Oleh :
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan berkah dan rahmatnya bagi kelancaran pembuatan makalah untuk pemenuhan
nilai mata kuliah Etika Keperawatan dan Hukum Kesehatan. Judul makalah ini adalah
“Konsep Etika Moral dan Hukum”
Makalah ini dapat diselesaikan berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada yang terhormat :
1. I Nyoman Ribek, S.Kep., M.Pd selaku dosen yang mengajar di mata kuliah
Kebutuhan Dasar Manusia, yang telah memberi dorongan, motivasi,, dan petunjuk-
petunjuk kepada penulis.
2. Pihak keluarga yang telah membantu dan memberi dorongan moril maupun materiil
yang juga sangat membantu dalam proses penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi materi
maupun teknik penulisannya, mengingat terbatasnya pengetahuan dan kemampuan yang
penulis miliki oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun penulis harapkan
demi sempurnanya makalah ini dan semoga bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN
2.1 ..........................................................................................................Pengertian Etika,
Moral dan Hukum ...........................................................................
2.2 ..........................................................................................................Konsep Etika
2.3 ..........................................................................................................Konsep Moral
2.4 .......................................................................................................... Etika dan Hukum
..........................................................................................................
2. Pengertian Moral
Moral Adalah pengetahuan atau wawasan yang menyangkut budi pekerti
manusia yang beradab. Moral juga berarti ajaran yang baik, buruknya perbuatan
dan kelakukan. Moralisasi yaitu uraian “pandangan dan ajaran” tentang
perbuatan serta kelakukan yang baik. Demoralisasi yaitu kerusakan moral.
Istilah moral berasal dari bahasa latin mores yang berarti adat kebiasaan atau
cara hidup. (Gunarsa, 1986) Moral pada dasarnya merupakan rangkaian nilai
tentang berbagai macam perilaku yang harus dipatuhi. (Shaffer, 1979) Moral
merupakan kaidah norma dan pranata yang mengatur prilaku individu dalam
hubunganya dengan masyarakat. Moral merupakan tindakan manusia yang
bercorak khusus yang didasarkan kepada pengertiannya mengenai baik dan
buruk. Morallah yang membedakan manusia …
Moral merupakan realitas dari kepribadian pada umumnya bukan hasil
perkembangan pribadi semata, akan tetapi adalah merupakan tindakan atau
tingkah laku seseorang. Moral tidaklah bisa sipisahkan dari kehidupan
beragama. Di dalam agama Islam perkataan moral identik dengan akhlak.di
mana kata “akhlak” berasal dari bahasa Arab jama’ dari “khulqun” yang
menurut bahasa berarti budi pekerti.
Moral merupakan norma yang sifatnya kesadaran atau keinsyafan terhadap
suatu kewajiban melakukan sesuatu atau suatu keharusan untuk meninggalkan
perbuatan – perbuatan tertentu yang dinilai masyarakat melanggar norma –
norma. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa suatu kewajiban dan norma moral
sekaligus menyangkut keharusan untuk bersikap bersopan santun. Baik sikap
sopan santun maupun penilaian baik – buruk terhadap sesuatu, keduanya sama –
sama bisa membuat manusia beruntung dan bisa juga merugikan. Disini terdapat
kesadaran akan sesuatu perbuatan dengan memadukan kekuatan nilai
intelektualitas dengan nilai – nilai moral. Nilai – nilai intelektualitas merupakan
sumber pertimbangan terhadap sesuatu yang benar dan yang salah, sedangkan
nilai – nilai moral merupakan sumber pertimbangan suasana hati tentang
kebaikan dan keburukan. Jika seseorang dapat membedakan dan mampu
memilih kesetangkupan antara yang baik dan yang benar dengan yang buruk dan
ditemukan.
