Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

ULUMUL QUR’AN

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Ulumul Qur’an

Dosen Pengampu : Muhammad Isa Anshory, M.Ag

Disususn Oleh

Hafizh Zaidan Azhar (20122077)

Hanan Andi Fahrezi (20122078)

Muh Fasyni Khaeri (20122079)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI K.H. ABDURRAHMAN WAHID PEKALONGAN

TAHUN 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Pertama tama marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kita atas kehadirat allah
SWT, Yang telah memberikan karunianya sehingga kita bisa menyelesaikan makalah ini dalam
keadaan sehat wal afiyat.

Kedua kalinya sholawat serta salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan nabi kita,
nabi agung Muhammad SAW. Semoga kita menjadi umatnya kelak di yaumil qiyamah. Amin
ya Rabbal alamin.

Makalah ini kami buat dengan tujuan untuk memenuhi nilai tugas ulumul quran. Tak
hanya itu, kami juga berharap makalah ini bisa bermanfaat untuk penulis pada khususnya dan
pembaca pada umumnya. Walaupun demikian, kami menyadari dalam penyusunan makalah
ini masih banyak kekurangan. Maka dari itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
kesempurnaan makalah ini.

Dan kami mengucapkan terimakasih banyak kepada Bapak Muhammad Isa Anshory,
M. A.g. karena telah memberikan kami pengarahan, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik.

Mungkin didalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang mungkin tidak kami
ketahui, maka dari itu kami mohon maaf yang sebesar besarnya

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... 2

DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 3

BAB I ...................................................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 4

BAB II .................................................................................................................................................... 5

PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 5

A. PERKEMBANGAN ILMU AL-QUR’AN DALAM KAJIAN DAN PEMBELAJARAN .. 5

B. SEJARAH PERTUMBUHAN ULUMUL QURAN .............................................................. 7

1. SEBELUM MASA KODIFIKASI.......................................................................................... 7

C. MANFAAT, URGENSI DAN TUJUAN MEMPELAJARI ULUMUL QURAN ................ 8

BAB III................................................................................................................................................... 9

PENUTUP .............................................................................................................................................. 9

A. KESIMPULAN ......................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. Error! Bookmark not defined.

3
BAB I

PENDAHULUAN

Studi al-Qur’an atau yang biasa disebut sebagai ulumul Qur’an telah mengalami
perkembangan yang pesat, hal ini mulai terasa sejak abad ke 14 H. Pada era tersebut
keemasan Islam mulai tumbuh dan memberikan hasil posistif terhadap perkembangan
Islam hususnya keilmuannya, dan beberapa karya ulama’ Islam sperti ibn Sina,
alGhazali, dan lainnya. Dalam dunia Ilmu al-Qur’an sendiri, beberapa perkembangan
khususnya teori dan metode tafsir menjadi pusat perhatian hingga saat ini. Seperti teori
Hermeneutika Abdullah Said, teori nadariayh al-hudud Muhammad Sahrur, dan teori
serta metode lain yang dapat men-“kontekstualitaskan” al-Qur’an. Pada masa bani
Umayyah perkembangan ilmu-ilmu al-Qur’an mulai menyebar beserta penyebaran
Islam secara lisan ke berbagai daerah. Beberapa orang yang berjasa dalam penyebaran
ilmu-ilmu al-Qur’an adalah keempat khalifah dan beberapa sahabat-sahabat lainnya
seperti Zaid bin Thabit. Pada abad ke-2 adalah abad dimulainya pembukuan ilmu-ilmu
al-Qur’an, di mana para ulama’ memusatkan perhatiannya kedalam kajian induk ilmu-
ilmu al-Qur’an.1
Kemunculan istilah ulumul Qur’an sendiri banyak diperdebatkan oleh beberapa
ulama’ diantaranya ada yang menyebutkan bahwa istilah ini muncul pada abad ke-7,
sedangkan ibn Sai’d atau yang biasa dikenal dengan sebutan al-Hufi menyebutkan
bahwa istilah ulumul Qur’an lahir pada abad ke 15. Akan tetapi al-Aubhi al-Salih
berpendapat berbeda, ia berpendapat bahwa istilah ini lahir pada abad ke 3 oleh seorang
pelopor yang bernama ibn al-Mirzabah yang menggunakan istilah Ulumul Qur’an
pertamakalinya. Hal ini berlandaskan atas penemuannya tentang kajian-kajian al-Quran
dengan sebutan Ulumul Qur’an dalam kitabnya al-Hawi fii Uluum al-Qur’an.2
Ulumul Qur’an selain digunakan dalam mencari dan memahami makna dan
maksud Al-Qur’an, ia juga digunakan untuk merinci dengan detail Al-Qur’an. Seperti
halnya pembahasan tentang muhkam dan mutashabih yang dijadikan sebagai induk
untuk beberapa unsur yang dianggap terkandung di dalam al-Qur’an. Selain itu
penggunaan istilah nasikh dan mansukh sebagai usaha-uasaha dalam menciptakan

