Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ULUMUL HADITS

ULUMUL QUR’AN

Makalah ini diselesaikan/ditulis untuk memenuhi tugas kelompok dan disampaikan dalam
presentase kelas pada mata kuliah Ulumul Hadits

Dosen Pengampu : Syamsul Amri, M.Sos

Disusun Oleh Kelompok 1 :

Ade Arrida Siregar 0406232041


Alfikri Fatahillah 0406233066
Zalfa Nazwa 0406232040

PROGRAM STUDI ILMU HADITS


FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2023/2024
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami
ucapkan syukur atas kehadiat Allah Swt yang selalu melimpahkan rahmat, hidayah, dan
innayah-Nya kepada kami,sehingga kami dapat menyelesaikan tugas berupa makalah
mengenai Ilmu Pengetahuan Sosial berupa Hubungan IPS dengan Ilmu Sosial di waktu yang
tepat. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW yang membawa rahmat bagi alam
semesta. Semoga kita mendapatkan syafa’at di akhirat kelak.

Penyusunan makalah ini kami susun dengan semaksimal mungkin, mendapatkan


bantuan dari berbagai pihak dan mengambil sumber dari berbagai buku sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah bekerjasama atau berkontribusi dalam pembuatan makalah.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, karena itu dengan tangan terbuka kami sangat mengharapkan masukan berupa
kritikan, nasehat dan saran konstruktif dari para pembaca untuk perbaikan dalam pembuatan
makalah selanjutnya. Penulisan makalah ini bermaksud untuk menambah wawasan mengenai
islam khususnya materi Ilmu Hadits.

Akhir kata kami berharap mudah-mudahan tujuan penulisan makalah ini dapat
tercapai dan bermanfaat bagi kita semua yang membaca Aamiin, Insyaallah.

Medan, 8 April 2024

Penyusun

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
A. Latar Belakang.................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................... 1
C. Tujuan................................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 3
A. Pengertian Ulumul Qur'an (Ontologi)......................................................... ........ 3
B. Obyek Formal dan Obyek Material Ulumul Qur'an ...................................... .... 4
C. Epistemologi Ulumul Qur'an ......................................................................... .. 6
D. Lingkup Qur'an Pembahasan Ulumul ................................................................ 9
E. Sejarah Pertumbuhan Perkembangan Ulumul Qur'an dan .................................. 10
F. Urgensi dan Korelasinya dengan Disiplin Ilmu-Ilmu Lainnya (Ilmu Tafsir, Ilmu
Fiqih, Ilmu Hadits, Ilmu Tasawuf, Ilmu Kalam, Ilmu Filsafat) (Aksiologi)....... 13

BAB III PENUTUP........................................................................................................... 15


A. Kesimpulan......................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 16

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Pengertian ulumul quran
Dari segi bahasa ilmu hadis itu terdiri dari dua kata, yaitu ilmu dan hadis. Secara
sederhana ilmu artinya pengetahuan, knowledge,dan science. Sedangkan hadis adalah segala
sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, baik dari perkataan, perbuatan,
ataupun persetujuan. Para ulama ahli hadispun banyak yang memberikan definisi dari ilmu
hadis, di antaranya Ibnu Hajar Al-Asqalani : “Hadis adalah mengetahui kaedah-kaedah yang
dijadikan sambungan untuk mengetahui (keadaan) perawi dan yang di riwayatkan” Selain itu
Ilmu yang mempelajari tentang keterangan suatu hal yang dengan hal itu kita dapat
mengetahui bahwa hadis itu diterima atau tidak. Dari penjelasan pengertian tersebut dapat
dijelaskan bahwa ilmu hadis adalah ilmu yang membicarakan tentang keadaan ataupun sifat
para perawi dan yang diriwayatkannya. Perawi yaitu orang-orang yang membawa, menerima,
dan menyampaikan perihal berita dari Nabi, yaitu mereka yang ada dalam sanad dalam suatu
hadis.Kemudian Ilmu hadis ini dibagi menjadi dua, yaitu Ilmu Hadis Riwayâh dan Ilmu
Hadis Dirayah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Pengertian Ulumul Qur'an (Ontologi) ?
2. Bagaimana Obyek Formal dan Obyek Material Ulumul Qur'an ?
3. Apa itu Epistemologi Ulumul Qur'an?
4. Bagaimana Lingkup Qur'an Pembahasan Ulumul ?
5. Bagaimana Sejarah Pertumbuhan Perkembangan Ulumul Qur'an dan?
6. Bagaimana Urgensi dan Korelasinya dengan Disiplin Ilmu-Ilmu Lainnya (Ilmu Tafsir,
Ilmu Fiqih, Ilmu Hadits, Ilmu Tasawuf, Ilmu Kalam, Ilmu Filsafat) (Aksiologi)?

