Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas ke hadirat Allah SWT atas berkat,
rahmat, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
“etika, moral, dan akhlak” guna memenuhi tugas mata kuliah
pendidikan agama. Shalawat serta salam tidak lupa selalu kami haturkan
untuk junjungan nabi agung kami, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah
menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kami semua, yang
merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah
agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling
besar bagi seluruh alam semesta. Tak lupa juga kami ucapkan terimakasih
yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak yang telah mendukung
serta membantu kami selama proses penyelesaian makalah ini
hingga rampungnya makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan dan kami telah berusaha semaksimal
mungkin dalam menyusun tugas makalah ini.Oleh sebab itu, kami
sangat mengharapkan kritik, saran dan nasehat yang baik demi
perbaikan tugas makalah ini kedepannya.

Demikianlah yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat


berguna dan bemanfaat untuk kita semua.Kendari, oktober 01 2021.
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR ................................................................................................
.............

BAB 1
PENDAHULUAN............................................................................................
...........

A. Latar
Belakang ......................................................................................................
.......

B. Rumusan
Masalah .......................................................................................................
.

C. Tujuan
Penulis....................................................................................................

BAB II
PEMBAHASAN .............................................................................................
.......

1.1. Pengertian Etika, Moral, dan


Akhlak ...............................................................................

1.2. Karakteristik
akhlak ............................................................................................

1.3.aktualisasi akhlak dalam


kehidupan ..................................................................................

1. akhlak terhadap allah

2. akhlak terhadap manusia

3. akhlak terhadap lingkungan

BAB III
PENUTUP......................................................................................................
.........

A.
Kesimpulan ..................................................................................................
...............
B.
Saran ...........................................................................................................
................

DAFTAR
PUSTAKA .....................................................................................................
.......

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah Agama menunjukkan bahwa kebahagiaan yang ingin dicapai


dengan menjalankan syariah agama itu hanya dapat terlaksana dengan
adanya akhlak yang baik. Kepercayaan yang hanya berbentuk pengetahuan
tentang keesaan Tuhan, ibadah yang dilakukan hanya sebagai formalitas
belaka, muamalah yang hanya merupakan peraturan yang tertuang dalam
kitab saja, semua itu bukanlah merupakan jaminan untuk tercapainya
kebahagiaan tersebut. Timbulnya kesadaran akhlak dan pendirian manusia
terhadap-Nya adalah pangkalan yang menetukan corak hidup manusia.
Akhlak, atau moral, atau susila adalah pola tindakan yang didasarkan atas
nilai mutlak kebaikan. Hidup susila dan tiap-tiap perbuatan susila adalah
jawaban yang tepat terhadap kesadaran akhlak, sebaliknya hidup yang
tidak bersusila dan tiap-tiap pelanggaran kesusilaan adalah menentang
kesadaran itu. Kesadaran akhlak adalah kesadaran manusia tentang
dirinya sendiri, dimana manusia melihat atau merasakan diri sendiri
sebagai berhadapan dengan baik dan buruk. Disitulah membedakan halal
dan haram, hak dan bathil, boleh dan tidak boleh dilakukan, meskipun dia
bisa melakukan. Itulah hal yang khusus manusiawi. Dalam dunia hewan
tidak ada hal yang baik dan buruk atau patut tidak patut, karena hanya
manusialah yang mengerti dirinya sendiri, hanya manusialah yang sebagai
subjek menginsafi bahwa dia berhadapan pada perbuatannya itu sebelum
dan sesudah pekerjaan itu dilakukan. Sehingga sebagai subjek yang
mengalami perbuatannya dia bisa dimintai pertanggung jawaban atas
perbuatannya itu.

B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi fokus permasalahan yang akan dibahas dalam
makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Konsep Etika, Moral dan Akhlak
2. Karakteristik Etika Islam (Akhlak)
3. Hubungan Tasawuf dengan Akhlak
4. Aktualisasi Akhlak dalam kehidupan masyarakat
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian dan perbedaan dari Etika, Moral dan


Akhlak
2. Untuk mengetahui karakteristik Etika, Moral dan Akhlak
3. Untuk mengetahui hubungan Tasawuf dengan Akhlak
4. Untuk mengetahui Aktualisasi Akhlak dalam kehidupan masyarakat

