Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH ETIKA PROFESI

“KLASIFIKASI DAN KODE ETIK”

Dosen Pengampu:

Drs. Achmad Sjaifullah, M.Pd.

Disusun Oleh:

Kelompok 6 3B D3 Teknik Kimia

Jihan Nur Salsabila (2031410082)

Mujahidam Rojabi (2031410127)

PROGRAM STUDI D-III TEKNIK KIMIA

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI MALANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
dan karunianya Kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun tema dari makalah ini adalah “Klasifikasi dan Kode Etik”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan do’a, saran dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang Kami miliki. Oleh
karena itu, Kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya Kami berharap semoga makalah
ini memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Malang, 23 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 2
1.3 Tujuan..................................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 3
2.1 Pengertian Etika...................................................................................... 3
2.2 Klasifikasi Etika...................................................................................... 5
2.3 Manfaat Etika.......................................................................................... 7
2.4 Pengertian Profesi................................................................................... 7
2.5 Ciri – Ciri Profesi.................................................................................... 8
2.6 Pengertian Etika Profesi.......................................................................... 12
2.7 Prinsip – Prinsip Etika Profesi................................................................ 13
2.8 Studi Kasus.............................................................................................. 14
BAB III PENUTUP........................................................................................... 17
3.1 Kesimpulan............................................................................................. 17
3.2 Saran........................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan
hidup tingkat internasional di perlukan suatu system yang mengatur
bagaimana seharusnya manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan
tersebut menjadi saling menghormati dan dikenal dengan sebutan sopan
santun, tata krama, protokoler dan lain-lain. Maksud pedoman pergaulan
tidak lain untuk menjaga kepentingan masing-masing yang terlibat agara
mereka senang, tenang, tentram, terlindung tanpa merugikan kepentingannya
serta terjamin agar perbuatannya yang tengah dijalankan sesuai dengan adat
kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan hak-hak asasi
umumnya. Hal itulah yang mendasari tumbuh kembangnya etika di
masyarakat kita.
Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan
manusia. Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya
melalui rangkaian tindakan seharihari. Itu berarti etika membantu manusia
untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini.
Etika pada akhirnya membantu kita untuk mengambil keputusan tentang
tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yang pelru kita pahami bersama
bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan kita,
dengan demikian etika ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian sesuai
dengan aspek atau sisi kehidupan manusianya.
Istilah profesi telah dimengerti oleh banyak orang bahwa suatu hal yang
berkaitan dengan bidang yang sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan
keahlian, sehingga banyak orang yang bekerja tetap sesuai. Tetapi dengan
keahlian saja yang diperoleh dari pendidikan kejuruan, juga belum cukup
disebut profesi. Tetapi perlu penguasaan teori sistematis yang mendasari
praktek pelaksanaan, dan hubungan antara teori dan penerapan dalam praktek.

1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan etika?
1.2.2 Bagaimana bentuk dari klasifikasi etika?
1.2.3 Apa saja manfaat dari etika?
1.2.4 Apa yang dimaksud dengan profesi?
1.2.5 Bagaimana ciri – ciri dari profesi?
1.2.6 Apa yang dimaksud dengan etika profesi?
1.2.7 Bagaimana prinsip – prinsip dari etika profesi?
1.3 Tujuan
1.3.1 Menjelaskan pengertian etika
1.3.2 Menjelaskan mengenai bentuk dari klasifikasi etika
1.3.3 Menjelaskan manfaat dari etika
1.3.4 Menjelaskan pengertian profesi
1.3.5 Menjelaskan tentang ciri – ciri dari profesi
1.3.6 Menjelaskan pengertian etika profesi
1.3.7 Menjelaskan mengenai prinsip – prinsip dari etika profesi
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaatnya bagi kami untuk mengetahui atau memahami arti dari etika
dan profesi. Manfaat bagi pembaca yakni sebagai acuan atau pedoman dalam
mengimplementasikan pentingnya etika dan profesi dalam kehidupan sehari-
hari.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika


A. Menurut Etimologi
Kata etika berasal dari bahasa yunani yaitu ethos berarti watak
kesusilaan atau adat-istiadat (kebiasaan) (Zubair, 2013). Menurut
Suhrawadi K Lubis, secara etimologi etika berasal dari kata ethos yang
diartikan sebagai kesusilaan, perasaan batin atau kecenderungan hati
seseorang untuk berbuat kebaikan dalam kehidupan di atas dunia ini.
Etika termasuk ilmu pengetahuan tentang asas-asas tingkah laku
yang berarti juga
1. Ilmu tentang apa yang baik, apa yang buruk, tentang hak dan kewajiban
2. Kumpulan asa atau nilai yang berkaitan dengan tingkah laku manusia.
3. Nilai mengenai benar-salah, halal-haram, sah-batal, baik-buruk, dan
kebiasaan, kebiasaan yang dianut suatu golongan masyarakat.
B. Menurut Terminologi
Berikut ini pandangan para ahli mengenai etika:
1. Ahmad Amin mengartikan etika sebagai ilmu yang menjelaskan arti
baik dan buruk, menerangkan apa yang sebenarnya dilakukan oleh
manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam
perbuatan mereka dan menunjukan jalan untuk melaksanakan apa
yang seharusnya diperbuat.
2. Soegarda Poerbakawatja mengartikan sebagai filsafat nilai, kesusilaan
tentang baik buruk, berusaha mempelajari nilai-nilai dan merupakan
pengetahuan tentang nilai - nilai itu sendiri.
3. Asmaran AS mengartikan etika Sebagai ilmu yang mempelajari
tingkah laku manusia untuk menentukan nilai-nilai perbuatan baik
atau buruk, sedangkan ukuran menetapkan nilainya adalah pakai akal
pikiran mnusia.

3
4. Hamzah Ya’cub menyatakan etika sebagai imu yang menyelidiki
mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal
perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran.
5. Burhanuddin Salam mengartikan etika sebagai sebuah refleksi kritis
dan rasional menyamai nilai-nilai dan norma moral yang menentukan
dan terwujud dalam sikap dan pola perilaku hidup manusia, baik
secara pribadi maupun sebagai kelompok.
6. Amin Abdullah mengartikan etika sebagai ilmu yang mempelajari
tentang baik dan buruk. Jadi, bisa dikatakan etika berfungsi sebagai
teori perbuatan baik dan buruk (ethics atau ‘ilm al akhlak al-qarimah),
praktiknya dapat dilakukan dalam disiplin pilsafat.
7. Lewis Mustafa adam mengartikan etika sebagai ilmu tentang filsafat,
tidak mengenai fakta, tetapi tentang nilai-nilai, tidak mengenai sifat
tindakan manusia tetapi tentang idenya.
Ada dua macam etika yang harus kita pahami bersama dalam
menentukan baik dan buruknya perilaku manusia:
1. Etika Deskriptif, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis
dan rasional sikap dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh
manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika
deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil
keputusan tentang prilaku atau sikap yang mau diambil.
2. Etika Normatif, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap
dan pola prilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam
hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika normatif memberi
penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka
tindakan yang akan diputuskan. E
Etika secara umum dapat dibagi menjadi:
1. Etika Umum, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana
manusia bertindak secara etis, bagaimana manusia mengambil
keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang
menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur
dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat

4
di analogkan dengan ilmu pengetahuan, yang membahas mengenai
pengertian umum dan teori-teori.
2. Etika Khusus, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar
dalam bidang kehidupan yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud:
Bagaimana saya mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang
kehidupan dan kegiatan khusus yang saya lakukan, yang didasari oleh
cara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar. Namun, penerapan itu
dapat juga berwujud: Bagaimana saya menilai perilaku saya dan orang
lain dalam bidang kegiatan dan kehidupan khusus yang dilatar
belakangi oleh kondisi yang memungkinkan manusia bertindak etis:
cara bagaimana manusia mengambil suatu keputusan atau tindakan,
dan teori serta prinsip moral dasar yang ada dibaliknya.
Etika Khusus dibagi lagi menjadi dua bagian:
a. Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia
terhadap dirinya sendiri.
b. Etika sosial, yaitu berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola
perilaku manusia sebagai anggota umat manusia. Perlu
diperhatikan bahwa etika individual dan etika sosial tidak dapat
dipisahkan satu sama lain dengan tajam, karena kewajiban
manusia terhadap diri sendiri dan sebagai anggota umat manusia
saling berkaitan. Etika sosial menyangkut hubungan manusia
dengan manusia baik secara langsung maupun secara
kelembagaan (keluarga, masyarakat, negara), sikap kritis terhadap
pandangan-pandangana dunia dan idiologi-idiologi maupun
tanggung jawab umat manusia terhadap lingkungan hidup.
2.2 Klasifikasi Etika
Menurut buku yang berjudul “Hukum dan Etika Bisnis” karangan Dr. H.
Budi Untung, S.H., M.M, etika dapat diklasifikasikan menjadi:
A. Etika Deskriptif
Etika deskriptif yaitu etika di mana objek yang dinilai adalah sikap dan
perilaku manusia dalam mengejar tujuan hidupnya sebagaimana adanya.
Nilai dan pola perilaku manusia sebagaimana adanya ini tercemin pada

