Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“MENDESKRIPSIKAN DAN MEMAHAMI ETIKA,


PENGAJAR, GURU,DAN DOSEN”
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah etika akademik yang diampu oleh dosen
Hasan Munthe M,h

Disusun oleh :

Tasya Afrianti (0205231002)

M Yusuf Alamsyah (0205231004)

M. Irsan Akbar (0205231030)

JURUSAN HUKUM PIDANA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah dzat yang menegakkan langit,


membentangkan bumi dan mengurusi seluruh makhluk. Tak lupa shalawat serta
salam selalu tercurahkan kepada sosok yang paling utama diantara seluruh
makhluk yakni Nabi Muhammad Sallahu’alaihimwasallam. Rahmat dan
keselamatan Allah semoga selalu dilimpahkan kepada seluruh Nabi dan Rasul,
kepada keluarga, sahabat, dan para shalihin. Sehingga kami sebagai mahasiswa
dapat menyelesaikan tugas makalah initepat pada waktunya.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Etika
Akademik yang membahas tentang “mendeskripsikan dan memahami etika,
pengajar, guru dan dosen”. Kami selaku penulis menyimpulkan bahwa tugas
makalah ini masih belum sempurna. Akhir kata, kami berharap semoga makalah
ini dapat memberikan motivasi bagi siapa saja yang membaca dan
memanfaatkannya.

Medan, 28 April 2024

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................229

DAFTAR ISI............................................................................................................230

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................231

A.Latar Belakang.......................................................................................................231

B.Rumusan Masalah..................................................................................................231

C.Tujuan....................................................................................................................231

BAB II PEMBAHASAN................................................Error! Bookmark not defined.

A. ETIKA.....................................................................Error! Bookmark not defined.

B. PENGAJAR............................................................Error! Bookmark not defined.

BAB III PENUTUP.................................................................................................246

A.Kesimpulan............................................................................................................246

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................247
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dari asal usul kata, Etika berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang bearti
adat istiadat/ kebiasaan yang baik. Etika adalah ilmu tentang apa yang baik
dan yang buruk, tentang hak dan kewajiban moral. Etika juga dapat diartikan
sebagai kumpulan asas / nilai yang berkenaan dengan akhlak, nilai yang
mengenai yang benar dan salah yang dianut masyarakat.

Dalam kamus umum bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan


tentang asas-asas akhlak (moral). Dari pengertian kebahasaan ini terlihat
bahwa etika berhubungan dengan upaya menentukan tingkah laku manusia. Di
dalam kamus istilah Pendidikan dan Umum dikatakan bahwa etika adalah
bagian dari filsafat yang mengajarkan keluhuran budi (baik dan buruk).
(Sastrapradja, 1981:144).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana ETIKA ?
2. Bagaimana PENGAJAR ?
3. Bagaimana GURU ?
4. Bagaimana DOSEN ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui ETIKA
2. Untuk memahami PENGAJAR
3. Untuk memahami GURU
4. Untuk memahami DOSEN
BAB II

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN ETIKA
Etika dapat didefenisikan sebagai ilmu tentang filsafat moral, yaitu
mengenai nilai, ilmu tentang tingkah laku dan ilmu yang menyelidiki mana yang
baik dan mana yang benar. Perilaku etika dapat meliputi :
1. Pertanggungjawaban (responsibility)
2. Pengabdian (dedication)
3. Kesetiaan (loyalitas)
4. Kepekaan (sensitivity)
5. Persamaan (equality)
6. Kepantasan (equity)