BAB II

PEMBAHASAN

1.1. Pengertian Etika, Moral, dan Akhlak

A. Etika

Pengertian Etika adalah suatu ajaran yang berbicara tentang baik


dan buruknya yang menjadi ukuran baik buruknya atau dengan istilah lain
ajaran tentang kebaikan dan keburukan, yang menyangkut peri kehidupan
manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam.
Dari segi etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti
watak kesusilaan atau adat. Dalam kamus umum bahasa Indonesia,
etika diartikan ilmu pengetahuan tentang azaz - azaz akhlak (moral).Dari
pengertian kebahasaan ini terlihat bahwa etika berhubungan dengan
upaya menentukan tingkah laku manusia. Adapun arti etika dari segi
istilah, telah dikemukakan para ahli dengan ungkapan yang berbeda-beda
sesuai dengan sudut pandangnya. Menurut para ulama etika adalah ilmu
yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya
dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh
manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk
melakukan apa yang seharusnya diperbuat. Sebagai cabang pemikiran
filsafat, etika bisa dibedakan manjadi dua: obyektivis, subyektivisme.

1) Obyektivisme

Berpandangan bahwa nilai kebaikan suatu tindakan bersifat obyektif,


terletak pada substansi tindakan itu sendiri.Faham ini melahirkan apa
yang disebut Faham dasionalisme dalam etika. Suatu tindakan disebut
baik, kata Faham ini, bukan karena kita senang melakukannya, atau
karenasejalan dengan kehendak masyarakat, melainkan semata keputusan
rasionalisme universal yang mendesak kita untuk berbuat begitu.

2) Subyektivisme

Berpandangan bahwa suatu tindakan disebut baik manakala sejalan


dengan kehendak atau pertimbangan subyek tertentu. Subyek disini bisa
saja berupa subyektifisme kolektif, yaitu masyarakat, atau bisa saja
subyek tuhan.

* Macam-Macam Etika

1) Etika deskriptif Etika yang berbicara mengenai suatu fakta yaitu tentang
nilai dan pola perilaku manusia terkait dengan situasi dan realitas yang
membudaya dalam kehidupan masyarakat.

2) Etika Normatif Etika yang memberikan penilaian serta himbauan kepada


manusia tentang bagaimana harus bertindak sesuai norma yang berlaku.
Mengenai norma-norma yang menuntun tingkah laku manusia dalam
kehidupan sehari hari. Etika dalam keseharian sering dipandang sama
dengan etika, padahal sebenarnya etika merupakan dua hal yang berbeda.
Dimana etika adalah suatu perbuatan yang harus dilakukan. Sementara
etika sendiri menegaskan bahwa suatu perbuatan boleh atau tidak. Etika
juga terbatas pada pergaulan. Di sisi yang lain etika tidak bergantung pada
hadir tidaknya orang lain. Etika itu sendiri bernilai relative atau tidak sama
antara satu orang dengan orang lain. Sementara itu etika bernilai absolute
atau tidak tergantung dengan apapun. Etika memandang manusia
dipandang dari segi lahiriah. Sementara itu etika manusia secara utuh.
Dengan ciri-ciri yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan
yang dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk. Dengan
katalain etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang dihasilkan oleh
akal manusia.

B. Pengertian Moral

Adapun arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores
yaitu jamak dari kata mos yang berarti adat kebiasaan. Di dalam kamus
umum bahasa Indonesia dikatan bahwa moral adalah penentuan baik
buruk terhadap perbuatan dan kelakuan.

Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang


digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak,
pendapat atauperbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah,
baik atau buruk. Berdasarkan kutipan tersebut di atas,dapat dipahami
bahwa moral adalah istilah yang digunakan untuk memberikan batasan
terhadap aktivitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar
atau salah. Jika pengertian etika dan moral tersebut dihubungkan satu
dengan lainnya, kita dapat mengatakan bahwa antara etika dan moral
memikili objek yang sama, yaitu sama-sama membahas tentang perbuatan
manusia selanjutnya ditentukan posisinya apakah baik atau buruk. Namun
demikian dalam beberapa hal antara etika dan moral memiliki perbedaan.
Pertama, kalau dalam pembicaraan etika,untuk menentukan nilai
perbuatan manusia baik atau buruk menggunakan tolak ukur akal pikiran
atau rasio, sedangkan moral tolak ukurnya yang digunakan adalah norma-
norma yang tumbuh dan berkembang dan berlangsung di masyarakat.
Dengan demikian etika lebih bersifat pemikiran filosofis dan berada dalam
konsep-konsep, sedangkan etika berada dalam dataran realitas dan muncul
dalam tingkah laku yang berkembang dimasyarakat. Dengan demikian
tolak ukur yang digunakan dalam moral untuk mengukur tingkah laku
manusia adalah adat istiadat, kebiasaan dan lainnya yang berlaku di
masyarakat.

