Anda di halaman 1dari 18

Al-Dakhil fi Al-Tafsir dari Kelompok Syi’ah dan Khawarij

Makalah :
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah
Al-Dakhil fi Tafsir

Oleh :
1. Azalia Wardha Aziz (E03217012)
2. Ihdal Umami Jahira (E93218095)

Dosen Pengampu :
Dr. Hj. Musyarrofah, MHI
197106141998032002

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan, Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah-Nya atas
segala kemudahan yang diberikan oleh Allah SWT dalam merampungkan Makalah “Al-
Dakhil fi Al-Tafsir dari Kelompok Syi’ah dan Khawarij” ini di harapkan dapat
memenuhi tugas matakuliah al-dakhil fi al-tafsir. Di samping itu, di harapkan juga
dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan, khususnya pada ilmu itu sendiri
terhadap penulis baik pembaca maupun segala pihak.

Penulis menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan, oleh


karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Mudah- mudahan
kritik dan saran tersebut bisa menambah kesempurnaan makalah ini.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis memohon hidayah dan ma’unah-
Nya, Karena Dia-lah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Penyayang.

Sidoarjo, 16 September 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………...…………...ii

DAFTAR ISI……………………………………………………….……………iii

BAB I PENDAHULUAN…………………...…………………………………..1

BAB II PEMBAHASAN
A. Tafsir Madzhab Syi’ah ………………….......................………….…….2
B. Penafsiran Madzhab Syi’ah Terhadap Al-Qur’an..................................3
C. Ruang Lingkup Tafsir Mazdhab Khawarij.……………………...…....10
D. Penyimpangan Khawarij dalam Menafsirkan Alquran …….………..12
BAB III PENUTUP………………...……………………………...…………....14

DAFTAR PUSTAKA…...….………………………………………….……..…15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Imam Al-Suyuthi menuturkan berdasarkan riwayat al-Kirmani yang
menyusun kitab al-‘Aqa>il wa al-Ghara>ib yang terdiri dalam dua jilid. Kitab ini
berisi perkataan dan pendapat yang berhubungan dengan ayat-ayat Alquran yang
tidak diketahui kebenarannya oleh para Mufassir. Mungkin juga terdapat pernyatan-
pernyataan yang tidak layak utuk diikuti dan dipercayai, maka untuk setiap orang
diharapkan berhati-hati terhadap penafsiran yang menyesatkan dan salah.
Pada pembahasan ini akan dijelaskan dari tafsir madzhab Khawarij dan Syiah
agar terhindar dari kepalsuan yang tanpa disadari telah masuk ke dalam masyarakat
Islam yang hanya taqlid (ikut-ikutan), fanatik, pemikiran yang kacau dan selalu
menturuti hawa nafsunya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tafsir madzhab syia’ah dan penafsirannya terhadap Al-Qur’an?
2. Bagaimana ruang lingkup tafsir madzhab khawarij dan penafsirannya terhadap Al-
Qur’an?

C. Tujuan
1. Mengetahui tafsir madzhab syia’ah dan penafsirannya terhadap Al-Qur’an.
2. Mengetahui ruang lingkup tafsir madzhab khawarij dan penafsirannya terhadap
Al-Qur’an?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tafsir Madzhab Syi’ah