5
situasi dan kondisi yang telah membudaya di masyarakat secara turun-
temurun.
Contohnya: Mengenai masyarakat jawa yang mengajarkan tatakrama
berhubungan dengan orang yang lebih tua daripada kita.
B. Etika Normatif
Etika normatif yaitu sikap dan perilaku manusia atau masyarakat sesuai
dengan norma dan moralitas yang ideal. Etika ini secara umum dinilai
memenuhi tuntutan dan perkembangan dinamika serta kondisi
masyarakat. Adanya tuntutan yang menjadi avuan bagi masyarakat umum
atau semua pihak dalam menjalankan kehidupannya.
Contohnya: Etika yang bersifat individual seperti kejujuran, disiplin, dan
tanggung jawab.
C. Etika Deontologi
Etika deontologi yaitu etika yang dilaksanakan dengan dorongan oleh
kewajiban untuk berbuat baik terhadap orang atau pihak lain dari pelaku
kehidupan. Bukan hanya dilihat dari akibat dan tujuan yang ditimbulakan
oleh sesuatu kegiatan atau aktivitas, tetapi dari sesuatu aktivitas yang
dilaksanakan karena ingin berbuat kebaikan terhadap masyarakat atau
pihak lain.
Contohnya: Jika seseorang diberi tugas dan melaksanakannya sesuai
dengan tugas maka itu dianggap benar, sedang dikatakan salah jika tidak
melaksanakan tugas.
D. Etika Teleologi
Etika Teleologi adalah etika yang diukur dari apa tujuan yang dicapai oleh
para pelaku kegiatan. Aktivitas akan dinilai baik jika bertujuan baik.
Artinya sesuatu yang dicapai adalah sesuatu yang baik dan mempunyai
akibat yang baik. Baik ditinjau dari kepentingan pihak yang terkait,
maupun dilihat dari kepentingan semua pihak.
Dalam etika ini dikelompokkan menjadi dua macam yaitu:
1. Egoisme
Egoisme yaitu etika yang baik menurut pelaku saja, sedangkan bagi
yang lain mungkin tidak baik.

6
2. Utilitarianisme
Utilitarianisme adalah etika yang baik bagi semua pihak, artinya
semua pihak baik yang terkait langsung maupun tidak langsung akan
menerima pengaruh yang baik.
Contohnya: Seorang anak mencuri untuk membeli obat ibunya yang
sedang sakit. Tindakan ini baik untuk moral dan kemanusiaan tetapi dari
aspek hukum tindakan ini melanggar hukum sehingga etika teleologi lebih
bersifat situasional, karena tujuan dan akibatnya suatu tindakan bisa sangat
bergantung pada situasi khusus tertentu.
E. Etika Relatifisme
Etika relatifisme adalah etika yang dipergunakan di mana mengandung
perbedaan kepentingan antara kelompok pasrial dan kelompok universal
atau global. Etika ini hanya berlaku bagi kelompok parsial, misalnya etika
yang sesuai dengan adat istiadat lokal, regional dan konvensi, sifat dan
lain-lain. Dengan demikian tidak berlaku bagi semua pihak atau
masyarakat yang bersifat global.
2.3 Manfaat Etika
Manfaat Etika dalam kehidupan sehari – hari:
- Menjadi jembatan penghubung antar nilai dalam kehidupan, seperti
budaya dan nilai keagamaan
- Menjadi pembeda antara yang baik dan buruk
- Mendorong individu untuk bersikap kritis
- Etika bermanfaat sebagai pendirian dalam diri
- Membantu dalam membuat suatu hal sesuai aturan
- Etika bisa membantu dalam mengemukakan pendapat
2.4 Pengertian Profesi
A. Menurut Mulyasa
Profesi adalah sebuah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan
penguasaan terhadap suatu pengetahuan dan keahlian khusus. Suatu
profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses
setrifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut.