1. Perbedaan Antara Etika dan Moral

Etika dan moral sama artinya tetapi dalam pemakaian sehari-hari


ada sedikit perbedaan. Moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang
sedang dinilai, sedangkan etika dipakai untuk pengkajian system nilai
yang ada.Kesadaran moral serta pula hubungannya dengan hati nurani
yang dalam bahasa asing disebut conscience, conscientia, gewissen,
geweten, dan bahasa arab disebut dengan qalb, fu'ad. Dalam kesadaran
moral mencakup tiga hal, yaitu:

a. Perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan yang


bermoral.

b. Kesadaran moral dapat juga berwujud rasional dan objektif, yaitu suatu
perbuatan yang secara umum dapat diterima oleh masyarakat, sebagai hal
yang objektif dan dapat diberlakukan secara universal, artinya dapat
disetujui berlaku pada setiap waktu dan tempat bagi setiap orang yang
berada dalam situasi yang sejenis.

2. Kesadaran moral dapat pula muncul dalam bentuk


kebebasan.Berdasarkan pada uraian diatas, dapat sampai pada suatu
kesimpulan, bahwa moral lebih mengacu kepada suatu nilai atau system
hidup yang dilaksanakan atau di berlakukan oleh masyarakat. Nilai atau
sitem hidup tersebut diyakini oleh masyarakat sebagai yang akan
memberikan harapan munculnya kebahagiaan dan ketentraman. Nilai-
nilai tersebut ada yang berkaitan dengan perasaan wajib, rasional, berlaku
umum dan kebebasan. Jika nilai-nilai tersebut telah mendarah daging
dalam diri seseorang, maka akan membentuk kesadaran moralnya sendiri.
Orang yangdemikian akan dengan mudah dapat melakukan suatu
perbuatan tanpa harus ada dorongan atau paksaan dari luar.

C. Akhlak

a. Pengertian Akhlak dua pendekatan yang dapat digunakan untuk


mendefinisikan akhlak, yaitu pendekatan linguistic (kebahasaan), dan
pendekatan terminologik (peristilahan).Dari sudut kebahasaan, akhlak
berasal dari bahasa arab, yaitu isimmashdar (bentuk infinitive) dari kata al-
akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai timbangan (wazan) tsulasi majid
af'ala, yuf'ilu if'alan yang berarti al-sajiyah (perangai), at-thobi'ah (kelakuan,
tabiat, watak dasar), al-adat (kebiasaan, kelaziman), al-maru'ah
(peradaban yang baik) dan al-din (agama).Namun akar kata akhlak dari
akhlaqa sebagai mana tersebut diatas tampaknya kurang pas, sebab isi
masdar dari kata akhlaqa bukan akhlak, tetapi akhlak. Berkenaan dengan
ini, maka timbul pendapat yang mengatakan bahwa secara linguistic,
akhlak merupakan isim jamid atau isim ghair mustaq, yaitu isim yang tidak
memiliki akar kata, melainkan kata tersebut memang sudah demikian
adanya.Untuk menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah, kita
dapat merujuk kepada berbagai pendapat para pakar di bidang ini. Ibnu
Miskawaih (w. 421H/1030 M) yang selanjutnya dikenal sebagai pakar
bidang akhlak terkemuka dan terdahulu misalnya secara singkat
mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan. Sementara itu, Imam Al-Ghazali (1015-
1111 M) yang selanjutnya dikenal sebagai hujjatul Islam (pembela
Islam), karena kepiawaiannya dalam membela Islam dari berbagai paham
yang dianggap menyesatkan, dengan agak lebih luas dari Ibn Miskawaih,
mengatakan akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gambling dan mudah,
tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

1.2. Karakteristik akhlak

Akhlak merupakan ilmu yang menentukan batas antara baik dan


buruk, terpuji atautercela menyangkut perilaku manusia yang meliputi
perkataan, pikiran, dan perbuatan manusia lahir batin. Akhlak secara
substansial adalah sifat hati, bisa baik bisa buruk yang tercermin dalam
perilaku. Jika sifat hatinya baik yang muncul adalah perilakuyang baik
(akhlaq al-mahmudah) dan jika sifat hatinya buruk, yang akan
muncul adalah perilaku buruk (al-akhlaq al-madzmumah). Menurut Ibnu
Arabi, di dalam diri manusia ada tiga nafsu.