Paham syi’ah memiliki banyak golongan dan sekte yang sebagian dari
mereka melampaui batas dalam menunjukkan kasih sayang terhadap Imam Ali r.a.
Diantara mereka, sebagian terpengaruh oleh doktrin dan sebagian yang lain bersikap
moderat. Tidak hanya itu, muncul kelompok lain yang menjadi pendukung fanatik
dengan menunjukkan kesetiannya kepada Ali r.a secara berlebihan. Ibn Saba’
dianggap sebagai pemimpin kelompok ini. Ia merupakan seorang Yahudi licik yang
tidak pernah memeluk agama Islam, dengan maksud menjebak dan membuat
komplotan rahasia untuk melawan orang-orang yang beriman. Kelompok ini
mempercayai bahwa malaikat Jibril melakukan kesalahan dalam proses penyampaian
wahyu. Menurut kelompok tersebut, malaikat Jibril diperintahkan untuk
menyampaikan wahyu kepada Ali r., namun secara tidak sadar Jibril melakukan
kesalahan dengan menyampaikan wahyu tersebut kepada Nabi Muhammad SAW.
Kelompok ini tidak hanya bermusuhan dengan kaum Muslimin dan menentang
aqidahnya, tetapi juga menyatakan perang terhadap kaum Muslimin.1
Telah disebutkan bahwa ada kelompok yang moderat, mereka tetap
memelihara pendekatan yang seimbang dan objektif. Mereka tidak mudah terjerumus
pada kekafiran, namun tetap banyak yang berbeda dengan ahl sunnah wal al-jamaah.
Kelompok ini tetap meyakini sepenuhnya akan keunggulan Ali r.a di antara sahabat-
sahabat nabi yang lain, disebabkan bagi mereka Ali r.a merupakan manusia yang luar
biasa hebat dan lebih layak menjadi khalifah dibandingkan sahabat-sahabat yang
lainnya. Mereka juga mengklaim Ali r.a sebagai kandidat satu-satunya yang
memenuhi syarat dan memiliki legitimasi karena dia berasal dari ahl al-bait, tiga
khalifah sebelumnya telah merampas hak Ali r.a dalam menduduki posisi khalifah. 2
Berbagai tuduhan telah dituduhkan kepada para khalifah Nabi Muhammad
SAW, dianggap sebagai perampas dan pemeras. Namun, ada pula kelompok lain

1
Thameem Ushama, Metodologi Tafsir Al-Qur’an; Kajian Kritis, Objektif dan Komprehensif
Terj. Hasan Basri. dkk, (Jakarta: Riora Cipta, 2000), 43.
2
Ibid., 43.

2
3

yang secara diam-diam lebih menyukai Ali r.a dan bersumpah menjadi pengikut
setianya tanpa mengkritik ketiga khalifah lainnya. Sedangkan kelompok lainnya,
merasa tidak senang terhadap kedua khalifah Abu Bakar dan Umar dengan
melemparkan fitnah, seperti menuduh kedua khalifah tersebut orang-orang yang
sesat. Padahal kenyatannya, mereka telah diberi penghormatan oleh Allah SWT
dalam banyak ayat dan dijadikan sebagai sahabat Nabi yang istimewa.3
Hal ini, tentunya berpengaruh pada penafsirannya terhadap Al-Qur’an, seperti
yang disebutkan oleh Ignaz Goldziher dalam bukunya Madzhab Tafsir; Dari Klasik
Hingga Modern, bahwa tokoh agama dari sekte ini belum berusaha sungguh-
sungguh dalam menetapkan prinsip dasar yang mampu membedakan keyakinan
keagaaman dan politik mereka sebagai ketetapan yang pasti dalam Al-Qur’an.4 Sekte
ini pun juga menggunakan Al-Qur’an Ustmani sebagai dasar pedoman, namun tidak
dalam hal penetapan qira’at Al-Qur’an dan menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an sesuai
dengan kepentingan kelompoknya. 5

B. Penafsiran Madzhab Syi’ah Terhadap Al-Qur’an


1. Surat Adh-Dhariyat (51);8-9;

         
Sesungguhnya kamu benar-benar dalam keadaan berbeda pendapat, dipalingkan
daripadanya (Rasul dan Al-Qur’an) orang yang dipalingkan. 6
Sebagian ulama Syi’ah ketika menafsirkan ayat ke-8 tersebut, menyatakan
siapa yang jujur, terus terang, dan setia kepada wilayah Ali r.a akan masuk surga
dan siapa yang tidak setuju kepada wilayah Ali r.a maka akan masuk neraka.
Mengenai ayat berikutnya, mereka menafsirkan bahwa ungkapan dalam ayat ini
mengarah kepada Ali r.a. Sehingga, secara tidak langsung ungkapan dari ayat itu
bermakna siapa yang menjauhkan diri dari wilayah Ali r.a maka akan jauh dari
surga.7

