Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KONSEP DASAR ETIKA

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 1

1. Adek Kholijah (PO.71.24.1.20.053)


2. Apita Sari (PO.71.24.1.20.084)
3. Indah Gita Cahyani (PO.71.24.1.20.090)
4. Monika (PO.71.24.1.20.085)
5. Rizka Dinda Sari (PO.71.24.1.20.057)
6. Rizky Mulyandini (PO.71.24.1.20.064)
7. Siti Hikmah Kurniyati (PO.71.24.1.20.074)
8. Syahrina Cintami (PO.71.24.1.20.089)
9. Ummu Arrifa Al-haq (PO.71.24.1.20.052)
DOSEN PEMBIMBING: Heni Sumastri, S.Pd, M.Kes

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG

TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dengan judul
“Makalah Konsep Dasar Etika". Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta
kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi.

Demikianlah yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat


menjadi salah satu panduan untuk lebih menghormati Dosen bagi para pembaca.
Kritik dan saran senantiasa kami harapakan agar makalah ini dapat lebih di
tingkatkan kedepannya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Palembang, Maret 2021

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 1

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 3

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 3

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 3

1.3 Tujuan .......................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 4

2.1 Pengertian Etika ............................................................................................ 4

2.2 Pengertian Moral ........................................................................................... 5

2.3 Pengertian Etiket ........................................................................................... 5

2.4 Kode Etik ....................................................................................................... 6

2.5 Hukum ........................................................................................................... 7

2.6 Perbedaan etika dan etiket ........................................................................... 10

2.6.1 Etika ...................................................................................................... 10

2.6.2 Etiket ..................................................................................................... 11

2.7 Konsep dasar etika : .................................................................................... 12

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 15

3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 15

3.2 Saran ............................................................. Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di zaman modern ini, masalah etika di Indonesia mulai mengalami
penurunan. Sebagian besar masyarakat mulai mengabaikan persoalan etikanya.
Terutama etika dalam pergaulan. Hal ini terjadi di akibatkan masuknya ajaran-
ajaran barat yang akhirnya mengikis ada budaya masyarakat Indonesia secara
perlahan-perlahan.

Di lingkungan masyarakat banyak sekali orang yang mempersalah kan


tentang masalah etika dan moral seseorang.Bahkan etika dan moral itu adalah hal
yang sering dikait-kaitkan oleh masyarakat,seringkali masyarakat salah
mengartikannya dan menganggapnya sama. Akan tetapi, sesungguhnya mereka
berbeda,karna hal itu lah penulis ingin membuat makalah ini supaya pembaca
menjadi tahu perbedaan antara etika dan moral,amoral dan imoral,etika dan
etiket,serta etika sebagai cabang filsafat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian etika dan moral?
2. Apa pengertian dari etiket, kode etik dan hukum?
3. Apa perbedaan etika dan etiket?
4. Bagaimanakah konsep dasar etika?

1.3 Tujuan
1. Memberikan informasi tentang pengertian etika, moral, etiket, kode etik,
dan hukum.
2. Memberikan informasi tentang perbedaan dan persamaan etika dan etiket.
3. Memberikan informasi mengenai konsep dasar etika.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika


Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”,
yang berarti, karakter, watak, kesusilaan atau adat kebiasaan . Sebagai suatu
subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun
kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu
salah atau benar, buruk atau baik.

Menurut Martin [1993], etika didefinisikan sebagai "the discipline which


can act as the performanceindex or reference for our control system" yang artinya
disiplin yang dapat bertindak sebagai acuan atau indeks capaian untuk sistem
kendali kita/kami. Etika disebut juga filsafat moral adalah cabang filsafat yang
berbicara tentang praxis (tindakan) manusia. Etika tidak mempersoalkan keadaan
manusia, melainkan mempersoalkan bagaimana manusia harus bertindak.

Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian etika adalah : Ilmu


tentang apa yang baik dan yang buruk, tentang hak dan kewajiban moral,
Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, Nilai mengenai benar
dan salah yang dianut masyarakat

Menurut Franz Magnis Suseno (Keraf, 1998), bahwa etika adalah sebuah
ilmu dan bukan ajaran sehinga secara tidak langsung memberi perintah konkret
sebagai pegangan siap pakai atau bisa dirumuskan sebagai refleksi kritis dan
rasional mengenai :

1. Nilai dan norma yang menyangkut bagaimana manusia harus hidup baik
sebagai manusia;
2. Masalah-masalah kehidupan manusia dengan mendasarkan diri pada nilai
dan norma-norma moral yang umum diterima.
3. Etika berarti juga kumpulan asas atau nilai moral yang dalam hal ini biasa
disebut dengan kode etik. misalnya : kode etik guru, kode etik wartawan.

4
Menurut Sujarwa (2010), kata etika dalam bahasa Indonesia sering
dipadankan dengan pengertian kata ethos yang kemudian dikombinasikan dengan
dengan kata lain sehingga membentuk pemahaman ethos kerja, ethos profesi,
ethos bisnis, dan sebagainya

2.2 Pengertian Moral


Moral (Latin: Moralitas; Arab: ‫أخالق‬, akhlāq) adalah istilah manusia
menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang memiliki nilai
positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak
bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral
adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara ekplisit adalah
hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa moral manusia
tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral dalam zaman sekarang memiliki
nilai implisit karena banyak orang yang memiliki moral atau sikap amoral itu dari
sudut pandang yang sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah-
sekolah dan manusia harus memiliki moral jika ia ingin dihormati oleh
sesamanya.

Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara


utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat.
Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam berinteraksi dengan
manusia. Apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang
berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan
lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai memiliki moral yang baik,
begitu juga sebaliknya. Moral adalah produk dari budaya dan Agama. Setiap
budaya memiliki standar moral yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai
yang berlaku dan telah terbangun sejak lama. (wikipedia.com)

2.3 Pengertian Etiket


Etiket adalah suatu sikap seperti sopan santun atau aturan lainnya yang
mengatur hubungan antara kelompok manusia yang beradab dalam
pergaulan. Etiket berasal dari kata bahasa Prancis "etiquette" (wikipedia.com)

5
Etiket :

1. Adalah ajaran sopan santun yang berlaku bila manusia bergaul atau
berkelompok dengan manusia lain.
2. Berkaitan dengan nilai sopan santun, tata krama dalam pergaulan
formal.
3. Etiket tidak berlaku bila seorang manusia hidup sendiri misalnya hidup
di sebuah pulau terpencil atau di tengah hutan.

Etiket berasal kata dari Etiquette (Perancis) yang berarti dari awal suatu
kartu undangan yang biasanya dipergunakan semasa raja-raja di Perancis
mengadakan pertemuan resmi, pesta dan resepsi un¬tuk kalangan para elite
kerajaan atau bangsawan. Dalam pertemuan tersebut telah ditentukan atau
disepakati berbagai peraturan atau tata krama yang harus dipatuhi, seperti cara
berpakaian (tata busana), cara duduk, cara bersalaman, cara berbicara, dan cara
bertamu dengan sikap serta perilaku

2.4 Kode Etik


Kode etik merupakan prinsip-prinsip yang merupakan kesatuan moral
yang melekat pada suatu profesi sesuai kesepakatan organisasi profesi yang
disusun secara sistematis. Kode etik dapat dikatakan merupakan sekumpulan etika
yang telah tersusun dalam bentuk peraturan berdasarkan prinsip moral pada
umumnya yang disesuaikan dan diterima sesuai jiwa profesi guna mendukung
ketentuan hukum yang berlaku demi kepentingan profesi, pengguna jasa profesi,
masyarakat/ publik, bangsa dan negara.

Pengaturan etika disusun dalam bentuk kode etik dipandang penting


mengingat jumlah penyandangprofesi makin banyak sehingga membutuhkan
ketentuan baku yang mampu mengendalikan serta mengawasi kinerja profesi.
Selain makin banyaknya penyandang profesi, juga menghindari kesalahan profesi
tanpa ada pertangung-jawaban dengan mengotak-atik kelemahan etika guna
mengamankan penyandang profesi itu sendiri.