1
Abd Gani Isa, “Ulumul Qur’an (Kajian Sjarah dan Perkembangannya”,
https://jurnal.arraniry.ac.id/index.php/dustur/article/.../1193/892, diakses pada 07-07-2018
2
1T.M. Hasbi Ash-Shiddieqi, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta:Bulan Bintang, 1973, 113

4
konsep dan patokan dalam bidang ushul fikih. Serta makiyah dan madaniyah yang juga
dijadikan sebagai kelompok-kelompok ayat tertentu yang mempunyai ciri khas dalam
memudahkan pemaknaan Al-Qur’an.3
Di Indonesia, karya-karya baru dalam bidang ulumul Qur’an mulai
bermunculan seperti Khazanah Tafsir Indonesia: Dari Hermeneutika Hingga Ideologi
karya Islah Gusmain, Epistimologi Tafsir Kontemporer karya Abdul Mustaqim,
Metodologi Studi al-Qur’an karya Abdul Moqsith Ghazali dkk, dan lainnya dari karya-
karya akademisi indonesia lainnya yang merekonstruksi ilmu al-Qur’an klasik dengan
pendekatan kritis, yang akhirnya memberikan warna baru dalam kajian ulumul Qur’an.
Karya-karya tersebut yang sekarang menjadi tren rujukan ilmu al-Qur’an di indonesia
dalam memaknai ayat-ayat al-Qur’an namun, tidak serta merta meninggalkan analisis
karya ulumul Qur’an klasik.4

BAB II

PEMBAHASAN

A. PERKEMBANGAN ILMU AL-QUR’AN DALAM KAJIAN DAN


PEMBELAJARAN

Beberapa lembaga pendidikan di Indonesia masih memegang teguh sanad-


sanad keilmuan khususnya dalam studi Al-Qur’an. Tradisi ini dianggap sebagai
langkah objektif dalam mengkaji ilmu-ilmu alQur’an yang dianggap sakral oleh
sebagaian ulama’ yang memahami bahwa ilmu-ilmu al-Qr’an adalah bagian dari wahyu
seperti Al-Qur’an itu sendiri, sehingga kesan klasik melekat pada kajian model seperti
ini. Di sisi lain, perkembangan kajian ilmu Al-Quran justru berkembang secara pesat
dan liar. Kajian sanad yang dianggap tradisi klasik yang perlu dibenahi adalah hasil
para orientalisme dan liberalis yang akhirnya dijadikan sebagai rujukan utama
pembaharuan kajian ilmu Al-Qur’an. Dengan menggunakan biblical criticism atau
metode yang digunakan dalam kritik bible kini dipakai sarjana barat dalam mengkritisi

3
Ani Ummi Maslahah, “Al-Qur’an, Tafsir, dan Ta’wil dalam Perspektif Sayyid Abu al-A’la al-Maudu>di”
Hermenrutika: Volume 9, nomor 1, Juni 2015, 38
4
Endi Saputro, Alternatif Tren Studi al-Qur’an di Indonesia, “Jurnal al-Tahrir, Vol. 11. No 1. Mei 2011, hlm 3

5
studi Al-Qur’an yang berkembang saat itu, sampai pada akhirnya mengkritisi mushaf
usman yang telah diyakini kebenarannya oleh umat Islam.5

Di Indonesia sendiri kajian tentang Ulumul Qur’an berada di tengah-tengah antara


kajian yang dilakukan orang-orang Barat dan tradisi klasik, yang sebenarnya tradisi klasik ini
lebih bisa dianggap sakral dalam mengkaji wahyu Tuhan ketimbang pendekatanpendekatan
moderen yang berkembang pesat. Dalam definisinya ulumul Qur’an sendiri adalah ilmu-ilmu
yang berkaitan dengan AlQur’an baik pembahasannya dan juga pengetahuannya mulai dari
sebab diturunkannya sebuah ayat dan surat, qira’at, makiyah dan madaniyah, dan lainnya.6

