Anda di halaman 1dari 21

PERKEMBANGAN ETIKA PROFESI

DOSEN PEMBIMBING

Ir.H.Hamma,MT.

DI SUSUN OLEH KELOMPOK III :

NURFADILA SAID (32120028)


INDAH SUSILAWATI (32120036)

MUH.WISNU SYAPUTRA (32120042)


ZULFIKAR KAHARUDDIN (32120048)

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTO
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2022
KATA PENGANTAR

Puja dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan yang maha esa
atas selesainya makalah yang berjudul “ Perkembangan Etika Profesi “
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak kesalaan serta kekurangan di dalamnya. Olehnya itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari prmbaca untuk makalah
yang lebuh baik nantinya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya


kepada guru Bahasa Indonesia kami yang telah membimbing dalam menulis
makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih

Makassar, 7 April 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... ii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................2
PEMBAHASAN ....................................................................................................................2
A. Pengertian etika ....................................................................................................2
B. Pengertian etika menurut para ahlin ..................................................................2
C. Manfaat etika profesi ...........................................................................................4
D. Etika Berdasarkan sumbernya............................................................................6
E. Macama- Macam Etika........................................................................................7
F. Contoh Etika profesi di dunia kerja .................................................................10
G. Perkembangan Etika dari masa ke masa .....................................................13
BAB III...............................................................................................................................17
PENUTUP..........................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Berbicara tentang etika profesi, berbagai ahli memiliki pendapatnya


masing-masing. Menurut Kaiser dalam buku Etika Profesi Hukum yang ditulis
oleh Suhrawardi K. Lubis, etika profesi adalah sikap hidup tentang kesediaan
untuk memberikan pelayanan profesional terhadap masyarakat dengan keahlian
dan terlibat penuh sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas.
Sementara dikutip dari iaa.govt.nz, etika profesi adalah prinsip yang mengatur
perilaku seseorang atau kelompok dalam lingkungan bisnis. Dengan adanya
etika profesional ini bisa memberikan gambaran tentang bagaimana seseorang
harus bertindak terhadap orang lain dan institusinya dalam lingkungan tersebut.
Pada akhirnya etika profesi ini akan digunakan oleh semua orang di kelompok
yang sama meskipun nilai-nilai mereka mungkin unik bagi sekelompok orang
tertentu. Seringkali etika profesi ini disandingkan dengan kode etik profesi,
dimana kode etik profesi mengacu pada etika profesional sebagai dasar untuk
menentukan perilaku yang diwajibkan bagi anggota suatu profesi. Pengertian
lain dari kode etik profesi juga disebutkan dalam UU No 8 Tahun 1974 tentang
Pokok-Pokok Kepegawaian yaitu suatu pedoman, tingkah laku, sikap dan
perbuatan dalam melaksanakan tugas dan kehidupan sehari-hari.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang di maksud etika


2. Pengertian etika menurut ahli
3. Apa manfaat etika
4. Bagaiamana etika berdasarkan sumbernya
5. Apa saja Macam – macam etika
6. Bagaiamana Contoh etika profesi dalam dunia kerja
7. Bagaimana perkembangan etika dari masa ke masa

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian etika

• Etika berasal dari kata ethos (bahasaYunani) berarti karakter, watak


kesusilaan atau dapat juga berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah- kaidah
bagi tingkah laku manusia yang baik .
• Etika adalah aturan perilaku, adat kebiasaan manusia dalam
pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana
yang salah.

B. Pengertian etika menurut para ahlin


1. Aristoteles

Aristoteles merupakan seorang filsuf asal Yunani dan murid dari


Plato berpendapat dengan membagi etika menjadi 2 pengertian, yakni
Terminius Technicus dan Manner and Cutom.Terminius Technicus
merupakan etika sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari problema
tingkah laku atau perbuatan individu (manusia), sedangkan Manner and
Cutom merupakan pengkajian etika berkaitan dengan tata cara dan adat
yang melekat dalam diri individu, serta terkait dengan baik dan buruknya
tingkah laku, perbuatan, ataupun perilaku individu tersebut.
2. W. J. S. Poerwadarminta

Wilfridus. J. S Poerwadarminta merupakan salah satu tokoh sastra


Indonesia, mengemukakan bahwa etika adalah ilmu pengetahuan terkait
perbuatan dan perilaku manusia dilihat dari sisi baik dan sisi buruknya yang
ditentukan oleh manusia pula.
3. Prof. Dr. R. Soegarda Poerbakawatja

Prof. Dr. R. Soegarda Poerbakawatja merupakan salah satu tokoh


pendidikan di Indonesia, memberikan definisi bahwa etika adalah suatu
ilmu yang memberikan arahan, acuan, dan juga pijakan pada suatu perilaku
atau perbuatan manusia.

