ULUMUL QUR’AN
Makalah ini diselesaikan/ditulis untuk memenuhi tugas kelompok dan disampaikan dalam
presentase kelas pada mata kuliah Ulumul Hadits
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami
ucapkan syukur atas kehadiat Allah Swt yang selalu melimpahkan rahmat, hidayah, dan
innayah-Nya kepada kami,sehingga kami dapat menyelesaikan tugas berupa makalah
mengenai Ilmu Pengetahuan Sosial berupa Hubungan IPS dengan Ilmu Sosial di waktu yang
tepat. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW yang membawa rahmat bagi alam
semesta. Semoga kita mendapatkan syafa’at di akhirat kelak.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, karena itu dengan tangan terbuka kami sangat mengharapkan masukan berupa
kritikan, nasehat dan saran konstruktif dari para pembaca untuk perbaikan dalam pembuatan
makalah selanjutnya. Penulisan makalah ini bermaksud untuk menambah wawasan mengenai
islam khususnya materi Ilmu Hadits.
Akhir kata kami berharap mudah-mudahan tujuan penulisan makalah ini dapat
tercapai dan bermanfaat bagi kita semua yang membaca Aamiin, Insyaallah.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
A. Latar Belakang.................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................... 1
C. Tujuan................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 3
A. Pengertian Ulumul Qur'an (Ontologi)......................................................... ........ 3
B. Obyek Formal dan Obyek Material Ulumul Qur'an ...................................... .... 4
C. Epistemologi Ulumul Qur'an ......................................................................... .. 6
D. Lingkup Qur'an Pembahasan Ulumul ................................................................ 9
E. Sejarah Pertumbuhan Perkembangan Ulumul Qur'an dan .................................. 10
F. Urgensi dan Korelasinya dengan Disiplin Ilmu-Ilmu Lainnya (Ilmu Tafsir, Ilmu
Fiqih, Ilmu Hadits, Ilmu Tasawuf, Ilmu Kalam, Ilmu Filsafat) (Aksiologi)....... 13
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Pengertian ulumul quran
Dari segi bahasa ilmu hadis itu terdiri dari dua kata, yaitu ilmu dan hadis. Secara
sederhana ilmu artinya pengetahuan, knowledge,dan science. Sedangkan hadis adalah segala
sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, baik dari perkataan, perbuatan,
ataupun persetujuan. Para ulama ahli hadispun banyak yang memberikan definisi dari ilmu
hadis, di antaranya Ibnu Hajar Al-Asqalani : “Hadis adalah mengetahui kaedah-kaedah yang
dijadikan sambungan untuk mengetahui (keadaan) perawi dan yang di riwayatkan” Selain itu
Ilmu yang mempelajari tentang keterangan suatu hal yang dengan hal itu kita dapat
mengetahui bahwa hadis itu diterima atau tidak. Dari penjelasan pengertian tersebut dapat
dijelaskan bahwa ilmu hadis adalah ilmu yang membicarakan tentang keadaan ataupun sifat
para perawi dan yang diriwayatkannya. Perawi yaitu orang-orang yang membawa, menerima,
dan menyampaikan perihal berita dari Nabi, yaitu mereka yang ada dalam sanad dalam suatu
hadis.Kemudian Ilmu hadis ini dibagi menjadi dua, yaitu Ilmu Hadis Riwayâh dan Ilmu
Hadis Dirayah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Pengertian Ulumul Qur'an (Ontologi) ?
2. Bagaimana Obyek Formal dan Obyek Material Ulumul Qur'an ?
3. Apa itu Epistemologi Ulumul Qur'an?
4. Bagaimana Lingkup Qur'an Pembahasan Ulumul ?
5. Bagaimana Sejarah Pertumbuhan Perkembangan Ulumul Qur'an dan?
6. Bagaimana Urgensi dan Korelasinya dengan Disiplin Ilmu-Ilmu Lainnya (Ilmu Tafsir,
Ilmu Fiqih, Ilmu Hadits, Ilmu Tasawuf, Ilmu Kalam, Ilmu Filsafat) (Aksiologi)?
