Anda di halaman 1dari 12

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3
A. Pengertian Ilmu Tafsir Al Qur’an......................................................................3
B. Sejarah Tafsir al qur’an......................................................................................4
C. Bentuk Tafsir al qur’an.......................................................................................5
D. Metodologi Tafsir al qur’an................................................................................6
BAB III PENUTUP..........................................................................................................9
A. Kesimpulan...........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................10

i|Page
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Ta’ala.


atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, “Ilmu
Tafsir Al Qur’an” dapat kami selesaikan dengan baik. Penulis berharap makalah
ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Begitu pula atas
limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT karuniai kepada kami
sehingga makalah ini dapat kami susun melalui beberapa sumber yakni melalui
kajian pustaka maupun melalui media internet.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas
makalah ini. Kepada kedua orang tua yang telah memberikan banyak kontribusi
bagi kami, dosen pembimbing kami, Bapak Ni’amullah, M.H., dan juga kepada
teman-teman seperjuangan yang membantu kami dalam berbagai hal. Harapan
kami, informasi dan materi yang terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah SWT. Tuhan
Yang Maha Sempurna, karena itu kami memohon kritik dan saran yang
membangun bagi perbaikan makalah kami selanjutnya.

Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam


penulisan, atau pun adanya ketidak sesuaian materi yang kami angkat pada
makalah ini, kami mohon maaf. Penulis menerima kritik dan saran seluas-luasnya
dari pembaca agar bisa membuat karya makalah yang lebih baik pada kesempatan
berikutnya.

Pamotan, 09 Desember 2022

Penulis

ii | P a g e
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an adalah sebuah perisai untuk umat manusia. Ia
sendiri bahkan memiliki julukan al-Furqan, al-Bayan, serta berbagai
julukan lain dalam ayat-ayat lain. Al-Qur’an bukanlah wahyu yang
diturunkan dalam masyarakat yang nir-sejarah dan kosong budaya. Ia
diwahyukan dalam konteks historisitas dan kebudayaan tertentu,
sehingga pantas apabila di setiap dekade muncul studi al-Qur’an
dalam variasi kecenderungan dan substansinya.

Studi al-Qur’an menguat, bukan saja di negara-negara


berpenduduk muslim, namun juga di Barat1. Studi al-Qur’an
kebanyakan lebih ditekankan pada kajian produk tafsir daripada
metodologi tafsir. Padahal mengetahui perkembangan metodologi
tafsir lebih signifikan, melalui studi kritis terhadap perkembangan dan
metodologinya, sehingga rekonstruksi lebih mudah dilakukan.

Upaya menafsirkan al-Qur’an sudah dilakukan oleh Rasulullah


saw. Predikat al-Qur’an sebagai Hudan (petunjuk) dan Rahmatan
(rahmat) bagi manusia, membuka kemungkinan yang luas bagi
penafsiran terhadapnya.

Susunan al-Qur’an yang tidak sistematis 2 juga merupakan alasan


tersendiri mengapa penafsiran serta penggalian terhadap makna ayat-
ayatnya justru menjadi tugas umat yang tidak pernah berakhir.

1
Fazlur Rahman, Some Recent Books on The Qur’an by Western Authors, 73.
2
Rashid Rida, al-Wahy al-Muhammadiy, 107-108.

1|Page
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah untuk
makalah ini adalah sebagai berikut

1. Bagaimana pengertian ilmu tafsir al qur’an dan sejarahnya ?


2. Apa saja bentuk bentuk tafsir al qur’an ?
3. Apa saja metodologi tafsir al qur’an ?

C. Tujuan
Dari uraian rumusan masalah diatas, maka tujuan dari makalah ini
adalah sebagai berikut

1. Untuk Mengetahui dan Memahami Pengertian ilmu tafsir serta


sejarahnya.
2. Untuk Mengetahui serta Memahami Bentuk bentuk tafsir al qur’an.
3. Untuk Mengrtahui serta Memahami Metodologi tafsir al qur’an.