7
B. Menurut Kusnandar
Profesi adalah suatu kumpulan atau set pekerjaan yang membangun suatu
set norma yang sangat khusus yang berasal dari perannya yang khusus di
masyarakat
C. Menurut A.S. Moenir (2002: 63)
Profesi adalah aktivitas intelektual yang dipelajari termasuk pelatihan
yang diselenggarakan secara formal ataupun tidak formal dan
memperoleh sertifikat yang dikeluarkan oleh sekelompok / badan yang
bertanggung jawab pada keilmuan tersebut dalam melayani masyarakat,
menggunakan etika layanan profesi dengan mengimplikasikan
kompetensi mencetuskan ide, kewenangan keterampilan teknis dan moral
serta bahwa perawat mengasumsikan adanya tingkatan dalam masyarakat.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut maka dapat dinyatakan
bahwa profesi pada dasarnya adalah serangkaian aktivitas atau pekerjaan
yang dijalani oleh seseorang sebagai sarana untuk mencari nafkah hidup
sekaligus sebagai sarana untuk mengabdi kepada kepentingan orang lain yang
harus diiringi dengan keahlian, keterampilan, dan tanggung jawab pada
masyarakat
2.5 Ciri – ciri profesi
Dari definisi yang telah dikemukakan di atas, dapat diangkat beberapa kriteria
untuk menentukan ciri-ciri suatu profesi, yaitu sebagai berikut:
A. Ada standar untuk kerja yang baku dan jelas
B. Ada lembaga pendidikan khusus yang menghasilkan pelakunya dengan
program dan jenjang pendidikan yang baku serta memiliki standar
akademik yang memadai dan yang bertanggung jawab tentang
pengembangan ilmu pengetahuan yang melandasi profesi itu
C. Ada organisasi profesi yang mewadahi para pelakunya untuk
mempertahankan dan memperjuangkan eksistensi dan kesejahteraannya
D. Ada etika dan kode etik yang mengatur perilaku etik para pelakunya
dalam memperlakukan kliennya
E. Ada sistem imbalan terhadap jasa layanannya yang adil dan baku

8
F. Ada pengakuan masyarakat (profesional, penguasa, dan awam) terhadap
pekerjaan itu sebagai suatu profesi (Rochman Natawidjaja, 1989)
Dari uraian di atas tentang ciri-ciri suatu profesi, maka profesi mempunyai
ciri-ciri utama sebagai berikut:
A. Fungsi dan signifikansi sosial: suatu profesi merupakan suatu pekerjaan
yang memiliki fungsi dan signifikansi sosial dan krusial
B. Keterampilan/keahlian: untuk mewujudkan fungsi ini, dituntut derajat
keterampilan/ keahlian tertentu
C. Pemerolehan keterampilan tersebut bukan hanya dilakukan secara rutin,
melainkan bersifat pemecahan masalah atau penanganan situasi kritis yang
menuntut pemecahan dengan menggunakan teori dan metode ilmiah
D. Batang tubuh ilmu: suatu profesi didasarkan kepada suatu disiplin ilmu
yang jelas, sistematis, dan eksplisit (a systematic body of knowledge) dan
bukan hanya common sense
E. Masa pendidikan: upaya mempelajari dan menguasai batang tubuh ilmu
dan keterampilan/keahlian tersebut membutuhkan masa latihan yang lama,
bertahun-tahun dan tidak cukup hanya beberapa bulan. Hal ini dilakukan
pada tingkat perguruan tinggi
F. Aplikasi dan sosialisasi nilai-nilai profesional: proses pendidikan tersebut
juga merupakan wahana untuk sosialisasi nilai-nilai profesional di
kalangan para siswa/mahasiswa
G. Kode etik dalam memberikan pelayanan kepada klien, seorang profesional
berpegang teguh kepada kode etik yang pelaksanaannya dikontrol oleh
organisasi profesi. Setiap pelanggaran terhadap kode etik dapat dikenakan
sanksi
H. Kebebasan untuk memberikan judgment: anggota suatu profesi
mempunyai kebebasan untuk menetapkan judgment-nya sendiri dalam
menghadapi atau memecahkan sesuatu dalam lingkup kerjanya
I. Tanggung jawab profesional dan otonomi: komitmen pada suatu profesi
adalah melayani klien dan masyarakat dengan sebaik-baiknya. Tanggung
jawab profesional harus diabdikan kepada mereka. Oleh karena itu,
praktek profesional itu otonom dari campur tangan pihak luar