Dari asal usul kata, Etika berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang bearti
adat istiadat/ kebiasaan yang baik. Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan
yang buruk, tentang hak dan kewajiban moral. Etika juga dapat diartikan sebagai
kumpulan asas / nilai yang berkenaan dengan akhlak, nilai yang mengenai yang
benar dan salah yang dianut masyarakat.
Dalam kamus umum bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan
tentang asas-asas akhlak (moral). Dari pengertian kebahasaan ini terlihat bahwa
etika berhubungan dengan upaya menentukan tingkah laku manusia. Di dalam
kamus istilah Pendidikan dan Umum dikatakan bahwa etika adalah bagian dari
filsafat yang mengajarkan keluhuran budi (baik dan buruk). (Sastrapradja,
1981:144).
Adapun arti etika dari segi istilah, telah dikemukakan oleh para ahli
dengan ungkapan yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandangnya. Menurut
para ulama etika adalah ilmu yang menelaskan arti baik dan buruk, menerangkan
apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus
dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk
melakukan apa yang harus diperbuat. Berikutnya, etika dinyatakan dalam filsafat
moral, yaitu studi yang sistematik mengenai sifat dasar dari konsep-konsep nilai
baik, buruk, harus, benar, salah, dan sebagainya.
Sementara itu, etika dikelompokkan menjadi 2 definisi :

1. Etika merupakan karakter individu.


Dalam hal ini termasuk bahwa orang yang beretika adalah orang yang baik.
Pengertian ini disebut pemahaman manusia sebagai individu yang beretika.
Etika merupakan hukum sosial.
2. Etika merupakan hukum
Etika yang mengatur, mengendalikan serta membatasi perilaku manusia.
Dalam hal ini Dr. H. Hamzag Ya’cub menyimpulkan bahwa etika adalah ilmu
yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan
memperhatikan amal dan perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh
akal pikiran. (Hamzah Ya’cub,1991:13).

Demikianlah, etika akhirnya merupakan ilmu pengetahuan rohaniah,


normative, teologis. Etika bukan lagi ilmu pengetahuan yang dapat diukur secara
matematis. Karena tidak dapat diramalkan dengan pasti. Etika lebih merupakan
pengetahuan tentang kepandaian atau seni hidup secara baik (the art of good
living). Dari definisi etika tersebut di atas, dapat segera diketahui bahwa etika
berhubungan dengan 4 hal sebagai berikut :
1. Dilihat dari segi objek pembahasannya, Etika berupaya membahas perbuatan
yang dilakukan manusia.
2. Dilihat dari segi sumbernya, Etika bersumber pada akal pikiran atau filsafat.
Sebagai terbatas, dapat berubah, memiliki kekurangan, kelebihan dan
sebagainya. Selain itu juga memanfaatkan berbagai ilmu yang membahas
perilaku manusia seperti ilmu antropologi, psikologi, sosiologi, ilmu politik,
ilmu ekonomi dan sebagainya.
3. Dilihat dari segi fungsinya, Etika berfungsi sebagai penilai, penentu dan
penetap terhadap sesuatu, perbuatan yang dilakukan oleh manusia, yaitu
apakah perbuatan tersebut akan dinilai baik,buruk, mulia, terhormat, hina dan
sebagainya. Dengan demikian, etika tersebut berperan sebagai konseptor
terhadap sejumlah perilaku yang dilaksanakan oleh manusia. Etika lebih
mengacu pada pengkajian system nilai-nilai yang ada.
4. Dilihat dari segi sifatnya, Etika bersifat relative yakni dapat berubah-ubah
sesuai dengan tuntutan zaman.
Dengan cirri-cirinya yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang
dilakukan manusia untuk dikatakan baik dan buruk. Berbagai pemikiran yang
dikemukakan oleh filosof barat mengenai perbuatan baik dan buruk dapat
dikelompokkan kepada pemikiran etika, karena berasal dari hasil berfikir. Dengan
demikian etika sifatnya humanistis dan antroposentrid yakni pada pemikiran
manusia dan diarahkan pada manusia. Dengan kata lain, etika aturan atau pola
tingkah laku yang dihasilkan oleh akal manusia.