C Tujuan
3
6. Untuk mengetahui Urgensi dan Korelasinya dengan Disiplin Ilmu-Ilmu Lainnya (Ilmu
Tafsir, Ilmu Fiqih, Ilmu Hadits, Ilmu Tasawuf, Ilmu Kalam, Ilmu Filsafat) (Aksiologi)
BAB II
PEMBAHASAN
Kata ulûm al-Qur’an berasal dari bahasa Arab, terdiri dari kata ‘ulûm dan
al-Qur’an. Kata ‘ulûm merupakan bentuk jamak dari ilmu yang secara etimologis
berarti ilmu-ilmu.1 Menurut Manna’ al-Qaththan, ‘Ulûm merupakan bentuk jama
dari ‘Ilmu yang berarti al-fahmu wa al-Idrâk berarti faham dan menguasai.
Kemudian arti kata ini berubah menjadi permasalahan yang beraneka ragam yang
disusun secara ilmiah.2
ة المكىffالعلم الذي يتناول اال بحاث المتعلقة بالقران من حيث اسباب وجمع القران وترتيبه ومعرف
والمدنى والناسخ والمنسوخ والمحكم والمتشبه الى غير ذلك مما له صلة بالقران
1
Dr. Azyumardi Azra, Editor, Sejarah dan ‘Ulum al-Qur’an, Jakarta, Pustaka Firdaus, 2008, h.39
2
Manna’ al-Qaththan, Mabâhis fî ‘Ulûm al-Qurân, Riyadh, Manshûrât al-‘Ashr al-Hadîts, 1972, h,.
15
3
Manna’ al-Qathathan, Mabahits fi ‘Ulum al-ur’an, Mansyurat Al Ashr al-Hadits, 1973, h. 15-16
4
Ilmu yang mencakup pembahasan-pembahasan yang berkaitan
dengan al-Qur’an, dari sisi informasi tentang asbab an-nuzulnya, kodifikasi
dan tertib penulisan al-Qur’an, ayat-ayat yang diturunkan di Mekkah dan
ayat-ayat yang diturunkan di Madinah dan hal-hal yang berkaitan dengan
al-qur’an.
2. Menurut Az-Zarqani4
مباحث تتعلق بالقران الكريم من ناحية نزوله وترتيتبه وجمعه وكتابته وقراءته وتفسيره واعجازه
وناسخه ومنسوخه ودفع الشبه عنهونحو ذلك
4
Muhammad ‘Abd al-‘Azim al-Zarqani, Manâhil al-‘Irfân, Dârl Fikr, Beirut,t.t. Jilid I, h.27
5
Manna’ al-Qathathan, Op.Cit, h. 16
6
Hatta Syamsuddin, Lc, Modul Ulum al-Qur’an, Surakarta, Pesantren Ar Royan, 2008. h.6
5
dan karangannya di bidang ulum al-Qur’an di setiap zaman dan
tempat.
b. Pengetahuan tentang al-Qur’an, meliputi makna al-Qur’an,
karakteristik al-Qur’an, nama-nama al-Qur’an, wahyu turunnya al-
Qur’an, Ayat Makkiyah dan Madaniyah, asbab an-nuzul, dan
sebagainya.
c. Metodologi penafsiran al-Qur’an, meliputi pengertian tafsir dan
takwil, syarat-syarat mufassir dan adab-adabnya, sejarah dan
perkembangan ilmu tafsir, kaidah-kaidah dalam penafsiran al-
Qur’an, muhkam dan mutasyabih, ‘am dan khas, nasikh wa mansukh,
dan sebagainya.
Dengan demikian kajian ulum al-Qur’an adalah segala ilmu yang
erat kaitan dengan intisari ajaran al-Qur’an baik dari segi penulisan, cara
membaca, menafsirkan, asba an-Nuzul, nasikh mansukh, kemukjizatan
maupun ilmu-ilmu sebagai sanggahan terhadap serangan atau yang
melemahkan kemurnian al-Qur’an baik ditinjau dari aspek keberadaannya
sebagai al-Qur’an maupun aspek pemahaman kandungannya sebagai
pedoman dan petunjuk bagi manusia atau berkaitan dengan ilmu-ilmu yang
berhubungan dengan aspek keperluan membahas al-Qur’an.