9
J. Pengakuan dan imbalan: sebagai imbalan dari pendidikan dan latihan yang
lama, komitmennya dan seluruh jasa yang diberikan kepada klien, maka
seorang profesional mempunyai prestise yang tinggi di mata masyarakat
dan karenanya juga imbalan yang layak.
Tidak jauh berbeda dengan ciri-ciri di atas, Sanusi dalam Djam’an Satori
(2003: 1.6), mengutarakan ciri-ciri utama suatu profesi itu sebagai berikut:
A. Suatu jabatan yang memiliki fungsi dan signifikansi sosial yang
menentukan (krusial)
B. Jabatan yang menuntut keterampilan/keahlian tertentu
C. Keterampilan/keahlian yang dituntut jabatan itu didapat melalui
pemecahan masalah dengan menggunakan teori dan metode ilmiah
D. Jabatan itu berdasarkan pada batang tubuh disiplin ilmu yang jelas,
sistematik dan eksplisit, yang bukan hanya sekedar pendapat khalayak
umum
E. Jabatan itu memerlukan pendidikan perguruan tinggi dengan waktu yang
cukup lama
F. Proses pendidikan untuk jabatan itu juga merupakan aplikasi dan
sosialisasi nilai-nilai profesional itu sendiri
G. Dalam memberikan layanan kepada masyarakat anggota profesi itu
berpegang teguh pada kode etik yang dikontrol oleh organisasi profesi
H. Tiap anggota profesi mempunyai kebebasan dalam memberikan judgment
terhadap permasalahan profesi yang dihadapinya
I. Dalam prakteknya melayani masyarakat, anggota profesi otonom dan
bebas dari campur tangan orang luar
J. Jabatan ini mempunyai prestise yang tinggi dalam masyarakat, dan
karenanya memperoleh imbalan yang tinggi pula
Menurut Rachman Nata Widjaya dalam Djam’an Satori (2003:1.4) Pekerjaan
yang disebut profesi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
A. Ada standar untuk kerja yang baku dan jelas
B. Ada lembaga pendidikan khusus yang menghasilkan pelakunya dengan
program dan jenjang pendidikan yang baku serta bertanggung jawab
tentang pengembangan ilmu pengetahuan yang melandasi profesi itu

10
C. Ada organisasi profesi yang mewadahi para pelakunya untuk
mempertahankan dan memperjuang-kan eksistensi dan kesejahteraannya.
d. Ada etika dan kode etik yang mengatur perilaku etik para pelakunya
dalam memperlakukan kliennya
D. Ada sistem imbalan terhadap jasa layanannya yang adil dan baku. f. Ada
pengakuan dari masyarakat (profesional, penguasa dan anam) terhadap
pekerjaan itu sebagai suatu profesi
Ciri-ciri profesi menurut D. Westby Gibson dalam Djam an Satori dkk
(2003;1.7):
A. Pengakuan oleh masyarakat terhadap layanan tertentu yang hanya dapat
dilakukan oleh kelompok pekerja yang dikategorikan sebagai suatu
profesi
B. Dimilikinya sekumpulan bidang ilmu yang menjadi landasan sejumlah
tehnik dan prosedur yang unik
C. Diperlukannya persiapan yang sengaja dan sistematis sebelum orang
mampu melaksanakan suatu pekerjaan profesional.
D. Dimilikinya mekanisme untuk menjaring, sehingga hanya untuk mereka
yang dianggap kompeten yang diperbolehkan bekerja untuk lapangan
pekerjaan tertentu
E. Dimilikinya organisasi profesional, yang disamping melindungi
kepentingan anggotanya dari saingan kelompok luar, juga berfungsi untuk
meningkatkan kualitas layanan kepada masyarakat, termasuk tindak etis
profesional pada anggotanya
Sutan Zanti Arbi dan Syahmiar Syahrun (1991/1992:133) juga
mengemukakan beberapa ciri pokok jabatan profesional sebagai berikut:
A. Pekerjaan itu dipersiapkan melalui proses pendidikan dan latihan secara
formal
B. Pekerjaan itu mendapat pengakuan dari masyarakat
C. Adanya pengawasan dari suatu organisasi profesi seperti IDI, PGRI, dan
PERSAHI
D. Mempunyai kode etik sebagai landasan dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawab proses tersebut.

