Anda di halaman 1dari 10

SIFAT- SIFAT MUFASSIR

Kelompok : Siti Nur Laili


Abidah Sauqina Zulka
Alifa Nur Sasabillah
Progam Studi : Hukum Ekonomi Syari’ah / 1
Mata Kuliah: Study Al- Qur’an
Dosen Pengampu: Al- Ustadzah Annisa Silvi Kusumastuti, M.H

FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR
KAMPUS MANTINGAN
1444/2023

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Al-qur’an adalah kitab suci yang diturunkan sang maha kuasa Allah SWT
kepada Rasulullah akhirul anbiya’ Nabi Muhammad SAW dengan Bahasa arab
(QS.Yusuf/12:2). Sehingga jika ingin memahaminya kita harus mengerti dan
faham akan Bahasa arab.

Sejarah Al-Qur’an menunjukkan bahwa kitab suci al-qur’an tidak mudah


difahami, karena itu mencangkup semua tentang pengertian dan Pelajaran hidup
yang terjadi didunia dan pasti akan dialami oleh semua manusia. Tidak semua
manusiaa mengerti arti dan maksudnya, melainkan mereka yang jernih hatinya,
suci pikirannya, dan murni jiwanya.1

Penafsir al-qur’an telah muncul sejak zaman nabi Muhammad SAW dan
beliau lah sebagai mufassir awwal dari kitab Allah, sebagai guru dan tauladan
untuk menjelaskan dan mempraktekkan wahyu-wahyu yang diturunkan Allah
kepadanya. Keterangan tersebut telah menjelaskan bahwa para sahabat
meneruskan perjuangan Rasulullah dalam menafsirkan al-qu’an setelah wafatnya
Rasulullah sebagai penafsir pertama. Secara tidak sengaja semua tugas yang
dilakukan oleh Rasulullah beralih tangan kepada sahabat- sahabatnya sebagai
penerus perjuangannya. Disamping itu karena wafatnya Rasulullah berbagai
pertanyaan muncul dikalangan para sahabat sendiri tentang makna dan penjelasan
suatu ayat.

1
Muhammad agus yusron, kaidah yang diperlukan mufassir, jurnal tafakkur: volume 2,
nomor 1, (2021), p.64, http://e-jurnal.stiqarrahman.ac.id/index.php/tafakkur/article/view/52.

2
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi Al-Qur’an, mufassir dan ilmu tafsir ?
2. Apa saja sifat -sifat yang dimiliki seorang mufassir ? 2

2
Andi miswar, perkembangan tafsir al-qur’an pada masa sahabat, jurnal rihlah : volume
c, nomor 2, (2016), p.145, https://journal3.uin-alauddin.ac.id/index.php/rihlah/article/view/2849.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI AL-QUR’AN, ILMU TAFSIR DAN MUFASSIR


I. DEFINISI AL-QUR’AN

Al-qur’an adalah mukjizat terbesar Rasulullah SAW, kesuciannya


sangat dijaga dan dimuliakan. Salah satu cara untuk memahami Al-Qur’an yaitu
dengan mempelajari ilmunya yang biasa disebut dengan Ilmu tafsir.3

Bagian dari ilmu qur’an yang harus difahami oleh seorang mufassir atau
mereka yang ingin mendalami dan memahami tentang al-qur’an adalah ilmu
tafsir, disetiap ilmu tafsir terdapat kaidah – kaidah sebagai rujukan dari al-qur’an.

 Kaidah Al-Qur’an
Dalam bahasa Indonesia kaidah diartikan sebagai: rumusan asas-
asas yang menjadi hukum aturan tertentu, sebagai patokan ataupun dalil,
dan dalam bahasa arab kaidah diartikan sebagai “asas atau pondasi” jika
diartikan dengan bahasa lain adalah bangunan, atau sebagai tiang yang
menopang sebuah bangunan.4

Selain dari segi bahasa pengertian kaidah juga diartikan secara


istilah oleh syarif al-jurjani dalam sebuah kitabnya yang berjudul mu’jam
at-ta’rifat bahwa, kaidah adalah:
“rumusan yang bersifat kully (menyeluruh) mencakup semua
bagian – bagiannya”.5

3
Andi miswar, perkembangan tafsir al-qur’an pada masa sahabat, jurnal rihlah : volume
c, nomor 2, (2016), p.146, https://journal3.uin-alauddin.ac.id/index.php/rihlah/article/view/2849.
4
Luwis Ma‟luf, (1975). Al-Munjid Fiy alLughat wa al-A‟lam. Beirut: Dar al-Masyriq,
hal.
642.
5
Syarif al-Jurjani, Mu‟jam atTa‟rifat: Kamus li Mushtalahat wa Ta‟rifat Ilmi alFiqhi
wa al-Lughati wa al-Falsafati wa al-Manthiq wa at-Tasawwuf wa an-Nahw wa as-Sharf wa al-
„Arudh wa al-Balaghah, Kairo: Dar al-Fadhilah, (2004), p.43.