2. PENGERTIAN GURU

Menurut isi buku (Soetjipto,1999) Tuntutan dasar etika profesi luhur yang pertama ialah
agar profesi itu dijalankan tanpa pamrih. Kesalahan pokok dari seorang professional adalah
bahwa ia mengutamakan kepentingannya sendiri di atas kepentingan oranglain. Yang kedua
adalah bahwa para pelaksana profesi luhur ini harus memiliki pegangan atau pedoman yang
ditaati dan diperlukan oleh para anggota profesi, agar kepercayaan yang diberikan tidak
disalahgunakan. Selanjutnya hal ini kita kenal sebagai kode etik. Mengingat fungsi kode etik itu,
maka profesi luhur menuntut seseorang untuk menjalankan tugasnya dalam keadaan apapun
tetap menjunjung tinggi tuntutan profesinya.
Mereka yang memilih profesi ini harus menyadari bahwa daya dorong dalam bekerja
adalah keinginan untuk mengabdi kepada sesama serta menjalankan dan menjunjung tinggi
kode etik yang telah diikrarkannya, bukan semata-mata segi maternya belaka. Persatuan Guru
Republik Indonesia menyadari bahwa pendidikan adalah merupakan suatu bidang terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa dan Tanah Air serta kemanusiaan pada umumnya dan guru
Indonesia yang berjiwa Pancasila dan UUD 1945. Maka Guru Indonesia terpanggil untuk
menunaikan karyanya sebagai guru dengan mempedomani dasar-dasar sebagai berikut :
1. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia
pembangun yang berjiwa Pancasila.
2. Guru memiliki kejujuran professional dalam menerapkan kurikulum sesuai
dengan kebutuhan anak didik masing-masing.
3. Guru mengadakan komunikasi terutama dalam memperoleh informasi tentang
anak didik, tetapi menghindarkan diri dari segala betuk penyalahgunaan.
4. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan
dengan orang tua murid sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik.
5. Guru memelihara hubungan dengan masyarakat disekitar sekolahnya maupun
masyarakat yang luas untuk kepentingan pendidikan.
6. Guru secara sendiri-sendiri dan atau bersama-sama berusaha mengembangkan
dan meningkatkan mutu profesinya.
7. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesame guru baik
berdasarkan lingkungan maupun didalam hubungan keseluruhan.
8. Guru bersama-sama memelihara, membina dan meningkatkan mutu
organisasi Guru professional sebagai sarana pengabdiannya.
9. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan
Pemerintah dalam bidang pendidikan.

ETIKA GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN


Beberapa calon guru memiliki perasaan takut atau ragu-ragu di dalam menghadapi
tugas praktik mengajar, tetapi perasaan tersebut akan hilang dengan sendirinya setelah terjun dan
mengikuti latihan mengajar di kelas atau di sekolah. Cara pandangan guru yang baik adalah tidak
terfokus pada sesuatu yang menarik perhatiannya, namun harus meliputi seluruh kelas, bersikap
tenang, tidak gugup, tidak kaku, ambil posisi yang baik sehingga dapat dilihat dan didengar
peserta didik. Senyuman dapat mengusahakan dan menciptakan situasi belajar yang sehat, suara
yang jelas dan diadakan variasi sehingga suara yang simpatik akan selalu menarik perhatian
anak-anak.
Hubungan guru dengan siswa / anak didik di dalam proses belajar-
mengajar merupakan faktor yang sangat menentukan. Bagaimanapun baiknya
bahan pelajaran yang diberikan, bagaimanapun sempurnanya metode yang
dipergunakan, namun jika hubungan guru dengan siswa merupakan hubungan
yang tidak harmonis, maka dapay menciptakan suatu yang tidak diinginkan.
Tanggung jawab seorang pendidik sangatlah penting bagi anak didik,
karena anak membutuhkan bantuan atau pertolongan dari pendidik. Sifat
tergantung ini dijumpai dalam hubungan kodrat antara orang tua dengan anak atau
dengan yang bertanggungjawab atas perkembangannya. Oleh karena itu, pendidik
harus mengetahui perkembangan kejiwaan anak tersebut agar lebih mudah
dilaksanakan pendidikan. Di samping itu perlu dikembangka sikap demokratis dan
terbuka dari para guru, perlu ada keaktifan dari pihak siswa, guru harus bersikap
ramah sebaliknya siswa juga harus bersifat sopan, saling hormat menghormati,
guru lebih bersifat manusiawi, masing-masing pihak bilamana perlu mengetahui
latar belakang baik guru maupun siswa.