1) Nafsu Syahwaniyah, ialah nafsu yang ada pada manusia dan


binatang. Nafsu ini cenderung kepada kelezatan jaamaniyah,
misalnya makan, minum dan nafsuseksual.

2) Nafsu Ghodlobiyah, nafsu ini juga ada pada manusia dan binatang,
yaitu nafsuyang cenderung pada amarah, merusak, dan senang menguasai
serta mengalahkanyang lain.

3) Nafsu Nathiqah, ialah nafsu yang membedakan manusia dan hewan.


Dengan nafsuini manusia mampu berpikir dengan baik, berdzikir,
mengambil hikmah, dan memahami fenomena alam. Apabila manusia
dapat mengoptimalkan nafsu nathiqah untuk mengendalikan nafsu
syahwaniyah dan nafsu ghodlobiyah, manusia akan dapat menjadi
lebih unggul dan mulia. Pada akhirnya lahirlah manusia-manusia yang
berakhlak al karimah.Begitu pentingnya kedudukan akhlak dalam islam
sehingga Al-Qur’an bukan hanya memuat ayat-ayat tentang akhlak secara
spesifik, melainkan selalu mengaitkan ayat-ayat yang berbicara tentang
hukum dengan masalah akhlak pada ujung ayat. Ayat-ayat yang berbicara
tentang salat, puasa, haji, zakat, dan muamalah selalu dikaitkan
dandiakhiri dengan pesan-pesan perbaikan akhlak. (Al-Baqarah: 183,
197).C. Hubungan Tasawuf dengan Akhlak Tasawuf adalah proses
pendekatan diri kepada Allah dengan cara menyucikan hati (tashfiyat al-
qalbi). Hati yang suci tidak hanya bisa dekat dengan Allah Swt. Tetapi
malah dapat mengenal Allah Swt. (al-ma’rifah). Menurut Dzun Nun al-Misri,
ada tiga macam pengetahuan tentang Allah Swt.

a. Pengetahuan Awam : Allah Swt. dengan perantaraan kalimat syahadat.

b. Pengetahuan Ulama : Allah Swt. menurut logika akal.

c. Pengetahuan Kaum Sufi : Allah Swt. dengan perantaraan hati sanubari.


Pengetahuan yang hakiki tentang Allah Swt. adalah pengetahuan yang
disertai dengan kesucian hati. Telah dijelaskan bahwa akhlak
adalah sifat hati yang mendasari perilaku manusia dan tasawuf adalah
cara untuk membersihkan dan mensucikan hati. Maka hubungan antara
tasawuf dan akhlak menjadi sangat erat dan penting karenasatu
sama lain saling mendukung. Metode penyucian hati (tashfiyat al-qalbi)
dalam ilmu tasawuf :1) Ijtinabul Manhiyat, ialah menjauhi larangan-
larangan Allah Swt.2) Ada’ul Wajibat, ialah melaksanakan kewajiban-
kewajiban Allah Swt.

3) Ada’un Nafilat, ialah melaksanakan hal-hal yang disunahkan Allah Swt.4)


Ar-Riyadloh, ialah latihan spiritual agar dapat istiqomah dalam
menjalankan seluruh ajaran Islam dan mendekatkan diri kepada Allah
Swt.Di dalam Al-Qur’an banyak ditemukan ciri-ciri manusia yang beriman
dan memilikiakhlak mulia.

•Istiqomah atau konsekuen dalam pendirian (QS. Al Ahqof : 13).

•Suka berbuat kebaikan (QS. Al Baqarah : 112).

•Memenuhi amanah dan berbuat adil (QS. An Nisa’ : 58).

•Kreatif dan tawakkal (QS. Ali Imron : 160)

•Disiplin waktu dan produktif (QS. Al Ashr : 1-4).