2
4. Louis O. Kattsoff

Kattsoff memberikan pandangan bahwa etika pada hakikatnya lebih


cenderung berkaitan dengan asas-asas pembenaran dalam relasi tingkah
laku antarmanusia.
5. H. A Mustafa

H. A. Mustafa mengemukakan pengertian etika adalah ilmu yang


menelaah suatu tingkah laku atau perbuatan manusia dari segi baik dan
buruknya dengan memperhatikan perilaku manusia tersebut sejauh yang
diketahui oleh akal pikiran manusia.
6. K. Bertens

Menurut K. Bertens, pengertian etika, yakni:

Etika adalah nilai moral dan norma yang menjadi pedoman, baik bagi suatu
individu maupun suatu kelompok, dalam mengatur tindakan atau perilaku.
Dengan kata lain, pengertian ini disebut juga sebagai sistem nilai di dalam
hidup manusia, baik perorangan maupun bermasyarakat. Etika berarti ilmu
mengenai baik dan buruknya manusia (moral). Kemudian, etika juga
diartikan sebagai kumpulan nilai moral dan asas (kode etik).
7. Prof. Robert Salemon

Menurutnya, etika adalah karakter atau kepribadian suatu individu


atau hukum sosial yang mengendalikan, mengatur, juga membahas terkait
perilaku individu.
8. Sumaryono

Sumaryono mendefinisikan etika sebagai studi yang membahas


mengenai suatu kebenaran dari tindakan atau perilaku manusia atas kodrat
atau fitrah yang memang sudah melekat pada diri manusia itu.

3
C. Manfaat etika profesi

1. Etika Bermanfaat sebagai Penghubung Antarnilai


Etika bisa dikatakan sebagai jembatan antarnilai satu dengan nilai yang
lainnya. Sebagai contoh, arti budaya dan nilai agama, dengan adanya etika
maka dua hal ini akan bisa jadi suatu kesatuan kebiasaan yang melekat di
dalam masyarakat, tanpa ada pihak yang merasa dirugikan sekalipun.
Dengan begitu, itu menunjukkan bahwa etika dikatakan mampu sebagai
jembatan antarnilai agama dan budaya. Pada buku Etika Praktis oleh Romo
Al. Budyapranata, PR dijelaskan mengenai nilai etika berdasarkan sepuluh
perintah Allah yang ada.

2. Etika Bermanfaat sebagai Pembeda Antara yang Baik dan Buruk


Etika yang telah melekat pada diri individu lambat laun akan membuat
individu tersebut mengetahui dan memahami secara penuh terhadap hal atau
sesuatu yang ada di sekitarnya. Pemahaman yang dimaksud di atas adalah
sesuatu yang dianggap baik dan buruk. Apabila individu sudah dapat
membedakan yang baik dengan yang buruk dan melakukan segala ‘sesuatu’
sesuai dengan norma atau aturan yang berlaku, etika akan menjadi suatu
pedoman di mana individu itu mampu menerapkan ‘sesuatu’ tersebut.

3. Etika Bermanfaat untuk Menjadikan Individu Memiliki Sikap Kritis


Etika yang sudah lama tertanam pada diri individu membuat dirinya lebih
kritis dalam menghadapi sebuah kondisi dan situasi. Individu tersebut tak
hanya pasrah pada keadaan, melainkan ikut memikirkan jalan keluar atau
solusi yang tepat. Etika akan membuat individu menjadi pribadi yang tidak
mudah terpengaruh karena tentunya dirinya akan mempertimbangkan
perasaan dengan pikirannya. Hal yang utama adalah individu tak akan
melakukan sesuatu atas keinginannya sendiri atau gegabah.

