Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang maha esa yang telah melimpahkan
rahmat karunianya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas untuk
mata kuliah Etika Profesi Hukum dengan judul “Hubungan Etika dengan Moral”
Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Mungkin didalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum saya ketahui.
Maka dari itu saya mohon saran dan kritik dari teman teman maupun dosen. Demi tercapainya
makalah yang sempurna.
Daftar isi
Rumusan masalah:
1) Pengertian etika
2) Pengertian moral
3) Hubungan antara etika dan moral
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika
Pengertian etika merujuk kepada perlakuan atau perbuatan yang baik. Secara etimologis,
etika berasal dari kata "ethikos" yang memiliki arti susila, keadaban atau kelakuan.
Sedangkan menurut Drs. O. P. Simorangkir, etika adalah pandangan manusia terhadap baik
dan buruknya perilaku manusia. Hal ini sebagaimana dikutip dari buku Pembelajaran Etika dan
Penampilan bagi Millennial Abad 21 karya Dr. Wenny S.S., M.S.
Ada beberapa pengertian etika menurut para ahli, diantaranya :
1) Aristoteles
Pengertian etika menurut Aristoteles dibagi menjadi dua, yaitu Terminius Technikus dan Manner
and Custom. Terminius Technikus adalah etika yang dipelajari sebagai ilmu pengetahuan dengan
mempelajari suatu problema tindakan atau perbuatan manusia.
Sedangkan Manner and Custom adalah pembahasan etika yang berhubungan atau berkaitan
dengan tata cara serta adat kebiasaan yang melekat pada kodrat manusia yang sangat terkait
dengan arti baik dan buruk suatu perilaku, tingkah laku atau perbuatan manusia.
2) K. Bertens
Sedangkan menurut K. Bertens, pengertian etika adalah nilai-nila dan norma-norma moral, yang
jadi pegangan seseorang atau suatu kelompok untuk mengatur perilaku.
3) James J. Spillane SJ
James J. Spillane SJ turut berpendapat jika pengertian etika adalah mempertimbangkan atau
memperhatikan tingkah laku manusia dalam mengambi suatu keputusan yang berkaitan dengan
moral. Etika lebih mengarah pada penggunaan akal budi manusia dengan objektivitas untuk
menentukan benar atau salahnya serta tingkah laku seseorang kepada orang lain.
1) Etika Filosofis
Etika filosofis ini merupakan etika yang muncul dari aktivitas berpikir manusia. Dalam arti lain,
etika disebut sebagai bagian dari filsafat.
2) Etika Deskriptif
Etika deskriptif diartikan sebagai usaha menilai tindakan seseorang berdasarkan ketentuan atau
norma yang tumbuh dalam masyarakat itu sendiri. Biasanya, etika jenis ini memandang
kebiasaan yang telah ada dalam masyarakat sebagai acuan etis.
3) Etika Normatif
Etika normatif didasarkan pada sifat hakiki kesusilaan yang melihat perilaku serta tanggapan-
tanggapan kesusilaannya dan menjadikan norma sebagai panutan. Etika normatif menunjukan
perilaku yang baik dan buruk.
4) Etika Deontologi
Etika yang satu ini merupakan tindakan yang dinilai baik dan buruknya berdasarkan sesuai atau
tidaknya dengan kewajiban. Etika deontologi menekankan motivasi, kemauan baik dan watak
yang kuat untuk bertindak sesuai dengan kewajiban.
5) Etika Teleologi
Etika teleologi berarti menilai baik buruk suatu tindakan berdasarkan tujuan dan akibat dari
tindakan tiu sendiri. Jadi, suatu tindakan dinilai baik jika bertujuan baik dan mendatangkan
akibat yang baik.
Pada masyarakat di belahan dunia manapun, terdapat nilai-nilai dasar perilaku yang
secara umum diakui sebagai norma yang harus dipatuhi, selain peraturan atau norma hukum.