•Melakukan sesuatu secara proporsional dan harmonis (QS. Al Araf : 31).

a. Karakteristik akhlak dalam islam

Kriteria-kriteria yang telah ditetapkan oleh al-Qur’an dan sunnah,


mengandung muatan universalistik dan partikularistik. Muatan
universalistik merupakan “ Common platform “ ( titik persamaan ) nilai-nilai
moral lain yang ada didunia, sedangkan muatan partikularistik
menunujukkan ciri khas dan karakter akhlak islam

Yang berbeda dengan yang lainya. Ciri khas dan karakteristik akhlak islam
itu meliputi :
1. Akhlak Rabbaniyah

Akhlak Rabbaniyyah memiliki pengertian bahwasanya wahyu Illahi


merupakan “ referencesource “ ( sumber rujukan ) ajaran akhlak. Hal ini
tidak berarti mengandung kontradiksi dengan pendapat akal sehat, karena
kebaikan yang diajarkan oleh wahyu adalah kebaikan menurut akal dan
yang diajarkan sebagai keburukan menurut wahyu adalah keburukan
menurut akal.

2. Akhlak Insaniyah

Akhlak Insaniyyah mengandung pengertian bahwa tuntunan fitrah dan


eksistensi manusia sebagai makhluk yang bermartabat, sesuai dan
ditetapkan oleh ajaran akhlak. Kecenderungan manusia kepada hal-hal
yang positif dan ketetapan akal tentang kebaikan, secara langsung akan
terpenuhi da bertemu dengan kebaikan ajaran akhlak. Orientasi akhlak
insaniyah ini, tidak terbatas pada perikemanusiaan yang menghargai nilai-
nilai kemanusiaan secara umum, tetapi juga mencakup kepada
perikemakhlukan, dalam pengertian menanamkan rasa cinta terhadap
semua makhluk Allah.

3. Akhlak Jam’iyah

Akhlak Jam’iyah mempunyai arti bahwa kebaikan yang terkandung di


dalammya sesuai dengan kemanusiaan yang universal, kebaikanya untuk
seluruh umat manusia di segala zaman dan di semua tempat, mencakup
semua aspek kehidupan baik yang berdimensi vertikal maupun yang
berdimensi horizontal.

4. Akhlak Wasithiyah

Akhlak wasithiyah berarti bahwasanya ajaran akhlak itu menitikberatkan


keseimbangan antara rohani dan jasmani, keseimbangan antara dunia dan
akhirat, dan seterusnya. Allah SWT. dalam firman-Nya mengilustrasikan
tentang dua kelompok manusia yang memiliki sifat saling berlawanan.
Kelompok pertama hanya meprioritaskan kehidupan dunianya, dengan
sekuat tenaga berusaha memenuhi tuntutan-tuntutan hedonistiknya dan
membunuh kesdaranya akan kehidupan akhirat. Sedangkan kelompok
kedua berusaha menyeimbangkan kepentingan hidupnya di dunia dan di
akhirat serta merasa takut akan siksa neraka. Kelompok prtama akan
mendapatkan keduniawinya, namun di akhirat tidak akan mendapatkan
apa-apa, sedangkan kelompok yang kedua benar-benar akan mendapatkan
kebahagiaan dunia dan akhirat.

5. Akhlak Waqi’iyah

Akhlak waqi’iyah mengandung pengertian bahwasanya ajaran akhlak


memperhatikan kenyataan ( realitas ) hidup manusia didasari oleh suat
kenyataan, bahwasanya manusia itu disamping memiliki kualitas-kualitas
unggul, juga memiliki sejumlah kelemahan. Firman Allah berikut
memperjelas kondisi objektif manusia paling mendasar : “ Dan jiwa serta
penyempurnaanya
( ciptaannya ),maka Allah mengilhamkan.

b. Hubungan akhlak dengan lainnya

1.Hubungan Akhlak dengan ilmu tasawuf

Sebagaimana diketahui bahwa dalam tasawuf masalah ibadah amat


menonjol, karena bertasawuf itu pada hakekatnya melakukan serangkaian
perintah Allah dan juga melakukan serangkaian ibadah, seperti shalat, zikir
dan lain sebagainya, yang semuanya itu dilakukan dalam rangka
mendekatkan diri kepada Allah. Ibadah yang dilakukan dalam rangka
bertasawuf itu ternyata erat hubungannya dengan akhlak. Dalam
hubungan ini harun Nasution lebih lanjut mengatakan, bahwa ibadah
dalam islam erat sekali hubungannya dengan pendidikan akhlak. Ibadah
dalam alqur’andikaitka dengan taqwa, dan takwa berarti melaksanakan
perintah tuhan dan menjauhi larangan-nya, yaitu orang yang berbuat baik.
Inilah yang dimaksud dengan ajaran amar ma’rufnahi mungkar, mengajak
orang pada kebaikan dan mencegah orang dari hal-hal yang tidak baik.
Tegasnya orang yang bertakwa adalah orang yang berakhlak mulia. Harun
Nasution lebih lanjut mengatakan, kaum sufilah, terutama yang
pelaksanaan ibadahnya membawa kepada pembinaan akhlak mulia dalam
diri mereka. Hal itu, dalam istilah sufi disebut dengan al-
takhalluqbiakhlaqillah, yaitu berbudi pekerti dengan budi pekerti Allah,
atau al-attishafbishifatillah, yaitu mensifati diri dengan sifat-sifat yang
dimiliki Allah.