4
4. Etika Bermanfaat sebagai Suatu Pendirian dalam Diri
Etika bisa dijadikan sebagai pedoman dalam bertindak atau dalam menjalani
suatu hal. Individu yang paham betul akan etika tentu akan berperilaku sesuai
tata aturan yang berlaku, tanpa dirinya merasa terpaksa. Hal ini bisa dikatakan
akan memengaruhi pendirian individu atas pemahaman etika yang ada di
dalam masyarakat.

5. Etika Bermanfaat untuk Membuat Sesuatu Sesuai dengan Peraturan


Etika akan membuat individu memberlakukan individu lain sesuai dengan
kadarnya. Artinya, individu tersebut akan dihukum sesuai dengan kesalahan
yang ia lakukan. Apabila ia melakukan kesalahan kecil, hukuman yang
diberikan akan ringan. Sebaliknya, apabila dirinya melakukan kesalahan
yang besar hingga fatal, hukuman yang diberikan kepadanya cenderung
berat. Oleh sebab itu, pentingnya untuk dapat menyesuaikan diri ke dalam
lingkungan yang ada.

6. Etika sebagai Bentuk Mengorbankan Sedikit Kebebasan dalam


Dirinya
Peraturan yang ada dalam suatu kode etik telah disetujui bersama akan
membuat individu tak dapat berbuat seenaknya sendiri. Semua peraturan
yang telah disepakati harus dipatuhi dan tidak boleh dilanggar. Karena
apabila individu tersebut melanggarnya, tentu akan dikenakan sanksi sesuai
dengan peraturan yang berlaku.

7. Etika Dapat Membantu dalam Menentukan Pendapat


Di dalam suatu forum diskusi, tentu ada etika dalam mengemukakan
gagasan atau pendapat. Dengan begitu, individu telah sepakat untuk
menghargai siapapun itu yang hendak menyampaikan pendapatnya. Akan
tetapi, penentuan kesepakatan harus berdasar pada ketentuan bersama.
Apabila pendapat, argumen, atau usulan tidak dapat diterima oleh audience

5
dalam forum tersebut, individu yang memberikan usulan tersebut harus
berlapang dada.

D. Etika Berdasarkan sumbernya


Menurut sumbernya, ada dua jenis etika, di antaranya etika teologis
dan etika filosofis. Berikut penjabarannya di bawah ini.
1. Etika Teologis
Etika teologis adalah jenis etika yang berhubungan dengan agama juga
kepercayaan suatu individu, tanpa adanya batasan pada suatu agama tertentu.
Ada dua hal yang perlu ditekankan dalam etika teologis ini.
Pertama, etika teologis tidak dibatasi oleh satu agama saja, hal itu karena
mengingatnya banyaknya jumlah agama di dunia ini. Pada hakikatnya, setiap
agama pastinya memiliki etika teologisnya masing-masing berbeda dan juga
spesifik.
Kedua, etika ini merupakan lingkupan dari etika umum yang sebagian besar
individu telah menerapkan dan mengetahuinya. Etika umum ini condong luas
dan banyak dengan bagian-bagian yang tak terbatas. Sehingga secara tak
langsung, seorang individu memahami etika teologis dengan cara mengetahui
dan memahami pula dari etika umum, dan sebaliknya.

2. Etika Filosofis
Etika filosofis adalah jenis etika yang lahir dari kegiatan berpikir atau
berfilsafat yang dilakukan oleh individu dan termasuk dalam bagian dari
filosofis (berdasarkan filsafat). Filsafat sebagai suatu bidang ilmu yang salah
satunya mempelajari pikiran manusia. Adapun etika filosofis dibagi menjadi
dua sifat, yakni empiris dan non-empiris. Empiris merupakan jenis filsafat
yang erat kaitannya dengan sesuatu yang nyata, berwujud, atau konkret.
Contohnya, apabila suatu individu mengambil salah satu bidang filsafat
hukum, akan membahas terkait hukum Kemudian, non-empiris merupakan
bagian yang berupaya melebihi suatu yang nyata, berwujud, atau konkret
sebelumnya. Sifat non-empiris ini cenderung menanyakan gejala konkret
yang menyebabkannya.