Norma tersebut biasa disebut etika. Etika dalam arti sempit sering dipahami masyarakat sebagai
sopan santun. Sedangkan etika secara umum/luas adalah suatu norma atau aturan yang dipakai
sebagai pedoman dalam berperilaku di masyarakat bagi seseorang terkait dengan sifat baik dan
buruk. Etika merupakan suatu ilmu tentang kesusilaan dan perilaku manusia di dalam
pergaulannya dengan sesama yang menyangkut prinsip dan aturan tentang tingkah laku yang
benar. Dengan kata lain, etika adalah kewaijban dan tanggungjawab moral setiap orang dalam
berperilaku di masyarakat.
Secara etimologis, kata etika berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu “Ethikos” yang
artinya timbul dari suatu kebiasaan. Dalam hal ini etika memiliki sudut pandang normatif dimana
objeknya adalah manusia dan perbuatannya. Ada juga pendapat para ahli. Menurut Soergarda
Poerbakawatja, pengertian etika adalah suatu ilmu yang memberikan arahan, acuan, serta pijakan
kepada suatu tindakan manusia. Drs. H. Burhanudin Salam berpendapat, etika adalah sebuah
cabang ilmu filsafat yang membicarakan perihal suatu nilai-nilai serta norma yang dapat
menentukan suatu perilaku manusia ke dalam kehidupannya. Sedangkan menurut
Poerwadarminto, etika adalah ilmu pengetahuan tentang suatu perilaku atau perbuatan manusia
yang dilihat dari sisi baik dan buruknya yang sejauh mana dapat ditentukan oleh akal manusia.
Masih banyak lagi pendapat para ahli, dapat disimpulkan etika merupakan suatu ilmu yang
berhubungan dengan perilaku dan bersumber dari akal dan berbeda dengan norma-norma
lainnya. Terdapat beberapa karakteristik etika yang membedakannya dengan norma lainnya.
Adapun ciri-ciri etika adalah sebagai berikut:
Dengan demikian, selain sebagai norma yang terlihat pada perilaku, etika juga harus
melekat/dijiwai oleh manusia, baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan
sosial/bermasyarakat dan di tempat kerja.
Apakah sekarang terjadi pergeseran etika?
Banyak orang berpendapat, saat ini terdapat krisis etika. Etika yang dianggap mulai luntur
diantaranya norma-norma kesopanan yang lambat laun terasa berkurang dibandingkan dengan
jaman beberapa dasawarsa yang lalu. Sebagai contoh pada masyarakat Jawa, penggunaan bahasa
jawa ngoko, kromo alus, kromo inggil dahulu demikian tertib. Yang lebih muda sebisa mungkin
menggunakan bahasa kromo kepada yang lebih tua tanpa memandang status sosial, jabatan,
kekayaan dan sebagainya. Norma-norma itu sekarang dianggap bergeser. Perubahan teknologi
dan pembauran budaya dari berbagai daerah/negara juga bisa menjadi penyebabnya. Sebagai
contoh, dulu saat kita bertemu yag lebih tua, secara spontan kita akan menundukkan kepala kita
sebagai tanda hormat. Sekarang norma-norma lambat laun mulai berkurang, kalau tidak bisa
dikatakan hilang.
Pergeseran tersebut sebenarnya tidak bisa disimpulkan sebagai penurunan kualitas etika. Di
Indonesia sendiri etika bermasyarakat merupakan aturan tidak tertulis yang terdapat/melekat
pada ajaran agama, adat istiadat, budaya daerah yang sangat beragam. Di jenjang pendidikan
sekolahpun, etika tidak diajarkan secara khusus, tapi melekat pada beberapa mata pelajaran.
Seharusnya tanpa perlu diajarkan, etika sudah menjadi jati diri pada probadi manusia yang
beragama yang hidup di tengah keluarga dan di tengah masyarakat, tanpa harus mempelajari
norma-norma apa saja yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan.
B. Pengertian Moral
Setelah membahas etika, selanjutnya akan dipaparkan pengertian dari moral. Berdasarkan buku
Membangun Moral dan Etika Siswa Sekolah Dasar yang disusun oleh Andi Widhia Putra dkk,
moral secara etimologi berasal dari bahasa latin yaitu "mos" yang mempunyai arti kebiasaan atau
adat.
