TERJEMAH
A. TAFSIR
1. Sejarah Tafsir Al-Qur'an
Sejarah ini diawali dengan masa Rasulullah Saw masih hidup seringkali timbul
beberapa perbedaan pemahaman tentang makna sebuah ayat. Untuk itu
mereka dapat langsung menanyakan pada Rasulullah Saw. Secara garis
besar ada tiga sumber utama yang dirujuk oleh para sahabat dalam
menafsirkan Al-Qur'an.
Al-Qur'an itu sendiri karena terkadang satu hal yang dijelaskan secara global
di satu tempat dijelaskan secara lebih terperinci di ayat lain.
Rasulullah SAW semasa masih hidup para sahabat dapat bertanya langsung
pada Beliau SAW tentang makna suatu ayat yang tidak mereka pahami atau
mereka berselisih paham tentangnya.
Ijtihad dan Pemahaman mereka sendiri karena mereka
adalah orang-orang Arab asli yang sangat memahami
makna perkataan dan mengetahui aspek kebahasaannya.
Tafsir yang berasal dari para sahabat ini dinilai
mempunyai nilai tersendiri menurut jumhur ulama karena
disandarkan pada Rasulullah Saw terutama pada
masalah azbabun nuzul. Sedangkan pada hal yang dapat
dimasuki ra’y maka statusnya terhenti pada sahabat itu
sendiri selama tidak disandarkan pada Rasulullah Saw.
Para sahabat yang terkenal banyak
menafsirkan Al-Qur'an antara lain empat
khalifah , Ibn Mas’ud, Ibn Abbas, Ubai bin
Ka’ab, Zaid bin Tsabit, Abu Musa al-Asy’ari,
Abdullah bin Zubair. Pada masa ini belum
terdapat satupun pembukuan tafsir dan masih
bercampur dengan hadits.
Sesudah generasi sahabat, datanglah generasi tabi’in yang belajar
Islam melalui para sahabat di wilayah masing-masing. Ada tiga kota
utama dalam pengajaran Al-Qur'an yang masing-masing melahirkan
madrasah atau madzhab tersendiri yaitu Mekkah dengan madrasah
Ibn Abbas dengan murid-murid antara lain Mujahid ibn Jabir, Atha ibn
Abi Ribah, Ikrimah Maula Ibn Abbas, Thaus ibn Kisan al-Yamani dan
Said ibn Jabir. Madinah dengan madrasah Ubay ibn Ka’ab dengan
murid-murid Muhammad ibn Ka’ab al-Qurazhi, Abu al-Aliyah ar-Riyahi
dan Zaid ibn Aslam dan Irak dengan madrasah Ibn Mas’ud dengan
murid-murid al-Hasan al-Bashri, Masruq ibn al-Ajda, Qatadah ibn-
Di’amah, Atah ibn Abi Muslim al-Khurasani dan Marah al-Hamdani.
Pada masa ini tafsir masih merupakan bagian dari hadits namun masing-masing
madrasah meriwayatkan dari guru mereka sendiri-sendiri. Ketika datang masa kodifikasi
hadits, riwayat yang berisi tafsir sudah menjadi bab tersendiri namun belum sistematis
sampai masa sesudahnya ketika pertama kali dipisahkan antara kandungan hadits dan
tafsir sehingga menjadi kitab tersendiri. Usaha ini dilakukan oleh para ulama sesudahnya
seperti Ibn Majah, Ibn Jarir at-Thabari, Abu Bakr ibn al-Munzir an-Naisaburi dan lainnya.
Metode pengumpulan inilah yang disebut tafsir bi al-Matsur.
Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Dinasti Abbasiyah menuntut
pengembangan metodologi tafsir dengan memasukan unsur ijtihad yang lebih besar.
Mekipun begitu mereka tetap berpegangan pada Tafsir bi al-Matsur dan metode lama
dengan pengembangan ijtihad berdasarkan perkembangan masa tersebut. Hal ini
melahirkan apa yang disebut sebagai tafsir bi al-ray yang memperluas ijtihad
dibandingkan masa sebelumnya. Lebih lanjut perkembangan ajaran tasawuf melahirkan
pula sebuah tafsir yang biasa disebut sebagai tafsir isyarah.
2. Pengertian Tafsir
Tafsir dalam disiplin ilmu Al-Qur’an tidak sama dengan interpretasi
teks lainnya; baik itu teks karya sastra maupun teks suatu kitab
yang dianggap sebagai kitab suci agama tertentu. Ketika kita
membahas tafsir Al-Quran, maka pengertiannya harus merujuk
pada pengertian yang sesuai dengan sudut pandang Islam. Dalam
bahasa Arab, kata tafsir ( )التفسيرberarti “menjelaskan”.[1] Lafal
dengan makna ini disebutkan di dalam Al-Quran :
33. Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu
yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan
yang paling baik penjelasannya[1067]. (QS Al-Furqan: 33)
Selain itu, kata tafsir berasal dari derivasi (isytiqâq) al-fasru ( )الفسرyang
berarti “menerangkan dan menyingkap”. Di dalam kamus, kata al-fasru juga
bermakna menerangkan dan menyingkap sesuatu yang tertutup.[2]
[2]. Rosihan Anwar, Ulum Qur’an, Pustaka Setia, Bandung, Cet II, 2010, hal. 209
Tafsir atau At-Tafsir menurut bahasa mengandung arti antara lain :
a. Menjelaskan, menerangkan, yakni: ada sesuatu yang semula
belum atau tidak jelas memerlukan penjelasan lebih lanjut,
sehingga terang dan jelas.
