Makalah :
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah
Al-Dakhil fi Tafsir
Oleh :
1. Azalia Wardha Aziz (E03217012)
2. Ihdal Umami Jahira (E93218095)
Dosen Pengampu :
Dr. Hj. Musyarrofah, MHI
197106141998032002
Puji syukur penulis ucapkan, Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah-Nya atas
segala kemudahan yang diberikan oleh Allah SWT dalam merampungkan Makalah “Al-
Dakhil fi Al-Tafsir dari Kelompok Syi’ah dan Khawarij” ini di harapkan dapat
memenuhi tugas matakuliah al-dakhil fi al-tafsir. Di samping itu, di harapkan juga
dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan, khususnya pada ilmu itu sendiri
terhadap penulis baik pembaca maupun segala pihak.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis memohon hidayah dan ma’unah-
Nya, Karena Dia-lah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Penyayang.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………...…………...ii
DAFTAR ISI……………………………………………………….……………iii
BAB I PENDAHULUAN…………………...…………………………………..1
BAB II PEMBAHASAN
A. Tafsir Madzhab Syi’ah ………………….......................………….…….2
B. Penafsiran Madzhab Syi’ah Terhadap Al-Qur’an..................................3
C. Ruang Lingkup Tafsir Mazdhab Khawarij.……………………...…....10
D. Penyimpangan Khawarij dalam Menafsirkan Alquran …….………..12
BAB III PENUTUP………………...……………………………...…………....14
DAFTAR PUSTAKA…...….………………………………………….……..…15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Imam Al-Suyuthi menuturkan berdasarkan riwayat al-Kirmani yang
menyusun kitab al-‘Aqa>il wa al-Ghara>ib yang terdiri dalam dua jilid. Kitab ini
berisi perkataan dan pendapat yang berhubungan dengan ayat-ayat Alquran yang
tidak diketahui kebenarannya oleh para Mufassir. Mungkin juga terdapat pernyatan-
pernyataan yang tidak layak utuk diikuti dan dipercayai, maka untuk setiap orang
diharapkan berhati-hati terhadap penafsiran yang menyesatkan dan salah.
Pada pembahasan ini akan dijelaskan dari tafsir madzhab Khawarij dan Syiah
agar terhindar dari kepalsuan yang tanpa disadari telah masuk ke dalam masyarakat
Islam yang hanya taqlid (ikut-ikutan), fanatik, pemikiran yang kacau dan selalu
menturuti hawa nafsunya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tafsir madzhab syia’ah dan penafsirannya terhadap Al-Qur’an?
2. Bagaimana ruang lingkup tafsir madzhab khawarij dan penafsirannya terhadap Al-
Qur’an?
C. Tujuan
1. Mengetahui tafsir madzhab syia’ah dan penafsirannya terhadap Al-Qur’an.
2. Mengetahui ruang lingkup tafsir madzhab khawarij dan penafsirannya terhadap
Al-Qur’an?
1
BAB II
PEMBAHASAN
Paham syi’ah memiliki banyak golongan dan sekte yang sebagian dari
mereka melampaui batas dalam menunjukkan kasih sayang terhadap Imam Ali r.a.
Diantara mereka, sebagian terpengaruh oleh doktrin dan sebagian yang lain bersikap
moderat. Tidak hanya itu, muncul kelompok lain yang menjadi pendukung fanatik
dengan menunjukkan kesetiannya kepada Ali r.a secara berlebihan. Ibn Saba’
dianggap sebagai pemimpin kelompok ini. Ia merupakan seorang Yahudi licik yang
tidak pernah memeluk agama Islam, dengan maksud menjebak dan membuat
komplotan rahasia untuk melawan orang-orang yang beriman. Kelompok ini
mempercayai bahwa malaikat Jibril melakukan kesalahan dalam proses penyampaian
wahyu. Menurut kelompok tersebut, malaikat Jibril diperintahkan untuk
menyampaikan wahyu kepada Ali r., namun secara tidak sadar Jibril melakukan
kesalahan dengan menyampaikan wahyu tersebut kepada Nabi Muhammad SAW.
Kelompok ini tidak hanya bermusuhan dengan kaum Muslimin dan menentang
aqidahnya, tetapi juga menyatakan perang terhadap kaum Muslimin.1
Telah disebutkan bahwa ada kelompok yang moderat, mereka tetap
memelihara pendekatan yang seimbang dan objektif. Mereka tidak mudah terjerumus
pada kekafiran, namun tetap banyak yang berbeda dengan ahl sunnah wal al-jamaah.
