Disusun Oleh :
2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Al-Qur'an adalah pedoman hidup bagi umat Islam. Karena Al-Qur'an berbahasa Arab,
tidak dapat disangkal bahwa banyak ayat-ayatnya bersifat global. Sehingga tidak dapat
dipahami oleh teks karena perlu terjemahan dan interpretasi agar Al-Qur'an dapat dipahami
oleh teks.
Al-Qur'an adalah sumber tasyri' pertama umat Islam. Oleh karena itu, umat Islam
harus memahami maknanya, memahami misterinya, dan mengamalkan kandungan Al-Qur'an
untuk mencapai kebahagiaan di akhirat. Tidak semua orang ini memahami lafaz-lafaz dan
perumpamaan, selain dari penafsiran kitab suci. Orang memiliki cara berpikir dan
kemampuan berpikir yang berbeda-beda tentang suatu hal, sehingga perlu mempelajari Al-
Qur'an secara mendalam. Untuk menggali makna Al-Qur'an, tidak cukup hanya
mengandalkan terjemahan Al-Qur'an. Bahkan, Pada faktanya, banyak orang telah
menghabiskan waktu hidupnya untuk mengkaji al-Qur’an guna memahami maknanya.Untuk
memahami maknanya ada beberapa ilmu yang digunakan dalam mempelajari pengkajian al-
Qur’an secara mendalam, diantaranya ilmu Tafsir, Ta’wil, dan Tarjamah.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan Tafsir?
2. Apa saja macam-macam Tafsir?
3. Apakah yang dimaksud dengan Takwil dan pembagiannya?
4. Apakah pengertian dari Tarjamah?
5. Bagaimana sejarah perkembangam Tarjamah?
6. Apa saja macam-macam Tarjamah?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian Tafsir
2. Untuk mengetahui macam-macam Tafsir
3. Untuk mengetahui pengertian Takwil dan pembagiannya
4. Untuk mengetahui pengertian Tarjamah
5. Untuk mengetahui sejarah perkembangan Tarjamah
6. Untuk mengetahui macam-macam Tarjam
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tafsir
Selama mufassir bi ra’yi menghindari kelima hal di atas dengan disertakan niat
ikhlas semata-mata karena Allah, penafsirannya dapat diterima dan pendapatnya dapat
dikatakan rasional. Jika tidak demikian, berarti ia menyimpang dari cara yang
dibenarkan sehingga, penafsirannya ditolak dan tidak dapat diterima. Mereka
berpendapat bahwa ayat ini menunjukkan macam-macam sinar yang berhasil
ditemukan pada abad ke-20; seperti sinar x dan mampu mendeteksi bagian dalam
tubuh manusia. Mereka menyeret ayat di atas pada makna yang tidak mungkin jika
dihubungkan dengan ayat sebelum dan sesudahnya.Di antara karya tafsir bi al-ra’yi
yang dapat dipercaya adalah Mafatih al-Ghaib, karya Fakhruddin Muhammad bin
Umar ar-Razi (w. 606 H),Ambar at-Tanzil wa Asrar at-Takwil (Tafsir Baidhawi),
karya Imam alBaidhawi (w. 691 H/1286 M),Madarik at-Tanzil wa Haqa’iq at-Takwil
(Tafsir al Nasafi), karya Imam Abu al-Barakah Abdullah bin Ahmad bin Mahmud an-
Nasafi (w. 701 H/1310 M).
C. Macam-macam Tafsir berdasarkan metodenya
a. Metode Tafsir Tahlili
Metode Tafsir Tahlili adalah tafsir yang menyoroti ayat-ayat Al-Qur’an
dengan memaparkan segala makna dan aspek yang terkandung didalamnya sesuai
urutan bacaan yang terdapat dalam mushaf Utsmani. Metode tafsir ini telah ada
sejak masa para sahabat Nabi, sejak zaman klasik dan zaman pertengahan.