3. Pengertian Hukum
Pengertian hukum secara umum adalah seluruh aturan tingkah laku
berupa kaidah/norma baik tertulis maupun tidak tertulis yang dapat
mengatur dan menciptakan tata tertib dimasyarakat yang harus ditaati oleh
setiap anggota masyarakat.
Dalam pengertian lain, Hukum adalah sebuah aturan norma-norma
yang berisikan petunjuk mengenai mana yang boleh dilakukan dan mana
yang tidak boleh dilakukan manusia dalam kehidupan bermasyarakat.
Hukum berkaitan dengan keadilan, kewibawaan ketaatan dan aturan
norma-norma dalam kehidupan untuk mengendalikan perilaku manusia,
menjaga ketertiban dan keadilan, serta mencegah terjadinya kekacauan.
Pengertian Hukum Menurut Para Ahli
1. Menurut Samidjo, pengertian Hukum adaah himpunan
peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, berisikan suatu
perintah, larangan atau ijin untuk berbuat atau tidak berbuat
sesuatu dengan maksud untuk mengatur tata tertib dalam
kehidupan masyarakat.
2. Menurut Satjipto Rahardjo, Hukum adalah karya manusia
berupa norma-norma yang berisikan petunjuk-petunjuk tingkah
laku.
3. Menurut J.C.T. Simorangkir dan Woerjono Sastropranoto,
Hukum adalah peraturan-peraturan bersifat memaksa yang
dibuat oleh badan-badan resmi berwajib, yang menentukan
tingkah laku
4. Menurut KBBI, Pengertian hukum adalah undang undang,
peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat yang
dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah.
2. Etika Normatif
Etika normatif merupakan bagian terpenting dari etika dan bidang di mana
berlangsung diskusi paling menarik tentang masalah moral. Etika normatif dalam hal
ini tidak bertindak sebagai penonton netral, seperti halnya dalam etika deskriptif,
melainkan melibatkan diri dengan mengemukakan penilaian tentang perilaku
manusia. Filsuf etika normatif bukan sekedar melukiskan adat mengayau yang pernah
terdapat dalam kebudayaan pada masa lalu, melainkan menolak adat tersebut karena
bertentangan dengan martabat manusia.
Demikian pula, etika normatif bukan hanya membatasi diri dengan
memandang fungsi prostitusi dalam suatu masyarakat, melainkan menolak prostitusi
sebagai suatu lembaga yang bertentangan dengan martabat wanita, biarpun dalam
praktik belum tentu dapat diberantas sampai tuntas. Penilaian itu dibentuk atas dasar
norma-norma. Misalnya, norma bahwa “martabat manusia harus dihormati”.
Etika normatif disebut bersifat preskriptif (memerintahkan), yaitu menentukan
benar tidaknya tingkah laku atau anggapan moral. Sehubungan dengan itu, etika
normatif mengemukakan berbagai argumentasi mengapa berlaku harus disebut baik
atau buruk, dan mengapa suatu anggapan moral dapat dianggap benar atau salah.
Berbagai argumentasi tersebut bertumpu pada norma-norma atau prinsip-prinsip etis
yang dianggap tidak dapat ditawar-tawar. Oleh karena itu, etika normatif bertujuan
merumuskan prinsip- prinsip etis yang dapat dipertanggungjawabkan dengan cara
rasional dan dapat digunakan dalam praktik.
3. Etika Pluralism
Pluralisme berasal dari kata plural dan isme, plural yang berarti banyak
(jamak), sedangkan isme berarti paham. Jadi pluralism adalah suatu paham atau teori
yang menganggap bahwa realitas itu terdiri dari banyak substansi.1
Dalam perspektif ilmu sosial, pluralism yang meniscayakan adanya diversitas dalam
masyarakat memiliki dua ‚wajah‛, konsesus dan konflik. Consensus mengandaikan
bahwa masyarakat yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda itu akan survive
(bertahan hidup) karena para anggotanya menyepakati hal-hal tertentu sebagai aturan
bersama yang harus ditaati, sedangkan teori konflik justru memandang sebaliknya
bahwa masyarakat yang berbeda-beda itu akan bertahan hidup karena adanya konflik.