3
Thameem Ushama, Metodologi Tafsir..., 44.
4
Ignaz Goldziher, MADZHAB TAFSIR; Dari Klasik Hingga Modern terj. M. Alaika Samullah
dkk. (Yogyakarta: elSAQ Press, 2006), 315-337.
5
Ibid., 337.
6
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Bandung: Departemen Agama RI,
2008), 857.
7
Thameem Ushama, Metodologi Tafsir..., 44.
4

2. Surat An-Naba’ (78);1-3;

           
Tentang apakah mereka saling bertanya-tanya? Tentang berita yang besar, yang
mereka perselisihkan tentang ini. 8
Secara umum, ayat tersebut dipahami sebagai pesan tentang hari
kebangkitan atau hari kiamat, An-Naba Al-Adhim (berita besar) yang
diterjemahkan sebagai pesan tertinggi. Maka hal ini perlu kembali ke Al-Qur’an
sebagai pesan wahyu akan misi kenabian dan mengenai peristiwa dahsyat yang
terjadi pada hari itu. Para ulama madzhab Syi’ah berbeda pendapat akan
penafsiran terhadap pernyataan ayat Al-Qur’an tersebut. Mereka mengatakan
bahwa Ali bin Abi Thalib diceritakan telah menyatakan kepada sahabat-
sahabatnya; “Demi Allah saya adalah berita besar, di mana semua bangsa berbeda
bahasa mereka, demi Allah berita untuk Allah lebih besar daripada untuk saya dan
tidak, demi Allah tidak ada tanda yang lebih besar daripada saya”. Hal itu
bertentangan dengan riwayat lainnya, namun penafsiran itu didasarkan pada
dirayah atau ra’yu (pikiran) dan isyarat (indikasi). Tentu bagi para mufassir ahl
sunnah wa al-jama’ah penafsiran seperti ini mutlak sesat, aneh, asing, dan salah.
Selain itu juga, penafsirannya sangatlah kontradiksi antara makna eksternal (lahir)
dan leksikal (bahasa).
3. Surat Ali-Imran (3);110;

         

            

  


Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada
yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. 9
Ayat ini mengandung prinsip dasar dan berperan dalam mengatur pola
hidup masyarakat Islam. Ketika di baca dihadapan sang imam (Ja’far Shadiq)
beliau mengakhirinya dengan beberapa kalimat, yaitu khaira ummah yang

8
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan.., 1013.
9
Ibid., 98.
5

memerangi (membunuh) amir al mu’minin yaitu (Ali) Hasan dan Hosein.


Kemudian pembaca ayat ini bertanya,; apakah memang seperti itu penafsiran ayat
tersebut, maka bagaimana kedudukan (bunyi) ayat yang diturunkan?. Sang Imam
pun menjawab; ketahuilah bahwa redaksi (bunyi) ayat yang diturunkan adalah
sebagai berikut; Kalian merupakan sebaik-baik imam yang dijadikan untuk manusia.
Lantas, apakah kamu tidak melihat bagaimana Allah memuji mereka,
sebagaimana dalam ayat yang berbunyi; Diperintahkan kamu sekalian untuk menyeru
kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar serta beriman kepada Allah, hal
ini berarti bahwa kalian semua merupakan sebaik-baik imam. Terlebih lagi, pujian
itu hanya ditujukan kepada para imam, bukan kepada manusia yang telah
membunuh orang-orang suci (dari para pendukung syi’ah).10
Sekte syi’ah memposisikan asumsi dasar-konseptual dengan melakukan
perubahan kalimat ummah dalams setiap kesempatan, menjadi kalimat aimmah
(para imam).11 Untuk menjaga kebenaran hal itu, imam Ja’far melakukan
pentashihan pada surat Al-Furqan (25);74;

          

  


Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada
kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan
jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.12
Imam Ja’far tidak bisa memahami kandungan ayat tersebut, yang berarti
bahwa sesungguhnya Allah menjadikan diri manusia sebagian orang-orang yang
perkataannya menjadi teladan dan menjadi pemimpin bagi orang-orang yang
bertakwa. Namun, menurut Imam Ja’far demikian “Allah telah menjadikan kami
(dengan meng-isnad-kan kata kerja tersebut kepada lafadzh Allah) sebagai imam
(pemimpin) atas orang-orang yang bertakwa”.13
Pembenaran yang dilakukan oleh Imam Ja’far dilakukan untuk
menyamakan apa yang ingin dimaksudkan oleh pola pembenaran yang digagas
Tikkun Suferim, yang merupakan pola penggantian ibarat-ibarat yang terkait

10
Ignaz Goldziher, MADZHAB TAFSIR;.., 341.
11
Ibid., 341.
12
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan.., 570.
13
Ignaz Goldziher, MADZHAB TAFSIR;.., 341.
6

dengan Allah dan Rasulnya. Hal ini, tidak patut dilakukan dengan ibarat lainnya
yang lebih sederhana dan tidak relevan dengan makna ayat aslinya. 14
Adapun contoh penafsiran kelompok madzhab syi’ah lainnya seperti Al-Itsna’
Asyriah sebagai berikut;15
1. Surat An-Nazi’at (79);6-7;

      


(Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan) pada hari ketika tiupan pertama
menggoncang alam. Tiupan pertama itu diiringi oleh tiupan kedua.16
Al-Raajifah oleh mereka ditafsirkan sebagai Husayn dan Al-Raadifah yaitu
ayahnya Ali.
2. Surat Al-Maidah (5);55;

           

 
Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang
beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk
(kepada Allah).
Walliyukum oleh mereka ditafsirkan sebagai pemimpin-pemimpin syi’ah
istna ‘asyariyah, penafsiran ini menyimpang dan keliru.
3. Surat An-Nahl (16);51;

               
Allah berfirman; “Janganlah kamu menyembah dua Tuhan; sesungguhnya
Dialah Tuhan Yang Maha Esa, maka hendaklah kepada-Ku saja kamu takut.17
Hal ini ditafsirkan oleh syi’ah itsna ‘asyariyah bahwa tidak boleh
mengangkat dua imam karena imam itu hanyalah seorang saja, tidak ada imam
selain Ali r.a.

14
Ignaz Goldziher, MADZHAB TAFSIR;.., 342.
15
Thameem Ushama, Metodologi Tafsir..., 46.
16
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan.., 1018.
17
Ibid., 410.
7

4. Surat Ibrahim (14);18;

              

          
Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti
abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka
tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di
dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh. 18
Ayat ini oleh mereka ditafsirkan kepada orang-orang yang tidak mau
menerima wilayah Ali r.a, sehingga amalan mereka sia-sia dan hampa. Perbuatan
mereka dianggap sebagai debu yang ditiup oleh angin kencang.
5. Surat An-Naba’ (78);40;

            

  


Sesungguhnya kami telah memperingatkan kepadamu (hai orang kafir) siksa yang
dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya; dan
orang kafir berkata; “Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah”.19
Abu Turab merupakan nama panggilan Ali, sehingga menurut mereka
turab dalam ayat ini berarti Ali.
Berikut merupakan penafsiran dari kelompok syi’ah lainnya yaitu syi’ah al-
sab’iyah, antara lain sebagai berikut;
1. Surat Al-Qasas (28);85;

             

      


Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al-
Qur’an, benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali. Katakanlah:
“Tuhanku mengetahui orang yang membawa petunjuk dan orang yang dalam
kesesatan yang nyata”.20
Ayat ini bagi mereka dijadikan sebagai bukti atas keyakinan mereka bahwa
Nabi Muhammad SAW suatu hari akan kembali lagi ke dunia ini.21

18
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan.., 383.
19
Ibid., 1016.
20
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan.., 623.
21
Thameem Ushama, Metodologi Tafsir..., 47.
8

2. Surat Al-Ahzab (33);72;

          

        