Kelompok ini tetap meyakini sepenuhnya akan keunggulan Ali r.a di antara sahabat-
sahabat nabi yang lain, disebabkan bagi mereka Ali r.a merupakan manusia yang luar
biasa hebat dan lebih layak menjadi khalifah dibandingkan sahabat-sahabat yang
lainnya. Mereka juga mengklaim Ali r.a sebagai kandidat satu-satunya yang
memenuhi syarat dan memiliki legitimasi karena dia berasal dari ahl al-bait, tiga
khalifah sebelumnya telah merampas hak Ali r.a dalam menduduki posisi khalifah. 2
Berbagai tuduhan telah dituduhkan kepada para khalifah Nabi Muhammad
SAW, dianggap sebagai perampas dan pemeras. Namun, ada pula kelompok lain
1
Thameem Ushama, Metodologi Tafsir Al-Qur’an; Kajian Kritis, Objektif dan Komprehensif
Terj. Hasan Basri. dkk, (Jakarta: Riora Cipta, 2000), 43.
2
Ibid., 43.
2
3
yang secara diam-diam lebih menyukai Ali r.a dan bersumpah menjadi pengikut
setianya tanpa mengkritik ketiga khalifah lainnya. Sedangkan kelompok lainnya,
merasa tidak senang terhadap kedua khalifah Abu Bakar dan Umar dengan
melemparkan fitnah, seperti menuduh kedua khalifah tersebut orang-orang yang
sesat. Padahal kenyatannya, mereka telah diberi penghormatan oleh Allah SWT
dalam banyak ayat dan dijadikan sebagai sahabat Nabi yang istimewa.3
Hal ini, tentunya berpengaruh pada penafsirannya terhadap Al-Qur’an, seperti
yang disebutkan oleh Ignaz Goldziher dalam bukunya Madzhab Tafsir; Dari Klasik
Hingga Modern, bahwa tokoh agama dari sekte ini belum berusaha sungguh-
sungguh dalam menetapkan prinsip dasar yang mampu membedakan keyakinan
keagaaman dan politik mereka sebagai ketetapan yang pasti dalam Al-Qur’an.4 Sekte
ini pun juga menggunakan Al-Qur’an Ustmani sebagai dasar pedoman, namun tidak
dalam hal penetapan qira’at Al-Qur’an dan menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an sesuai
dengan kepentingan kelompoknya. 5
Sesungguhnya kamu benar-benar dalam keadaan berbeda pendapat, dipalingkan
daripadanya (Rasul dan Al-Qur’an) orang yang dipalingkan. 6
Sebagian ulama Syi’ah ketika menafsirkan ayat ke-8 tersebut, menyatakan
siapa yang jujur, terus terang, dan setia kepada wilayah Ali r.a akan masuk surga
dan siapa yang tidak setuju kepada wilayah Ali r.a maka akan masuk neraka.
Mengenai ayat berikutnya, mereka menafsirkan bahwa ungkapan dalam ayat ini
mengarah kepada Ali r.a. Sehingga, secara tidak langsung ungkapan dari ayat itu
bermakna siapa yang menjauhkan diri dari wilayah Ali r.a maka akan jauh dari
surga.7
3
Thameem Ushama, Metodologi Tafsir..., 44.
4
Ignaz Goldziher, MADZHAB TAFSIR; Dari Klasik Hingga Modern terj. M. Alaika Samullah
dkk. (Yogyakarta: elSAQ Press, 2006), 315-337.
5
Ibid., 337.
6
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Bandung: Departemen Agama RI,
2008), 857.
7
Thameem Ushama, Metodologi Tafsir..., 44.
4
Tentang apakah mereka saling bertanya-tanya? Tentang berita yang besar, yang
mereka perselisihkan tentang ini. 8
Secara umum, ayat tersebut dipahami sebagai pesan tentang hari
kebangkitan atau hari kiamat, An-Naba Al-Adhim (berita besar) yang
diterjemahkan sebagai pesan tertinggi. Maka hal ini perlu kembali ke Al-Qur’an
sebagai pesan wahyu akan misi kenabian dan mengenai peristiwa dahsyat yang
terjadi pada hari itu. Para ulama madzhab Syi’ah berbeda pendapat akan
penafsiran terhadap pernyataan ayat Al-Qur’an tersebut. Mereka mengatakan
bahwa Ali bin Abi Thalib diceritakan telah menyatakan kepada sahabat-
sahabatnya; “Demi Allah saya adalah berita besar, di mana semua bangsa berbeda
bahasa mereka, demi Allah berita untuk Allah lebih besar daripada untuk saya dan
tidak, demi Allah tidak ada tanda yang lebih besar daripada saya”. Hal itu
bertentangan dengan riwayat lainnya, namun penafsiran itu didasarkan pada
dirayah atau ra’yu (pikiran) dan isyarat (indikasi). Tentu bagi para mufassir ahl
sunnah wa al-jama’ah penafsiran seperti ini mutlak sesat, aneh, asing, dan salah.
Selain itu juga, penafsirannya sangatlah kontradiksi antara makna eksternal (lahir)
dan leksikal (bahasa).
3. Surat Ali-Imran (3);110;
8
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan.., 1013.
9
Ibid., 98.
5
10
Ignaz Goldziher, MADZHAB TAFSIR;.., 341.
11
Ibid., 341.
12
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan.., 570.
13
Ignaz Goldziher, MADZHAB TAFSIR;.., 341.
6
dengan Allah dan Rasulnya. Hal ini, tidak patut dilakukan dengan ibarat lainnya
yang lebih sederhana dan tidak relevan dengan makna ayat aslinya. 14
Adapun contoh penafsiran kelompok madzhab syi’ah lainnya seperti Al-Itsna’
Asyriah sebagai berikut;15
1. Surat An-Nazi’at (79);6-7;
Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang
beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk
(kepada Allah).
Walliyukum oleh mereka ditafsirkan sebagai pemimpin-pemimpin syi’ah
istna ‘asyariyah, penafsiran ini menyimpang dan keliru.
3. Surat An-Nahl (16);51;
Allah berfirman; “Janganlah kamu menyembah dua Tuhan; sesungguhnya
Dialah Tuhan Yang Maha Esa, maka hendaklah kepada-Ku saja kamu takut.17
Hal ini ditafsirkan oleh syi’ah itsna ‘asyariyah bahwa tidak boleh
mengangkat dua imam karena imam itu hanyalah seorang saja, tidak ada imam
selain Ali r.a.
14
Ignaz Goldziher, MADZHAB TAFSIR;.., 342.
15
Thameem Ushama, Metodologi Tafsir..., 46.
16
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan.., 1018.
17
Ibid., 410.
7
Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti
abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka
tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di
dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh. 18
Ayat ini oleh mereka ditafsirkan kepada orang-orang yang tidak mau
menerima wilayah Ali r.a, sehingga amalan mereka sia-sia dan hampa. Perbuatan
mereka dianggap sebagai debu yang ditiup oleh angin kencang.
5. Surat An-Naba’ (78);40;
18
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan.., 383.
19
Ibid., 1016.
20
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan.., 623.
21
Thameem Ushama, Metodologi Tafsir..., 47.
8
Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada
orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-
26
hamburkan (hartamu) secara boros.
Ayat ini dijadikan dalil dasar yang digunakan sebagai madzhab
pemikiran syi’ah kelompok ini. Dalam ayat ini menetapkan kewajiban bagi
orang Islam agar memberikan hak-hak pada keluarga yang lebih dekat, dan
menolong golongan miskin serta orang-orang yang membutuhkan pertolongan.
Namun, dalam hal “dan berilah kerabat dekat atas hak-hak mereka”, kelompok
22
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan.., 679.
23
Thameem Ushama, Metodologi Tafsir..., 48.
24
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan.., 917.
25
Thameem Ushama, Metodologi Tafsir..., 48.
26
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan.., 429.
9
ini merubah pemahaman terhadap ayat ini dengan konteks kewajiban manusia
menjadi konteks hukum pemerintahan dan mengarah kepada hak-hak politik
keluarga Nabi Muhammad SAW.27
Para Perawi sekte syi’ah melakukan beberapa tambahan-tambahan, baik
huruf maupun kalimat dalam rangka pentashihan, sehingga teks itu jauh dari
kandungan makna sebenarnya. Adapun penambahan-penambahannya seperti,
menyisipkan berbagai tambahan yang berciri sekte secara licik, yang merujuk
pada pandangan mereka, yaitu kepada Ali dan keluarganya. Adapun contohnya
yaitu penambahan “Dan Ali” pada surat An-Nisa (4);166.28 Begitu juga dengan
ayat-ayat yang memiliki redaksi kata al-zhalimin (orang-orang yang zalim) dan
kata al-mu’taddin (orang-orang yang melampaui batas), mereka menyinggung
akan perampasan atas hak keluarga Nabi.29
Sekte Syi’ah sendiri dalam penafsiran menggunakan metode majazi
(metaforis) dan isyari (simbolik) dalam penafsirannya, salah satu contohnya pada
surat Al-Baqarah (2);67;
27
Ignaz Goldziher, MADZHAB TAFSIR;.., 322.
28
Ibid., 343.
29
Ibid., 344.