4
diantara kaidah yang dipakai dalam al-qur’an ialah:

1. Kaidah liguistik
Yaitu kaidah yang menyangkut tentang nakirah, ma’rifat,
dhamir, mufrad, jama’, khitab bi al-ism, khitab bi al-fi’il, as-sual,
al-jawab, al-wujuh, an-nazhair, dan al-musytarak.
2. Kaidah stilistika (uslub)
Yaitu kaidah yang menyangkut tentang manthuq, mafhum,
mujmal, mubayyan, ‘am, khash, muthlaq, muqayyad, haqiqat,
majaz, muqaddam, dan mu’akhhar.
3. Kaidah exegetic
Yaitu kaidah yang menyangkut tentang muhkam,
mutasyabih, nasikh, mansukh, sab’ah ahruf, dan lain-lain.

II. DEFINISI ILMU TAFSIR


Adalah sebuah bentuk kata benda dari kata fassara – yufassiru –
tafsiran, berasal dari kata “al-fasr”. Berarti tafsir dapat dimaknai sebagai
penjelasan, uraian, interpretasi, atau sebuah komentar.

Selain pengertian diatas, tafsir juga dapat diartikan menyingkap


dan menampakkan makna yang abstrak dan tertutup. Seorang ulama yang
bernama ibnu manzhur berpendapat bahwa tafsir berasal dari kata “al-
fasru” yang berarti menyingkap sesuatu yang tertutup, sedangkan kata at-
tafsir diartikan sebagai penyingkap maksud lafadz yang musykil. Diantara
kedua pengertian diatas kata tafsirlah yang sering digunakan

Setelah semua pengertian yang kita ketahui, ada salah satu definisi
yang paling penting dan singkat tetapi mencakup semua pengertian yang
ada, yaitu: “ penjelasan tentang maksud firman – firman Allah sesuai
dengan kemampuan dan kecenderungan sang penafsir. 6

6
Muhammad agus yusron, kaidah yang diperlukan mufassir, jurnal tafakkur: volume 02,
nomor 01, (2021), p.65, http://e-jurnal.stiqarrahman.ac.id/index.php/tafakkur/article/view/52.

5
Ilmu tafsir ditulis oleh sahabat nabi yang terdahulu mulai dari zaid
bin tsabit, abu musa al-asy’ari, Abdullah bin Zubair, dan para sahabat
lainnya yang hidup pada zaman nabi. Seiring dengan berkembangnya
zaman, bermuncullah para ahli tafsir yang lain dan menafsirkan Al-Qur’an
dengan bahasa mereka kemudian dijilid dan dijadikan pedoman umat
islam hingga saat ini

Para ulama tafsir dahulu berusaha membuat kisi kisi dalam menafsirkan
Al-Qur’an yang kemudian menjadi kaidah tafsir. Khalid bin Utsman as-sabt dalam
kitabnya yang bernama Qawa’id at-tafsir: Jam’an wa dirasatan menjelaskan
bahwasanya adanya kemunculan sejarah penulisan kaidah tafsir terbagi menjadi
dua fase:

1) Fi Qawa’id Al-fiqh (Al-zarkasyi)


2) Bahrul Muhith fi Ushul Fiqh (ibn Rajab)7

Maka dari itu kaidah tafsir makin berkembang ke lima abad selanjutnya.
Selain pada dari itu di dalam kaidah kaidah tafsir terdapat sumber sumber
terntentu yaitu ada tiga sumber pokok yaitu:

a. Disiplin ilmu tertentu


Maksud disini yaitu seorang mufassir haruslah memiliki banyak ilmu,
diantaranya ilmu bahasa, ushul fiqh dan ilmu teologi. Karena ilmu tersebut
banyak menjelaskan tentang kaidah-kaidah al-qur’an dan ilmu tersebutlah
yang banyak dimanfaatkan para ulama untuk menafsirkan al-qur’an.

b. Kaidah khusus
Mufasir sebelum menafsirkan ilmu ilmu terntentu harus memiliki kaidah
kaidah yang berkaitan dengan penerapan dengan metode tahlili,maudu’i.
Agar mengetahui bagaimana sikap yang sesuai dengan sinonim yang ada
di dalam ayat Qur’an.

c. Pengamatan Qur’an
7
Muhammad agus yusron, kaidah yang diperlukan mufassir, jurnal tafakkur: volume 02,
nomor 01, (2021), p.65, http://e-jurnal.stiqarrahman.ac.id/index.php/tafakkur/article/view/52.

6
Seorang mufasir harus memiliki kaidah hasil dari pengamatan langsung
dari Qur’an karena jika tidak bertegantungan dengan Qur’an maka tidak
bisa dikatakan sebagai kaidah yang disiplin.