11
Setelah kita mempelajari berbagai macam pendapat para pakar tentang ciri-
ciri profesi, kita dapat menyimpulkan bahwa ciri-ciri profesi, yaitu sebagai
berikut:
A. Memiliki standar unjuk kerja yang baku atau dengan kata lain memiliki
aturan yang jelas tentang hal yang dikerjakannya
B. Anggota profesinya memperoleh pendidikan tinggi yang memberikan
dasar pengetahuan yang bertanggung jawab
C. Memiliki lembaga pendidikan khusus yang menghasilkan tenaga profesi
yang dibutuhkan. Contohnya: untuk menghasilkan tenaga guru maka ada
perguruan tinggi keguruan seperti UPI, IKIP, FKIP dan STKIP
D. Memiliki organisasi profesi yang memperjuangkan hak-hak anggotanya,
serta bertanggung jawab untuk meningkatkan profesi yang bersangkutan
E. Adanya pengakuan yang layak dari masyarakat
F. Adanya sistem imbalan yang memadai sehingga anggota profesi dapat
hidup dari profesinya
G. Memiliki kode etik yang mengatur setiap anggota profesi.
2.6 Pengertian Etika Profesi
Pengertian etika profesi menurut dari para ahli Indonesia sebagai berikut:
A. Menurut Prakoso (2015)
Pengertian Etika profesi merupakan etika sosial dalam etika khusus
memiliki tugas serta juga tanggung jawab kepada ilmu dan juga profesi
yang disandangnya
B. Menurut Anang Usman, SH., Msi
Pengertian Etika profesi ialah merupakan sikap hidup untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan profesional dari klien (pelanggan) dengan
keterlibatan serta juga keahlian yakni sebagai pelayanan didalam rangka
kewajiban. Masyarakat ialah sebagai keseluruhan terhadap para anggota
masyarakat yang membutuhkannya dengan disertai refleksi yang
seksama.
C. Menurut Siti Rahayu (2010)

12
Pengertian Etika profesi ini merupakan kode etik untuk profesi tertentu
serta karenanya juga harus dimengerti selayaknya, bukan sebagai etika
absolut.

D. Menurut Sawyer (2005)


Pengertian Etika profesi ini ialah pernyataan-pernyataan yang berorientasi
pada pedoman yang digunakan ialah sebagai haluan perilaku didalam
melaksanakan tanggung jawab profesionalnya.
E. Menurut Utami dan Nugroho (2014)
Pengertian Etika profesi merupakan rumusan penerapan nilai-nilai etika
yang berlaku di lingkungan pegawai atau juga karyawan.
F. Menurut Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian
Kode etik profesi merupakan suatu pedoman sikap, tingkah laku serta
juga perbuatan didalam melaksanakan tugas dan juga dalam kehidupan
sehari-hari.
G. Menurut Lubis (1994)
Pengertian Etika profesi merupakan suatu sikap hidup, yang mana berupa
kesediaan untuk dapat memberikan pelayanan profesional terhadap
masyarakat dengan keterlibatan penuh serta juga keahlian ialah sebagai
pelayanan didalam rangka melaksanakan tugas.
H. Menurut Kaiser (Suhrawardi Lubis, 1994:6-7)
Etika profesi ini yakni suatu sikap hidup berupa keadilan untuk dapat
memberikan suatu pelayanan yang professional terhadap masyarakat
dengan penuh ketertiban serta juga keahlian yakni sebagai pelayanan
didalam rangka menyelasaikan tugas yang berupa kewajiban terhadap
masyarakat.
I. Menurut Muchtar (2016)
Pengertian Etika profesi merupakan suatu aturan perilaku yang
mempunyai kekuatan mengikat bagi tiap-tiap pemegang profesi.