b. Metode Tafsir Ijmali
Metode Ijmali adalah metode penafsiran terhadap ayat-ayat Al Quran dengan
cara singkat, padat dan global. Dengan metode ini mufassir menjelaskan makna
ayat-ayat Al Quran secara global, sistematikanya mengikuti urutan surah-surah Al
Quran, sehingga makna-maknanya dapat saling berhubungan. Metode Muqarran
c. Metode Muqarran
Metode Muqarran suatu metode tafsir dengan menggunakan perbandingan
antara satu dengan lainnya. Misalnya, seperti filsafat, hukum dan sebagainya.
d. Metode Madlui
Metode Madlui ialah suatu metode tafsir dengan menggunakan pilihan topik-
topik al-Quran. Inui membahasa persoalan social politik, social ekonomi dan
sebagainya. Awalnya untuk kepentingan penelitian tetapi kemudian berkembang
menjadi jenis tafsir kontemporer.
D. Takwil Al-Qur’an dan pembagiannya
Takwil secara bahasa berasal dari kata ma’al yang bermakna akibat atau kesusahan.
Sebagaimana ketika engkau mengatakan qad awwalltuhu (aku palingkan ia, maka ia pun
berpaling). Dengan demikian Takwil seakan-akan memalingkan ayat kepada sebuah makna
yang dapat di terimanya. Kata Takwil di bentuk dengan pola Taf’il yang memiliki faidah
makna menunjukkan arti banyak.3 Sedangkan Takwil menurut lughat adalah kembali ke asal.
Diambil darikata“awwala-yu’awwilu-takwilan.”
Takwil dalam istilah mempunyai dua makna. Pertama, takwil mentakwilkan kalam
(kata-kata). Sesuatu makna yang kepadanya mutakallim (pembicara, orang pertama)
mengembalikan perkataanya, atau suatu makna yang kepadanya suatu kalam dikembalikan.
Kata-kata itu dikembalikan dan dipulangkan hanya kepada hakikatnya, yaitu apa yang
dimaksud. Terbagi dua yaitu, insyak dan ikhbar. Salah satu yang termasuk insyak adalah amr
(kalimat perintah).Takwil amar yaitu perbuatan yang diperintahkan. Berarti Nabi SAW
menakwilkan Al Quran yaitu ayat yang berbunyi:
ك َوا ْستَ ْغفِرْ هُ ِإنَّهُ َكانَ تَوَّابًا
َ ِّفَ َسبِّحْ بِ َح ْم ِد َرب
3
Aunur Rafiq El-Mazni, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar , 2006) cet.13
sebagai kandungan dari lafaz itu. Dengan kata lain, takwil berarti mengartikan lafazh dengan
beberapa alternatife kandungan makna yang bukan makna lahiriahnya, bahkan penggunaan
secara masyhur kadang-kadang diidentikan dengan tafsir.atau mengalihkan makna sebuah
lafazh ayat ke makna lain yang lebih sesuai karena alasan yang dapat di terima oleh akal.
Sasaran takwil pada lazimya menyangkut ayat yang mutasyabihat atau ayat-ayat yang
mempunyai sejumlah kemungkinan makna yang dikandungnya. Dalam Al-Akhlak wal
Wajibat, Al-Maghraby mengemukakan:”Adapun takwil ialah bahwa ayat mempunyai
sejumlah kemungkinan makna yang dikandungnya. Maka ketika engkau sebutkan makna
demi makna kepada pendengar, ia menjadi ragu-ragu tidak tahu mana yang harus dipilihnya.
Karena itu takwil lebih banyak digunakan untuk ayat-ayat mutasyabihat”.4
E. Tarjamah
Tarjamah berasal dari bahasa Arab yang artinya “salinan dari sesuatu bahasa ke
bahasa lain” atau berarti mengganti, menyalin dan memindahkan kalimat dari suatu
Bahasa ke Bahasa lain.5
Kata Tarjamah, yang dalam bahasa Indonesianya biasa kita sebut dengan
Terjemah, secara etimologi mempunyai beberapa arti yaitu menyampaikan suatu
ungkapan pada orang yang tidak tahu, menafsirkan sebuah ucapan dengan ungkapan dari
bahasa yang sama dan Menafsirkan ungkapan dengan bahasa lain
F. Sejarah Singkat Perkembangan Tarjamah
Sebelum berkembangnya bahasa Eropa modern, yang berkembang di Eropa
adalah bahasa Latin. Oleh karena itu, terjemahan AL-Quran dimulai kedalam bahasa
Latin. Terjemahan itu dilakukan untuk keperluan biara Clugny kira-kira tahun 1135.