6
Faktor lain yang mendukung dibentuknya kode etik secara baku karena
tuntutan masyarakat yang makin kompleks dan kritis sehingga ada kepastian
hukum tentang benar atau tidaknya penyandang profesi dalam menjalankan
tugasnya. Penegakan terhadap pelaksanaan kode etik secara konsekuen dilakukan
oleh organisasi profesi sebagai pencetus lahirnya kode etik. Keberadaan
organisasi profesi dipandang penting untuk menjatuhkan sanksi bagi pelanggar
kode etik.

Sanksi-sanksi diharapkan lebih efektif karena telah dibahas diantara


penyandang profesi, sehingga terdapat beban moral bagi pelanggar yang secara
psikis merasa dikucilkan dalam pergaulan profesi bahkan akan menjadi lebih
berarti manakala organisasi profesi telah diberikan kewenangan oleh Undang-
undang untuk memberikan Ijin praktek. Kewenangan tersebut dapat
mengakibatkan pencabutan ijin praktek. Selain organisasi sebagai penegakan
etika, juga merupakan wadah bagi pengembangan profesi, sebagai tempat tukar
menukar informasi, membahas dan menyelesaikan permasalahan yang berkaitan
dengan profesi, membela hak-hak anggotanya. Menurut E. Holloway dikutip dari
Shidarta, kode etik itu memberi petunjuk untuk hal-hal sebagai berikut:

a. hubungan antara klien dan penyandang profesi;


b. pengukuran dan standar evaluasi yang dipakai dalam profesi;
c. penelitian dan publikasi/penerbitan profesi;
d. konsultasi dan praktik pribadi;
e. tingkat kemampuan kompetensi yang umum;
f. administrasi personalia;
g. standar-standar untuk pelatihan.
h. Hukum

2.5 Hukum
Hukum merupakan himpunan peraturan tertulis bagi tindakan yang
diperintahkan di bawah pengendalian otoritas legal dan mempunyai kekuatan
yang mengikat secara legal. Hukum bersifat lebih dari sekedar aturan tidak
tertulis, yang harus ditaati oleh orang di bawah yurisdiksi maupun orang yang

7
menjadi subjek bagi sanksi atau konsekuensi legal. Hukum merupakan ungkapan
serius dari kehendak kekuasaan tertinggi satu otoritas (Suresh&Raghavan, 2005:
10-11).

Hukum berbeda dengan etika. Etika dapat didefinisikan oleh hakim


sebagai “mengetahui perbedaan antara apa yang seharusnya anda lakukan (ought)
secara benar dan apa yang anda lakukan (is) secara benar”. Etika melibatkan
bukan hanya aturan tertulis hukum melainkan juga semangat dariaturan tersebut.
Etika tidak dikodifikasi dalam kitab, yang dikodifikasi adalah moral. Etika bukan
hanya berkaitan dengan perilaku, melainkan berkaitan dengan motif dan karakter.
Etika menyusun standar yang lebih tinggi daripada standar hukum. Hukum
mendiktekan standar minimum bagi perilaku yang disyaratkan bagi orang oleh
masyarakatnya, sedangkan etika melampaui persyaratan minimum tersebut.

Hukum berasal dari prinsip-prinsip moralitas, tetapi bukan sebaliknya.


Moralitas berkaitan dengan karakter, yang mengarahkan perilaku bukan oleh
tindakan legislatif maupun kekuasaan melainkan diarahkan oleh kesadaran dan
hati nurani untuk menaati prinsip-prinsip umum tentang perilaku yang benar.
Moralitas adalah keyakinan dalam pikiran yang lepas dari bukti legal maupun
hukum positif. Hukum pada dasarnya untuk melindungi masyarakat, sedangkan
etika dan moralitas pada dasarnya untuk mempertahankan masyarakat pada
tingkat yang lebih tinggi.Etika berkaitan dengan nilai-nilai manusia. Nilai-nilai
manusia seringkali direfleksikan dalam yurisprudensi dan hukum. Teori legal
senantiasa berkaitan dengan moralitas. Moralitas ini mengakui bahwa hukum
dapat digunakan untuk kebaikan atau keburukan. Hukum bersifat baik bila adil
dan diturunkan dari hukum kodrat. Seseorang terikat secara moral untuk menaati
hukum yang adil, tetapi ia tidak terikat untuk menaati hukum yang tidak adil.