C Tujuan

1. Untuk mengetahui Pengertian Ulumul Qur'an (Ontologi)


2. Untuk mengetahui Obyek Formal dan Obyek Material Ulumul Qur'an
3. Untuk mengetahui Epistemologi Ulumul Qur'an
4. Untuk mengetahui Lingkup Qur'an Pembahasan Ulumul
5. Untuk mengetahui Sejarah Pertumbuhan Perkembangan Ulumul Qur'an dan

3
6. Untuk mengetahui Urgensi dan Korelasinya dengan Disiplin Ilmu-Ilmu Lainnya (Ilmu
Tafsir, Ilmu Fiqih, Ilmu Hadits, Ilmu Tasawuf, Ilmu Kalam, Ilmu Filsafat) (Aksiologi)
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ulumul Qur'an (Ontologi)

1) Ontologi ‘Ulum al-Qur’an


Dalam sudut pandang ontologi, yaitu apa yang dipelajari oleh ‘ulum al-
Qur’an. Dengan menganalisa pengertian ulum al-Qur’an baik secara etimologi
maupun terminologi maka tergambarlah objek yang akan menjadi kajiannya.

Kata ulûm al-Qur’an berasal dari bahasa Arab, terdiri dari kata ‘ulûm dan
al-Qur’an. Kata ‘ulûm merupakan bentuk jamak dari ilmu yang secara etimologis
berarti ilmu-ilmu.1 Menurut Manna’ al-Qaththan, ‘Ulûm merupakan bentuk jama
dari ‘Ilmu yang berarti al-fahmu wa al-Idrâk berarti faham dan menguasai.
Kemudian arti kata ini berubah menjadi permasalahan yang beraneka ragam yang
disusun secara ilmiah.2

Dengan melihat beberapa pengertian tentang Al-Qur’an, dapat


disimpulkan bahwa Al-Qur’an adalah kalam atau firman Allah yang diturunkan
kepada Muhammad Saw yang membacanya merupakan ibadah. Hal ini dengan
dasar Al-Qur’an merupakan informasi yang langsung dari Allah dan diberikan
kepada Nabi Muhammad Saw. Wahyu Allah yang diberikan kepada selain dia
tidak disebut Al-Qur’an, seperti kepada Nabi Musa disebut kitab Taurat.
Membacanya merupakan ibadah sebagai pembeda antara Al-Qur’an dengan Al-
Hadis, karena hadis keluar dari Nabi, tetapi membacanya tidak termasuk ibadah.

Sedangkan pengertian ‘Ulum al-Qur’an dapat dikaji dari berbagai sumber

1. Menurut Manna’ al-Qaththan3

‫ة المكى‬ff‫العلم الذي يتناول اال بحاث المتعلقة بالقران من حيث اسباب وجمع القران وترتيبه ومعرف‬
‫والمدنى والناسخ والمنسوخ والمحكم والمتشبه الى غير ذلك مما له صلة بالقران‬

1
Dr. Azyumardi Azra, Editor, Sejarah dan ‘Ulum al-Qur’an, Jakarta, Pustaka Firdaus, 2008, h.39
2
Manna’ al-Qaththan, Mabâhis fî ‘Ulûm al-Qurân, Riyadh, Manshûrât al-‘Ashr al-Hadîts, 1972, h,.
15
3
Manna’ al-Qathathan, Mabahits fi ‘Ulum al-ur’an, Mansyurat Al Ashr al-Hadits, 1973, h. 15-16

4
Ilmu yang mencakup pembahasan-pembahasan yang berkaitan
dengan al-Qur’an, dari sisi informasi tentang asbab an-nuzulnya, kodifikasi
dan tertib penulisan al-Qur’an, ayat-ayat yang diturunkan di Mekkah dan
ayat-ayat yang diturunkan di Madinah dan hal-hal yang berkaitan dengan
al-qur’an.