Prof. W. Montgomery Watt dalam bukunya bell’s Introduction to the Quran (Islamic
Surveys 8), menyebutkan bahwa pertanda dimulainya perhatian Barat terhadap study
Islam adalah dengan kunjungan Peter the Venerable, Abbot of Clugny ke Toledo,
pada abad kedua belas, diantara usahanya adalah menerbitkan serial keilmuan untuk
menandingi kegiatan intelektual Islam saat itu, terutama di Andalus. Sebagai bagian
dari kegiatan tersebut adalah menterjemahkan Al-Quran ke dalam bahasa Latin yang
dilakukan oleh Robert of Ketton (Robertus Retanensis), dan selesai pada juli
1143.Abad Renaissance di Barat memberi dorongan lebih besar untuk menerbitkan
4
Ridha Eka Rahayu. 2014. Ulumul Quran, (http://kumpulanmakalah-makalah-agama-
islam.blogspot.co.id/2014/03/Ulumul-Quran-ilmu-Tafsir-takwil-dan-terjemah.html) diakses pada 15
September 2022
5
Prof. Dr. Rosihon Anwar, M. Ag., Ulum Al-qur’an, Pustaka Setia, Bandung, 2007, hlm 212
buku-buku Islam, pada awal abad keenam belas buku-buku Islam banyak diterbitkan,
termasuk penerbitan Al-Quran pada tahun 1530 di Venica dan terjemah Al-Quran
kedalam bahasa Latin oleh Robert of Ketton tahun 1543 di Basle, dengan penerbitnya
Bibliander. Dari terjemahan bahasa Latin inilah, kemudian Al-Quran diterjemahkan
ke dalam berbagai bahasa Eropa.
Al-Quran juga diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa selain Eropa, seperti
Afrika, Persia, Turki, Urdu, Tamil, Pastho, Benggali, Jepang dan berbagai bahasa di
kepulauan Timur, tidak ketinggalan pula Al-Quran juga diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia, pada pertengahan abad ketujuh belas, Abdul Ra’uf fansuri, seorang
ulama dari Singkel, Aceh, menterjemahkan Al-Quran ke dalam bahasa Melayu, walau
mungkin terjemahan itu ditinjau dari sudut ilmu bahasa Indonesia modern belum
sempurna, namun, pekerjaan itu adalah berjasa besar sebagai pekerjaan perintis jalan;
hingga pada saat ini, kita bisa mendapatkan berbagai terjemahan Al-Quran dalam
bahasa Indonesia dengan sangat mudah dan bermacam-macam versi.
G. Macam-macam Tarjamah
Tarjamah terbagi menjadi dua macam
1. Tarjamah Harfiyah atau Tarjamah Lafdhiyah.
Pengertian Tarjamah Harfiyah adalah memindahkan (suatu isi ungkapan) dari satu
bahasa ke bahasa yang lain, dengan mempertahankan bentuk atau urutan kata-kata
dan susunan kalimat aslinya atau mengalihkan lafaz-lafaz dari satu bahasa ke
dalam lafaz-lafaz yang serupa dari bahasa lain sedemikian rupa sehingga susunan
dan tertib bahasa kedua sesuai dengan susunan dengan susunan dan tertib bahasa
pertama
2. Tarjamah Tafsiriyah atau Tarjamah Ma’nawiyah.
Sedangkan Tarjamah Tafsiriyah adalah menerangkan sebuah kalimat dan
menjelaskan artinya dengan bahasa yang berbeda, tanpa memepertahankan
susunan dan urutan teks aslinya, dan juga tidak mempertahankan semua Ma’na
yang terkandung dalam kalimat aslinya yang diterjemah.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Tafsir adalah “hasil dari tanggapan, nalar dan upaya ijtihad manusia untuk
mengungkapkan nilai-nilai ketuhanan yang terkandung dalam Al-Qur’an. Dan tujuan
dari Mempelajari penjelasan atau ghayah adalah memahami makna Al-Qur'an,
hukum-hukumnya, hikmah, akhlak dan petunjuk-petunjuk lainnya untuk memperoleh
kebahagiaan di dunia dan akhirat.