III. DEFINISI MUFASSIR


Makna mufassir dalam kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI)
adalah seseorang yang menerangkan makna dan maksud ayat al-qur’an atau
yang biasa disebut dengan juru tafsir.8

Tak hanya arti secara luas, menurut Ali al-harbi : “ mufassir adalah
seorang yang mempunyai keahlian dalam memahami maksud dan makna
yang terkandung dalam al- qur’an sesuai dengan Bahasa dan pemahaman
mereka masing-masing dan kemudian mengajarkan dan menyalurkan
pengetahuannya itu kepada yang lain dan dijadikan satu dalam buku yang
sudah dijilid.9

Al-Qur’an adalah kitab yang diturunkan oleh Allah SWT sebagai kitab
hidayah bagi manusia yang mengajarkan akan adanya ajaran,perintah dan juga
larangan yang Allah perintahkan kepada ummat-Nya. Maka dari itu jika ada
seorang mufassir yang ingin menafsirkan ayat ayat Qur’an maka harus dengan
sumber sumber yang harus tertera di dalam Tafsiran tersebut.

B. SIFAT-SIFAT MUFASSIR

Seorang mufassir juga harus memiliki sifat -sifat yang terpuji


sebagai tauladan yang akan ditiru oleh para hamba Allah SWT. Diantara sifat
dan mental yang harus dimiliki oleh seorang mufassir secara universal ada
enam yakni:

1. Aqidah yang benar

8
Nur afiyah dan eko Zulfikar, kualifikasi intelektual dan moral mufassir pada abad
kontemporer, jurnal al-misykah, volume 3, nomor 1, (2022), p.6,
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/almisykah/article/view/13004.
9
Husain bin ‘ali al-harbi, qawa’id al- tarjih ‘inda al- mufassirin (Riyad: dar al- Qasim,
1996), p. 33.

7
2. Bersih dari hawa nafsu
3. Niat baik dan tujuan yang benar
4. Taat dan mengamalkan ilmunya
5. Berpegang taguh pada sunnah
6. Mengerahkan tenaga untuk belajar atau membekali diri dengan
ilmu
7. Merujuk kepada perkataan sahabat
8. Merujuk kepada perkataan tabin
9. Menguasai ilmu Bahasa Arab10

BAB III

10
Iskandar jayadi, sifat-sifat pendidik perspektif al-qur’an, jurnal kependidikan al-
riwayah: volume 10, nomor 2, (2018), p. 364, https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/88891643/6-
libre.

8
KESIMPULAN

Al-Qur’an menjadi kitab hidayah bagi manusia karena isi dari Al-
Qur’an merupakan segala sesuatu yang dijadikan sebagai pelajaran dan juga salah
satu bentuk ijtihad yang berperan sebagai metode alternatif dalam mengungkap
isi dari Al-Qur’an yang harus dilaksanakan oleh manusia sebagai ummat Allah
SWT. Metode penafsiran Al-Qur’an yang ditempuh oleh sahabat tidak jauh dari
penafsiran Al-Qur’an yang ditempuh oleh nabi maka dari itu rujukan kepada
tafsiran sahabat menjadi salaah satu syarat dari penafsiran. Kaidah tafsir
merupakan salah satu dasar untuk bisa memahami apa yang terdapat ataupun yang
terkandung di dalam Al-Qur’an karena di dalam Al-Qur’an terdapat kebaikan
kebaikan yang sampaikan dari tuhan Yang Maha Esa terhadap kaumnya.
Implementasi syarat-syarat muffasir di era digital ini sama saja dengan kualifikasi
syarat syarat muffasir yang telah dirumuskan oleh ulama terlebih dahulu.11

11
Iskandar jayadi, sifat-sifat pendidik perspektif al-qur’an, jurnal kependidikan al-
riwayah: volume 10, nomor 2, (2018), p. 364, https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/88891643/6-
libre.

9
DAFTAR ISI

Afiyah, Nur dan eko Zulfikar, kualifikasi intelektual dan moral mufassir pada
abad kontemporer, jurnal al-misykah, volume 3, nomor 1, (2022),
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/almisykah/article/view/13004.

Al-harbi, Husain bin ‘ali. (1996). qawa’id al- tarjih ‘inda al- mufassirin (Riyad:
dar al- Qasim).

Al-Jurjani, Syarif. (2004).Mu‟jam atTa‟rifat: Kamus li Mushtalahat wa Ta‟rifat


Ilmi alFiqhi wa al-Lughati wa al-Falsafati wa al-Manthiq wa at-Tasawwuf
wa an-Nahw wa as-Sharf wa al-„Arudh wa al-Balaghah, Kairo: Dar al-
Fadhilah.

Jayadi, Iskandar. sifat-sifat pendidik perspektif al-qur’an, jurnal kependidikan al-


riwayah: volume 10, nomor 2, (2018),
https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/88891643/6-libre.

Ma‟luf, Luwis, (1975). Al-Munjid Fiy alLughat wa al-A‟lam. Beirut: Dar al-
Masyriq.

Miswar, Andi. perkembangan tafsir al-qur’an pada masa sahabat, jurnal rihlah :
volume c, nomor 2, (2016),
https://journal3.uin-alauddin.ac.id/index.php/rihlah/article/view/2849.

Yusron, Muhammad agus, kaidah yang diperlukan mufassir, jurnal tafakkur:


volume 2, nomor 1, (2021),
http://e-jurnal.stiqarrahman.ac.id/index.php/tafakkur/article/view/52.

10

Anda mungkin juga menyukai