2. Menurut Az-Zarqani4
‫مباحث تتعلق بالقران الكريم من ناحية نزوله وترتيتبه وجمعه وكتابته وقراءته وتفسيره واعجازه‬
‫وناسخه ومنسوخه ودفع الشبه عنهونحو ذلك‬

Beberapa pembahasan yang berkaiatan dengan al-Qur’an dari sisi


turun, urutan penulisan, kodifikasi, cara membaca, kemukjizatan, nasikh
mansukh, dan penolakan hal-hal yang bisa menimbulkan keraguan
terhadapnnya, serta hal-hal lain.

Pengertian ulum dan Al-Qur’an jika digabung menjadi ‘ulûm al-


Qur’an, maka secara etimologi adalah segala ilmu yang berhubungan
dengan al-Qur’an. Dengan pengertian ulum Al-Qur’an secara etimilogi,
maka akan tercakup di dalamnya berbagai disiplin ilmu yang berhubungan
dengan al-Qur’an,seperti ‘Ilmu Tafsir al-Qur’an, Ilmu Qiraat, Ilmu Rasm
al-Qur’an, ilmu I’jâz al-Qur’an, ilmu Asbâb an-Nuzûl, ilmu Nâsikh wa al-
Mansûkh, ilmu I’râb al-Qur’an, ilmu Ghârib al-Qur’an, Ulûm ad-Din, ilmu
Lughah dan lain-lain. Ilmu-ilmu tersebut merupakan sarana dan cara untuk
memahami al-Qur’an. Ulum al-Qur’an ini sering juga disebut ushul al-
Tafsir (dasar-dasar tafsir), karena membahas beberapa masalah yang harus
dikuasai seorang mufasir sebagai sandaran dalam menafsirkan al-Qur’an.5

Secara garis besar objek kajiannya disimpulkan oleh Hatta


Syamsuddin, Lc, dalam Modul Ulum al-Qur’an sebagai berikut:6

a. Sejarah dan perkembangan ulum al-Qur’an, meliputi rintisan ulum


al-Qur’an pada masa Rasulullah Saw, sahabat, tabi’in, tabi it-tabi’in,
dan perkembangan selanjutnya lengkap dengan nama-nama ulama

4
Muhammad ‘Abd al-‘Azim al-Zarqani, Manâhil al-‘Irfân, Dârl Fikr, Beirut,t.t. Jilid I, h.27
5
Manna’ al-Qathathan, Op.Cit, h. 16
6
Hatta Syamsuddin, Lc, Modul Ulum al-Qur’an, Surakarta, Pesantren Ar Royan, 2008. h.6

5
dan karangannya di bidang ulum al-Qur’an di setiap zaman dan
tempat.
b. Pengetahuan tentang al-Qur’an, meliputi makna al-Qur’an,
karakteristik al-Qur’an, nama-nama al-Qur’an, wahyu turunnya al-
Qur’an, Ayat Makkiyah dan Madaniyah, asbab an-nuzul, dan
sebagainya.
c. Metodologi penafsiran al-Qur’an, meliputi pengertian tafsir dan
takwil, syarat-syarat mufassir dan adab-adabnya, sejarah dan
perkembangan ilmu tafsir, kaidah-kaidah dalam penafsiran al-
Qur’an, muhkam dan mutasyabih, ‘am dan khas, nasikh wa mansukh,
dan sebagainya.
Dengan demikian kajian ulum al-Qur’an adalah segala ilmu yang
erat kaitan dengan intisari ajaran al-Qur’an baik dari segi penulisan, cara
membaca, menafsirkan, asba an-Nuzul, nasikh mansukh, kemukjizatan
maupun ilmu-ilmu sebagai sanggahan terhadap serangan atau yang
melemahkan kemurnian al-Qur’an baik ditinjau dari aspek keberadaannya
sebagai al-Qur’an maupun aspek pemahaman kandungannya sebagai
pedoman dan petunjuk bagi manusia atau berkaitan dengan ilmu-ilmu yang
berhubungan dengan aspek keperluan membahas al-Qur’an.

‘Ulûm al-Qur’an ini akan berkembang sesuai perkembangan


waktu yang semakin kompleks dan global. ‘Ulûm al-Qur’an ada karena
perkembangan masalah yang berhubungan dengan al-Qur’an. Hal ini tidak
terlepas dari fungsi al-Qur’an sebagai pedoman hidup umat Islam.