2|Page
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Tafsir
Kata tafsir adalah bentuk kata benda dari kata kerja fassara.
Tafsir berarti penjelasan, uraian, interpretasi, atau komentar. Tafsir dapat
juga diartikan menyingkap dan menampakkan makna yang abstrak,
yang tertutup, maksud lafal yang musykil, pelik.3

Tafsir dalam wacana istilah menurut Abu Hayyan dapat


didefinisikan sebagai ilmu yang membahas tentang cara pengucapan
lafal-lafal al-Qur’an, tentang petunjuk-petunjuknya, hukum-hukumnya,
baik ketika berdiri sendiri maupun kala tersusun, dan makna yang
dimungkinkan baginya ketika tersusun, serta hal-hal lain yang
melengkapinya.4

Menurut Az-Zarkashi Al-Burhan Tafsir adalah ilmu yang


mengenal Kitabullah (Al-Qur’an) yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW, menjelaskan makna-maknanya serta mengeluarkan
hukum-hukum serta hikmah yang terkandung di dalamnya.

Dapat disimpulkan tafsir al qur’an adalah ilmu pengetahuan untuk


memahami dan menafsirkan yang bersangkutan dengan Al-Qur'an dan
isinya berfungsi sebagai mubayyin (pemberi penjelasan), menjelaskan
tentang arti dan kandungan Al-Qur'an, khususnya menyangkut ayat-ayat
yang tidak di pahami dan samar artinya.

3
Manna‘ Khalil al-Qattan, Mabahith fi `Ulum al-Qur’an, 323.
4
Sarwat, Ahmad. Ilmu Tafsir Sebagai Pengantar.

3|Page
B. Sejarah Ilmu Tafsir Al Qur’an
Sejarah ini diawali dengan masa Rasulullah ‫ ﷺ‬masih hidup sering
kali timbul beberapa perbedaan pemahaman tentang makna sebuah ayat.
Untuk itu mereka dapat langsung menanyakan pada Rasulullah ‫ﷺ‬.

Para sahabat yang terkenal banyak menafsirkan Al-Qur'an antara


lain empat khalifah, Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, Ubay bin Ka'ab, Zaid bin
Tsabit, Abu Musa al-Asy’ari, Abdullah bin Zubair. Pada masa ini belum
terdapat satupun pembukuan tafsir dan masih bercampur dengan hadis.5

Sesudah generasi sahabat, datanglah generasi tabi’in yang belajar


Islam melalui para sahabat di wilayah masing-masing. Ada tiga kota
utama dalam pengajaran Al-Qur'an yang masing-masing melahirkan
madrasah atau madzhab tersendiri, yaitu:

o Mekkah, dengan madrasah Ibnu Abbas dengan murid-


murid antara lain Mujahid ibn Jabir, Atha bin Abi Rabah,
Ikrimah Maula Ibn Abbas, Thaus ibn Kisan al-Yamani dan
Said ibn Jabir.
o Madinah, dengan madrasah Ubay ibn Ka'ab dengan murid-
murid Muhammad bin Ka'ab al-Qurazhi, Abu al-Aliyah ar-
Riyahi dan Zaid bin Aslam.
o Irak dengan madrasah Ibnu Mas'ud dengan murid-murid
Hasan al-Bashri, Masruq ibn al-Ajda, Qatadah bin
Da'amah, Atah ibn Abi Muslim al-Khurasani dan Marah al-
Hamdani.

Pada masa ini tafsir masih merupakan bagian dari hadis namun
masing-masing madrasah meriwayatkan dari guru mereka sendiri-sendiri.
Ketika datang masa kodifikasi hadis, riwayat yang berisi tafsir sudah
menjadi bab tersendiri namun belum sistematis sampai masa sesudahnya
ketika pertama kali dipisahkan antara kandungan hadits dan tafsir sehingga
menjadi kitab tersendiri. Usaha ini dilakukan oleh para ulama sesudahnya
seperti Ibnu Majah, Ibnu Jarir ath-Thabari, Abu Bakr ibn al-Munzir an-
5
https://id.wikipedia.org/wiki/Tafsir_Al-Qur%27an#Urgensi_tafsir_Al-Qur'an_dalam_Islam

4|Page
Naisaburi dan lainnya. Metode pengumpulan inilah yang disebut tafsir bil
Ma`tsur.

Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Dinasti Abbasiyah


menuntut pengembangan metodologi tafsir dengan memasukan unsur
ijtihad yang lebih besar. Meskipun begitu mereka tetap berpegangan pada
tafsir bi al-Ma`tsur dan metode lama dengan pengembangan ijtihad
berdasarkan perkembangan masa tersebut. Hal ini melahirkan apa yang
disebut sebagai tafsir bi ar-ra'yi yang memperluas ijtihad dibandingkan
masa sebelumnya. Lebih lanjut perkembangan ajaran tasawuf melahirkan
pula sebuah tafsir yang biasa disebut sebagai tafsir isyari.

C. Bentuk Tafsir Al Qur’an

Adapun bentuk-bentuk tafsir Al-Qur'an yang dihasilkan secara


garis besar dapat dibagi menjadi tiga6:

o Tafsir bi al-Ma`tsur
Tafsir bi al-ma’tsur ialah tafsir yang berpegang kepada
riwayat yang shahih, yaitu menafsirkan Al-Qur’an dengan
Al-Qur’an, atau dengan sunnah karena ia berfungsi
menjelaskan kitabullah, atau dengan apa yang dikatakan
oleh tokoh-tokoh besar tabi’in karena pada umumnya
mereka menerima dari para sahabat.
o Tafsir Bir Ra’yi
Seiring perkembangan zaman yang menuntut
pengembangan metode tafsir karena tumbuhnya ilmu
pengetahuan pada masa Daulah Abbasiyah maka tafsir ini
memperbesar peranan ijtihad dibandingkan dengan
penggunaan tafsir bi al-Matsur. Adapun istilah tafsir bir-
ra’yi dijadikan sebagai lawan dari tafsir bil ma’tsur, dengan
makna ra’yu adalah logika, pendapat, akal dan opini.
Maksudnya sumber penafsiran suatu ayat bukan didasarkan
pada riwayat dan sanad yang sampai ke shahabat atau
6
https://id.wikipedia.org/wiki/Tafsir_Al-Qur%27an#Bentuk_Tafsir_Al-Qur'an

5|Page
Rasulullah SAW, melainkan penjelasannya datang dari diri
sang mufassir sendiri. Kadang juga diistilahkan dengan
tafsir bid-dirayah dimana maknua dirayah itu sama saja
dengan makna ra’yu, yaitu yang artinya mengerti,
mengetahui, dan memahami.
o Tafsir Isyari
Menurut kaum sufi, setiap ayat mempunyai makna yang
zahir dan batin. Yang zahir adalah yang segera mudah
dipahami oleh akal pikiran sedangkan yang batin adalah
yang isyarat-isyarat yang tersembunyi dibalik itu yang
hanya dapat diketahui oleh ahlinya. Isyarat-isyarat kudus
yang terdapat di balik ungkapan-ungkapan Al-Qur'an inilah
yang akan tercurah ke dalam hati dari limpahan gaib
pengetahuan yang dibawa ayat-ayat. Itulah yang biasa
disebut tafsir Isyari. tafsyir berdasarkan intuisi, atau bisikan
batin.