Teori ini tidak menafikkan adanya keharmonisan dalam masyarakat. Keharmonisan
terjadi bukan karena adanya kesepakatan bersama, tetapi karena adanya pemaksaan
kelompok kuat terhadap yang lemah.
Pluralitas merupakan realitas sosiologi yang mana dalam kenyataannya
masyarakat memang plural. Plural pada intinya menunjukkan lebih dari satu dan isme
adalah sesuatu yang berhubungan dengan paham atau aliran. Dengan demikian
pluralisme adalah paham atau sikap terhadap keadaan majemuk atau banyak dalam
segala hal diantaranya sosial, budaya, politik dan agama
1. Advokasi
Istilah advokasi sering digunakan dalam konteks hukum yang terkaitan dengan
upaya melindungi hak manusia sebagai mereka yang tidak mampu membela diri.
Arti advokasi menurut American Nurses Association/ ANA (1985) adalah
“melindungi klien atau masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan keselamatan
praktik tidak sah yang tidak kompeten dan melanggar etika yang dilakukan oleh
siapapun”.
Fry (1987) mendefinisikan advokasi sebagai dukungan aktif terhadap setiap
hal yang memiliki penyebab atau dampak penting. Definisi ini mirip dengan yang
dinyatakan Gadow (1983) bahwa “advokasi merupakan dasar falsafah dan ideal
keperawatan yang melibatkan bantuan perawat secara aktif kepada individu secara
bebas menentukan nasibnya sendiri.” Posisi perawat yang mempunyai pekerjaan
jam kerja sampai 10 atau 12 jam memungkinkannya yang mempunyai banyak
waktu untuk mengadakan hubungan baik dan mengetahui keunikan klien sesbagai
manusia holistik sehingga berposisi sebagai advokasi klien (Curtin,1986). Pada
dasarnya, peran perawat sebagai advokat klien adalah memberi informasi dan
memberi bantuan kepada klien atas keputusan apa pun yang dibuat klien; memberi
informasi berarti menyediakan penjelasan atau informasi sesuai dengan kebutuhan
klien; memberi bantuan mengandung dua peran, yaitu peran aksi dan peran
nonaksi.
Dalam menjalankan peran aksi, perawat memberi keyakinan kepada klien
bahwa mereka mempunyai hak dan tanggung jawab dalam menentukan pilihan
atau keputusan sendiri dan tidak tertekan dengan pengaruh orang lain, sedangkan
peran nonaksi mengandung arti pihak advokat seharusnya menahan diri untuk
tidak memengaruhi keputusan klien (Kohnke, 1982). Dalam menjalan kan peran
sebagai advokat, perawat harus menghargai klien sebagai individu yang memiliki
berbagai akrakteristik. Dalam hal ini, perawat memberikan perlindungan terhadap
martabat dan nilai manusiawi klien selama dalam keadaan sakit.
3. Loyalitas
1. Masalah klien tidak boleh didiskusikan oleh klien lain dan perawat
harus bijaksana bila informasi dari klien harus didiskusikan secara
profesional
2. Perawat harus menghindari pembicaraan yang tidak bermanfaat dan
berbagai persoalan yang berkaitan dengan klien, rumah sakit atau
pekerja rumah sakit, harus didiskusikan dengan umum (terbuka dengan
masyarakat)
3. Perawat harus menghargai dan memberi bantuan kepad teman sejawat.
Kegagalan dalam melakukan hal ini dapat menurunkan penghargaan dan
kepercayaan masyarakat kepada tenaga kesehatan
4. Pandangan masyarakat terhadap profesi keperawatan ditentukan oleh
kelakuan anggota profesi atau perawat. Perawat harus menunjukkan
loyalitasnya kepada profesi dengan berperilaku secara tepat pada saat
bertugas.