13
2.7 Prinsip – prinsip Etika Profesi
Tuntutan professional sangat erat hubungannya dengan suatu kode etik
profesi untuk masing-masing bidang profesi. Tiga prinsip etika profesi pada
umumnya:
A. Tanggung jawab. Setiap orang yang mempunyai profesi tertentu
diharapkan selalu bersikap bertanggung jawab dalam dua arah, yaitu:
- Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya
- Terhadap dampak dari segi itu untuk kehidupan orang lain atau
masyarakat pada umumnya.
B. Keadilan. Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja
apa yang menjadi haknya
C. Otonomi. Prinsip ini menuntut agar setiap kaum professional memiliki
dan diberi kebebasan dalam menjalankan profesinya
Dalam code of Professional Ethics (APA, 2003:4), suatu etika profesi
menuntut memiliki prinsip-prinsip yang menjadi bagian dari kewajiban moral
anggotanya yang berupa:
A. Respect for rights and dignity of the person, yaitu prinsip yang selalu
menghormati hak dan martabat manusia.
B. Competence, yaitu kemampuan atau keahlian yang sesuai dengan bidang
kerja yang ditekuni.
C. Responsibility, yaitu tanggung jawab dalam setiap pelaksanaan tugas-
tugas.
D. Integrity, yaitu tidak terpisah-pisah antara hak dan kewajiban, selalu ada
keseimbangan antara tuntutan hak dan pelaksanaan kewajiban di setiap
tugasnya.
2.8 Studi Kasus
Kasus Sembilan KAP yang diduga melakukan kolusi dengan kliennya
Jakarta, 19 April 2001.
Indonesia Corruption Watch (ICW) meminta pihak kepolisian mengusut
sembilan Kantor Akuntan Publik, yang berdasarkan laporan Badan Pengawas
Keuangan dan Pembangunan (BPKP), diduga telah melakukan kolusi dengan
pihak bank yang pernah diauditnya antara tahun 1995-1997. Koordinator

14
ICW Teten Masduki kepada wartawan di Jakarta, Kamis, mengungkapkan,
berdasarkan temuan BPKP, sembilan dari sepuluh KAP yang melakukan
audit terhadap sekitar 36 bank bermasalah ternyata tidak melakukan
pemeriksaan sesuai dengan standar audit.
Hasil audit tersebut ternyata tidak sesuai dengan kenyataannya sehingga
akibatnya mayoritas bank-bank yang diaudit tersebut termasuk di antara
bank-bank yang dibekukan kegiatan usahanya oleh pemerintah sekitar tahun
1999. Kesembilan KAP tersebut adalah AI & R, HT & M, H & R, JM & R,
PU & R, RY, S & S, SD & R, dan RBT & R. “Dengan kata lain, kesembilan
KAP itu telah menyalahi etika profesi. Kemungkinan ada kolusi antara kantor
akuntan publik dengan bank yang diperiksa untuk memoles laporannya
sehingga memberikan laporan palsu, ini jelas suatu kejahatan,” ujarnya.
Karena itu, ICW dalam waktu dekat akan memberikan laporan kepada
pihak kepolisian untuk melakukan pengusutan mengenai adanya tindak
kriminal yang dilakukan kantor akuntan publik dengan pihak perbankan. ICW
menduga, hasil laporan KAP itu bukan sekadar “human error” atau kesalahan
dalam penulisan laporan keuangan yang tidak disengaja, tetapi kemungkinan
ada berbagai penyimpangan dan pelanggaran yang dicoba ditutupi dengan
melakukan rekayasa akuntansi. Teten juga menyayangkan Dirjen Lembaga
Keuangan tidak melakukan tindakan administratif meskipun pihak BPKP
telah menyampaikan laporannya, karena itu kemudian ICW mengambil
inisiatif untuk mengekspos laporan BPKP ini karena kesalahan sembilan
KAP itu tidak ringan. “Kami mencurigai, kesembilan KAP itu telah
melanggar standar audit sehingga menghasilkan laporan yang menyesatkan
masyarakat, misalnya mereka memberi laporan bank tersebut sehat ternyata
dalam waktu singkat bangkrut. Ini merugikan masyarakat. Kita
mengharapkan ada tindakan administratif dari Departemen Keuangan
misalnya mencabut izin kantor akuntan publik itu,” tegasnya. Menurut Tetan,
ICW juga sudah melaporkan tindakan dari kesembilan KAP tersebut kepada
Majelis Kehormatan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan sekaligus meminta
supaya dilakukan tindakan etis terhadap anggotanya yang melanggar kode
etik profesi akuntan.