Zat, sifat, dan perbuatan-Nya. Kepercayaan yang mantap kepada


tuhan yang demikian itu, akan menjadi landasan untuk mengarahkan amal
perbuatan yang dilakukan manusia, sehingga perbuatan yang dilakukan
manusia itu akan tertuju semata-mata karena ALLAH SWT. Dengan
demikian, ilmu tauhid akan mengarahkan perbuatan manusia menjadi
ikhlas, dan keikhlasan itu merupakan salah satu akhlak yang mulia.
Kedua, dilihat dari segi fungsinya, ilmu tauhid agar menghendaki seseorang
yang bertauhid tidak hanya cukup menghafal rukun-rukun yang enam
hanya dengan dalil-dalinya saja, tetapi yang terpenting adalah agar orang
yang bertauhid itu meniru dan mencontoh terhadap subyek yang terdapat
dalam rukun iman itu. Jika kita percaya bahwa Allah memiliki sifat-sifat
yang mulia, maka sebaiknya manusia yang bertauhid meniru sifat-sifat
tuhan itu. Allah SWT. misalnya bersifat al-rahman dan al-rahim, ( maha
pengasih dan maha penyayang ), maka sebaiknya manusia meniru sifat
tersebut dengan mengembangkan sikap kasih sayang di muka bumi. Dari
uraian ini dapat dilihat dengan jelas adanya hubungan yang erat anatra
keimanan yang dibahas dalam ilmu tauhid dengan perbuatan baik yang
dibahas dalam ilmu akhlak. Ilmu tauhid tampil dalam landasan ilmu
akhlak, dan ilmu akhlak tampil dalam memberikan penjabaran dan
pengamalan dari tauhid. Tauhid tanpa akhlak mulia tidak ada artinya, dan
akhlak yang mulia tanpa tauhid tidak akan kokoh. Selain itu tauhid
memberikan arah terhadap akhlak, dam akhlak memberi isi terhadap
arahan tersebut. Disinilah letaknya hubung yang erat dan dekat antara
tauhid dan akhlak.

3. Hubungan akhlak dengan ilmu jiwa


Dilihat dari segi bidang garapanya, ilmu jiwa membahas tentang gejala-gejal
kejiwaan yang tampak dalam tingkah laku. Melalui ilmu jiwa dapat
diketahui sifat-sifat psikologis yang dimiliki seseorang. Jiwa yang bersih
dari dosa dan maksiat serta dejat dengan tuha misalnya, akan melahirkan
perbuatan dan sikap yang baik pula, sebaliknya jiwa yang kotor, banyak
berbuat kesalahn dan jauh dari tuhan akan melahirkan perbuatan yang
jahat, sesat, dan menyesatkan orang lain. Dari uraian tersebut
menggambarkan adanya hubungan yang erat antara potensi psikologis
manusia dengan ilmu akhlak. Dengan kata lain melalui bantuan informasi
yang diberikan ilmu jiwa, atau potensi kejiwaan yang diberikan al-qur’an,
maka secara teoritis ilmu akhlak dapat digunakan sebagai alat atau sarana
untuk mengembangkan akhlak pada diri seseorang.

4. Hubungan akhlak dengan ilmu pendidikan

Ilmu pendidikan ilmu yang berbicara mengenai berbagai aspek yang ada
hubunganya dengan tercapainya tujuan pendidikan. Dalam ilmu ini
anatara lain dibahas tentang rumusan tujuan pedidikan, materi pelajaran
( kurikulum ), guru, metode, sarana,dan prasarana, lingkungan, bimbingan,
proses belajar-mengajar dan lain sebagainya. Semua aspek pendidikan
tersebut ditujuka pada tercapainya tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan
ini dalam pandangan islam banyak brhubungan dengan kualitas manusia
yang berakhlak.