Hukum dikembangkan oleh manusia dan tidak otomatis patut mendapat


respek. Peranan hukum dalam penegakan moralitas merupakan dilema lain dalam
etika tentang hubungan antara hukum dan etika. Hukum berinteraksi dengan opini
moral. Terdapat konflik antara kesadaran individual dan hukum. Haruskah
moralitas ditulis sebagai aturan dan ditegakkan dengan hukum? Ketika hukum dan

8
kesadaran berkonflik, manakah yang harus ditaati? Hukum berasal dari keyakinan
moral, keyakinan moral manakah yang harus dimasukkan dalam kode legal?
Siapakah yang memutuskan keyakinan moral manakah yang harus dimasukkan
dalam hukum: hakim, masyarakat, atau keduanya?

Terdapat banyak kasus dalam etika dan hukum di mana isu-isu konseptual
sangat krusial. Salah satu pertanyaan krusial dalam debat mengenai aborsi adalah
apakah fetus itu “pribadi manusia”. Keberadaan seorang dewasa normal tidak
dipertanyakan sebagai pribadi, tetapi bagaimana halnya dengan fetus? Bila kita
mengatakan bahwa fetus adalah “potensi manusia”, apakah kita ingin mengatakan
bahwa “potensi manusia” memiliki hak-hak sebagai manusia aktual?

Pernyataan moral dan etika harus dibedakan dari hukum. Fakta bahwa satu
tindakan diperbolehkan secara legal tidak menentukan tindakan tersebut
diperbolehkan secara moral dan etis. Bayangkan seorang insinyur menemukan
bahwa pabriknya melepaskan zat ke atmosfer yang belum diaturdalam AMDAL.
Bayangkan setelah sang insinyur membaca literatur ilmiah, diindikasikan polutan
tersebut menyebabkan masalah pernafasan dan mungkin menyebabkan masalah
kesehatan lain yang serius. Haruskah ia membeberkan informasi ini kepada
otoritas? Apapun pandangan anda mengenai masalah ini, jelas bahwa fakta
pelepasan zat diperbolehkan secara legal, tetapi bukan berarti benar dilakukan
secara moral setelah diketahui akan menyebabkan kerusakan. Mengetahui risiko
tindakan tidak sepenuhnya menyelesaikan isu tersebut.

Persoalan legalitas tidak mengandaikan moralitas, tidak legal tidak


mengandaikan tidak bermoral. Pelepasan sejumlah kecil zat kimia ke atmosfer
dapat menjadi tindakan tidak legal, karena dapat melanggar standar polusi, tetapi
seseorang dapat membuat argumentasi kuat bahwa kasus tersebut menjadi
tindakan yang tidak bermoral dan standarnya terlalu ketat sehingga gagal untuk
menyeimbangkan keuntungan dan kerugian dengan cara rasional.

9
2.6 Perbedaan etika dan etiket

2.6.1 Etika
Konsepsi etika dalam kehidupan sosial dipandang pedoman atau petunjuk
dalam bersikap, bertindak dan berprilaku sebagai kumpulan dari seperangkat
nilai-nilai yang dianggap etis, karena dapat berupa norma-norma atau kaidah atau
peraturan yang mengatur tentang sesuatu itu dianggap baik dan buruk dalam suatu
lingkungan kehidupan sosial.
Dalam ensiklopedi Indonesia, Ketika disebut sebagai ilmu ke-susilaan
yang menentukan bagaimana sepatutnya manusia hidup dalam masyarakat; apa
yang baik dan apa yang buruk. Sedangkan secara etimologis, etika berasal dari
kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti kebiasaan atau watak.Etika cenderung
dipandang sebagai suatu cabang ilmu dalam filsapat yang mempelajari nilai baik
dan buruk manusia.
Bratawijaya (1992) dalam Pasolong (2007) membagi etika kedalam dua
jenis yaitu :
1. Etika Umum
adalah menyajikan suatu pendekatan yang teliti mengenai norma-norma
yang berlaku umum bagi setiap warga masyarakat. Etika umum terdiri dari
atas tiga bagian norma, yaitu norma santun, norma hukum, dan norma
moral.
2. Etika Khusus
adalah penerapan etika umum dalam kegiatan profesi misalnnya Etika
Dosen, Etika Sekretatis, Etika Doktor, Etika Bisnis dan Etika Pelayanan.