Sesungguhnya kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi, dan
gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka
khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.
Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh. 22
Dzalum dan jahul oleh kelompok ini ditafsirkan dengan Abu Bakar
merupakan seseorang yang zalim dan bodoh. Hal ini, merupakan penafsiran yang
sesat.23
3. Surat Al-Hashr (59);16;

             

   


(Bujukan orang-orang munafik itu adalah) seperti (bujukan) shaitan ketika dia
berkata kepada manusia: “Kafirlah kamu”, maka tatkala manusia itu telah kafir, maka
ia berkata: “Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, karena sesungguhnya aku
takut kepada Allah, Rabb semesta alam.24
Syaitan pada ayat itu ditafsirkan oleh kelompok ini sebagai Umar.25
Sedangkan, berikut merupakan penafsiran dari kelompok syi’ah alawy,
antara lain sebagai berikut;
1. Surat Al-Isra (17);26;

          
Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada
orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-
26
hamburkan (hartamu) secara boros.
Ayat ini dijadikan dalil dasar yang digunakan sebagai madzhab
pemikiran syi’ah kelompok ini. Dalam ayat ini menetapkan kewajiban bagi
orang Islam agar memberikan hak-hak pada keluarga yang lebih dekat, dan
menolong golongan miskin serta orang-orang yang membutuhkan pertolongan.
Namun, dalam hal “dan berilah kerabat dekat atas hak-hak mereka”, kelompok
22
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan.., 679.
23
Thameem Ushama, Metodologi Tafsir..., 48.
24
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan.., 917.
25
Thameem Ushama, Metodologi Tafsir..., 48.
26
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan.., 429.
9

ini merubah pemahaman terhadap ayat ini dengan konteks kewajiban manusia
menjadi konteks hukum pemerintahan dan mengarah kepada hak-hak politik
keluarga Nabi Muhammad SAW.27
Para Perawi sekte syi’ah melakukan beberapa tambahan-tambahan, baik
huruf maupun kalimat dalam rangka pentashihan, sehingga teks itu jauh dari
kandungan makna sebenarnya. Adapun penambahan-penambahannya seperti,
menyisipkan berbagai tambahan yang berciri sekte secara licik, yang merujuk
pada pandangan mereka, yaitu kepada Ali dan keluarganya. Adapun contohnya
yaitu penambahan “Dan Ali” pada surat An-Nisa (4);166.28 Begitu juga dengan
ayat-ayat yang memiliki redaksi kata al-zhalimin (orang-orang yang zalim) dan
kata al-mu’taddin (orang-orang yang melampaui batas), mereka menyinggung
akan perampasan atas hak keluarga Nabi.29
Sekte Syi’ah sendiri dalam penafsiran menggunakan metode majazi
(metaforis) dan isyari (simbolik) dalam penafsirannya, salah satu contohnya pada
surat Al-Baqarah (2);67;

               

      


Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Sesungguhnya Allah
menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina." Mereka berkata: "Apakah kamu
hendak menjadikan kami buah ejekan?". Musa menjawab: "Aku berlindung kepada
Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil".
Menurut mereka, maksud ayat tersebut ditujukan kepada Siti Aisyah istri
Rasulullah dan musuh imam Ali.30