Ruang lingkup pembahasan Ulumul Qur’an pada dasarnya luas dan sangat banyak
karena segala aspek yang berhubungan dengan al-Qur’an, baik berupa ilmu agama seperti tafsir,
ijaz, dan qira'ah, maupun ilmu-ilmu bahasa Arab seperti ilmu balaghah dan ilmu irab alQur’an
adalah bagian dari Ulumul Qur’an. Di samping itu, banyak lagi ilmu-ilmu yang terangkum di
dalamnya. As-Suyuthi dalam kitab al-Itqan misalnya, menguraikan sebanyak 80 cabang
Ulumul Qur’an. Dari tiaptiap cabang terdapat beberapa macam cabang ilmu lagi. Bahkan
menurut Abu Bakar Ibn al-Arabi sebagaimana dikutib as-Suyuthi, Ulumul Qur’an itu terdiri
dari 77.450 cabang ilmu. Hal ini didasarkan kepada jumlah kata yang terdapat dalam al-Qur’an,
dimana tiap kata dikalikan empat. Sebab, setiap kata dalam al-Qur’an mengandung makna
dzahir, batin, terbatas, dan tidak terbatas. Namun, menurut Hasbi ashShidiqie (1904-1975 M),
berbagai macam pembahasan Ulumul Qur'an tersebut pada dasarnya dapat dikembalikan
kepada beberapa pokok bahasan saja, antara lain:

1) Nuzul. Aspek ini membahas tentang tempat dan waktu turunnya ayat atau
surah al-Qur’an. Misalnya: makkiyah, madaniyah, safariyah, hadhariah,
nahariyah, syita'iyah, lailiyah, shaifiyah, dan firasyiah. Pembahasan ini juga
meliputi hal yang menyangkut asbab an-nuzul dan sebagainya.
2) Sanad. Aspek ini meliputi hal-hal yang membahas sanad yang mutawatir,
syadz, ahad, bentuk-bentuk qira'at (bacaan) Nabi, para penghapal dan
periwayat al-Qur’an, serta cara tahammul (penerimaan riwayat).
3) Ada’ al-Qira'ah. Aspek ini menyangkut tata cara membaca al-Qur'an seperti
waqaf, ibtida', madd, imalah, hamzah, takhfif, dan idgham.
4) Aspek pembahasan yang berhubungan dengan lafazh al-Qur’an, yaitu
tentang gharib, mu'rab, musytarak, majaz, muradif, isti'arah, dan tasybih.
5) Aspek pembahasan makna al-Qur’an yang berhubungan dengan hukum,
misalnya ayat yang bermakna 'amm dan tetap dalam keumumannya, ‘amm

5
Adnin Armas, Metodologi Bible dalam Studi Al-Qur’an: Kajian Kritis, Jakarta: Gema Insani Press, 2005, 81
6
Manna’ Al-Qathan, Mabahits fi ‘Ulum al-Qu’an. ( Beirut: Al- Syarikah al-Muttahidah li al-tauzi’, 1973), 15

6
yang dimaksudkan khusus, 'amm yang dikhususkan oleh sunnah, nash, zhahir,
mujmal, mufashshal, mafhum, manthuq, muthlaq, muqayyad, muhkam,
mutasyabih, musykil, nasikh mansukh, mu'akhar, muqaddam, ma'mul pada
waktu tertentu, dan ma'mul oleh seorang saja.
6) Aspek Pembahasan makna al-Qur’an yang berhubungan dengan lafazh, yaitu
fashl, washl, ithnab, ijaz, musawah, dan gashr.7

Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa secara garis besar pokok
bahasan Ulumul Qur'an terbagi menjadi dua aspek utama, yaitu: Pertama, ilmu yang
berhubungan dengan riwayat semata-mata, seperti ilmu yang mempelajari tentang jenis-jenis
bacaan (qira'at), tempat dan waktu turun ayatayat atau surah al-Qur’an (makkiah-madaniah),
dan sebab-sebab turunnya alQur’an (asbab an-nuzul). Kedua, yaitu ilmu yang berhubungan
dengan dirayah, yakni ilmu yang diperoleh dengan jalan penelaahan secara mendalam,
misalnya pemahaman terhadap lafazh yang gharib (asing) serta mengetahui makna ayatayat
yang berkaitan dengan hukum.