1.3. Aktualisasi Akhlak dalam Kehidupan

Aktualisasi khlak dalam kehidupan Masyarakat Islam merupakan


agama yang santun karena dalam islam sangat menjunjung tinggi
pentingnya berakhlak. Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan
manusia karena akhlak mencakup segala pengertian tingkah laku, tabi'at,
perangai, karakter manusia yang baik maupun yang buruk dalam
hubungannya dengan Khaliq atau dengan sesama makhluk. Aktualisasi
akhlak adalah bagaimana seseorang mengimplementasikan iman yang
dimilikinya dan mengaplikasikan seluruh ajaran Islam ke dalam tingkah
laku sehari hari.

1. Akhlak kepada Allah

a. Beribadah kepada Allah, yaitu dengan melaksanakan perintah


untukmenyembah-Nya sesuai dengan syariat islam.

b. Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai


situasi dan kondisi, baik diucapkan dengan lisan maupun dalam hati.

c. Berdo’a kepada Allah. Do’a merupakan pengakuan akan


keterbatasan dan ketidak mampuan manusia, sekaligus pengakuan
akan kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu.
d. Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada
Allah dan menunggu hasil pekerjaan atau menanti akibat dari suatu
keadaan.

e. Tawaduk kepada Allah, yaitu Mengakui bahwa dirinya rendah dan


hina dihadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh karena itu tidak layak
kalau hidup dengan angkuh dan sombong, tidak mau memaafkan orang
lain, dan pamrih dalam melaksanakan ibadah kepada Allah.

f. Berhusnudzon kepada Allah, yaitu berprasangka baik kepada Allah


karena apayang diberikan oleh Allah merupakan yang terbaik untuk
hamba-Nya.

2.Akhlah kepada sesama manusiaa.

a.Menciptakan ukhuwah atau persaudaraan

b. Menumbuhkan sikap Ta’awun atau saling tolong menolong

c. Suka memaafkan kesalahan orang laind. Menepati janji yang telah dibuat

* diaktualisasikan dalam kehidupan seorang muslim adalah:

1) Akhlak kepada Allah

Akhlak terhadap allah SWT dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan
yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada allak
sebagai khaliq. Pertama, karena allah SWT lah yang mencipakan manusia.

- Mentauhidkan Allah dan tidak syirik kepada Allah, beriman kepada Allah
dan hanya menyembah Allah tidak menduakan Allah.

Contoh : menyembah pohon, berhala.

- Berdzikir kepada Allah, memohon ampunan-Nya karena kita manusia


pasti melakukan kesalahan.

Contoh : kita merasa paling benar dibandingkan orang lain.

2) Akhlak terhadap sesama manusia

Akhlak terhadap manusia merupakan sikap antara manusia dengan orang


lain. Dalam kehidupan ini, selain manusia berinteraksi terhadap tuhan,
manusia juga saling berinteraksi dengan manusia yang lain, bahkan
manusia dengan alam. Disekolah seorang siswa berinteraksi dengan guru,
teman, dan lingkungan sekolah.berikut contohnya:

- Menjalin persaudaraan

- Saling tolong menolong, jika ada orang yang kesusahan kita wajib

membantu sebisa kita

- Menepati janji, merupakan sebagian dari iman.


3)Akhlak Terhadap Lingkungan

Ini berarti manusia dituntut untuk mampu menghormati proses-proses


yang sedang berjalan, dan terhadap semua proses yang sedang terjadi.
Yang demikian mengantarkan manusia bertanggung jawab, sehingga ia
tidak melakukan perusakan, bahkan dengan kata lain, "Setiap perusakan
terhadap lingkungan harus dinilai sebagai perusakan pada diri manusia
sendiri."

Manusia sebagai khalifah diberi kemampuan oleh Allah untuk mengelola


bumi dan mengelola alam semesta ini. Manusia diturunkan ke bumi untuk
membawa rahmat dan cinta kasih kepada alam se isinya. Oleh karena itu,
manusia mempunyai tugas dan kewajiban terhadap alam sekitarnya, yakni
melestarikannya dengan baik. Ada kewajiban manusia untuk berakhlak
kepada alam sekitarnya. Ini didasarkan kepada hal-hal sebagi berikut :

1. bahwa manusia hidup dan mati berada di alam, yaitu bumi;

2. bahwa alam merupakan salah satu hal pokok yang dibicarakan oleh al
quran;

3. bahwa Allah memerintahkan kepada manusia untuk menjaga pelestarian


alam yang bersifat umum dan yang khusus;

4. bahwa Allah memerintahkan kepadaa manusia untuk mengambil


manfaat yang sebesar-besarnya dari alam, agar kehidupannya menjadi
makmur;

5. manusia berkewajiban mewujudkan kemakmuran dan kebahagiaan di


muka bumi.