15
Komentar:
Pada kasus tersebut prinsip etika profesi yang dilanggar adalah tanggung
jawab prolesi, dimana seharusnya melakukan pertanggung jawaban sebagai
profesional yang senantiatasa menggunakan pertimbangan moral dan
profesional dalam setiap kegiatan yang dilakukannya. Selain itu seharusnya
tidak melanggar prinsip etika profesi yang kedua, yaitu kepentingan publik,
yaitu dengan cara menghormati kepercayaan publik. Kemudian tetap
memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik sesuai dengan prinsip
integritas. Seharusnya tidak melanggar juga prinsip obyektivitas yaitu dimana
setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan
kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya, dan melanggar
prinsip kedelapan yaitu standar teknis Setiap anggota harus melaksanakan
jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar proesional yang
relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota
mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa
selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Etika profesi adalah sikap hidup berupa keadilan untuk memberikan
pelayanan professional terhadap masyarakat dengan penuh ketertiban dan
keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa
kewajiban terhadap masyarakat. Hak adalah wewenang atau kekuasaan secara
etis untuk mengerjakan, meninggalkan, memilki, mempergunakan, atau
menuntut sesuatu. Supaya hak tersebut dapat terlaksana, harus ada pihak lain
yang memenuhi tuntutan hak tersebut. Keharusan untuk memenuhi hak
tersebut disebut dengan kewajiban (Zubair,1995: 59).
3.2 Saran
Bagi anggota profesi, wajib mematuhi norma etika profesi dan bagi
yang melanggar norma yang berlaku tersebut, organisasi mepunyai hak
memberikan sanksi sesuai peraturan yang telah disepakati sebelumnya.
Sanksi ini dapat berbentuk hukuman disiplin (ringan, sedang, atau berat),
administratif, bahkan dapat menjadi suatu delik hukum (perdata atau pidana),
tergantung pada jenis dan beratnya pelanggaran yang di lakukan

17
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. Profesi. URL: http://etheses.iainkediri.ac.id/207/3/BAB%20II.pdf.


Diakses pada tanggal 28 Oktober 2022.
Ardana, V. 2019. Pengertian Etika. URL: https://www.brilio.net/creator/ini-
pengertian-dari-etika-deontologi-dan-etika-teleologi-
76f843.html#:~:text=Contoh%20kasus%20dari%20etika
%20deontologi,salah%20jika%20tidak%20melaksanakan%20tugas. Diakses
pada tanggal 30 Oktober 2022.
Ibeng, P. 2022. Pengertian Etika Profesi, Fungsi, Tujuan, Prinsip, Contoh. URL:
https://pendidikan.co.id/etika-profesi/. Diakses pada tanggal 30 Oktober
2022.
Kemdikbud. Apa, Mengapa, dan Bagaimana Pekerjaan Profesi. MKDK4005:
Modul 1, 1.3-1.13.
Kurniawan, D. Pengertian dan Peranan Etika Profesi. URL:
https://repository.dinus.ac.id/docs/ajar/Pertemuan1Pengertian_Peranan_Etik
a_Profesi.pdf. Diakses pada tanggal 25 Oktober 2022.
Sahaja. 2014. Ciri-ciri Profesi. URL:
https://irwansahaja.blogspot.com/2014/04/ciri-ciri-profesi.html. Diakses
pada tanggal 28 Oktober 2022.
Siadari, C. 2020. Pengertian Profesi Menurut Para Ahli. URL:
https://www.kumpulanpengertian.com/2020/03/pengertian-profesi-menurut-
para-ahli.html. Diakses pada tanggal 28 Oktober 2022.
Tim Pengajar Etika Profesi. 2020. Modul Etika. Jurusan Teknik Kimia. Polteknik
Negeri Malang. Malang.

18
Wicaksono, P. Manfaat dan Jenis-Jenis Etika. URL:
https://www.qubisa.com/article/manfaat-dan-jenis-jenis-
etika#:~:text=artikel%20QuBisa%20ini.-,Manfaat%20Etika,bermanfaat
%20sebagai%20pendirian%20dalam%20diri. Diakses pada tanggal 25
Oktober 2022.
Yanita, D. 2017. 10 Contoh Kasus Pelanggaran Etika Profesi. URL:
https://dwiyustiyanita.wordpress.com/2017/01/04/10-contoh-kasus-
pelanggaran-etika-profesi/. Diakses pada tanggal 30 Oktober 2022.

19

Anda mungkin juga menyukai