Maka sebagai pedoman hidup dari segi al-Qur’annya tidak


bertambah, akan tetapi dari segi sarana yang dapat membantu memahami
al-Qur’an semakin hari semakin berkembang. Contoh ketika Al-Qur’an
masih berada di kalangan bangsa Arab, al-Qur’an masih berupa tulisan
yang tidak dilengkapi sakal. Padahal sakal ini sangat dibutuhkan bagi
kalangan non Arab, untuk membantu cara membaca, memahami al-Qur’an
supaya tidak keliru.

6
B. Obyek Formal dan Obyek Material Ulumul Qur'an

Al-Qur’an secara etimologis diambil dari ‫يقرا قران‬ ‫ قرا‬sewajan dengan


kata ‫ فعال ن‬berarti bacaan. Dalam pengertian ini kata ‫ قران‬berarti ‫ مقروء‬yaitu
isim maf’ul ( objek ) dari ‫را‬f‫ق‬.7 Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt dalam surat
al-Qiyamah (75): 17-18:

Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan


(membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami Telah selesai
membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu.” (QS. Al-Qiyamah : 17-18).

Al-Qur’an secara terminologis terdapat beberapa pengertian sebagaimana


di tuliskan Ash-Shidiqie sebagai berikut: 8

 Ahli Ushul Fikih menyatakan Al-Qur’an adalah nama bagi keseluruhan


Al-Qur’an dan nama untuk bagian-bagiannya.
 Ahli ilmu kalam menyatakan Al-Qur’an adalah kalimat-kalimat ghaib
yang azali sejak dari awal al-Fatihah sampai akhir an-Nas, yaitu lafaz-
lafaz yang terlepas dari sifat kebendaan, baik secara dirasakan,
dikhayalkan ataupun lain-lainnya yang tersusun pada sifat Allah yang
qadim.
 As-Syuyuthy dalam kitab Al-Itman, Al-Qur’an adalah kalamullah yang
diturunkan kepada Muhammad yang tidak dapat ditandingi oleh yang
menantangnya walaupun sekedar satu ayat saja, dan merupakan ibadah
bagi yang membacanya.
 Asy-Syaukani dalam Al-Irsyad, Al-Qur’an adalah kalamullah yang
diturunkan kepada Muhammad yang ditilawahkannya dengan lisan lagi
mutawatir penukilannya.

C. Epistemologi Ulumul Qur'an

Kajian tentang Al-Quran menempati posisi sentral dalam studi-studi keislaman. Al-
Quran di samping berfungsi sebagai huda (petunjuk), juga berfungsi sebagai furqan
(pembeda). Ia menjadi tolok ukur dan pembeda antara kebenaran dan kebatilan.Dalam

7
Ibid. h. 15 -16
8
Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, Semarang, Pustaka Rizki
Putra, 2010, h. 1

7
memahami Al-Qur’an diperlukan beberapa pendekatan keilmuan, salah satunya adalah
‘Ulῡm al-Qur’an yang memiliki sub-sub bidang kajian guna memahami Al-Qur’an.

Untuk mempelajari Al Quran secara menyeluruh, kaum muslimin harus mengetahui


ruang lingkup pembahasan ‘Ulῡm al-Qur’an serta metode yang digunakan para Ulama
dalam memperoleh ilmu-ilmu tersebut. dapat ditelaah berdasarkan ilmu pengetahuan yang
bertumpu pada tiga cabang filsafat yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi. Hasil
kajian pada masalah ini tentunya akan semakin mempertebal keimanan seorang muslim
terhadap Al-Quran sebagai kitab sucinya dan dapat dijadikan landasan pokok dalam
pengembangan ilmu-ilmu lainnya

Al-qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW. lewat
perantara malaikat Jibril. Al-Qur’an merupakan sumber ilmu bagi kaum muslimin yang
merupakan dasar-dasar hukum yang mencakup segala hal, baik aqidah, ibadah, akhlak,
mu’amalah dan sebagainya.

…dan Kami turunkan kitab (Al Quran) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu,
sebagai petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri
(muslim)9

Mempelajari isi Al-qur’an akan menambah perbendaharaan baru, memperluas


pandangan dan pengetahuan, meningkatkan perspektif baru dan selalu menemui hal-hal
yang selalu baru. Lebih jauh lagi, kita akan lebih yakin akan keunikan isinya yang
menunjukan Maha Besarnya Allah sebagai penciptanya.