6
B. Obyek Formal dan Obyek Material Ulumul Qur'an
Kajian tentang Al-Quran menempati posisi sentral dalam studi-studi keislaman. Al-
Quran di samping berfungsi sebagai huda (petunjuk), juga berfungsi sebagai furqan
(pembeda). Ia menjadi tolok ukur dan pembeda antara kebenaran dan kebatilan.Dalam
7
Ibid. h. 15 -16
8
Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, Semarang, Pustaka Rizki
Putra, 2010, h. 1
7
memahami Al-Qur’an diperlukan beberapa pendekatan keilmuan, salah satunya adalah
‘Ulῡm al-Qur’an yang memiliki sub-sub bidang kajian guna memahami Al-Qur’an.
Al-qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW. lewat
perantara malaikat Jibril. Al-Qur’an merupakan sumber ilmu bagi kaum muslimin yang
merupakan dasar-dasar hukum yang mencakup segala hal, baik aqidah, ibadah, akhlak,
mu’amalah dan sebagainya.
…dan Kami turunkan kitab (Al Quran) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu,
sebagai petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri
(muslim)9
…dan Sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah kitab (Al Quran) kepada mereka,
yang Kami jelaskan atas dasar pengetahuan, sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-
orang yang beriman.10
Mengingat Al-Qur’an sebagai pedoman hidup bagi manusia, oleh karena itu harus
dipelajari dan dikaji secara mendalam. Untuk dapat mengetahui isi kandungan Al-Qur’an
diperlukan sebuah ilmu yang mempelajari tentang Al-Qur’an secara detail, yaitu ‘Ulῡm
al-Qur’an. Pembahasan mengenai ‘Ulῡm al-Qur’an ini insya Allah akan dibahas pada
makalah ini.
9
Kementerian Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 377
10
Ibid. h.212
8
Ada tiga prasyarat utama bangunan sebuah ilmu, yaitu (1) apa hakikat ilmu itu
sesungguhnya atau apa yang ingin diketahui, (2) bagaimana cara mendapatkan
pengetahuan tersebut, dan (3) apa fungsi pengetahuan tersebut bagi manusia. Pertanyaan-
pertanyaan yang terkait dengan hal pertama berkenaan dengan landasan ontologis,
pertanyaan kedua berkenaan dengan landasan epistimologis, dan pertanyaan ketiga
berkaitan dengan landasan aksiologis.
‘Ulûm al-Qur’an juga memiliki struktur keilmuan seperti di atas, yaitu apa yang
ingin diketahui dari ‘ulûm al-Qur’an? Hal ini menjadi basis ontologis ‘ulûm al-Qur’an.
Bagaimana cara mendapatkan ‘ulûm al-Qur’an? Menjadi basis epistimologis ‘ulûm al-
Qur’an. Apa manfaat dari ‘ulûm al-Qur’an? menjadi basis aksiologis ‘ulûm al-Qur’an.
Maka aksiologis ‘ulûm al-Qur’an tidak terlepas dari tujuan Al-Qur’an itu
sendiri. Al-Qur'an seperti diyakini kaum muslim merupakan kitab hidayah,
petunjuk bagi manusia dalam membedakan yang haq dengan yang batil. Dalam
berbagai versinya Al-Qur'an sendiri menegaskan beberapa sifat dan ciri yang
melekat dalam dirinya, di antaranya bersifat transformatif. Yaitu membawa misi
perubahan untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan-kegelapan (Zhulumât) di
bidang akidah, hukum, politik, ekonomi, sosial budaya dan lain-lain kepada
sebuah cahaya (Nûr) petunjuk Ilahi untuk menciptakan kebahagiaan dan
kesentosaan hidup manusia, dunia-akhirat. Dari prinsip yang diyakini kaum
muslim inilah usaha-usaha manusia muslim dikerahkan untuk menggali format-
format petunjuk yang dijanjikan bakal mendatangkan kebahagiaan bagi manusia.