6
E. Macama- Macam Etika
Berikut ini merupakan pembahasan mengenai apa saja macam-macam
etika berdasarkan jenisnya, cakupannya, lingkungannya, dan sumbernya.
Simak penjelasan di bawah ini. Etika Berdasarkan Jenisnya
Menurut jenisnya, ada dua jenis-jenis etika di antaranya etika normatif dan
etika deskriptif. Berikut penjabarannya secara singkat.

1. Etika Normatif
Etika normatif adalah jenis etika yang berusaha menentukan dan
menetapkan berbagai perilaku, perbuatan, sikap ideal yang seharusnya
dimiliki oleh tiap individu di dalam hidup ini.

2. Etika Deskriptif
Etika deskriptif adalah jenis etika yang berusaha memandang perilaku dan
sikap individu, serta apa yang individu itu kejar di dalam hidup ini atas
perkara yang memiliki nilai. Etika Berdasarkan Cakupannya
Menurut cakupannya, ada dua jenis-jenis etika, yaitu etika khusus dan
etika umum. Berikut penjabarannya secara singkat.
1. Etika Khusus
Etika khusus merupakan jenis etika yang menjadi suatu implementasi dari
prinsip atau asas moral di dalam kehidupan individu secara khusus.
2. Etika Umum
Etika umum merupakan jenis etika yang berkaitan dengan situasi dan
kondisi dasar mengenai perilaku dan tindakan individu secara etis.

7
• Etika Berdasarkan Lingkungannya
Berdasarkan lingkungannya, ada dua jenis etika, yaitu etika individual dan
etika sosial. Berikut penjabarannya secara singkat.

1. Etika Individual
Etika individual merupakan etika yang memiliki kaitannya dengan sikap
dan kewajiban dari individu atas dirinya sendiri.

2. Etika Sosial
Etika sosial merupakan jenis etika yang memiliki kaitannya dengan sikap
dan kewajiban, serta perilaku suatu individu sebagai umat manusia.

• Etika Berdasarkan Sumbernya


Buku berjudul Etika Umum: Kajian tentang Beberapa Masalah Pokok dan
Teori Etika Normatif yang ditulis oleh J. Sudarminta ini dapat menjadi
pengantar umum khususnya untuk Etika Teologis, Deontologis,
Keutamaan, dan Nilai.
Menurut sumbernya, ada dua jenis etika, di antaranya etika teologis dan
etika filosofis. Berikut penjabarannya di bawah ini.

1. Etika Teologis
Etika teologis adalah jenis etika yang berhubungan dengan agama juga
kepercayaan suatu individu, tanpa adanya batasan pada suatu agama
tertentu. Ada dua hal yang perlu ditekankan dalam etika teologis ini.
Pertama, etika teologis tidak dibatasi oleh satu agama saja, hal itu karena
mengingatnya banyaknya jumlah agama di dunia ini. Pada hakikatnya,
setiap agama pastinya memiliki etika teologisnya masing-masing berbeda
dan juga spesifik.

8
Kedua, etika ini merupakan lingkupan dari etika umum yang sebagian
besar individu telah menerapkan dan mengetahuinya. Etika umum ini
condong luas dan banyak dengan bagian-bagian yang tak terbatas.
Sehingga secara tak langsung, seorang individu memahami etika teologis
dengan cara mengetahui dan memahami pula dari etika umum, dan
sebaliknya.

2. Etika Filosofis
Etika filosofis adalah jenis etika yang lahir dari kegiatan berpikir atau
berfilsafat yang dilakukan oleh individu dan termasuk dalam bagian dari
filosofis (berdasarkan filsafat).
Filsafat sebagai suatu bidang ilmu yang salah satunya mempelajari pikiran
manusia. Adapun etika filosofis dibagi menjadi dua sifat, yakni empiris
dan non-empiris. Empiris merupakan jenis filsafat yang erat kaitannya
dengan sesuatu yang nyata, berwujud, atau konkret. Contohnya, apabila
suatu individu mengambil salah satu bidang filsafat hukum, akan
membahas terkait hukum Kemudian, non-empiris merupakan bagian yang
berupaya melebihi suatu yang nyata, berwujud, atau konkret sebelumnya.
Sifat non-empiris ini cenderung menanyakan gejala konkret yang
menyebabkannya.

