil
(nama sumber mata air
Kata imamihim (pemimpin
Salsabil) dalam QS. Al-
mereka) dalam QS. Al-Isra’
Insan [76]: 18, dengan Kata akbarnahu (mereka
[17]: 71, ditafsirkan
cara memecahnya [kaum wanita] mengagumi
dengan ummahatihim
menjadi 2 suku kata; sal Yusuf) dalam QS. Yusuf
(ibu-ibu mereka). Ayat
(mintalah) dan sabil [12] : 31 ditafsiri dengan
tersebut dipahami bahwa
(jalan). Artinya Rasul dan hidna (mereka menjadi
dihari kiamat nanti
umatnya diperintahkan haid).
manusia akan dipanggil
untuk meminta jalan agar
dengan nama ibunya.
dapat sampai pada
sumber mata air tersebut.
5. Menafsirkan ayat
4. Menafsirkan ayat 6. Menafsirkna ayat
dengan makna yang
dengan makna yang dengan makna yang tidak
bertentangan dengan
menjijikan atau sesuai dengan
logika dan ajaran agama,
memalukan, contohnya : konteksnya, contohnya:
contohnya :

Kata al-furqan dalam QS.


Penafsiran kata
Al-Baqarah [2] : 53 yang
wahjurhum (dan Penafsiran kalimat innahu
ditafsirkan dengan Al-
tinggalkanlah mereka) laysa min ahlik (dia
Qur’an. Konteks ayat ini
dalam QS. An-Nisa [4] : 34 [Kan’an] tidak termasuk
tidak sedang berbicara
dengan warbutuhunna wa keluargamu) dalam QS.
tentang Al-Qur’an atau
akrihuhunna ‘ala al-jima’ Hud [11] : 46 dengan Ibn
Nabi Muhammad,
(ikat dan paksalah mereka al-zina (anak zina).
melainkan tentang Nabi
[istri] untuk berjimak).
Musa.
Contoh Dakhil dalam Tafsir Linguistik.

 Seperti pada Surah Al- Isra ayat 71, yaitu:


 َ ‫ُون ِك َتا َب ُه ْم َواَل ي ُْظ َلم‬
‫ُون َفتِياًل‬ َ ‫اس ِبإِ َمام ِِه ْم ۖ َف َمنْ أُوت َِي ِك َتا َب ُه ِب َيمِي ِن ِه َفأُو ٰ َلئ‬
َ ‫ِك َي ْق َرء‬ ُ
ٍ ‫َي ْو َم َن ْدعُو ُك َّل أ َن‬
 “(Ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya; dan
barangsiapa yang diberikan kitab amalannya di tangan kanannya maka mereka ini akan
membaca kitabnya itu, dan mereka tidak dianiaya sedikitpun”
 penafsiran yang dilakukan oleh Muhammad Bin Ka’ab al- quraiz ialah Terma *‫ إ*مام‬dalam ayat diatas
menurut Muhammad Bin Ka’ab al- Quraiz adalah bentuk plural dari kata *‫ ُ ّأ*م‬, ayat ini dapat
dimaknai, bahwa semua manusia akan dipanggil dengan nama ibunya. Penafsiran terhadap *‫إ*مام‬
yang dilakukan Muhammad Bin Ka’ab al- Quraiz diatas juga bertentangan dengan penafsiran
mayoritas ulama.
 Adapun menurut At- Thabary, bahwa kata *‫ إ*مام‬dalam ayat diatas lebih tepat bermakna sebagai
seseorang yang diikuti ketika didunia karena terma *‫ إ*مام‬dalam penggunaan bahasa Arab
bermakna “Sesuatu atau Seseorang yang dijadikan Imam (panutan) dan diikuti”.
 Kritik terhadap penafsiran linguistik yang berkaitan dengan kaidah
gramatikal, seperti : penafsiran sebagian kelompok terhadap QS. Al-A’raf [7]
: 16 yang menjadikan huruf ma pada ayat ini sebagai ma istifham
(pertanyaan) bukan sebagai ma masdariyah. Dengan menjadikan ma pada
ayat ini sebagai istifhamiyah, maka seakan-akan makna ayat di atas adalah:
Iblis bertanya kepada Allah, “dengan apa Engkau menghukum aku?”
kemudian setelah itu Iblis melanjutkan pertanyaanny: “Saya benar-benar
akan (menghalang-halangi) mereka dari jalanMu yang lurus.”
 Kritik terhadap tafsir linguistik yang berkaitan dengan qira’at, dalam hal ini
terdapat dua cara yang digunakan untuk merusak Al-Qur’an dari jalur
qira’at, yaitu : menafsirkan Al-Qur’an dengan menggunakan atau
menciptakan qira’at (bacaan) sendiri tanda dasar dan jalur sanad yang
valid, dan menjauhkan Al-Qur’an dari penafsiran yang sejalan dengan
qira’ah sahihain.
 Contohnya penafsiran sebagian kelompok Muktazilah terhadap QS. al-Falaq
[113] : 2 dengan cara membaca tanwin pada kata Syarrin kemudian
menjadikan huruf ma pada ma khalaq sebagai huruf nafy. Berdasarkan
bacaan ini maka maksud ayat tersebut adalah, “dari keburukan yang tidak
diciptakan oleh Allah, tapi diciptakan oleh pelaukunta sendiri.”
Daftar Pustaka :
 Muhammad Ulinnuha, Metode Kritik Ad-Dakhil fit Tafsir; Cara Mendeteksi
Adanya Infiltrasi dan Kontaminasi dalam Penafsiran Al-Qur’an, (Jakarta: QAF,
2019).
 Islam, Ahmad Fakhruddin Fajrul, “Ad- Dakhil Fil Al- Tafsir (Studi Kritis Dalam
Metodologi Tafsir)”, Jurnal, No. 2 , Vol. 12, 2 Desember 2014.

Anda mungkin juga menyukai