27
Ignaz Goldziher, MADZHAB TAFSIR;.., 322.
28
Ibid., 343.
29
Ibid., 344.
30
Ibid., 348.
10

C. Ruang Lingkup Tafsir Mazdhab Khawarij


1.1 Sejarah Munculnya Kaum Khawarij
Secara bahasa, kata Khawarij jamak dari kata tunggal Kha>rij yaitu orang-
orang yang keluar. Nama Khawarij disematkan pada golongan ini karena
keluarnya mereka dari pemerintahan yang adil dan sah.31 Ulama Fiqh menyebut
Khawarij dengan istilah “al-Baghi” atau pembangkang. Abul Hasan Al-‘Asy’ari
juga menyatakan bahwa “Penyebab mereka disebut Khawarij adalah karena
keluarnya mereka dari ketaatan pada pemerintahan Khalifah Ali.”32
Khawarij yaitu suatu kelompok yang keluar dari golongan Ali bin Abi
Thalib, karena mereka tidak menyetujui upaya tahkim / arbitrase.33 Munculnya
Khawarij ketika Perang Shiffin yang berkepanjangan, konflik tersebut belum
dpat terselesaikan. Peristiwa itu berawal dari Muawiyyah (Gubenur Syiria
menolak bai’at Ali kerana Muawiyyah menginginkan Ali untuk menemukan
pembunuh Utsman.34
Setelah peperangan Ali kembali pulang ke Kuffah. Lalu mereka antara
pihak kelompok Muawiyyah bin Abi Sufyan dengan kelompok Imam Ali bin abi
Thalib membuat kesepakatan untuk melakukan Tahkim yaitu setiap kelompok
memilih satu perwakilan sebagai mencari titik temu kemashlahatan seluruh umat
muslim dalam pertikaiannya.35
1.2 Penentangan Tahkim
Kedua pasukan menghentikan peperangan dan membuat kesepakatan
untuk melakukan tahkim. Pihak Ali yang diwakili oleh Abu Musa al-‘Asy’ari
dan dari pihak Muawwiyah memilih Amr ibn al-Ash. Mereka berdua
mengatakan bahwa mereka akan menggunakan keputusan tersebut sesuai dengan

31
A. Fatih Syuhud, Ahlusunnah Wal Jamaah: Islam Wasathiyah, Tasamuh, Cinta Damai
(Malang: Pustaka Alkhoirot, 2018), 557.
32
Ibid.,
33
Arbitrase adalah usaha dalam mewujudkan perdamaian sengketa antara dua orang atau
kelompok yang berikai dan mereka sepakat untuk menujuk seseorang yang mereka perangi
untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi antara mereka, dan keputusan dari kedua belah
pihak harus dipatuhi dan dijalankan, hakim yang ditunjuk untuk mneyelesaikan sengketa
tersebut tidak dari kalangan pemerintah namun kalangan swasta (lihat Satria Efendi, M. Zein,
Arbitrase dalam Syari’at Islam, Jurnal Hukum Islam, No. 16, 19994, 53).
34
Mustafa Murad, Kisah Hidup Ali bin Abi Thalib, terj. Dedi Slamet Riyadi (Jakarta: Zaman,
2009), 139.
35
Muhammad al-‘Areifi, Kiamat sudah dekat?, terj. Zulfi Askar (Jakarta: Qisthi Press, 2011),
46.
11

Alquran dan Sunnah Rasulullah SAW. Lalu perjanjian itu diresmikan pada 13
Shafar ke-37 H.
Saat itu Asy’ar bin Qays menjelaskan perjanjian nya kepada semua
oranh, kabilah dan keturunan. Kemudian ketika mengungkapkan 2 orang dari
kabilah Anzah, Kabilah Murrad, Kabilah Dubbah, dan kabilah Tamim menolak
perjanjian itu. Salah seorang dari bani Tamim “Urwah bin Adiy” bertanya
kepada Asy’ar:
“Bagaimana kalian bisa menerima keputusan orang-orang dalam hal
perintah Allah?”
Lalu 2 orang dari Bani Anzah pun juga mengatakan:

... ‫اْلُ حك ُم إِالَّ لِلَِّه‬


‫ إِ ِن ح‬...
36
“... Keputusan (hukum) hanyalah milik Allah semata ...”

Perkataan tersebut banyak yang terpengaruh bahkan sebagian para


penghafal Alquran pengikut Imam Ali pun menentang kepada mereka karena
“Tahkim” sangat bertentangan dengan firman Allah:

‫ك ُه حم الح َكافُِرحو َن‬


َ ِ‫َنزَل اهللُ فَأ حُولۤئ‬ ِ
َ ‫ َوَم حن ََلح َحَي ُك حم ِبَا أ‬...