B. SEJARAH PERTUMBUHAN ULUMUL QURAN

Al-Qur'an tidak lahir sekaligus sebagai ilmu yang terdiri dari berbagai macam cabang.
Ulumul Qur'an menjadi suatu disiplin ilmu melalui proses pertumbuhan dan perkembangan
sesuai dengan kesempatan dan kebutuhan untuk membenahi al-Qur’an dari segi keberadaan
dan pemahamannya.8 Oleh karena itu, sebagai seorang muslim perlu untuk mempelajari sejarah
ulumul Qur’an dimana az-Zarqani mengklasifikasikan sejarah Ulumul Qur’an menjadi tiga
tahap perjalanan9 sebagai berikut:

1. SEBELUM MASA KODIFIKASI


Pada masa Rasulullah Saw. dan para sahabat, Ulumul Qur’an belum dikenal sebagai
suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri dan tertulis. Para sahabat yang merupakan orang-orang
Arab asli pada masa itu dapat merasakan struktur bahasa Arab yang tinggi dan memahami apa
yang diturunkan kepada Rasul. Apabila mereka menemukan kesulitan dalam memahami ayat-
ayat tertentu, maka mereka menanyakannya langsung kepada Rasul Saw. Adapun sebab-sebab
mengapa Ulumul Qur’an belum dikodifikasikan pada masa Nabi dan Sahabat, yaitu antara lain:

a) Pada umumnya para sahabat adalah ummi (tidak dapat menulis dan membaca), bahkan
kurang mengenal adanya bacaan dan tulisan.

7
Anshori Lal, ‘Ulumul Qur’an “Kaidah-Kaidah Memahami Firman Tuhan”’, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2016. h. 4
8
Abdul Wahid Ramli, ‘Ulumul Qur‟ An’ (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002). h. 15
9
Lal. Ulumul Qur’an.., h. 6

7
b) Terbatasnya alat-alat tulis di kalangan mereka kala itu sehingga mereka
menuangkannya pada pelepah kurma, tulang belulang, kulit binatang, dan lain
sebagainya. Karena itu tidak mudah bagi mereka untuk membukukan atau
mengkodifikasi apa yang mereka dengar dari Rasulullah Saw.
c) Mereka dilarang menulis sesuatu hal selain daripada al-Qur’an karena dikhawatirkan
tulisan tersebut akan tercampur aduk dengannya. Sebagaimana ditegaskan Nabi Saw.:
Dari Abu Sa'id al-Khudri, bahwa Rasul Saw. bersabda: “Janganlah kalian menulis (apa
pun) dariku. Dan barangsiapa menulis selain al-Qur’an, maka sebaiknya ia
menghapusnya.” (HR. Muslim).
d) Sahabat adalah orang Arab asli sehingga mereka dapat menikmati al-Qur’an secara
langsung dengan ketulusan jiwa, mereka juga dapat menerima, menyerap dan
menyampaikan al-Qur’an dengan cepat. Karena beberapa sebab itulah, Ulumul Qur’an
pada masa ini tidak ditulis. Kondisi seperti ini berlangsung selama dua masa
kepemimpinan khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq dan khalifah Umar bin Khattab.
Meskipun demikian, generasi sahabat tetap merupakan generasi Islam pertama yang
memiliki andil cukup signifikan dalam proses penyebaran ajaran Islam, termasuk di
dalamnya Ulumul Qur’an, baik secara talaqqi maupun syafawi, bukan secara tadwini
dan kitabah (kodifikasi).

C. MANFAAT, URGENSI DAN TUJUAN MEMPELAJARI ULUMUL QURAN


Manfaat mempelajari Ulumul Qur’an yaitu antara lain :

1. Menambah khazanah ilmu pengetahuan yang penting yang berkaitan dengan


al-Quran alKarim.
2. Membantu umat Islam dalam memahami al-Qur’an dan menarik (istinbath)
hukum dan adab dari al-Qur’an, serta mampu menafsirkan ayat-ayatnya.
3. Mengetahui sejarah kitab al-Qur’an dari aspek nuzul (turunnya), periodenya,
tempattempatnya, cara pewahyuannya, waktu dan kejadian-kejadian yang
melatar-belakangi turunnya al-Qur’an.
4. Menciptakan kemampuan dan bakat untuk menggali pelajaran, hikmah dan
hukum dari alQur’an al-Karim.
5. Sebagai senjata dan tameng untuk menangkis tuduhan dan keraguan pihak
lawan yang menyesatkan tentang isi dan kandungan dari al-Qur’an. Letak
urgensi dalam mempelajari Ulumul Qur’an yaitu pemahaman yang baik
terhadap Ilmu ini merupakan neraca yang sangat akurat dan dapat
dipergunakan oleh mufassir dalam memahami firman Allah dan mencegahnya
secara umum untuk melakukan kesalahan dan kedangkalan dalam tafsir
alQur’an. Ulumul Qur’an sangat erat kaitannya dengan ilmu tafsir. Seseorang

