Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

FASE FASE PERKEMBANGAN TAFSIR SUFISTIK

Disusun guna memenuhi tugas

Mata kuliah : Tafsir Sufistik

Dosen pengampu : Komarudin M.Pd

Disusun oleh :

Dicky Kurniawan

SEKOLAH TINGGI ILMU AL-QUR’AN (STIQ) AN-NUR

TEBING SULUH KEC.LEMPUING KAB.OGAN KOMERING ILIR

SUMATERA SELATAN

2022

1
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga dapat terselesaikannya makalah ini
dalam rangka melengkapi persyaratan dalam perkuliahan pada SEKOLAH
TINGGI ILMU AL-QUR’AN (STIQ) AN-NUR LEMPUING OKI.

Shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad


SAW. beserta keluarga, sahabat dan semua pengikutnya, dengan harapan semoga
bisa mendapatkan syafa’at uzma ila yaumil qiyamah.

Dalam penyusunan makalah ini saya mengucapkan terima kasih kepada


seluruh pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan makalah ini dan
memberi dorongan semangat penulis untuk melanjutkan studi.

Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan


dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu segala masukan berupa kritik dan
saran yang membangun dari berbagai pihak demi perbaikan dan kesempurnaan
makalah ini sangat diharapkan.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan tambahan ilmu


kepada kita semua. Aamiin ya Robbal ‘alamin.

Tebing suluh, 10 November 2022

i
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
BAB I......................................................................................................................iii
PENDAHULUAN..................................................................................................iii
A. LATAR BELAKANG.................................................................................iii
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................iii
BAB II......................................................................................................................1
PEMBAHASAN......................................................................................................1
A. pengertian tafsir sufistik................................................................................1
B. BERKEBANGNYA TAFSIR SUFISTIK....................................................1
BAB III....................................................................................................................3
PENUTUP................................................................................................................3
A. KESIMPULAN.............................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................4
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Corak tasawuf dalam tafsir merupakan kecenderungan seorang
mufasir dalam memahami Alquran secara sufistik. Karena secara
sederhana tasawuf adalah metode atau cara untuk menemukan hubungan
langsung antara manusia dan Tuhan dengan melalui latihan-latihan yang
disebut maqamat, sedangkan tujuannya untuk mendekatkan diri kepada
Tuhan, melihat Tuhan bahkan bersatu dengan Tuhan. Sedangkan Menurut
Seyyed Hossein Nasr, tasawuf yaitu bunga atau getah dari pohon Islam.
Atau dapat pula dikatakan bahwa Tasawuf adalah permata di atas mahkota
tradisi Islam, sebagai suatu tradisi Islam yang tidak terpisahkan dalam
pengamalan agama. 1
Namun dalam sejarah tasawuf terdapat perdebatan di kalangan
ulama. Sebagian ulama yang menolak, berpendapat bahwa teori tasawuf
sebagai faktor penyebab kemunduran umat Islam dan tidak relevan dengan
kondisi modern sekarang. Salah satu konsep yang merugikan umat Islam
ialah beruzlah. Makna uzlah secara etimologi berarti ta‟azzala „an al-
Shai‟ atau menghindar dari sesuatu, Ibnu Mandzur dalam Lisa>n
al-‘Ara>b memperjelas pengertian uzlah dengan mengutip ayat Alquran
fain lam tu‟minu faI‟taziluni dan in lam tu‟minu Fala takunu „alayya wala
ma‟i, 2
Secara terminologi menurut al-Jurjani uzlah adalah membebaskan
diri dari masyarakat dengan cara menghindarkan diri atau memutuskan
hubungan dengan mereka. Pemahaman terhadap uzlah ini, akan menuntut
manusia menghindari dunia dan segala isinya, dan mengakibatkan acuh
terhadap dunia
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian tafsir sufistik?
2. Apa saja fase fase perkembangan tafsir sufistik?