2. Takwil adalah suatu usaha untuk memahami lafaz-lafaz (ayat-ayat) Al-Quran melalui
pendekatan memahami arti atau maksud sebagai kandungan dari lafaz itu. Dengan
kata lain, takwil berarti mengartikan lafazh dengan beberapa alternatife kandungan
makna yang bukan makna lahiriahnya.
3. Tarjamah berasal dari bahasa Arab yang artinya “salinan dari sesuatu bahasa ke
bahasa lain” atau berarti mengganti, menyalin dan memindahkan kalimat dari suatu
Bahasa ke Bahasa lain.
4. Persamaan tafsir dan takwil yaitu berusaha menjelaskan makna setiap kata di dalam
Al-Quran yang notaben Bahasa Arab ke dalam Bahasa non-Arab.
5. Perbedaan tafsir dan takwil dapat Tafsir lebih universal dan lebih sering digunakan
untuk lafaz dan kosa kata dalam kitab-kitab yang diturunkan Allah dan kitab-kitab
lainnya. Sedangkan Takwil lebih sering dipergunakan untuk makna dan kalimat
dalam kitab-kitab yang diturunkan Allah saja.
B. SARAN
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, masih banyak terdapat
kekurangan, baik dalam penulisan maupun keefektifan kalimat. Oleh karena itu, bagi
pembaca harap memberi saran ataupun komentar yang membangun untuk dapat
memperbaiki kekurangan pada makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad al-Iskandari,Mushthafa al-Inany, Al- Wasith fil Adab alAraby wa Tarikh, Mesir:
Darul Ma’arif, cet. 18.
Akhmad Muzakki, Stilistika Al-Qur’an: Gaya Bahasa AL-Qur’an dalam Konteks
Komunikasi, Malang: UIN Malang Press, 2009, cet. I. Al-Jurjani, At-Ta’rifat, Ath-
Thaba’ah waan-Nasyr wa at-Tauzi, Jeddar., tanpa tahun.
Anwar, Rosihon. 2007. Ulum Al-Qur’an. Bandung: Pustaka Setia.
Azwar Am, Al-Qur’an adalah Kebenaran Mutlak, Bukittinggi: Pustaka Indonesia, 1982, cet.
II.
Az-Zarkasyi, Al-Burhan fi Ulumil Qur’an, Kairo: Isa al-Bab al-Halabi, 1972, Juz II.
Badrudin, Paradigma Metodologis Penafsiran Al-Qur’an (Kajian Madzahib at-Tafsir),
Serang: Pustaka Nurul Hikmah, 2009, cet. I., Tema-tema Khusus Dalam Al-Qur’an
dan Interpretasinya Suhud, Serang, 2007, cet. I.
Diktat Mata Kuliah Madzahib Tafsir, Institut Agama Islam Banten, Serang, 2009.
Imam Al-Ghazali, Teosofia Al-Qur’an, Surabaya: Risalah Gusti, 1995. Judul aslinya Kitabul
Arba’in fi Ushuluddin, Beirut: Darul Kutub Al. Ilmiyah, 1409/1988, cet. I.
Jalaluddin al-Suyuthi, AI-Itqan fi Ulumat Qur’an, Beirut: Dar al-Fikr, Libanon, 1979.
Kamaluddin Marzuki, Ar-Rum Al-Qur’an, Bandung: Rosdakarya, 1992.
M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an/Tafsir, Jakarta: Bulan
Bintang, 1992, cet. 14. Dkk, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama
Republik Indonesia, Jakarta, 1989.
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 1994., et.al. Sejarah Ulumul
Qur‘an, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999.
Mani‘ Abd Halim Mahmud, Metodologi Tafsir Kajian Komprehensif Metode Para Ahli
Tafsir (terj.), Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006.