8
tidak akan mungkin dapat menafsirkan al-Qur’an dengan benar dan benar tanpa
mempelajari Ulumul Qur’an. Sama halnya dengan posisi dan urgensi ilmu
nahwu bagi orang yang mempelajari bahasa Arab agar terhindar dari kesalahan
berbahasa baik lisan maupun dalam konteks tulisan. Sebagaimana pentingnya
ushul fiqhi dan gawa'id fiqhiyah bagi ilmu fiqhi, dan ilmu mushthalah hadis
sebagai alat untuk mengkaji hadis Nabi Saw. Tujuan utama Ulumul Qur’an
adalah untuk mengetahui arti-arti dari untaian kalimat al-Qur’an, penjelasan
ayat-ayatnya dan keterangan makna-maknanya dan hal-hal yang samar,
mengemukakan hukum-hukumnya dan selanjutnya melaksanakan tuntunannya
untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.

BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ulumul Qur’an adalah sejumlah pengetahuan (ilmu) yang berkaitan dengan al-Qur’an
baik secara umum seperti ilmu-ilmu agama Islam dan bahasa Arab, dan secara khusus adalah
kajian tentang al-Qur’an seperti sebab turunnya al-Qur’an, Nuzul al-Qur’an, nasikh mansukh,
I’jaz, Makki Madani, dan ilmu-ilmu lainnya. Secara garis besar, pokok bahasan Ulumul Qur'an
terbagi menjadi dua aspek utama, yaitu: Pertama, ilmu yang berhubungan dengan riwayat
semata mata, seperti ilmu yang mempelajari tentang jenis-jenis bacaan (qira'at), tempat dan
waktu turun ayat-ayat atau surah al-Qur’an (makkiah-madaniah), dan sebab sebab turunnya al-
Qur’an (asbab an-nuzul). Kedua, yaitu ilmu yang berhubungan dengan dirayah, yakni ilmu
yang diperoleh dengan jalan penelaahan secara mendalam, misalnya pemahaman terhadap
lafazh yang gharib (asing) serta mengetahui makna ayat-ayat yang berkaitan dengan hukum.
Sejarah ulumul Qur’an secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi tiga tahap perjalanan
yaitu tahap sebelum kodifikasi, awal permulaan kodifikasi dan tahap kodifikasi yang
melahirkan banyak ulama dan karya mereka tentang Ulumul Qur’an. Sedangkan tujuan utama
Ulumul Qur’an adalah untuk mengetahui arti-arti dari untaian kalimat al-Qur’an, penjelasan
ayat-ayatnya danketerangan makna-maknanya dan hal-hal yang samar, mengemukakan hukum
hukumnya dan selanjutnya melaksanakan tuntunannya untuk memperoleh kebahagiaan dunia
dan akhirat.

9
DAFTAR PUSTAKA

Abd Gani Isa, “Ulumul Qur’an (Kajian Sjarah dan Perkembangannya”,


https://jurnal.arraniry.ac.id/index.php/dustur/article/.../1193/892, diakses pada 07-07-
2018
Abdul Wahid Ramli, ‘Ulumul Qur‟ An’ (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002). h. 15
Adnin Armas, Metodologi Bible dalam Studi Al-Qur’an: Kajian Kritis, Jakarta: Gema Insani
Press, 2005, 81
Ani Ummi Maslahah, “Al-Qur’an, Tafsir, dan Ta’wil dalam Perspektif Sayyid Abu al-A’la al-
Maudu>di” Hermenrutika: Volume 9, nomor 1, Juni 2015, 38
Anshori Lal, ‘Ulumul Qur’an “Kaidah-Kaidah Memahami Firman Tuhan”’, Jakarta: PT Raja
Grafindo, 2016. h. 4
Endi Saputro, Alternatif Tren Studi al-Qur’an di Indonesia, “Jurnal al-Tahrir, Vol. 11. No 1.
Mei 2011, hlm 3
Hasbi Ash-Shiddieqi, 1T.M., Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta:Bulan Bintang, 1973, 113
Lal. Ulumul Qur’an.., h. 6
Manna’ Al-Qathan, Mabahits fi ‘Ulum al-Qu’an. ( Beirut: Al- Syarikah al-Muttahidah li al-
tauzi’, 1973), 15

10

Anda mungkin juga menyukai