ETIKA GURU INDONESIA


Di dalam etika guru Indonesia dituliskan dengan jelas bahwa guru
membimbing murid untuk membentuk mereka menjadi manusia seutuhnya yang
berjiwa pancasila. Etika bagi guru adalah terhadap peserta didiknya, terhadap
pekerjaan dan terhadap tempat kerja. Etika tersebut wajib dimiliki oleh seorang
guru untuk mewujudkan proses belajar mengajar yang baik. Berikut beberapa
etika yang harus dimiliki oleh seorang guru :
1. Etika guru terhadap peserta didiknya
Guru sebaiknya memberi contoh yang baik bagi muridnya. Keteladanan
seorang guru adalah perwujudan realisasi kegiatan belajar mengajar dan
menanamkan sikap kepercayaan kepada murid. Guru yang berpenampilan baik
dan sopan akan mempengaruhi sikap murid demikian juga sebaliknya. Selain itu
di dalam memberikan contoh kepada murid, guru harus bisa mencontohkan
bagaimana bersifat objektif dan terbuka pada kritikan serta menghargai pendapat
orang lain.
Guru harus bisa mempengaruhi dan mengendalikan muridnya. Perilaku
dan pribadi guru akan menjadi bagian yang ampuh untuk mengubah perilaku
murid. Guru hendaknya menghargai potensi yang ada di dalam keberagaman
murid. Seorang guru dalam mendidik seharusnya tidak hanya mengutamakan ilmu
pengetahuan atau perkembangan intelektual saja, namun juga harus
memperhatikan perkembangan pribadi anak didiknya baik perkembangan jasmani
atau rohani.
2. Etika guru terhadap pekerjaan
Sebagai seorang guru adalah pekerjaan yang mulia. Guru harus melayani
masyarakat di bidang pendidikan secara profesional. Supaya bisa memberikan
layanan yang memuaskan pada masyarakat maka guru harus bisa menyesuaikan
kemampuan serta pengetahuannya dengan keinginan dan permintaan masyarakat.
3. Etika guru terhadap tempat kerja
Suasana yang baik ditempat kerja bisa meningkatkan produktivitas.
Kinerja guru yang tidak optimal bisa disebabkan oleh lingkungan kerja yang tidak
memberi jaminan pemenuhan tugas dan kewajiban guru secara optimal.
Pendekatan pembelajaran kontekstual bisa menjadi pemikiran bagi guru
supaya lebih kreatif. Strategi belajar yang membantu guru untuk mengaitkan
materi pelajaran dengan situasi akan mendorong murid mengaitkan pengetahuan
yang sudah dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Sikap
profesional guru pada tempat kerja adalah dengan cara menciptakan hubungan
yang harmonis di lingkungan tempat kerja dan lingkungan. Etika guru sangat
dibutuhkan dalam rangka untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.

3. PENGERTIAN PENGAJAR
Sikap sangat penting bagi perkembangan jiwa anak didik selanjutnya.
Karena sikap seorang guru tidak hanya dilihat dalam waktu mengajar saja, tetapi
juga dilihat tingkah dari seorang guru adalah salah satu faktor yang menentukan
lakunya dalam kehidupan sehari-hari oleh anak didiknya. Pada saat ini banyak
sikap dari seorang guru yang tidak lagi mencerminkan sikapnya sebagai seorang
pendidik karena adanya berbagai factor yang mestinya tidak terjadi dalam dunia
pendidikan. Contohnya :
1. Sikap guru yang kurang mendidik
Kesalahan guru dalam memahami profesinya akan mengakibatkan bergesernya
fungsi guru secara perlahan-lahan. Pergeseran ini telah menyebabkan dua pihak
yang tadinya sama-sama membawa kepentingan dan saling membutuhkan, yakni
guru dan siswa, menjadi tidak lagi saling membutuhkan. Akibatnya suasana
belajar sangat memberatkan, membosankan, dan jauh dari suasana yang
membahagiakan. Dari sinilah konflik demi konflik muncul sehingga pihak-pihak
didalamnya mudah frustasi lantas mudah melampiaskan ketidakpuasan dengan
cara-cara yang tidak benar.
Berikut adalah beberapa sikap guru yang kurang mendidik:
1) Mengambil jalan pintas dalam pembelajaran,
2) Menunggu peserta didik berperilaku negatif,
3) Menggunakan destruktif discipline,
4) Mengabaikan kebutuhan-kebutuhan khusus (perbedaan individu) peserta
didik,
5) Merasa diri paling pandai di kelasnya,
6) Tidak adil (diskriminatif), serta
7) Memaksakan hak peserta didik