…dan Sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah kitab (Al Quran) kepada mereka,
yang Kami jelaskan atas dasar pengetahuan, sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-
orang yang beriman.10

Mengingat Al-Qur’an sebagai pedoman hidup bagi manusia, oleh karena itu harus
dipelajari dan dikaji secara mendalam. Untuk dapat mengetahui isi kandungan Al-Qur’an
diperlukan sebuah ilmu yang mempelajari tentang Al-Qur’an secara detail, yaitu ‘Ulῡm
al-Qur’an. Pembahasan mengenai ‘Ulῡm al-Qur’an ini insya Allah akan dibahas pada
makalah ini.

9
Kementerian Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 377
10
Ibid. h.212

8
Ada tiga prasyarat utama bangunan sebuah ilmu, yaitu (1) apa hakikat ilmu itu
sesungguhnya atau apa yang ingin diketahui, (2) bagaimana cara mendapatkan
pengetahuan tersebut, dan (3) apa fungsi pengetahuan tersebut bagi manusia. Pertanyaan-
pertanyaan yang terkait dengan hal pertama berkenaan dengan landasan ontologis,
pertanyaan kedua berkenaan dengan landasan epistimologis, dan pertanyaan ketiga
berkaitan dengan landasan aksiologis.

‘Ulûm al-Qur’an juga memiliki struktur keilmuan seperti di atas, yaitu apa yang
ingin diketahui dari ‘ulûm al-Qur’an? Hal ini menjadi basis ontologis ‘ulûm al-Qur’an.
Bagaimana cara mendapatkan ‘ulûm al-Qur’an? Menjadi basis epistimologis ‘ulûm al-
Qur’an. Apa manfaat dari ‘ulûm al-Qur’an? menjadi basis aksiologis ‘ulûm al-Qur’an.

D. Lingkup Qur'an Pembahasan Ulumul

2) Aksiologis ‘Ulûm al-Qur’an


Aksiologi dalam filsafat ilmu berbicara tentang kegunaan dari sebuah
ilmu. Untuk apa ilmu itu dipelajari ? Apa nilai manfaat buat kehidupan manusia?

Maka aksiologis ‘ulûm al-Qur’an tidak terlepas dari tujuan Al-Qur’an itu
sendiri. Al-Qur'an seperti diyakini kaum muslim merupakan kitab hidayah,
petunjuk bagi manusia dalam membedakan yang haq dengan yang batil. Dalam
berbagai versinya Al-Qur'an sendiri menegaskan beberapa sifat dan ciri yang
melekat dalam dirinya, di antaranya bersifat transformatif. Yaitu membawa misi
perubahan untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan-kegelapan (Zhulumât) di
bidang akidah, hukum, politik, ekonomi, sosial budaya dan lain-lain kepada
sebuah cahaya (Nûr) petunjuk Ilahi untuk menciptakan kebahagiaan dan
kesentosaan hidup manusia, dunia-akhirat. Dari prinsip yang diyakini kaum
muslim inilah usaha-usaha manusia muslim dikerahkan untuk menggali format-
format petunjuk yang dijanjikan bakal mendatangkan kebahagiaan bagi manusia.

Dalam upaya penggalian prinsip dan nilai-nilai Qur'ani yang berdimensi


keilahian dan kemanusiaan itulah ‘ulûm al-Qur’an dihasilkan. Sementara tujuan
pokok Al-Qur’an seperti dipaparkan Quraish Shihab adalah:11

11
Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Mizan Media Utama, Bandung, 1994

9
a. Petunjuk akidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia yang
tersimpul dalam keimanan akan keesaan Tuhan dan kepercayaan akan
kepastian adanya hari pembalasan.
b. Petunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jalam menerangkan
norma-norma keagamaan dan susila yang harus diikuti oleh manusia
dalam kehidupannya secara individual atau kolektif.
c. Petunjuk mengenai syariat dan hukum dengan jalan menerangkan dasar-
dasar hukum yang harus diikuti oleh manusia dalam hubungannya dengan
Tuhan dan sesamanya.
Merujuk pada pengertian di atas, maka disiplin ‘ulûm al-Qur’an memiliki
urgensi yaitu untuk mengetahui isi kandungan Al-Qur'an dengan memahami
berbagai petunjuk dan informasi yang ada di dalamnya.

Melaksanakan ajaran Islam tidaklah akan berhasil kecuali dengan


memahami dan menghayati Al-Qur’an terlebih dahulu, serta berpedoman atas
nasihat dan petunjuk yang tercakup di dalamnya. Untuk itulah diperlukan ‘ulûm
al-Qur’an, yang merupakan kunci pemahaman kita terhadap Al-Qur’an.