b. Keterangan sesuatu, yakni : perluasan dan pengembangan dari
ungkapan-ungkapan yang masih sangat umum, sehingga
menjadi lebih terperinci, mudah difahami serta dihayati.
c. Tafsiroh, yakni alat kedokteran yang mengungkap penyakit
seseorang pasien, maka tafsir bisa dikatakan dapat makna
yang tersimpan dari Al-Qur’ an
Tafsir menurut istilah, para ulama memberikan rumusan-
rumusan yang berbeda, antara lain adalah sebagai berikut :
1. Menurut Syaikh Thahir al-Jazairy, dalam at-Taujih :
“Tafsir pada hakekatnya ialah menerangkan lafazh yang
sukar difahami oleh pendengar dengan uraian yang lebih
memperjelas pada maksud baginya, baik dengan
mengemukakan sinonimnya atau kata yang mendekati
sinonim itu, atau dengan mengemukakan uraian yang
mempunyai petunjuk kepadanya melalui suatu jalan
dalalah”.
2. Menurut Syaikh Al-Jurjani dalam Al-Ta’riifat :
“Pada asalnya, tafsir berarti membuka dan melahirkan. Dalam
pengertian syara’ ialah menjelaskan makna ayat : dari segala
persoalannya kisahnya, sababunnujulnya dengan menggunakan
lafazh yang menunjukkan kepadanya secara terang”.
3. Menurut az-Zarkasyi adalah sebagai berikut :
“Tafsir adalah ilmu yang mengkaji tentang pemahaman
kitabullah yang diturunkan kepada nabi Muhammad Saw,
menerangkan makna-maknanya, mengeluarkan hukum-hukum
yang dikandungnya serta ilmu-ilmu yang ada di dalamnya”.
Maka berdasarkan rumusan-rumusan tersebut dapat
disimpulkan bahwa : “Tafsir adalah usaha yang bertujuan
menjelaskan Al-Qur’an atau ayat-ayatnya atau lafazh-
lafazhnya agar yang tidak jelas menjadi jelas, yang
samar-samar menjadi terang, yang sulit difahami menjadi
mudah difahami, sehingga Al-Qur’an sebagai pedoman
hidup manusia benar-benar dapat difahami, dihayati dan
diamalkan, demi tercapainya kebahagiaan hidup di dunia
dan akhirat.”
Unsur-unsur pokok untuk memahami pengertian tafsir adalah sebagai berikut :
1. Hakekatnya ialah menjelaskan maksud ayat-ayat Al-Qur’an, yang
sebagian besar masih dalam bentuk yang sangat global.
2. Tujuannya untuk memperjelas apa yang sulit difahami dari Al-Qur’an itu
sendiri.
3. Sasarannya agar Al-Qur’an sebagai pedoman hidup dan hidayah dari
Allah benar-benar berfungsi sebagaimana Al-Qur’an itu diturunkan.
4. Sarana pendukung pekerjaan menafsirkan Al-Qur’an itu meliputi berbagai
ilmu yang berhubungan dengan itu.
5. Bahwa upaya menafsirkan Al-Qur’an bukaan untuk memastikan-
demikianlah yang dikehendaki Tuhan- namun pencaharian makna itu
hanyalah menurut kadar kemampuan manusia dengan keterbatasan
ilmunya.
3. Bentuk Tafsir Al-Qur'an
Adapun bentuk-bentuk tafsir Al-Qur'an yang dihasilkan secara garis
besar dapat dibagi menjadi tiga :
1. Tafsir bi Al-Ma’tsur
Tafsir bi al-ma’tsur adalah cara menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an
yang bersumber dari nash-nash, baik nash al-Qur’an, sunnah
Rasulullah Saw, pendapat (aqwal) sahabat, ataupun perkataan
(aqwal) tabi’in. Dengan kata lain yang dimaksud dengan tafsir bi al-
ma’tsur adalah cara menafsirkan ayat al-Qur’an dengan ayat al-
Qur’an, menafsirkan ayat Al Qur’an dengan sunnah, menafsirkan
ayat al-Qur’an dengan pendapat para sahabat, atau menafsirkan
ayat al-Qur’an dengan perkataan para tabi’in.
Dalam pertumbuhannya, tafsir bil ma’tsur menempuh tiga periode,
yaitu :
1. Periode I, yaitu masa Nabi, Sahabat, dan permulaan masa
tabi’in ketika belum tertulis dan secara umum periwayatannya
masih secara lisan (musyafahah).
2. Periode II, bermula dengan pengodifikasian hadits secara resmi
pada masa pemerintahan Umar bin Abd Al-Aziz (95-101). Tafsir
bil Ma’tsur ketika itu ditulis bergabung dengan penulisan hadits
dan dihimpun dalam salah satu bab-bab hadits.
3. Periode III, dimulai dengan penyusunan kitab Tafsir bil Ma’tsur
yang secara khusus dan berdiri sendiri.
Setelah tafsir resmi menjadi disiplin ilmu yang otonom, maka ditulis
dan terbitlah karya-karya tafsir yang secara khusus memuat tafsir bi
al-Ma’tsur lengkap dengan jalur sanad sampai kepada nabi Saw,
kepada para sahabat, tabi’in dan tabi’i al-tabi’in. diantara contohnya,
Tafsir al-Qur’an dengan al-Qur’an :
7. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka;
bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang
sesat.[9]. (al-Fatihah:7)
[9] Yang dimaksud dengan mereka yang dimurkai dan mereka yang
sesat ialah semua golongan yang menyimpang dari ajaran Islam.
TAFSIR TA’WIL