1
Seyyed Hossein Nasr, Islam dan Nestapa Manusia Modern, (Bandung: Pustaka, 1983). Hlm
2
Ibn Mandzur, Lisan al-„Arab, (Al-Qahirah: Dar al-Ma‟arif,1119H), 2956
BAB II
PEMBAHASAN
A. pengertian tafsir sufistik
Tafsir merupakan pengetahuan yang membahas maksud-maksud
Allah yang terkandung dalam al-Qur’an sesuai dengan kemampuan
manusia. Oleh karena itulah, tafsir merupakan salah satu ilmu yang paling
agung dan tinggi kedudukannya, disebabkan obyek pembahasannya yaitu
kalamullah yang sangat mulia dan banyak dibutuhkan orang.
Adanya corak-corak penafsiran yang beragam adalah sebagai bukti
akan kebebasan penafsiran al-Qur’an. Corak-corak tafsir yang ada atau
dikenal selama ini adalah corak bahasa, corak filasafat dan teologi, corak
penafsiran ilmiah, corak fiqih, tasawuf dan corak sastra budaya dan
kemasyarakatan dan yang lainnya. Seiring berkembangnya aliran sufi.
Merekapun menafsirkan alqur’an sesuai dengan faham sufi yang mereka
anut. Pada umumnya kaum sufi memahami ayat-ayat alqur’an bukan
sekedar dari lahir yang tersurat saja. Namun mereka memahaminya secara
bathin atau yang tersirat.
Dari paparan di atas penulis tertarik menggali lebih dalam lagi tentang
Tafsir Sufi ini dalam bab selanjutnya.
B. BERKEBANGNYA TAFSIR SUFISTIK
Abdullah al-Darra>z mengumpamakan al-Qur’an dengan sebuah batu
intan yang setiap sudutnya memancarkan cahaya yang berbeda dengan
sudut lainnya.3 Hal tersebut berarti bahwa al-Qur’an merupakan suatu teks
suci yang mengandung suatu muatan yang bisa ditinjau dari multi-
perspektif. Al-Qur’an merupakan suatu teks “polifonik” yang
menghasilkan beberapa seni membaca bagi para pengkajinya. Dalam hal
ini, pluralitas tafsir al-Qur’an adalah sebanyak pluralitas penafsir itu
sendiri sebagai aktor utama dalam tradisi penafsiran al-Qur’an Pada
gilirannya, dalam leksikon tafsir al-Qur’an, ditemui suatu momen ketika
al-Qur’an bersentuhan dengan tradisi tasawwuf atau sufisme. Hasilnya
adalah apa yang kemudian dikenal sebagai tafsir sufi atau sufistik.4
Meskipun cukup kontroversial dan tidak terlalu mendapatkan banyak
atensi (little-studied genre) sebagaimana corak mayor tafsir al-Qur’an
lainnya, tafsir sufistik merupakan salah satu corak tafsir yang telah diakui
keberadaannya sebagai suatu corak yang berdiri sendiri secara utuh.
Dalam artian, tradisi tafsir sufistik telah memiliki sebuah skena historis,
epistemologi tafsir dan beberapa eksponen yang kemudian menjadikannya
3
Abdullah al-Darra>z, al-Naba’ al-‘Az}i>m, (Kairo: Da>ral-‘Urubah, 1996), h. 111
4
Untuk lebih memperjelas terminologi, selanjutnya penulis memilih menggunakan istilah sufistik
yang menunjukan kepada sebuah epistemologi dan preskripsi ideologis, bukan istilah sufi yang
merupakan sebutan bagi suatu subyek atau komunitas sufi tertentu.
pantas disebut sebagai sebuah corak tafsir. Para penafsir sufistik muncul
pada masa periode klasik sejak abad ke-4 H./10 M. dan mencapai
puncaknya di abad pertengahan sebelum akhirnya menemui titik deklinasi
menjelang abad modern. Dalam hal ini, mereka menyajikan suatu tradisi
penafsiran yang cukup unik dengan berdasarkan pada basis asumsi mereka
terkait ontologi al-Qur’an, sumber pengetahuan, dan hakikat dari proses
menafsir itu sendiri. Beberapa tokoh semisal al-Sulami (w. 412 H./1021
M.), Ibn al-‘Araby (w.638 H./1240 M.), sampai al-Alu>si(w. 1854 M.)
merupakan beberapa tokoh yang turut serta menyemarakkan tafsir sufistik.
Tulisan ini merupakan sebuah pengantar singkat yang mencoba memotret
salah satu fase dalam tradisi penafsiran al-Qur’an ketika ia bersinggungan
dengan tradisi sufisme. Tulisan singkat ini akan mengurai kontak dan
relasi tafsir al-Qur’an dengan sufisme dan perkembangannya sampai
membentuk sebuah corak (genre) tafsir al-Qur’an.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tafsir sufistik sebagai sebuah corak tafsir merupakan suatu hasil kontak
antara tradisi sufisme, sebagai sebuah gerakan esoterisme dalam Islam
yang berkembang terutama sejak abad ke-4 H. Terdapat dua varian utama
tafsir sufistik; tafsir sufi naz}ari dan tafsir sufi isyari. Secara prinsipil,
konstruksi tafsir sufistik berdiri di atas beberapa landasan berikut ini;
dualisme makna al-Qur’an; eksoteris dan esoteris, konsep muh}kam dan
mutasyabih, dan relasi antara pengetahuan dengan praktis spiritual. Secara
operasional, tafsir sufistik bertujuan mengungkap beberapa simbol
(isyarat) makna dalam al-Qur’an lewat suatu interpretasi yang mendalam
(ta’wil).
DAFTAR PUSTAKA

Seyyed Hossein Nasr, Islam dan Nestapa Manusia Modern,1983: Bandung:


Pustaka,

Ibn Mandzur, Lisan al-„Arab,2957 (Al-Qahirah: Dar al-Ma‟arif,1119H)

Abdullah al-Darraz, al-Naba’ al-‘Azim,1996 (Kairo: Daral-‘Urubah,)

Anda mungkin juga menyukai