30
Ibid., 348.
10
31
A. Fatih Syuhud, Ahlusunnah Wal Jamaah: Islam Wasathiyah, Tasamuh, Cinta Damai
(Malang: Pustaka Alkhoirot, 2018), 557.
32
Ibid.,
33
Arbitrase adalah usaha dalam mewujudkan perdamaian sengketa antara dua orang atau
kelompok yang berikai dan mereka sepakat untuk menujuk seseorang yang mereka perangi
untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi antara mereka, dan keputusan dari kedua belah
pihak harus dipatuhi dan dijalankan, hakim yang ditunjuk untuk mneyelesaikan sengketa
tersebut tidak dari kalangan pemerintah namun kalangan swasta (lihat Satria Efendi, M. Zein,
Arbitrase dalam Syari’at Islam, Jurnal Hukum Islam, No. 16, 19994, 53).
34
Mustafa Murad, Kisah Hidup Ali bin Abi Thalib, terj. Dedi Slamet Riyadi (Jakarta: Zaman,
2009), 139.
35
Muhammad al-‘Areifi, Kiamat sudah dekat?, terj. Zulfi Askar (Jakarta: Qisthi Press, 2011),
46.
11
Alquran dan Sunnah Rasulullah SAW. Lalu perjanjian itu diresmikan pada 13
Shafar ke-37 H.
Saat itu Asy’ar bin Qays menjelaskan perjanjian nya kepada semua
oranh, kabilah dan keturunan. Kemudian ketika mengungkapkan 2 orang dari
kabilah Anzah, Kabilah Murrad, Kabilah Dubbah, dan kabilah Tamim menolak
perjanjian itu. Salah seorang dari bani Tamim “Urwah bin Adiy” bertanya
kepada Asy’ar:
“Bagaimana kalian bisa menerima keputusan orang-orang dalam hal
perintah Allah?”
Lalu 2 orang dari Bani Anzah pun juga mengatakan:
36
Alquran, 12: 40.
37
Alquran, 5: 44.
38
Nur Ahmad, https://alif.id/read/nur-ahmad/tafsir-alquran-khawarij-sejarah-kelam-umat-islam-
b210577p/ diakses pada jum’at, 18 Oktober 2019 pada pukul 20.43.
12
ِ ِ َت م ِن استَط
ِ ِ ِ هلل علَى الن
ِ
ي ٌّ ِ اع إِلَحيه َسبِحيلً َوَم حن َك َفَر فَِإ َّن اهللَ َغ
َِن َع ِن الح َعالَم ح َ َّاس ح ُّج الحبَ حي َ ح َ َو
“... mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang
yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban
haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta
42
alam.”
Dari dalil di atas Khawarij beranggapan bahwa seseorang yang
meninggalkan haji adalah Kafir.43 Pada ayat lainnya seperti dalam Alquran, berikut
ini:
39
Alquran, 4: 35.
40
Ris’an Rusli, Pemikiran Teologi Islam Modern (Depok: Prenadamedia Group, 2018), 261.
41
Thameem Ushama, Metodologi Tafsir..., 50.
42
Alquran, 3: 97.
43
Amir Abdul ‘Aziz, Dirasat Fi ‘Ulum Alqur’an, (Beirut: Dar Al-Furqan, 1983), 165; Ushama,
Metodologi Tafsir..., 50.
13
ِ هو الَّ ِذي خلَ َق ُكم فَ ِمنح ُكم َكافِر وِمنح ُكم م حؤِمن واهلل ِِبَا تَعملُو َن ب
صحي ٌر َ ح ٌ َ ح ُ ٌ َ ُ حَ ح َ ح َُ
“Dialah yang menciptakan kamu maka di antara kamu ada yang kafir dan di
antaramu ada yang mukmin. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”
Tanggapan Khawarij mengenai dalil di atas ini, manusia itu hanya terbagi
menjadi dua, yaitu: Mukmin dan kafir dan menurutnya manusia terbagi dalam dua
posisi, yakni: iman dan kufur. Jadi, tidak ada dalam kategori manusia selain dua
tersebut, walaupun itu fasiq.44
Dari sini Khawarij yang awalnya muncul karena faktor politis yang menolak
arbitrase/tahkim golongan Ali dan Muawwiyah saat perang Shiffin yang
menyebabkan perpecahan umat Islam. sejak saat itu lahir berbagai macam aliran-
maliran dalam Islam.45
44
Ibid.,
45
Nasaruddin Umar, Deradikalisasi Pemahaman Al-Qur’an dan Hadis (Jakarta: Gramedia,
2014), 286.
BAB III
KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
15