9
F. Contoh Etika profesi di dunia kerja
Etika profesi secara mendasar memang berhubungan dengan moral
seseorang yang terikat secara profesional dengan apa yang ia kerjakan.
Namun dalam dunia kerja terdapat beragam etika profesi yang patut
diketahui. Beberapa contoh etika profesi dalam dunia kerja tersebut antara
lain adalah sebagai berikut,

1. Transparansi
Etika profesi dalam dunia kerja umum bisa dicontohkan lewat
transparansi. Etika ini menuntut pelibatan representasi fakta secara akurat.
Transparansi mengharuskan seorang pegawai untuk mengatakan kebenaran
secara keseluruhan dan mengomunikasikan dengan jelas dan terbuka
tentang yang dilakukannya sebagai pegawai perusahaan. Hal ini dapat
dicontohkan misalnya seorang pegawai mendapat perusahaan konsultan
pajak mendapat klien dari atasan mengerjakan catatan pajak dari klien
tersebut. Di tengah proses konsultasi, klien ini menawarkan sejumlah uang
kepada pegawai dengan harapan agar pegawai mau melakukan beberapa
penyelewengan dari pelaporan pajak si klien.
Jika seorang pegawai tersebut taat pada etika transparansi, maka ia harus
membicarakan hal tersebut pada atasannya dan meminta kebijakan
perusahaan. Namun, jika ia tidak patuh pada etika transparansi maka ia akan
melakukan kesepakatan dengan klien tanpa sepengetahuan perusahaan.

2. Integritas
Etika profesi yang satu ini mungkin paling akrab bagi masyarakat
awam karena dapat ditemukan di hampir semua kantor atau lembaga
pemerintahan. Etika ini menuntut seorang pegawai untuk berpegang teguh
pada keputusan, terutama ketika ditekan untuk melakukan sebaliknya. Hal
ini dilakukan untuk menunjukkan kehormatan dan keberanian bagi seorang
pegawai dalam menghadapi tekanan atau kehendak negatif.
Contoh dari etika ini dapat dilihat dari seorang pegawai
pemerintahan di dinas tertentu, misalnya datang seseorang dari perusahaan
tambang yang hendak mengajukan penerbitan analisis mengenai dampak
lingkungan (AMDAL). Karena prosesnya rumit dan sulit dipenuhi, maka
seseorang ini hendak memberikan gratifikasi pada pegawai dinas terkait
untuk memuluskan rencananya.
Jika pegawai tersebut berintegritas maka ia akan tetap memberi arahan pada
seseorang tadi untuk mengikuti aturan yang berlaku dalam penerbitan
AMDAL. Namun, jika pegawai tersebut tidak berintegritas, maka ia akan
menerima gratifikasi itu dan membuat penerbitan AMDAL menjadi mudah
dengan segala cara.

10
3. Loyalitas
Etika profesi yang satu ini secara umum berhubungan dengan relasi
pegawai dan perusahaan tempatnya bekerja. Secara profesional, pegawai
dituntut memiliki loyalitas kepada tempatnya bernaung. Loyalitas
memungkinkan bisnis untuk membuat keputusan menguntungkan dari
hubungan baik antar pegawai dan dapat mengatasi pengaruh dan
kepentingan dari luar.
Hal ini dapat dicontohkan dengan seorang pegawai memiliki koneksi
dengan perusahaan lain dengan sektor bisnis yang sama dengan tempatnya
bekerja. Ia mendengar bahwa perusahaan tempatnya bekerja kesulitan
mengeksekusi suatu proyek di daerah tertentu. Sedangkan, perusahaan lain
yang ia ketahui juga sedang mengerjakan proyek serupa di daerah lain dan
juga sama-sama mengajukan tender untuk proyek di daerah yang sama
Jika pegawai tadi memiliki etika loyalitas yang tinggi maka ia akan
mencoba mencari solusi dari kesulitan perusahaannya dalam mengeksekusi
proyek tersebut secara profesional. Namun, jika pegawai tadi tidak memiliki
etika loyalitas maka ia akan menghubungi koneksinya di perusahaan lain
untuk memberitahu bahwa eksekusi proyek perusahaannya sedang di ujung
tanduk dan perusahaan lain bisa segera mengajukan penggantian antar-
waktu di mana pegawai tersebut akan pindah ke perusahan lain itu.