2. Sikap yang harus dimiliki oleh seorang guru


Untuk mengatasi kesalahan-kesalahan yang dilakukan, seorang guru yang
profesional harus memiliki empat kompetensi. Kompetensi tersebut tertuang
dalam Undang-Undang Dosen dan Guru, yakni:
1) kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik,
2) kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap,
berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik,
3) kompetensi profesional adalah kamampuan penguasaan materi pelajaran
luas mendalam,
4) kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan
berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru,
orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

Sedangkan menurut M. Ngalim Purwanto, sikap yang harus dimiliki oleh


seorang guru adalah:
1) Guru harus bersikap adil
2) Guru harus percaya dan suka kepada murid-muridnya
3) Guru harus sabar dan rela berkorban
4) Guru harus mempunyai pembawaan terhadap anak didiknya
5) Guru harus bersikap baik terhadap teman-temannya dan masayarakat.

PERAN GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN

Guru memiliki peran yang penting dalam kegiatan belajar. Guru harus
memberikan kemudahan untuk belajar agar dapat meningkatkan potensi peserta
didik secara optimal dengan menempatkan dirinya sebagai:

1. Orang tua yang memiliki rasa kasih sayang pada peserta didiknya.
2. Teman, tempat mengadu mencurahkan perasaan isi hati peserta didik.
3. Fasilitator, yang setiap saat memberikan kemudahan, melayani peserta
didik, sesuai dengan minat, kemampuan dan bakatnya.
4. Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk memahami
permasalahan yang sedang dihadapi anak dan mencarikan solusinya.
5. Memupuk rasa percaya diri dan berani bertanggungjawab.
6. Membiasakan peserta didik bersilaturrahmi dengan orang lain secara
wajar.
7. Mengembangkan proses sosialisasi secara wajar antar peserta didik dalam
lingkungannya.
8. Mengembangkan kreativitas.
9. Menjadi pembimbing ketika diperlukan.

a. Hubungan Guru dengan Peserta Didik


Guru berprilaku secara professional dalam melaksanakan tugas
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran. Guru membimbing peserta
didik untuk memahami, mengahayati, dan mengamalkan hak-hak dan
kewajibannya sebagai individu, warga sekolah, dan anggota masyarakat.
Guru mengakui bahwa setiap peserta didik memiliki karakteristik secara
individual dan masing-masingnya berhak atas layanan pembelajaran.
Guru menghimpun informasi tentang peserta didik dan
menggunakannya untuk kepentingan proses pendidikan. Guru secara
perseorangan atau bersama-sama secara terus-menerus berusaha
menciptakan, memelihara, dan mengembangkan suasana sekolah yang
menyenangkan sebagai lingkungan belajar yang efektif dan efisien bagi
peserta didik. Guru menjalin hubungan dengan peserta didik yang
dilandasi rasa kasih saying dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan
fisik yang di luar batas kaidah pendidikan.

Guru berusaha secara manusiawi untuk mencegah setiap gangguan


yang dapat mempengaruhi perkembangan negative bagi peserta didik.
Guru secara langsung mencurahkan usaha-usaha profesionalnya untuk
membantu peserta didik dalam mengembangkan keseluruhan
kepribadiannya, termasuk kemampuannya untuk berkarya. Guru
menjunjung tinggi harga diri, integritas, dan tidak sekali-kali merendahkan
martabat peserta didiknya. Guru bertindak dan memandang semua
tindakan peserta didiknya secara adil.

Guru berprilaku taat asas kepada hukum dan menjunjung tinggi


kebutuhan dan hak-hak peserta didiknya. Guru terpanggilnya hati nurani
dan moralnya untuk secara tekun dan penuh perhatian bagi pertumbuhan
dan perkembangan peserta didiknya. Guru membuat usaha-usaha yang
rasional untuk melindungi peserta didiknya dari kondisi-kondisi yang
menghambat proses belajar, menimbulkan didiknya untuk alasan-alasan
yang tidak ada kaitannya dengan kepentingan pendidikan, hukum,
kesehatan, dan kemanusiaan.

Guru tidak menggunakan hubungan dan tindakan profesionalnya


kepada peserta didik dengan cara-cara yang melanggar norma sosial,
kebudayaan, moral, dan agama. Guru tidak menggunakan hubungan dan
tindakan professional dengan peserta didiknya untuk memperoleh
keuntungan-keuntungan pribadi.
b. Hubungan Guru dengan Orangtua/Wali Murid
Guru berusaha membina hubungan kerjasama yang efektif dan
efisien dengan orangtua/wali secara jujur dan objektif mengenai
perkembangan peserta didik. Guru merahasiakan informasi setiap peserta
didik kepada orang lain yang bukan orangtua/walinya.

Guru memotivasi orangtua/wali siswa untuk beradaptasi dan


berpartisipasi dalam memajukan dan meningkatkan kualitas pendidikan.
Guru berkomunikasi secara baik dengan orangtua/wali siswa mengenai
kondisi dan kemajuan peserta didik dan proses kependidikan pada
umumnya. Guru menjunjung tinggi hak orangtua/wali siswa untuk
berkonsultasi dengannya berkaitan dengan kesejahteraan, kemajuan, dan
cita-cita anak atau anak-anak akan pendidikan. Guru tidak melakukan
hubungan dan tindakan professional dengan orangtua/wali siswa untuk
memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi.

c. Hubungan Guru dengan Masyarakat


Guru menjalin komunikasi dan kerjasama yang harmonis, efektif,
dan efisien dengan masyarakat untuk memajukan dan mengembangkan
pendidikan. Guru mengakomodasi aspirasi masyarakat dalam
mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran.
Guru peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat.

Guru bekerjasama secara arif dengan masyarakat untuk


meningkatkan prestise dan martabat profesinya. Guru melakukan semua
usaha untuk secara bersama-sama dengan masyarakat berperan aktif dalam
pendidikan dan meningkatkan kesejahteraan peserta didiknya. Guru
memberikan pandangan professional, menjunjung tinggi nilai-nilai agama,
hukum moral,dan kemanusiaan dalam berhubungan dengan masyarakat.
Guru tidak membocorkan rahasia sejawat dan peserta didiknya kepada
masyarakat. Guru tidak menampilkan diri secara eksklusif dalam
kehidupan bermasyarakat.
Guru bekerja sama secara arif dengan masyarakat untuk meningkatkan prestise
dan martabat profesinya. Guru melakukan semua usaha untuk secara bersama-
sama dengan masyarakat berperan aktif dalam pendidikan dan meningkatkan
kesejahteraan peserta didiknya. Guru memberikan pandangan professional,
menjunjung tinggi nilai-nilai agama, hukum, moral dan kemanusiaan dalam
berhubungan dengan masyarakat. Guru tidak membocorkan rahasia sejawat dan
peserta didiknya kepada masyarakat. Guru tidak menampilkan diri secara
eksklusif dalam kehidupan bermasyarakat.

d. Hubungan Guru dengan Sekolah dan Rekan Sejawat


Guru memelihara dan meningkatkan kinerja, perstasi dan reputasi sekolah.
Guru memotivasi diri dan rekan sejawat secara aktif dan kreatif dalam
melaksanakan proses pendidikan. Guru menciptakan suasana sekolah yang
kondusif. Guru menciptakan suasana kekeluargaan di dalam dan luar sekolah.
Guru menghormati rekan sejawat. Guru saling membimbing antar sesama rekan
sejawat.
Guru menjunjung tinggi martabat professionalisme dan hubungan
kesejawatan dengan standar dan kearifan profesional. Guru dengan berbagai cara
harus membantu rekan-rekan juniornya untuk tumbuh secara profesional dan
memilih jenis pelatihan yang relevan dengan tuntunan profesionalitasnya. Guru
menerima otoritas kolega seniornya untuk mengekspresikan pendapat-pendapat
profesional berkatian dengan tugas-tugas pendidikan dan pembelajaran. Guru
membiasakan diri pada nilai-nilai agama, moral dan kemanusiaan dalam setiap
tindakan profesional dengan sejawat.
Guru memiliki beban moral untuk bersama-sama dengan sejawat
meningkatkan keefektifan pribadi sebagai guru dalam menjalankan tugas-tugas
profesional pendidikan dan pembelajaran. Guru mengoreksi tindakan-tindakan
sejawat yang menyimpang dari kaidah kaidah agama, moral dan kemanusiaan dan
martabat profesionalnya. Guru tidak mengeluarkan pernyataan keliru berkaitan
dengan kualifikasi dan kompetensi sejawat atau calon sejawat. Guru tidak
melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang akan merendahkan
martabat pribadi dan profesional sejawatnya.
Guru tidak mengoreksi tindakan-tindakan profesional sejawatnya atas
dasar pendapat siswa atau masyarat yang tidak dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya. Guru tidak membuka rahasia pribadi dan profesional sejawat
kecuali untuk pertimbangan-pertimbangan yang dapat dilegalkan secara hukum.
Guru tidak menciptakan kondisi atau bertindak yang langsung atau tidak langsung
akan memunculkan konflik dengan sejawat.

e. Hubungan Guru dengan Profesi


Guru menjunjung tinggi jabatan guru sebagai sebuah profesi. Guru
berusaha mengembangkan dan memajukan disiplin ilmu pendidikan dan mata
pelajaran yang diajarkan. Guru terus menerus meningkatkan kompetensinya. Guru
menjunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam menjalankan tugas-
tugas profesional dan bertanggungjawab atas konsekuensinya. Guru menerima
tugas-tugas sebagai suatu bentuk tanggungjawab, inisiatif individual, dan
integritas dalam tindakan-tindakan profesional lainnya.
Guru tidak melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang akan
merendahkan martabat profesionalnya. Guru tidak menerima janji, pemberian dan
pujian yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan-tindakan
profesionalnya. Guru tidak mengeluarkan pendapat dengan maksud menghindari
tugas-tugas dan tanggungjawab yang muncul akibat kebijakan baru di bidang
pendidikan dan pembelajaran.

f. Hubungan Guru dengan Organisasi Profesinya


Guru menjadi anggota organisasi profesi guru dan berperan serta secara
aktif dalam melaksanakan program-program organisasi bagi kepentingan
pendidikan. Guru memantapkan dan memajukan organisasi profesi guru yang
memberikan manfaat bagi kepentingan kpendidikan. Guru aktif mengembangkan
organisai profesi guru agar menjadi pusat informasi dan komunikasi pendidikan
untuk kepentingan guru dan masyarakat.
Guru menjunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam
menjalankan tugas-tugas organisasi profesi dan bertanggungjawab atas
konsekuensinya. Guru menerima tugas-tugas organisasi profesi sebagai suatu
bentuk tanggungjawab, inisiatif, individual dan integritas dalam tindakan-tindakan
profesional lainnya. Guru tidak melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat
yang dapat merendahkan martabat dan eksistensi organisasi profesinya. Guru
tidak menyatakan keluar dari keanggotaan sebagai organisasi profesi tanpa alasan
ynag dapat dipertanggungjawabkan.

g. Hubungan Guru dengan Pemerintah


Guru memiliki komitmen kuat untuk melaksanakan program
pembangunan bidang pendidikansebagaimana ditetapkan dalam UUD 1945, UU
tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Ungdang tentang Guru dan Dosen,
dan ketentuan perundang-undangan lainnya. Guru membantu program pemerintah
untuk mencerdaskan kehidupan yanga berbudaya. Guru berusaha menciptakan,
memelihara dan meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Guru tidak
menghindari kewajiban yang dibebankan oleh pemerintah atau satuan pendidikan
untuk kemajuan pendidikan dan pembelajaran. Guru tidak melakukan tindakan
pribadi atau kedinasan yang berakibat pada kerugian negara.