Kattsoff (1986) mengemukakan bahwa, Etika sebenarnya lebih banyak


bersangkutan dengan prinsip-prinsip dasar pembenaran dalam hubungan tingkah
laku manusia.

Bartens sebagaimana dikutip oleh AbdulKadir (1991), memberikan tiga


pengertian tentang etika yaitu ;

1. Etika dipakai dalam arti nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi
pegangan bagi seorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah

10
lakunya.arti ini dapat juga disebut sistem nilai dalam hidup manusia
perseorangan atau hidup bermasyrakat.
2. Etika dipakai dalam arti kumpulan asas dan nilai moral,yang dimaksud
disi adalah kode etik.
3. Etika dipakai dalam arti ilmu tentang yang baik atau yang buruk. Makna
ini berkenaan dengan filsafat moral.

Sementara dalam perkembangannya lebih lanjut, etika terus mengalami


transformasi, dari yang sekedar kebiasaan dan tradisi, menjadi suatu asumsi yang
dijadikan sebagai standar dalam berbagai situasi yang berlaku umum membentuk
sistem kepercayaan yang harus diperhatikan dalam setiap kondisi dan situasi.
Dalam hal ini, etika tidak hanya dijadikan sebagai pandangan dalam pergaulan
namun telah menjadi sebuah komitmen yang disusun untuk mempengaruhi,
membentuk, mengatur dan melakukan penyesuaian berprilaku yang berorientasi
pada pencapaian hasil atau tujuan bersama.

2.6.2 Etiket
Selama ini banyak yang berpendapat bahwa etiket merupakan bagian dari
etika yang diwujudkan sebagai tatakrama atau tara cara dalam membangun
hubungan antara sesama manusia. Sebagaimana dijelaskan oleh menurut
Sedarmayanti (2005) adalah cara bicara yang sopan, cara duduk, menerima
tamu dan sopan santunya lainya.
Etiket menyangkut cara melakukan perbuatan manusia atau dapat disebut
sebagai kesopanan dan kegaliban. K. Berten dalam Sutarno (2008) menjelaskan
perbedaan antara etika dengan etiket, yaitu:
1. Etiket selalu berhubungan dengan suatu perbuatan yang harus kita
lakukan, biasanya diharapkan dan ditentukan oleh suatu masyarakat atau
budaya tertentu. Sementara etika, tidak membatasi diri pada suatu tindakan
yang harus dilakukan. Etika dalam hal ini memberi norma atau tatanan
mengenai perbuatan itu sendiri.
2. Etiket hanya berlaku ketika adanya kehadiran orang lain sedangkan
apabila tidak ada saksi atau orang lain, maka etiket tidak berlaku.

11
Sedangkan etika, ada atau tidak ada orang lain etika tetap berlaku dan tetap
dijadikan sebagai pedoman yang harus dilakukan.
3. Etiket bersikap relatif, tidak mutlak dan tidak permanen. Artinya etiket
tidak bisa diterapkan diberbagai tempa. Sedangkan etika lebih bersifat
absolut atau mutlak, yaitu tanpa memandang tempat, waktu atau situasi
dimanpun dan kapanpun.
4. Etiket hanya memandang manusia dari lahiriah, atau hanya dari
penampilan fisik luar saja. Disisi lain etika justru lebih melihat dari sisi
perilaku etis yang benar-benar sungguh dari dalam hati tanpa ada
kemunafikan.