D. Metodologi Tafsir Al Qur’an


Metodologi Tafsir dibagi menjadi empat macam, yaitu metode
tahlili, metode ijmali, metode muqarin, dan metode maudlu’i7:

o Metode Tahlili (Analitik)


Metode ini adalah yang paling tua dan paling sering
digunakan. Menurut Muhammad Baqir ash-Shadr, metode
ini, yang ia sebut sebagai metode tajzi'i, adalah metode
yang mufasir-nya berusaha menjelaskan kandungan ayat-
ayat Al-Qur'an dari berbagai seginya dengan
memperhatikan runtutan ayat Al-Qur'an.
Tafsir ini dilakukan secara berurutan ayat demi ayat
kemudian surat demi surat dari awal hingga akhir sesuai
dengan susunan Al-Qur'an. Dia menjelaskan kosakata dan

7
https://id.wikipedia.org/wiki/Tafsir_Al-Qur%27an#Bentuk_Tafsir_Al-Qur'an

6|Page
lafazh, menjelaskan arti yang dikehendaki, sasaran yang
dituju dan kandungan ayat, yaitu unsur-unsur i’jaz,
balaghah, dan keindahan susunan kalimat, menjelaskan apa
yang dapat diambil dari ayat yaitu hukum fiqih, dalil syar’i,
arti secara bahasa, norma-norma akhlak dan lain
sebagainya.

o Metode Ijmali (Global)


Metode ini adalah berusaha menafsirkan Al-Qur'an secara
singkat dan global, dengan menjelaskan makna yang
dimaksud tiap kalimat dengan bahasa yang ringkas
sehingga mudah dipahami. Urutan penafsiran sama dengan
metode tahlili namun memiliki perbedaan dalam hal
penjelasan yang singkat dan tidak panjang lebar.
Keistimewaan tafsir ini ada pada kemudahannya sehingga
dapat dikonsumsi oleh lapisan dan tingkatan kaum
muslimin secara merata. Sedangkan kelemahannya ada
pada penjelasannya yang terlalu ringkas sehingga tidak
dapat menguak makna ayat yang luas dan tidak dapat
menyelesaikan masalah secara tuntas.

o Metode Muqarin.
Tafsir ini menggunakan metode perbandingan antara ayat
dengan ayat, atau ayat dengan hadits, atau antara pendapat-
pendapat para ulama tafsir dengan menonjolkan perbedaan
tertentu dari objek yang diperbandingkan itu.

o Metode Maudhu’i (Tematik).


Tafsir berdasarkan tema, yaitu memilih satu tema dalam
Al-Qur'an untuk kemudian menghimpun seluruh ayat Al-
Qur'an yang berkaitan dengan tema tersebut baru kemudian
ditafsirkan untuk menjelaskan makna tema tersebut.

7|Page
Metode ini adalah metode tafsir yang berusaha mencari
jawaban Al-Qur'an dengan cara mengumpulkan ayat-ayat
Al-Qur'an yang mempunyai tujuan satu, yang bersama-
sama membahas topik atau judul tertentu dan
menertibkannya sesuai dengan masa turunnya selaras
dengan sebab-sebab turunnya, kemudian memperhatikan
ayat-ayat tersebut dengan penjelasan-penjelasan,
keterangan-keterangan dan hubungan-hubungannya dengan
ayat-ayat lain kemudian mengambil hukum-hukum darinya.

8|Page
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Tafsir al qur’an adalah ilmu pengetahuan untuk memahami dan
menafsirkan yang bersangkutan dengan Al-Qur'an dan isinya berfungsi
sebagai mubayyin (pemberi penjelasan), menjelaskan tentang arti dan
kandungan Al-Qur'an, khususnya menyangkut ayat-ayat yang tidak di
pahami dan samar artinya.

9|Page
DAFTAR PUSTAKA

Fazlur Rahman, Some Recent Books on The Qur’an by Western Authors, 73.

https://id.wikipedia.org/wiki/Tafsir_Al-Qur%27an#Bentuk_Tafsir_Al-Qur'an

Manna‘ Khalil al-Qattan, Mabahith fi `Ulum al-Qur’an, 323.

Rashid Rida, al-Wahy al-Muhammadiy, 107-108.

Sarwat, Ahmad. Ilmu Tafsir Sebagai Pengantar.

10 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai