DOSEN PEMBIMBING
Ir.H.Hamma,MT.
Puja dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan yang maha esa
atas selesainya makalah yang berjudul “ Perkembangan Etika Profesi “
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak kesalaan serta kekurangan di dalamnya. Olehnya itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari prmbaca untuk makalah
yang lebuh baik nantinya.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... ii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................2
PEMBAHASAN ....................................................................................................................2
A. Pengertian etika ....................................................................................................2
B. Pengertian etika menurut para ahlin ..................................................................2
C. Manfaat etika profesi ...........................................................................................4
D. Etika Berdasarkan sumbernya............................................................................6
E. Macama- Macam Etika........................................................................................7
F. Contoh Etika profesi di dunia kerja .................................................................10
G. Perkembangan Etika dari masa ke masa .....................................................13
BAB III...............................................................................................................................17
PENUTUP..........................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian etika
2
4. Louis O. Kattsoff
Etika adalah nilai moral dan norma yang menjadi pedoman, baik bagi suatu
individu maupun suatu kelompok, dalam mengatur tindakan atau perilaku.
Dengan kata lain, pengertian ini disebut juga sebagai sistem nilai di dalam
hidup manusia, baik perorangan maupun bermasyarakat. Etika berarti ilmu
mengenai baik dan buruknya manusia (moral). Kemudian, etika juga
diartikan sebagai kumpulan nilai moral dan asas (kode etik).
7. Prof. Robert Salemon
3
C. Manfaat etika profesi
4
4. Etika Bermanfaat sebagai Suatu Pendirian dalam Diri
Etika bisa dijadikan sebagai pedoman dalam bertindak atau dalam menjalani
suatu hal. Individu yang paham betul akan etika tentu akan berperilaku sesuai
tata aturan yang berlaku, tanpa dirinya merasa terpaksa. Hal ini bisa dikatakan
akan memengaruhi pendirian individu atas pemahaman etika yang ada di
dalam masyarakat.
5
dalam forum tersebut, individu yang memberikan usulan tersebut harus
berlapang dada.
2. Etika Filosofis
Etika filosofis adalah jenis etika yang lahir dari kegiatan berpikir atau
berfilsafat yang dilakukan oleh individu dan termasuk dalam bagian dari
filosofis (berdasarkan filsafat). Filsafat sebagai suatu bidang ilmu yang salah
satunya mempelajari pikiran manusia. Adapun etika filosofis dibagi menjadi
dua sifat, yakni empiris dan non-empiris. Empiris merupakan jenis filsafat
yang erat kaitannya dengan sesuatu yang nyata, berwujud, atau konkret.
Contohnya, apabila suatu individu mengambil salah satu bidang filsafat
hukum, akan membahas terkait hukum Kemudian, non-empiris merupakan
bagian yang berupaya melebihi suatu yang nyata, berwujud, atau konkret
sebelumnya. Sifat non-empiris ini cenderung menanyakan gejala konkret
yang menyebabkannya.
6
E. Macama- Macam Etika
Berikut ini merupakan pembahasan mengenai apa saja macam-macam
etika berdasarkan jenisnya, cakupannya, lingkungannya, dan sumbernya.
Simak penjelasan di bawah ini. Etika Berdasarkan Jenisnya
Menurut jenisnya, ada dua jenis-jenis etika di antaranya etika normatif dan
etika deskriptif. Berikut penjabarannya secara singkat.
1. Etika Normatif
Etika normatif adalah jenis etika yang berusaha menentukan dan
menetapkan berbagai perilaku, perbuatan, sikap ideal yang seharusnya
dimiliki oleh tiap individu di dalam hidup ini.
2. Etika Deskriptif
Etika deskriptif adalah jenis etika yang berusaha memandang perilaku dan
sikap individu, serta apa yang individu itu kejar di dalam hidup ini atas
perkara yang memiliki nilai. Etika Berdasarkan Cakupannya
Menurut cakupannya, ada dua jenis-jenis etika, yaitu etika khusus dan
etika umum. Berikut penjabarannya secara singkat.
1. Etika Khusus
Etika khusus merupakan jenis etika yang menjadi suatu implementasi dari
prinsip atau asas moral di dalam kehidupan individu secara khusus.
2. Etika Umum
Etika umum merupakan jenis etika yang berkaitan dengan situasi dan
kondisi dasar mengenai perilaku dan tindakan individu secara etis.
7
• Etika Berdasarkan Lingkungannya
Berdasarkan lingkungannya, ada dua jenis etika, yaitu etika individual dan
etika sosial. Berikut penjabarannya secara singkat.
1. Etika Individual
Etika individual merupakan etika yang memiliki kaitannya dengan sikap
dan kewajiban dari individu atas dirinya sendiri.
2. Etika Sosial
Etika sosial merupakan jenis etika yang memiliki kaitannya dengan sikap
dan kewajiban, serta perilaku suatu individu sebagai umat manusia.
1. Etika Teologis
Etika teologis adalah jenis etika yang berhubungan dengan agama juga
kepercayaan suatu individu, tanpa adanya batasan pada suatu agama
tertentu. Ada dua hal yang perlu ditekankan dalam etika teologis ini.
Pertama, etika teologis tidak dibatasi oleh satu agama saja, hal itu karena
mengingatnya banyaknya jumlah agama di dunia ini. Pada hakikatnya,
setiap agama pastinya memiliki etika teologisnya masing-masing berbeda
dan juga spesifik.
8
Kedua, etika ini merupakan lingkupan dari etika umum yang sebagian
besar individu telah menerapkan dan mengetahuinya. Etika umum ini
condong luas dan banyak dengan bagian-bagian yang tak terbatas.
Sehingga secara tak langsung, seorang individu memahami etika teologis
dengan cara mengetahui dan memahami pula dari etika umum, dan
sebaliknya.
2. Etika Filosofis
Etika filosofis adalah jenis etika yang lahir dari kegiatan berpikir atau
berfilsafat yang dilakukan oleh individu dan termasuk dalam bagian dari
filosofis (berdasarkan filsafat).
Filsafat sebagai suatu bidang ilmu yang salah satunya mempelajari pikiran
manusia. Adapun etika filosofis dibagi menjadi dua sifat, yakni empiris
dan non-empiris. Empiris merupakan jenis filsafat yang erat kaitannya
dengan sesuatu yang nyata, berwujud, atau konkret. Contohnya, apabila
suatu individu mengambil salah satu bidang filsafat hukum, akan
membahas terkait hukum Kemudian, non-empiris merupakan bagian yang
berupaya melebihi suatu yang nyata, berwujud, atau konkret sebelumnya.
Sifat non-empiris ini cenderung menanyakan gejala konkret yang
menyebabkannya.
9
F. Contoh Etika profesi di dunia kerja
Etika profesi secara mendasar memang berhubungan dengan moral
seseorang yang terikat secara profesional dengan apa yang ia kerjakan.
Namun dalam dunia kerja terdapat beragam etika profesi yang patut
diketahui. Beberapa contoh etika profesi dalam dunia kerja tersebut antara
lain adalah sebagai berikut,
1. Transparansi
Etika profesi dalam dunia kerja umum bisa dicontohkan lewat
transparansi. Etika ini menuntut pelibatan representasi fakta secara akurat.
Transparansi mengharuskan seorang pegawai untuk mengatakan kebenaran
secara keseluruhan dan mengomunikasikan dengan jelas dan terbuka
tentang yang dilakukannya sebagai pegawai perusahaan. Hal ini dapat
dicontohkan misalnya seorang pegawai mendapat perusahaan konsultan
pajak mendapat klien dari atasan mengerjakan catatan pajak dari klien
tersebut. Di tengah proses konsultasi, klien ini menawarkan sejumlah uang
kepada pegawai dengan harapan agar pegawai mau melakukan beberapa
penyelewengan dari pelaporan pajak si klien.
Jika seorang pegawai tersebut taat pada etika transparansi, maka ia harus
membicarakan hal tersebut pada atasannya dan meminta kebijakan
perusahaan. Namun, jika ia tidak patuh pada etika transparansi maka ia akan
melakukan kesepakatan dengan klien tanpa sepengetahuan perusahaan.
2. Integritas
Etika profesi yang satu ini mungkin paling akrab bagi masyarakat
awam karena dapat ditemukan di hampir semua kantor atau lembaga
pemerintahan. Etika ini menuntut seorang pegawai untuk berpegang teguh
pada keputusan, terutama ketika ditekan untuk melakukan sebaliknya. Hal
ini dilakukan untuk menunjukkan kehormatan dan keberanian bagi seorang
pegawai dalam menghadapi tekanan atau kehendak negatif.
Contoh dari etika ini dapat dilihat dari seorang pegawai
pemerintahan di dinas tertentu, misalnya datang seseorang dari perusahaan
tambang yang hendak mengajukan penerbitan analisis mengenai dampak
lingkungan (AMDAL). Karena prosesnya rumit dan sulit dipenuhi, maka
seseorang ini hendak memberikan gratifikasi pada pegawai dinas terkait
untuk memuluskan rencananya.
Jika pegawai tersebut berintegritas maka ia akan tetap memberi arahan pada
seseorang tadi untuk mengikuti aturan yang berlaku dalam penerbitan
AMDAL. Namun, jika pegawai tersebut tidak berintegritas, maka ia akan
menerima gratifikasi itu dan membuat penerbitan AMDAL menjadi mudah
dengan segala cara.
10
3. Loyalitas
Etika profesi yang satu ini secara umum berhubungan dengan relasi
pegawai dan perusahaan tempatnya bekerja. Secara profesional, pegawai
dituntut memiliki loyalitas kepada tempatnya bernaung. Loyalitas
memungkinkan bisnis untuk membuat keputusan menguntungkan dari
hubungan baik antar pegawai dan dapat mengatasi pengaruh dan
kepentingan dari luar.
Hal ini dapat dicontohkan dengan seorang pegawai memiliki koneksi
dengan perusahaan lain dengan sektor bisnis yang sama dengan tempatnya
bekerja. Ia mendengar bahwa perusahaan tempatnya bekerja kesulitan
mengeksekusi suatu proyek di daerah tertentu. Sedangkan, perusahaan lain
yang ia ketahui juga sedang mengerjakan proyek serupa di daerah lain dan
juga sama-sama mengajukan tender untuk proyek di daerah yang sama
Jika pegawai tadi memiliki etika loyalitas yang tinggi maka ia akan
mencoba mencari solusi dari kesulitan perusahaannya dalam mengeksekusi
proyek tersebut secara profesional. Namun, jika pegawai tadi tidak memiliki
etika loyalitas maka ia akan menghubungi koneksinya di perusahaan lain
untuk memberitahu bahwa eksekusi proyek perusahaannya sedang di ujung
tanduk dan perusahaan lain bisa segera mengajukan penggantian antar-
waktu di mana pegawai tersebut akan pindah ke perusahan lain itu.
5. Akuntabilitas
Etika akuntabilitas ini dapat dilakukan oleh suatu perusahaan atau
seorang profesional dengan menerima tanggung jawab atas semua
keputusan yang dibuat bersama. Etika ini juga menuntut kedua pihak untuk
mengakui kesalahan jika memang terbukti bersalah dalam kepentingan
profesionalitas baik perusahaan maupun individu. Etika ini dapat
digambarkan dari seorang dokter yang melakukan praktik pengobatan di
luar kaidah-kaidah spesialisasinya. Ia kemudian dinyatakan bersalah oleh
organisasi keilmuannya dan terancam dicabut izin praktiknya.
11
6. Menghormati kolega
Etika profesi yang juga umum di dunia kerja adalah menghormati
profesionalitas orang lain. Hal ini berlaku pada setiap pegawai dalam suatu
kantor tertentu, entah ia seorang magang, junior, maupun petugas
kebersihan. Hal ini dapat dicontohkan dengan rasa saling menghargai antar
pegawai dengan jabatan atau posisi apapun dalam suatu perusahaan. Contoh
buruk dari pegawai yang tak beretika adalah cara memperlakukan orang
dengan jabatan di bawahnya secara semena-mena seperti menjadikan anak
magang sebagai suruhan untuk melakukan banyak hal di luar
kompetensinya.
12
G. Perkembangan Etika dari masa ke masa
1. Etika periode Yunani
Filsafat tidak banyak memperhatikan masalah Etika. melakukan
penyelidikan mengenai alam. Misalnya; bagaimana alam ini di unsur utama alam
ini? dan lain-lain. Sampai akhirnya datang ang bijaksana yang menjadi guru dan
tersebar ke berbagai negeri.
13
Aristoteles menciptakan teori serba tengah. Tiap-tiap keutamaan adalah tengah-
tengah, di antara dua keburukan. Misalnya; dermawan adalah pertengahan
antara boros dan kikir. Keberanian adalah pertengahan antara membabi-buta
dan takut.
Pada akhir abad ke tiga M, tersiarlah agama Nasrani di Eropa. Agama tersebut
merubah fikiran manusia dan membawa pokok-poko akhlak tersebut dalam
Taurat. Memberi pelajaran kepada manusia, bahwa Tuhan adalah sumber segala
akhlak. Tuhan yang membuat patok yang harus kita pelihara dalam hubungan
kitaa dengan orang lain. Dan Tuhan juga yang menjelaskan tentang arti baik
dan jahat. (Ahmaddamin, 1975).
Baik menurut arti yang sebenarnya adalah kerelaan Tuhan Allah, dan
melaksanakan segala perintahnya. Menurut ahli Filsafat Yunani, pendorong
untuk melakukan perbuatan baik ialah pengetahuan atau kebijaksanaan.
Sedangkan menurut Agama Nasrani, bahwa yang mendorong perbuatan baik
adalah cinta kepada Allah, dan iman kepada-Nya.
14
3.Etika periode bangsa Arab
pada masa itu, telah puas mengambil etika dari agama dan tidak
idiki mengenai dasar baik dan buruk. Oleh karena itu, agama banyak ang
di lukiskan dalam etika. Seperti buku karya Al-Ghazali dan Al-melakukan
penyelidikan tentang akhlak dengan berdasarkan ilmu Nasr Al-Farabi, yang
meninggal pada tahun 339 H. demikian juga salah brosurnya, dan Abu ‘Ali
ibnu Sina (370-428 H). mereka telah ini, terutama pendapat mengenai
akhlak. (Ahmaddamin, 1975).
Penyelidik Bangsa Arab yang terbesar mengenai Etika adalah Ibnu
Maskawayh, yang wafat pada 421 H. dia mencampurkan ajaran Plato,
Aristoteles, Galinus dengan jaran Islam. Ajara Aristoteles banyak termasuk
dalam kitabnya, terutama dalam penyelidikan tentang jiwa. (Ahmad
Mahmud Shubhi, 1992: 17).
15
4.Etika Periode Abad Modern
Pada akhir abad lima belas, Eropa mulai bangkit. Ahli pengetahuan
mulai menyuburkan Filsafat Yunani Kuno. Begitu juga dengan Italia, lalu
berkembang ke seluruh Eropa. Pada masa ini, segala sesuatu dikecam dan
diselidiki, sehingga tegaklah kemerdekaan
berfikir. Dan mulai melihat segala sesuatu dengan pandangan baru, dan
mempertimbangkannya dengan ukuran yang baru.
Discartes, seorang ahli Filsafat Prancis (1596-1650), termasuk pendiri
Filsafat baru.
Untuk ilmu pengetahuan, ia menetapkan dasar-dasar sebagai berikut:
1.Tidak menerima sesuatu yang belum diperiksa akal dan nyata adanya. Dan
apa yang tumbuhnya dari adat kabiasaan saja, wajib ditolak.
16
BAB III
PENUTUP
Pentingnya etika profesi sangat besar bagi seluruh profesi yang ada. Kata etik (atau
etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak
kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep
yang dimilki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-
tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik.
17
DAFTAR PUSTAKA
• https://www.academia.edu/30402418/Sejarah_Etika
• https://www.ekrut.com/media/etika-profesi-adalah
• https://www.gramedia.com/best-seller/pengertian-
etika/#1_Aristoteles
• https://www.e-jurnal.com/2013/12/pentingnya-etika-
profesi.html
•
18