Seseorang yang membaca Al-Qur’an seharusnya mempelajari aturan-


aturan tentang hukum-hukum Al-Qur’an, sehingga dapat memahami kehendak
Allah SWT, dan apa yang menjadi kewajiban bagi dirinya. Maka dengan cara itu
niscaya pembaca akan mengetahui manfaat dari bacaannya dan dapat
mengamalkan apa yang telah dibaca.

Sehingga dapatlah dikatakan bahwa tujuan mempelajari ulum al-Qur’an


ini adalah antara lain sebagai berikut:

a. Memperoleh keahlian dalam mengistimbath hukum syara’ baik mengenai


keyakinan atau I’tiqad , amalan, budi pekerti maupun lainnya.
b. Memudahkan umat Islam dalam membaca, memahami kandungan al-
Qur’an.
c. Mengurangi perbedaan pemahaman-pemahaman yang prinsipil.
d. Menggali kandungan yang terdapat dalam al-Qur’an
e. Menguatkan keimanan dan solidaritas terhadap ajaran al-Qur’an.
f. Menjelaskan kelebihan-kelebihan al-Qur’an sebagai wahyu Allah bila
dibandingkan dengan kitab suci lainnya.

10
g. Mempersenjatai diri dari serangan yang melemahkan al-Qur’an dari
waktu ke waktu.

E. Sejarah Pertumbuhan Perkembangan Ulumul Qur'an dan


Sejarah Pertumbuhan Perkembangan Ulumul Qur'an merupakan perjalanan
panjang dalam upaya manusia untuk memahami, menginterpretasi, dan mengaplikasikan
ajaran al-Qur'an dalam konteks kehidupan mereka. Perkembangan ini tidak hanya
mencakup aspek pemahaman teks secara langsung, tetapi juga mencakup pengembangan
metodologi, pemikiran, dan pandangan tentang al-Qur'an sebagai wahyu Allah.

1. Zaman Nabi Muhammad SAW (610-632 M):


- Pada zaman ini, al-Qur'an mulai diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui
wahyu malaikat Jibril. Proses penurunan wahyu ini berlangsung selama 23 tahun dan
dicatat dalam bentuk lisan dan tertulis.
- Pada masa ini, pemahaman langsung terhadap al-Qur'an terjadi melalui pengajaran
langsung dari Nabi Muhammad SAW kepada para sahabatnya. Proses ini mencakup
pemahaman konteks ayat-ayat, hukum-hukum syariat, dan nilai-nilai yang terkandung
dalam al-Qur'an.

2. Era Klasik Islam (abad ke-7 hingga abad ke-12 M):


- Pada masa ini, muncul tokoh-tokoh ulama besar seperti Imam Abu Hanifah, Imam
Malik, Imam Syafi'i, dan Imam Ahmad bin Hanbal. Mereka memberikan kontribusi
dalam pengembangan Ilmu Fiqih dan Ilmu Tafsir, yang erat kaitannya dengan Ulumul
Qur'an.
- Para ulama klasik ini mengembangkan metodologi tafsir, memperhatikan konteks
sejarah, bahasa, dan kaidah-kaidah tafsir dalam memahami al-Qur'an. Mereka juga
mengembangkan ilmu hadits untuk memastikan keabsahan hadits-hadits yang terkait
dengan penafsiran al-Qur'an.

3. Era Pertengahan Islam (abad ke-13 hingga abad ke-18 M):


- Pada masa ini, terjadi perkembangan yang signifikan dalam ilmu kalam (teologi
Islam) dan tasawuf (mystisisme Islam), yang juga berdampak pada pemahaman terhadap
al-Qur'an.

11
- Ulama seperti Al-Ghazali dan Ibnu Taymiyyah memberikan kontribusi besar dalam
memahami al-Qur'an dari sudut pandang teologis dan spiritual.
- Para filosof Muslim seperti Ibnu Sina (Avicenna) dan Ibnu Rusyd (Averroes) juga
memberikan kontribusi dalam memahami al-Qur'an secara filosofis.