4. Menjunjung tinggi reputasi


Perusahaan yang memiliki etika profesi ini akan mempertahankan
dan melindungi reputasi positifnya dengan membangun budaya kerja yang
baik dan motivasional. hal ini dilakukan juga dengan membuat investor
tetap terlibat dan memberikan layanan yang prima bagi klien atau
pelanggan. Hal ini dicontohkan dengan kebijakan perusahaan yang tetap
mendiskusikan segala perencanaan baik operasional maupun keuangan
bersama seluruh investor atau mendiskusikan permasalah yang ada. Jika
perusahaan tidak memiliki etika, maka perusahaan bisa tidak memedulikan
peran investor dalam proses pemecahan masalah atau kerugian tertentu.

5. Akuntabilitas
Etika akuntabilitas ini dapat dilakukan oleh suatu perusahaan atau
seorang profesional dengan menerima tanggung jawab atas semua
keputusan yang dibuat bersama. Etika ini juga menuntut kedua pihak untuk
mengakui kesalahan jika memang terbukti bersalah dalam kepentingan
profesionalitas baik perusahaan maupun individu. Etika ini dapat
digambarkan dari seorang dokter yang melakukan praktik pengobatan di
luar kaidah-kaidah spesialisasinya. Ia kemudian dinyatakan bersalah oleh
organisasi keilmuannya dan terancam dicabut izin praktiknya.

11
6. Menghormati kolega
Etika profesi yang juga umum di dunia kerja adalah menghormati
profesionalitas orang lain. Hal ini berlaku pada setiap pegawai dalam suatu
kantor tertentu, entah ia seorang magang, junior, maupun petugas
kebersihan. Hal ini dapat dicontohkan dengan rasa saling menghargai antar
pegawai dengan jabatan atau posisi apapun dalam suatu perusahaan. Contoh
buruk dari pegawai yang tak beretika adalah cara memperlakukan orang
dengan jabatan di bawahnya secara semena-mena seperti menjadikan anak
magang sebagai suruhan untuk melakukan banyak hal di luar
kompetensinya.

7. Menerima dan memberi kritik dengan baik


Etika profesi ini juga umum ditemui dalam dunia kerja karena relasi
antar pegawai yang kuat. Dalam suatu permasalahan, kritik menjadi penting
dan menerima kritik juga tak kalah penting. Suatu pekerjaan profesional
akan dapat diselesaikan dengan baik jika terjadi diskusi dan kritik yang baik.
Jika suatu kritik diterima dengan panas hati maka suatu pekerjaan justru
akan terbengkalai atau relasi akan berubah buruk. Contoh dari etika ini
dapat dimisalkan sebuah tim kontraktor sedang bekerja sama membangun
sebuah jembatan di daerah terpencil. Salah satu perwakilan kontraktor
menganggap bahwa diperlukan dana tambahan untuk menyambung
jembatan di kedua sisi.
Sedangkan para perwakilan kontraktor lainnya menganggap bahwa
hitungan mereka sudah tepat dan tidak perlu adanya dana tambahan. Bahkan
ketika dihitung kembali memang sudah tepat. Sebagai rekan tim yang
beretika, para perwakilan kontraktor lainnya akan memberi kritik pada
seorang tadi dan menunjukkan perhitungannya. Jika telah dicapai
kesepakatan kembali, maka proyek bisa dilanjutkan lebih cepat. Cara
meyakinkan satu pihak yang memiliki wacana lain ini juga perlu
diperhitungkan secara tepat agar tak menyinggung idenya sebagai
profesional.