Manusia wajib bertanggung jawab terhadap kelestarian alam atau


kerusakannya, karena sangat memengaruhi kehidupan manusia. Alam
yang masih lestari pasti dapat memberi hidup dan kemakmuran bagi
manusia di bumi. Tetapi apabila alam sudah rusak maka kehidupan
manusia menjadi sulit, rezeki sempit dan dapat membawa kepada
kesengsaraan. Pelestarian alam ini wajib dilaksanakan oleh semua lapisan
masyarakat, bangsa dan negara.

Contohnya:

-larangan mengadakan kerusakan di muka bumi

-larangan merusak tanaman dan binatang

-larangan mencemari air laut


BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

•Etika adalah ajaran yang berbicara tentang baik dan buruk


dan yangmenjadi ukuran baik dan buruknya adalah akal. Karena
memang etikaadalah bagian dari filsafat.

•Moral adalah ajaran baik dan buruk yang ukurannya adalah tradisi yang
berlaku di suatu masyarakat.

•Akhlak dalam kebahasaan berarti budi pekerti, perangai atau disebut


jugasikap hidup yang berbicara tentang baik dan buruk yang yang
ukurannyaadalah wahyu tuhan.

•Dari satu segi akhlak adalah buah dari tasawuf (proses pendekatan
dirikepada Tuhan), dan istiqamah dalam hati pun bagian dari bahasan
ilmutasawuf. Indikator manusia berakhlak (husn al-khulug )
adalahtertanamnya iman dalam hati dan teraplikasikannya takwa dalam
perilaku.

•Aktualisasi akhlak adalah bagaimana seseorang


dapatmengimplementasikan iman yang dimilikinya dan
mengaplikasikanseluruh ajaran islam dalam setiap tingkah laku sehari-
hari. Seperti akhlakkepada tuhan, diri sendiri, keluarga, dan sesama
manusia.B. SaranHendaknya kita sebagai muslim dapat menerapan etika,
moral, dan akhlak ke dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan syariat
islam.

A. Kesimpulan

Etika adalah suatu ajaran tentang kebaikan dan keburukan yang


menyangkut kehidupan manusia dalam hubungannya dengan Tuhan,
sesama manusia dan alam. Moral adalah sebuah adat istiadat
penentuan baik buruknya perbuatan dan kelakuan manusia. Dan
akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan
perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan
pertimbangan dan pemikiran.

Etika, moral, dan akhlak memiliki persamaan tentang ajaran baik


buruknya sikap hidup manusia, sedangkan yang membedakannya
adalah sumber kebenarannya.
Kegiatan dalam berbisnis pun juga membutuhkan etika agar usaha
yang dijalankan tetap dalam ajaran Allah SWT. Dalam berbisnis
dibutuhkan kejujuran, dapat menjalankan amanah, murah hati, dan
tidak melupakan akhirat.

B. Saran

Semoga dengan diselesaikannya makalah ini, baik pembaca maupun


penyusun dapat menerapkan etika, moral dan akhlak yang baik dan sesuai
dengan ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari agar dapat menuju
masyarakat yang madani dan menuju suatu perubahan yang lebih
baik.

DAFTAR PUSTAKA :

-https://id.m.wikipedia.org

-https://media.neliti.com.

-https://www.kompasiana.com.

-https://jambidaily.com

-https://www.republika.co.id

-https://m.merdeka.com.
MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

ETIKA, MORAL, DAN AKHLAK

(Dibimbing oleh: Drs. H. Mashuri, M.pd)

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

1. NURIDAYATI NANDA (F202101001)

2. DEVITA TRIAYU OKTAVIANI (F202101014)

3. NESSYA AULDILA ASTRI (F202101027)

4. RESKI AMALIA TONANG (F202101035)

5. WANDRI (F202101036)

6. LEYN SWASTINI ARSYAD (F202101041)

7. JAMRAHUL JELINA (F202101048)

8. RISKA (F202101054)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS SI FARMASI

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA

KENDARI 2021

Anda mungkin juga menyukai