4. Era Modern dan Kontemporer:


- Pada masa ini, terjadi berbagai kajian dan penelitian tentang al-Qur'an yang
menggunakan pendekatan ilmiah, linguistik, dan historis. Pemikiran-pemikiran modern
dalam bidang tafsir, kritik teks, dan pemahaman kontekstual menjadi fokus utama dalam
memahami al-Qur'an.
- Kontribusi dari para ulama kontemporer, pemikir Islam, dan akademisi menghasilkan
berbagai metode tafsir baru, penelitian tentang sejarah penulisan al-Qur'an, dan analisis
tentang relevansi al-Qur'an dalam konteks zaman sekarang.

Selama sejarah pertumbuhan dan perkembangan Ulumul Qur'an, terjadi dialog dan
perdebatan antara berbagai aliran pemikiran, metode tafsir, dan pandangan terhadap al-
Qur'an. Hal ini mencerminkan dinamika dalam memahami teks suci Islam ini yang selalu
beradaptasi dengan perubahan zaman dan konteks sosial.

F. Urgensi dan Korelasinya dengan Disiplin Ilmu-Ilmu Lainnya (Ilmu Tafsir, Ilmu
Fiqih, Ilmu Hadits, Ilmu Tasawuf, Ilmu Kalam, Ilmu Filsafat) (Aksiologi)

Epistemologi ‘Ulûm al-Qur’an


Epistemologis dipahami sebagai sarana untuk meneliti prosedur-prosedur
metodologis yang dibangun oleh beragam asumsi dengan cara mengkritisi serta
mempertanyakan atau menguji kembali pengetahuan itu sendiri.

Sejarah perkembangan ‘Ulum Al-Quran dapat pula ditinjau dari sudut


metode ‘Ulum Al-Quran. Walaupun disadari bahwa setiap fase mempunyai
metode yang berbeda dalam penggalian ‘Ulum Al-Qur’an.12

a. Fase Sebelum Kodifikasi Qabl ‘Ashr At-Tadwin


Pada Fase Sebelum Kodifikasi, ‘Ulum Al-Quran sudah terasa
semenjak Nabi Muhammad SAW masih ada. Setiap Rasulullah selesai

12
Rosihan Anwar. Ulum Al-Quran, Pustaka Setia, Bandung, 2008, hlm. 17-23

12
menerima wahyu ayat Al-Quran, beliau menyampaikan wahyu itu kepada
para sahabatnya. Rasulullah SAW menjelaskan tafsiran-tafsiran ayat Al-
Quran kepada mereka dengan sabda, perbuatan, dan persetujuan beliau
serta dengan akhlak-akhlak dan sifat beliau.

b. Fase Kodifikasi
Pada fase ini, ‘Ulum Al-Quran dan kitab-kitab keilmuan mulai
dikodifikasi. Fenomena ini berlangsung ketika Khalifah Ali bin Abi
Thalib memerintahkan Abul Aswad Ad-Da’uli untuk menulis ilmu
nahwu. Setelah itu pengkodifikasian ilmu semakin marak, terlebih-lebih
pada masa pemerintahan bani Umayyah dan Bani ‘Abasiyyah.

Dengan demikian pada fase inilah terjadi perkembangan ‘Ulum Al-


Quran yang menghasilkan ‘Ulum Al-Quran yang mempunyai ruang
lingkup pembahasan yang luas. ‘Ulum Al-Quran meliputi semua ilmu
yang ada kaitanya dengan Al-Quran, baik berupa ilmu-ilmu agama,
seperti ilmu tafsir maupun ilmu-ilmu bahasa Arab, seperti ilmu balaghah
dan ilmu I’rab al-Quran. Disamping itu, masih banyak lagi ilmu-ilmu
yang tercakup di dalamnya. Dalam kitab Al-Itqan, Assyuyuthi
menguraikan sebanyak 80 cabang ilmu. 13 Dari tiap-tiap cabang terdapat
beberapa macam cabang ilmu lagi. Kemudian dia mengutip Abu Bakar
Ibnu al_Araby yang mengatakan bahwa ‘Ulum Al-Quran terdiri dari
77450 ilmu. Hal ini didasarkan kepada jumlah kata yang terdapat dalam
al-Quran dengan dikalikan empat. Sebab, setiap kata dalam al-Quran
mengandung makna Dzohir, batin, terbatas, dan tidak terbatas.
Perhitungan ini masih dilihat dari sudut mufrodatnya. Adapun jika dilihat
dari sudut hubungan kalimat-kalimatnya, maka jumlahnya menjadi tidak
terhitung.14 Firman Allah:

Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-


kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis)
kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan
sebanyak itu (pula).15
13
Jalaluddin As-Suyuthi, Al-Itqan fi ‘Ulum Al-Quran, Dar Al-Fikr, Beirut,t.t., Jilid I.
14
Muhammad ‘Abd al-‘Azim al-Zarqani, Op. Cit. h.23
15
Kementerian Agama Op. Cit. h. 417

13
Metodologi ‘Ulum Al-Quran pada fase kodifikasi ini, secara umum
terbagi atas dua bagian yaitu:16

2. Metode Transmisi (periwayatan).


Pada metode ini cara yang digunakan untuk mendapatkan
ilmu ini adalah berdasarkan periwayatan dari orang-orang yang
melihat dan mendengar langsung tentang turunnya ayat Al-Quran
yang dimaksud. Cabang- cabang ‘Ulum Al-Quran yang
menggunakan metode ini adalah : Asbab An-Nuzul, Makkiyyah dan
Madaniyyah, Ilmu Qiraat, ilmu Nasikh-Mansukh.

3. Metode Analogi (Ijtihad).


Pada metode ini cara yang digunakan untuk mendapatkan
ilmu ini adalah berdasarkan ijtihad jika tidak ditemukannya riwayat
baik dari Nabi maupun para sahabat. Oleh karena itu tidak ada
keharusan mencari riwayat pada setiap ayat. Hal ini disebabkan, Al-
Quran diturunkan secara berangsur-angsur mengikuti berbagai
kejadian yang ada. Sehingga seorang mufassir terkadang tidak
menemukan sebab, pengertian dan keterkaitan antara ayat yang satu
dengan yang lainnya.. Cabang- cabang ‘Ulum Al-Quran yang
menggunakan metode ini adalah : Asbab An-Nuzul, Munasabah,
Makkiyyah dan Madaniyyah, ilmu Nasikh-Mansukh, ilmu I’jazul
Quran

16
Rosihon Anwar. Op.Cit. h.24

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kajian ulum al-Qur’an adalah segala ilmu yang erat kaitan dengan intisari
ajaran al-Qur’an baik dari segi penulisan, cara membaca, menafsirkan, asba an-Nuzul,
nasikh mansukh, kemukjizatan maupun ilmu-ilmu sebagai sanggahan terhadap
serangan atau yang melemahkan kemurnian al-Qur’an baik ditinjau dari aspek
keberadaannya sebagai al-Qur’an maupun aspek pemahaman kandungannya sebagai
pedoman dan petunjuk bagi manusia atau berkaitan dengan ilmu-ilmu yang
berhubungan dengan aspek keperluan membahas al-Qur’an.

Tujuan mempelajari ulum al-Qur’an ini antara lain untuk mengetahui


kandungan yang terdapat di dalam al-Qur’an, sehingga informasinya dapat dijadikan
pedoman dalam kehidupan untuk mencapai kesejahteraan hidup di dunia dan di
akhirat.

15
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qaththan, Manna’. (1972). Mabâhis fî ‘Ulûm al-Qurân. Riyadh :Manshûrât


al-‘Ashr al-Hadîts.

Al-Zarqani, Muhammad ‘Abd al-‘Azim, (t.t.) Manâhil al-‘Irfân, Dârl Fikr, Beirut :
Jilid I, h.27

As-Suyuthi, Jalaluddin, (t.t.)Al-Itqan fi ‘Ulum Al-Quran, Dar Al-Fikr: Beirut. Ash-


Shiddieqy, Hasbi. (2010). Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur’an dan
Tafsir, Semarang : Pustaka Rizki Putra.

Ash-Shiddieqy ,H, T.M.,(1998) Sejarah Perkembangan Hadis, Jakarta: Bulan Bintang.

As-Shalih, S.(2009) Membahas Ilmu-ilmu Hadis, Jakarta: Pustaka Firdaus,

Al Suyuthi, J.(1998) Tadrib al-Rawi fiy Syarh Taqrib al-Nawawi. Jilid I Dar al-Fikrr,
Beirut, hlm.40

Andariati, L.(2020) “Hadis dan Sejarah Perkembangannya” Diroyah: Jurnal Ilmu


Hadis 4, 2 Maret.

Ilham, M.(2013) Sistematika Kodifikasi Hadis Nabi dari Tinjauan Sejarah, ADDIN:
Media Dialektika Ilmu Islam, Volume 7, Nomor 2

16

Anda mungkin juga menyukai