12
G. Perkembangan Etika dari masa ke masa
1. Etika periode Yunani
Filsafat tidak banyak memperhatikan masalah Etika. melakukan
penyelidikan mengenai alam. Misalnya; bagaimana alam ini di unsur utama alam
ini? dan lain-lain. Sampai akhirnya datang ang bijaksana yang menjadi guru dan
tersebar ke berbagai negeri.

sebagai perintis Ilmu Akhlak. Karena ia yang pertama berusaha membentuk


perhubungan manusia dengan ilmu pengetahuan. Dia entuk perhubungan itu, tidak
menjadi benar kacuali bila didasarkan amin, 1975: 45)

Faham Antisthenes, yang hidup pada 444-370 SM. Ajarannya mengatakan


ketuhanan itu bersih dari segala kebutuhan, dan sebaik-baik manusia itu yang
berperangai dengan akhlak ketuhanan. Maka ia mengurangi kebutuhannya
sedapat mungkin, rela dengan sedikit, suka menanggung penderitaan, dan
mengabaikannya. Dia menghinakan orang kaya, menyingkiri segala kelezatan,
dan tidak peduli kemiskinan dan cercaan manusia selama ia berpegangan dengan
kebenaran.
Pemimpin aliran ini yang terkenal adalah Diogenes, wafat pada 323 SM. Dia
memberi pelajaran kepada kawan-kawannya untuk menghilangkan beban yang
dilakukan oleh ciptaan manusia dan peranannya. (H.A. Mustofa, 1999: 42).
Setelah faham Antisthenes ini, lalu datang Plato (427-347 SM). Ia seorang ahli
Filsafat Athena, yang merupakan murid dari Socrates. Buah pemikirannya dalam
Etika berdasarkan ‘teori contoh’. Dia berpendapat alam lain adalah alam rohani.
Di dalam jiwa itu ada kekuatan
bermacam-macam, dan keutamaan itu timbul dari perimbangan dan tunduknya
kepada hukum. (Ahmadamin, 1975: 47).
Pokok-pokok keutamaan itu adalah Hikmat kebijaksana, keberanian,
keperwiraan, dan keadilan. Hal ini merupakan tiang penegak bangsa-bangsa dan
pribadi. Seperti yang kita ketahui
bahwa, kebijaksanaan itu utama untuk para hakim. Keberanian itu untuk tentara,
perwira itu utama untuk rakyat, dan adil itu untuk semua. Pokok-pokok keutamaan
itu memberikan batasan kepada manusia dalam setiap perbuatannya, agar ia
melakukan segala sesuatu dengan sebaik-

13
Aristoteles menciptakan teori serba tengah. Tiap-tiap keutamaan adalah tengah-
tengah, di antara dua keburukan. Misalnya; dermawan adalah pertengahan
antara boros dan kikir. Keberanian adalah pertengahan antara membabi-buta
dan takut.

Pada akhir abad ke tiga M, tersiarlah agama Nasrani di Eropa. Agama tersebut
merubah fikiran manusia dan membawa pokok-poko akhlak tersebut dalam
Taurat. Memberi pelajaran kepada manusia, bahwa Tuhan adalah sumber segala
akhlak. Tuhan yang membuat patok yang harus kita pelihara dalam hubungan
kitaa dengan orang lain. Dan Tuhan juga yang menjelaskan tentang arti baik
dan jahat. (Ahmaddamin, 1975).

Baik menurut arti yang sebenarnya adalah kerelaan Tuhan Allah, dan
melaksanakan segala perintahnya. Menurut ahli Filsafat Yunani, pendorong
untuk melakukan perbuatan baik ialah pengetahuan atau kebijaksanaan.
Sedangkan menurut Agama Nasrani, bahwa yang mendorong perbuatan baik
adalah cinta kepada Allah, dan iman kepada-Nya.

2. Etika Abad Pertengahan


Pada abad pertengahan, Etika bisa dikatakan ‘dianiaya’ oleh Gereja. Pada saat
itu, Gereja memerangi Filsafat Yunani dan Romawi, dan menentang penyiaran
ilmu dan kebudayaan kuno. (H.A.Mustofa, 1999: 45).
Gereja berkeyakinan bahwa kenyataan hakikat telah diterima dari wahyu. Dan
apa yang terkandung dan diajarkan oleh wahyu adalah benar. Jadi manusia tidak
perlu lagi bersusah-susah hakikat, karena semuanya telah diatur oleh Tuhan.
Etika yang lahir pada masa itu, adalah paduan dari ajaran Yunani dan mereka
yang termasyur adalah Abelard (1079-1142 SM), seorang ahli as Aquinas
(1226-1270 SM), seorang ahli Filsafat Agama dari Italia.