“... Barangsiapa tidak memutuskan (perkara) menurut apa yang diturunkan


Allah, maka mereka itu orang-orang kafir.”37
Mereka menganggap bahwa memutuskan sesuatu dengan cara menunjuk
juru runding (Ha>kam) itu tidak sesuai dengan Alquran. Akhirnya, mereka
membuat keputusan “La> H{ukma Illa> Lilla>h” yang berarti Tidak Ada Keputusan
Kecuali Milik Allah Semata. Menurut mereka ungkapannya yang benar karena
berdasarkan Alquran dan ungkapan Ali yang salah, walaupun saat itu keputusan
Sayyidina Ali banyak sahabat yang mendukung.38
Sikap mereka yang seolah lebih paham mengenai Alquran namun, Ali
tetap sabar menghadapinya dengan menjelaskan firman Allah:

36
Alquran, 12: 40.
37
Alquran, 5: 44.
38
Nur Ahmad, https://alif.id/read/nur-ahmad/tafsir-alquran-khawarij-sejarah-kelam-umat-islam-
b210577p/ diakses pada jum’at, 18 Oktober 2019 pada pukul 20.43.
12

ِ ِ ِِ ِ ِ َ ‫وإِ حن ِخ حفتُم ِش َق‬


‫اق بَحين ِه َما فَابح َعثُوا َح َكماً م حن أ حَهله َو َح َكماً م حن أ حَهل َها إِ حن يُِر َيدا إِ ح‬
ُ‫صلَحاً يَُوفْق ح اهلل‬ ‫ح‬ َ
‫بَحي نَ ُه َما إِ َّن اهللَ َكا َن َعلِحيماً َخبِحي ًرا‬
“Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka
kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga
perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya
Allah memberi taufik kepada suami-istri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
39
lagi Maha Mengenal.”
Inilah awal mulanya suatu permasalahan bersifat politis, yang
berkembang menjadi teologis.40

D. Penyimpangan Khawarij dalam Menafsirkan Alquran


Khawarij dianggap golongan kaum muslimim yang paling ekstrem dan
fanatik. Penafsirannya terhadap sebagian ayat Alquran sangat frontal, tanpa
perenungan dan visi yang jelas. Sikap Khawarij yang fanatisme menimbulkan
ketidak adilan kepada masyarakat mengenai ayat-ayat Alquran serta menafsirkan
Alquran secara lafz}iyah saja tanpa makna ayat Alquran. Pengetahuan mereka yang
sedikit dan terbatas dalam pemahaman Alquran juga mempengaruhi penafsirannya.
Berikut beberapa penyimpangan penafsiran oleh kaum Khawarij:41
Dalam firman Allah yang berbunyi:

ِ ِ َ‫ت م ِن استَط‬
ِ ِ ِ ‫هلل علَى الن‬
ِ
‫ي‬ ٌّ ِ ‫اع إِلَحيه َسبِحيلً َوَم حن َك َفَر فَِإ َّن اهللَ َغ‬
َ‫ِن َع ِن الح َعالَم ح‬ َ ‫َّاس ح ُّج الحبَ حي َ ح‬ َ ‫َو‬
“... mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang
yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban
haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta
42
alam.”
Dari dalil di atas Khawarij beranggapan bahwa seseorang yang
meninggalkan haji adalah Kafir.43 Pada ayat lainnya seperti dalam Alquran, berikut
ini:

39
Alquran, 4: 35.
40
Ris’an Rusli, Pemikiran Teologi Islam Modern (Depok: Prenadamedia Group, 2018), 261.
41
Thameem Ushama, Metodologi Tafsir..., 50.
42
Alquran, 3: 97.
43
Amir Abdul ‘Aziz, Dirasat Fi ‘Ulum Alqur’an, (Beirut: Dar Al-Furqan, 1983), 165; Ushama,
Metodologi Tafsir..., 50.
13

ِ ‫هو الَّ ِذي خلَ َق ُكم فَ ِمنح ُكم َكافِر وِمنح ُكم م حؤِمن واهلل ِِبَا تَعملُو َن ب‬
‫صحي ٌر‬ َ ‫ح ٌ َ ح ُ ٌ َ ُ حَ ح‬ ‫َ ح‬ َُ