Secara umum, pengertian moral berarti suatu hukum dan perilaku yang diterapkan untuk
setiap manusia dalam bersosialisasi dengan sesamanya hingga terjalin rasa saling menghormati
satu sama lain. Seseorang yang bermoral berarti mematuhi nilai-nilai dan norma-norma yang
dipegang oleh masyarakat.
Beberapa pengertian moral dari para ahli:
1) Menurut Merriam-webster
Moral adalah mengenai atau berhubungan dengan apa yang benar dan salah dalam perilaku
manusia, dianggap benar dan baik oleh kebanyakan orang sesuai dengan standar perilaku yang
tepat pada kelompok atau masyarakat tersebut.
2) Menurut Shaffer
Moral merupakan kaidah norma yang dapat mengatur perilaku suatu individu dalam
menjalankan hubungan dan kerjasama di lingkungan masyarakat berdasarkan aturan yang
berlaku.
3) Menurut Hurlock
Definisi moral adalah perilaku yang sesuai dengan kode moral kelompok sosial. Moral sendiri
berarti tata cara, kebiasaan, dan adat. Perilaku moral dikendalikan konsep konsep moral atau
peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya.
1. etika, dan moral mengacu kepada ajaran atau gambaran tentang perbuatan, tingkah laku, sifat,
dan perangai yang baik.
2. etika, moral merupakan prinsip atau aturan hidup manusia untuk menakar martabat dan
harakat kemanusiaannya.
3. etika, moral seseorang atau sekelompok orang tidak semata-mata merupakan faktor keturunan
yang bersifat tetap, stastis, dan konstan, tetapi merupakan potensi positif yang dimiliki setiap
orang.
Berikut ini adalah contoh masing-masing dari Etika moral dan Akhlak yaitu:
Contoh dari Etika moral: Berpakaian sopan, berbicara halus kepada orang yang lebih tua,
cara makan dan sebagainya.
Contoh dari Akhlak: Berkata jujur, menjaga amanah, menunaikan kewajiban dan lain
sebagainya.
Antara etika dan moral mempunyai hubungan yang sangat erat, karena antara etika dan moral
memiliki obyek yang sama yaitu sama-sama membahas tentang perbuatan manusia untuk
menentukan baik atau buruk dari suatu perbuatan. Namun demikian dalam hal tertentu etika dan
moral memiliki perbedaan, dengan demikian tolak ukur yang digunakan moral adalah untuk
mengukur tingkah laku manusia adalah adat istiadat, kebiasaan, dan lainnya yang berlaku di
masyarakat. Etika dan moral pada dasarnya memiliki kesamaan makna, namun dalam pemakaian
sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral dipakai untuk perbuatan yang sedang di nilai,
sedangkan etika di pakai untuk system nilai yang ada.
D. Perbedaan dari etika dan moral
Untuk memahami perbedaan etika dan moral yang pertama bisa dilihat dari pengertiannya.
Etika dapat diartikan sebagai aturan perilaku yang diakui berkaitan dengan kelas tertentu dari
tindakan manusia, atau kelompok, maupun budaya tertentu yang ada di masyarakat.
Sementara itu, moral lebih dipahami sebagai suatu prinsip atau kebiasaan yang berhubungan
dengan perilaku benar atau salah. Prinsip ini terdapat dalam diri pribadi manusia, sehingga setiap
orang bisa memiliki penilaian moral yang berbeda-beda.
Dari pengertian keduanya, dapat dipahami bahwa etika lebih bersifat da berlaku umum di
masyarakat karena berkaitan dengan kelompok atau budaya tertentu yang mengakuinya.
Sedangkan moral lebih bersifat personal, di mana setiap orang bisa memiliki prinsip moral
tentang benar dan salah yang berbeda-beda. Sehingga moral tidak dapat digeneralisir dari
kepercayaan orang satu ke orang yang lain.