2.7 Konsep dasar etika :


Di tinjau dari asal kata Etika berasal dari kata ethic. Eethic (dalam bahasa
Inggris) mempunyai arti yang berkenan tentang kesusilaan. Selain itu ethic (dalam
bahasa Inggris) juga berarti akhlak. Kata (etis) berasal dari kata ‘ethos’ yang
membicarakan mengenai :

a. Karakter
b. Watak kesusilaan / kesopanan
c. Berkaitan dengan adat atau budi pekerti yang berkaitan dengan tingkah
laku

Sedangkan filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu filos yang artinya
kawan atau penggemar, dan sofos atau shophia adalah hikmah, budi,
kebijaksanaan. Jadi ilmu filsafat adalah ilmu yang berkaitan dengan akal budi,
asa, hukum, dan berkenan dengan segala yang ada di alam semesta, serta berpusat
pada kebenaran.

Di dalam membicarakan etika perlu diingat pula tentang moral. Moral


bahasa dari Yunani ‘mos moris’ yang mempunyai arti yang sama dengan etika,
namun lebih ke arah tanggung jawab akan perbuatan yang dilakukan. Perbuatan
adalah tingkah laku yang terjadi karena disengaja atau tidak di sengaja; disadari
atau tidak disadari; dan ada faktor pencetusnya (asal terjadi perbuatan).

12
Objek etika adalah “perbuatan”. Ada dua sistem perbuatan, yang di
sengaja dan tidak di sengaja. Contoh perbuatan tidak di sengaja adalah orang yang
mendengkur dalam tidur, dan orang gila. Disini tidak ada kesadaran dalam akal
sehat atau tidak ada unsur etika. Jadi, objek etika adalah perbuatan manusia yang
dilakukan manusia dengan sengaja atau secara sadar. Perbuatan itu dinilai baik
atau buruk. Nilai etis dan setiap nilai adalah hasil dari kegiatan rohani, yakni akal
dan perasaan.

Etika sebagai falsafah, pengetahuan dan pedoman praktis adalah penting


karena alasan berikut.

1. Etika memberi petunjuk kepada manusia tentang nilai-nilai kehidupan


yang sesungguhnya.
2. Etika mengajar manusia membuat keputusan yang tepat dalam pekerjaan
dan kehidupan sehari-hari, dipandu oleh asas-asas moral.
3. Etika membuat orang berpikir, memilih dan bertindak secara bijaksana
agar ia mendapatkan kebahagiaan yang hakiki.
Sedangkan hukum berfungsi dan bertujuan mengatur hubungan dalam
masyarakat, dan mengatur kegiatan, serta tindakan warga masyarakat.

Tujuan pengaturan ini adalah menciptakan kehidupan masyarakat yang


tertib, aman, dan adil dalam mencapai tujuan. Hukum melindungi manusia dan
integritasnya, menjamin kebebasan, dan melindunginya terhadap kesewenangan
kekuasaan.

Etika dan hukum memang tidak sama, namun tidak sepenuhnya dapat
dipisakan karena keduanya berlandaskan pada asas moral yang sama. Hukum
hanya menuntut standar moral minimal, sedangkan etika medis menuntut seorang
dokter atau tenaga medis memiliki standar moral yang tertinggi. Karena itu, bagi
pelaksana profesi medis, memenuhi aturan etika lebih berat daripada hanya
mematuhi ketentuan hukum. Dalam profesi medis, etika kedokteran dan hukum
kesehatan dapat saling mengisi agar profesi itu dapat dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya bagi pasien maupun dokter.

13
Etika sangat berbeda dengan etiket. Etika berarti ’’moral’’ sementara
etiket berarti “sopan santun”. Bentuk kata keduanya dalam bahasa Inggris ethics
dan etiquette. Keduanya menyangkut perilaku manusia. ada empat perbedaan
antara etiket dan etika sebagai berikut:

1. Etiket menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan manusia. Etiket


menunjukkan cara yang tepat yang diharapkan serta ditentukan dalam
suatu kalangan tertentu. Misal jika saya menyerahkan sesuatu kepada
atasan, saya harus menyerahkannya dengan menggunakan tangan kanan.
2. Dianggap melanggar etiket, bila orang menyerahkan sesuatu dengan
tangan kiri. Sedangkan etika tidak terbatas pada cara dilakukannya suatu
perbuatan, etika memberi norma tentang perbuatan itu sendiri.
3. Etiket hanya berlaku dalam pergaulan. Bila tidak ada orang lain hadir atau
saksi, maka etiket tidak berlaku. Meletakkan kaki di atas meja di hadapan
orang lain dianggap melanggar etiket, namun jika sendirian atau tidak ada
saksi mata, tidak dianggap melanggar etiket, sementara etika tidak
bergantung pada hadir tidaknya orang lain.
4. Etiket bersifat relatif, yang dianggap tidak sopan dalam suatu kebudayaan
bisa saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain misalnya berbincang-
bincang sambil berkacak pinggang, bersendawa, makan dengan tangan,
yang tentu berbeda sekali dengan prinsip-prinsip etika yang tidak ada
kompromi.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Etika berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu
tentang adat kebiasaan.pada awal nya etimologi kata moral dan etika
kedua nya berasal dari dari kata yang berarti adat kebiasaan.
Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam
berinteraksi dengan manusia. Hubungan antara Moral dan hukum
sangatlah kuat, karna moral tanpa hukum hanyalah angan angan saja , oleh
karna itu hukum dibutuhkan untuk memperkuat semua aturan moral yang
ada.
Etika berarti juga kumpulan asas atau nilai moral yang dalam hal
ini biasa disebut dengan kode etik. Kode etik dapat dikatakan merupakan
sekumpulan etika yang telah tersusun dalam bentuk peraturan berdasarkan
prinsip moral pada umumnya yang disesuaikan dan diterima sesuai jiwa
profesi guna mendukung ketentuan hukum yang berlaku demi kepentingan
profesi, pengguna jasa profesi, masyarakat/ publik, bangsa dan negara.
Etika dan etiket memiliki arti yang berbeda. Etika mengarahkan
individu dan kelompok untuk berbuat berdasarkan etika-etika yang
berlaku. Sedangkan Etiket suatu sikap seperti sopan santun atau aturan
lainnya yang mengatur hubungan antara kelompok manusia
Konsep dasar etika Di tinjau dari kata ethic. Eethic (dalam bahasa
Inggris) mempunyai arti yang berkenan tentang kesusilaan. Selain itu ethic
(dalam bahasa Inggris) juga berarti akhlak. Kata (etis) berasal dari kata
‘ethos’ yang membicarakan mengenai :
a. Karakter
b. Watak kesusilaan / kesopanan
c. Berkaitan dengan adat atau budi pekerti yang berkaitan dengan
tingkah laku.

15
3.2 Saran
Dalam pergaulan sehari-hari kita harus dituntut memiliki etika
yang baik agar dapat hidup berdampingan secara damai dan harmonis
dengan orang lain yang memiliki adat, budaya, suku, ras, agama dan
keyakinan yang berbeda dengan kita.

16
DAFTAR PUSTAKA

Bertens, K. 2000. Etika. Seri Filsafat PT Gramedia Pustaka Utama:Jakarta.

Edy Sunarno Wibowo. (2016).Etika Profesi:KodeEtik


Advokadindonesia,Surabaya:Narotama University Press.

Endang, Sri. 2017. Etika Profesi dan Hukum Kesehatan. KemenkesRI : Jakarta.

Hanifah, amri. 2009. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. EGC : Jakarta.

Kattsoff, Louis O. (1986). Pengantar Filsafat, (Diterjemahkan oleh: Soejono


Soemargono). Yogyakarta:Tiara Wacan.

Magnis-Suseno, Franz. (1988). Etika Dasar: Masalah-masalah Pokok Filsafat


Moral. Yogyakarta: Kanisius.

Maulana, Imam. 2017. “Etika vs etiket (suatu telaah tentang tuntutan dan tuntutan
dalam penyelenggaraan pelayanan publik)”.

Sulistiyo-Basuki. (2007). Etika Profesi Kearsipan. Modul 1. Jakarta: Universitas


Terbuka.

Syarief, Akhmad.2014. Etika Profesi Pendidikan. LaksBang PRESSindo :


Yogyakarta.

17

Anda mungkin juga menyukai