11
Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Mizan Media Utama, Bandung, 1994
9
a. Petunjuk akidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia yang
tersimpul dalam keimanan akan keesaan Tuhan dan kepercayaan akan
kepastian adanya hari pembalasan.
b. Petunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jalam menerangkan
norma-norma keagamaan dan susila yang harus diikuti oleh manusia
dalam kehidupannya secara individual atau kolektif.
c. Petunjuk mengenai syariat dan hukum dengan jalan menerangkan dasar-
dasar hukum yang harus diikuti oleh manusia dalam hubungannya dengan
Tuhan dan sesamanya.
Merujuk pada pengertian di atas, maka disiplin ‘ulûm al-Qur’an memiliki
urgensi yaitu untuk mengetahui isi kandungan Al-Qur'an dengan memahami
berbagai petunjuk dan informasi yang ada di dalamnya.
10
g. Mempersenjatai diri dari serangan yang melemahkan al-Qur’an dari
waktu ke waktu.
11
- Ulama seperti Al-Ghazali dan Ibnu Taymiyyah memberikan kontribusi besar dalam
memahami al-Qur'an dari sudut pandang teologis dan spiritual.
- Para filosof Muslim seperti Ibnu Sina (Avicenna) dan Ibnu Rusyd (Averroes) juga
memberikan kontribusi dalam memahami al-Qur'an secara filosofis.
Selama sejarah pertumbuhan dan perkembangan Ulumul Qur'an, terjadi dialog dan
perdebatan antara berbagai aliran pemikiran, metode tafsir, dan pandangan terhadap al-
Qur'an. Hal ini mencerminkan dinamika dalam memahami teks suci Islam ini yang selalu
beradaptasi dengan perubahan zaman dan konteks sosial.
F. Urgensi dan Korelasinya dengan Disiplin Ilmu-Ilmu Lainnya (Ilmu Tafsir, Ilmu
Fiqih, Ilmu Hadits, Ilmu Tasawuf, Ilmu Kalam, Ilmu Filsafat) (Aksiologi)
12
Rosihan Anwar. Ulum Al-Quran, Pustaka Setia, Bandung, 2008, hlm. 17-23
12
menerima wahyu ayat Al-Quran, beliau menyampaikan wahyu itu kepada
para sahabatnya. Rasulullah SAW menjelaskan tafsiran-tafsiran ayat Al-
Quran kepada mereka dengan sabda, perbuatan, dan persetujuan beliau
serta dengan akhlak-akhlak dan sifat beliau.
b. Fase Kodifikasi
Pada fase ini, ‘Ulum Al-Quran dan kitab-kitab keilmuan mulai
dikodifikasi. Fenomena ini berlangsung ketika Khalifah Ali bin Abi
Thalib memerintahkan Abul Aswad Ad-Da’uli untuk menulis ilmu
nahwu. Setelah itu pengkodifikasian ilmu semakin marak, terlebih-lebih
pada masa pemerintahan bani Umayyah dan Bani ‘Abasiyyah.
13
Metodologi ‘Ulum Al-Quran pada fase kodifikasi ini, secara umum
terbagi atas dua bagian yaitu:16
16
Rosihon Anwar. Op.Cit. h.24
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kajian ulum al-Qur’an adalah segala ilmu yang erat kaitan dengan intisari
ajaran al-Qur’an baik dari segi penulisan, cara membaca, menafsirkan, asba an-Nuzul,
nasikh mansukh, kemukjizatan maupun ilmu-ilmu sebagai sanggahan terhadap
serangan atau yang melemahkan kemurnian al-Qur’an baik ditinjau dari aspek
keberadaannya sebagai al-Qur’an maupun aspek pemahaman kandungannya sebagai
pedoman dan petunjuk bagi manusia atau berkaitan dengan ilmu-ilmu yang
berhubungan dengan aspek keperluan membahas al-Qur’an.
15
DAFTAR PUSTAKA
Al-Zarqani, Muhammad ‘Abd al-‘Azim, (t.t.) Manâhil al-‘Irfân, Dârl Fikr, Beirut :
Jilid I, h.27
Al Suyuthi, J.(1998) Tadrib al-Rawi fiy Syarh Taqrib al-Nawawi. Jilid I Dar al-Fikrr,
Beirut, hlm.40
Ilham, M.(2013) Sistematika Kodifikasi Hadis Nabi dari Tinjauan Sejarah, ADDIN:
Media Dialektika Ilmu Islam, Volume 7, Nomor 2
16