4. PENGERTIAN DOSEN
Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama
mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat
DOSEN menjunjung tinggi jabatan guru sebagai sebuah profesi. Guru
berusaha mengembangkan dan memajukan disiplin ilmu pendidikan dan mata
pelajaran yang diajarkan. Guru terus menerus meningkatkan kompetensinya.
Guru menjunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam
menjalankan tugas-tugas profesional dan bertanggungjawab atas
konsekuensinya. Guru menerima tugas-tugas sebagai suatu bentuk
tanggungjawab, inisiatif individual, dan integritas dalam tindakan-tindakan
profesional lainnya.
DOSEN tidak melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang akan
merendahkan martabat profesionalnya. Guru tidak menerima janji, pemberian
dan pujian yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan-tindakan
profesionalnya. Guru tidak mengeluarkan pendapat dengan maksud
menghindari tugas-tugas dan tanggungjawab yang muncul akibat kebijakan
baru di bidang pendidikan dan pembelajaran.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Guru memiliki peran yang penting dalam kegiatan belajar. Guru harus
memberikan kemudahan untuk belajar agar dapat meningkatkan potensi peserta
didik secara optimal dengan menempatkan dirinya sebagai:

1. Orang tua yang memiliki rasa kasih sayang pada peserta didiknya.
2. Teman, tempat mengadu mencurahkan perasaan isi hati peserta didik.
3. Fasilitator, yang setiap saat memberikan kemudahan, melayani peserta
didik, sesuai dengan minat, kemampuan dan bakatnya.
4. Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk memahami
permasalahan yang sedang dihadapi anak dan mencarikan solusinya.
5. Memupuk rasa percaya diri dan berani bertanggungjawab.
6. Membiasakan peserta didik bersilaturrahmi dengan orang lain secara
wajar.
7. Mengembangkan proses sosialisasi secara wajar antar peserta didik dalam
lingkungannya.
8. Mengembangkan kreativitas.
9. Menjadi pembimbing ketika diperlukan.
.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, K. 1996. Sejarah Islam (Tarikh Pramodern). Terjemahan oleh M. Natsir


Budiman. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Bosworth, CE. 1993. Dinasti-Dinasti Islam. Terjemahan oleh Ilyas Hasan.


Bandung:
Mizan.

Lebor, Adam. 2009. Pergulatan Muslim di Barat: antara Identitas dan Integrasi.
Terjemahan Yuliani Liputo. Bandung: Mizan.

Mun’im, Abdul Majid. 1997. Sejarah Kebudayaan Islam. Bandung: Pustaka

Sudriman. Islam Dan Peradaban Spanyol: Catatan Kritis Beberapa Faktor Penyebab
Kesuksesan Islam Spanyol. Fakultas Syariah UIN Maulana Malik Ibrahim:
Malang
Suhelmi, Ahmad. 2001. Pemikiran Politik Barat, Kajian sejarah Perkembangan
Pemikiran Negara, Masyarakat, dan kekuasaan. Jakarta: Gramedia.

Suntiah, R. dan Maslani. 2014. Sejarah Peradaban Islam. Interes Media


Foundation:
Bandung

Tim. 1994. The Wold Book Encylopedia. New York: A Scoel Feties Company
Yatim, Badri. 1994. Sejarah Peradaban Islam. Raja Grafindo Persada:
Jakarta

Nasution, S. 2007. Sejarah Perdaban Islam. Yayasan Pusaka: Riau

Anda mungkin juga menyukai