“Dialah yang menciptakan kamu maka di antara kamu ada yang kafir dan di
antaramu ada yang mukmin. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”
Tanggapan Khawarij mengenai dalil di atas ini, manusia itu hanya terbagi
menjadi dua, yaitu: Mukmin dan kafir dan menurutnya manusia terbagi dalam dua
posisi, yakni: iman dan kufur. Jadi, tidak ada dalam kategori manusia selain dua
tersebut, walaupun itu fasiq.44
Dari sini Khawarij yang awalnya muncul karena faktor politis yang menolak
arbitrase/tahkim golongan Ali dan Muawwiyah saat perang Shiffin yang
menyebabkan perpecahan umat Islam. sejak saat itu lahir berbagai macam aliran-
maliran dalam Islam.45

44
Ibid.,
45
Nasaruddin Umar, Deradikalisasi Pemahaman Al-Qur’an dan Hadis (Jakarta: Gramedia,
2014), 286.
BAB III
KESIMPULAN

Penyimpangan penafsiran Al-Qur’an oleh madzhab syi’ah tidak terlepas dari


kepentingan sekte syiah, berdasar pada prinsip kepentingan politik yang dimiliki dan
pengagungan akan Ali bin Abi Thalib disertai dengan kontra akan ahl sunnah wal al-
jamaah membuat penafsirannya tidak terlepas dari bias kepentingan sektenya.
Penyimpangan penafsiran Al-Qur’an lainnya, juga terjadi pada kaum Khawarij
dikarenakan adanya motif politik belaka dalam pemerintahan, sehingga berujung ke
ranah teologi. Dalam penafsirannya sangat frontal dan moderat disebabkan pengetahuan
yang sempit dan terbatas dan fanatisme yang tinggi.
Kaum Khawarij beranggapan bahwa seseorang yang melakukan dosa besar
(kaba>’ir) adalah kafir. Seperti Khawarij mengklaim Ali bin Abi Thalib, Muawiyyah
dan para pengikut Ali adalah kafir. Jika penafsiran ayat-ayat Alquran dibandingkan
dengan Ahlu Sunnah Wal Jamaah sangat berbeda maka, mengalami pertentangan di
kalangan umat Islam.
Baik penyimpangan penafsiran Al-Qur’an yang ditafsirkan oleh madzhab syi’ah
dan madzhab Khawarij sama-sama memiliki latar belakang yang sama secara umum
yaitu mempertahankan kepentingan politik yang dimiliki.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Nur. https://alif.id/read/nur-ahmad/tafsir-alquran-khawarij-sejarah-kelam-umat-


islam-b210577p/ diakses pada jum’at, 18 Oktober 2019 pada pukul 20.43.
Al-‘Areifi, Muhammad. 2011. Kiamat sudah dekat?. terj. Zulfi Askar. Jakarta: Qisthi
Press.
Goldziher, Ignaz. 2006. MADZHAB TAFSIR; Dari Klasik Hingga Modern terj. M.
Alaika Samullah dkk. Yogyakarta: elSAQ Press.
Ushama, Thameem. 2000. Metodologi Tafsir Al-Qur’an; Kajian Kritis, Objektif dan
Komprehensif terj. Hasan Basri. dkk. Jakarta: Riora Cipta.
Murad, Mustafa. 2009. Kisah Hidup Ali bin Abi Thalib. terj. Dedi Slamet Riyadi.
Jakarta: Zaman.
RI, Departemen Agama. 2008. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Bandung: Departemen
Agama RI.
Rusli, Ris’an. 2018. Pemikiran Teologi Islam Modern. Depok: Prenadamedia Group.
Syuhud, A. Fatih. 2018. Ahlusunnah Wal Jamaah: Islam Wasathiyah, Tasamuh, Cinta
Damai. Malang: Pustaka Alkhoirot.
Umar, Nasaruddin. 2014. Deradikalisasi Pemahaman Al-Qur’an dan Hadis. Jakarta:
Gramedia.

15

Anda mungkin juga menyukai