14
3.Etika periode bangsa Arab

Bangsa Arab pada zaman jahiliah tidak mempunyai ahli-ahli Filsafat


yang mengajak kepada aliran atau faham tertentu sebagaimana Yunani,
seperti Epicurus, Zeno, Plato, dan Aristoteles. Hal itu terjadi karena
penyelidikan ilmu tidak terjadi kecuali di Negara yang sudah maju. Waktu
itu bangsa Arab hanya memiliki ahli-ahli hikmat dan sebagian ahli syair.
Yang memerintahkan kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran,
mendorong menuju keutamaan, dan menjauhkan diri dari kerendahan yang
terkenal pada zaman mereka. (H.A. Mustofa, 1999: 46). Namun sejak
kedatangan Islam, agama yang mengajak kepada orang-orang untuk
percaya kepada Allah, sumber segala sesuatu di seluruh alam. Allah
memberikan jalan kepada manusia jalan yang harus diseberangi. Allah juga
menetapkan keutamaan seperti benar dan adil, yang harus dilaksanakannya,
dan menjadikan kebahagiaan di dunia dan kenikmatan di akhirat, sebagai
pahala bagi orang yang mengikutinya.

Di antara ayat Al-Quran yang berbicara mengenai Etika adalah

Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat


kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari
perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat
mengambil pelajaran. ( QS. An-Nahl: 90)

pada masa itu, telah puas mengambil etika dari agama dan tidak
idiki mengenai dasar baik dan buruk. Oleh karena itu, agama banyak ang
di lukiskan dalam etika. Seperti buku karya Al-Ghazali dan Al-melakukan
penyelidikan tentang akhlak dengan berdasarkan ilmu Nasr Al-Farabi, yang
meninggal pada tahun 339 H. demikian juga salah brosurnya, dan Abu ‘Ali
ibnu Sina (370-428 H). mereka telah ini, terutama pendapat mengenai
akhlak. (Ahmaddamin, 1975).
Penyelidik Bangsa Arab yang terbesar mengenai Etika adalah Ibnu
Maskawayh, yang wafat pada 421 H. dia mencampurkan ajaran Plato,
Aristoteles, Galinus dengan jaran Islam. Ajara Aristoteles banyak termasuk
dalam kitabnya, terutama dalam penyelidikan tentang jiwa. (Ahmad
Mahmud Shubhi, 1992: 17).

15
4.Etika Periode Abad Modern
Pada akhir abad lima belas, Eropa mulai bangkit. Ahli pengetahuan
mulai menyuburkan Filsafat Yunani Kuno. Begitu juga dengan Italia, lalu
berkembang ke seluruh Eropa. Pada masa ini, segala sesuatu dikecam dan
diselidiki, sehingga tegaklah kemerdekaan
berfikir. Dan mulai melihat segala sesuatu dengan pandangan baru, dan
mempertimbangkannya dengan ukuran yang baru.
Discartes, seorang ahli Filsafat Prancis (1596-1650), termasuk pendiri
Filsafat baru.
Untuk ilmu pengetahuan, ia menetapkan dasar-dasar sebagai berikut:

1.Tidak menerima sesuatu yang belum diperiksa akal dan nyata adanya. Dan
apa yang tumbuhnya dari adat kabiasaan saja, wajib ditolak.

2. Di dalam penyelidikan harus kita mulai dari yang sekecil-kecilnya, lalu


meningkat ke hal-hal yang lebih besar.

3.Jangan menetapkan sesuatu hukum akan kebenaran suatu hal sehingga


menyatakan dengan ujian .

16
BAB III

PENUTUP

Pentingnya etika profesi sangat besar bagi seluruh profesi yang ada. Kata etik (atau
etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak
kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep
yang dimilki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-
tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik.

17
DAFTAR PUSTAKA

• https://www.academia.edu/30402418/Sejarah_Etika
• https://www.ekrut.com/media/etika-profesi-adalah
• https://www.gramedia.com/best-seller/pengertian-
etika/#1_Aristoteles
• https://www.e-jurnal.com/2013/12/pentingnya-etika-
profesi.html

18

Anda mungkin juga menyukai