E. Sumber Prinsip Etika dan Moral
Berikutnya, perbedaan etika dan moral juga terdapat pada sumber prinsip yang menjadi asal-
usulnya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa etika merupakan standar yang berasal
dari lembaga, kelompok atau budaya tertentu yang di dalamnya terdapat masyarakat.
Etika ini dapat berupa kode etik yang harus dijalankan oleh sekelompok orang. Misalnya
pengacara, polisi, dokter, atau juga wartawan dalam menjalankan pekerjaannya. Sehingga di sini,
etika dianggap sebagai sistem sosial atau kerangka kerja untuk perilaku yang dapat diterima.
Tidak jauh berbeda dengan moral. Moral sebenarnya terbentuk atas pengaruh dari budaya
atau masyarakat. Namun dalam hal ini, moral berupa prinsip-prinsip pribadi yang dibuat,
dipercayai, dan dijunjung oleh seorang individu. Sehingga moralitas setiap orang bisa berbeda-
beda, tergantung latar belakang dan sudut pandang orang memandang suatu hal.
F. Penggunaan Etika dan Moral
Selanjutnya, perbedaan etika dan moral juga dapat ditinjau dari penggunaannya. Meskipun sama-
sama berkaitan dengan penilaian baik dan buruk, namun etika dan moral digunakan dalam
konteks yang berbeda.
Etika biasanya digunakan untuk mengatur perilaku masyarakat agar dapat tercipta keteraturan.
Sehingga di sini, etika akan berupa hal-hal baik yang harus dilakukan dan hal-hal buruk yang
harus dihindari.
Sedangkan moral, lebih mengacu pada prinsip benar dan salah tentang suatu hal. Di sini, setiap
individu mempunyai prinsip kebenaran dan kesalahan yang dipercayainya. Namun prinsip benar
dan salah pada yang dipercayai seseorang bisa berbeda dan tidak sama dengan prinsip benar dan
salah yang dimiliki orang lain.
G. Konsistesi dan Fleksibilitas Etika dan Moral
Perbedaan etika dan moral berikutnya berkaitan dengan sifat konsistensi dan fleksibilitas.
Etika dinilai sangat konsisten dalam konteks tertentu, tetapi juga mempunyai variasi antar
konteksnya.
Sebagai contoh, etika profesi kedokteran abad 21 secara umum akan terus konsisten dan
tidak berubah dari rumah sakit ke rumah sakit lain. Namun berbeda dengan etika profesi hukum
abad 21 yang dapat berkembang seiring berjalannya waktu.
Sementara itu, moral mempunyai tingkat konsisten yang sama di semua konteks dan
biasanya cenderung tidak berubah. Namun tidak menutup kemungkinan, seseorang mempunyai
prinsip moral yang berubah ketika mengalami suatu kejadian atau peristiwa yang mengubah cara
pandangnya terhadap sesuatu. Sehingga hal ini dapat disesuaikan dalam proses perkembangan
hidup seseorang.
H. Penerimaan Etika dan Moral
Perbedaan etika dan moral yang terakhir dilihat dari akseptabilitas atau penerimaan. Dalam
hal ini, etika diatur oleh pedoman profesional dan hukum dalam waktu dan tempat atau lokasi
tertentu.
Sehingga akan menciptakan aturan mengenai sikap baik dan buruk yang harus dipatuhi
oleh sekelompok orang atau budaya tertentu. Sedangkan moralitas biasanya melampaui norma
budaya, yang lebih dipercayai oleh masing-masing individu dan tidak berlaku secara umum.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Setelah mengetahui arti serta jenis-jenis dari etika dan moral, maka akan muncul pertanyaan
terkait perbedaan antara keduanya. Terlebih, setelah dibahas ternyata keduanya cukup mirip satu
sama lain. Mengutip dari sumber yang sama, perbedaan antara etika dan moral yaitu terletak
pada etika yang lebih condong bersifat teoritis. Lain halnya dengan moral yang bersifat praktis.
Etika memang memandang tingkah laku manusia secara umum. Namun, moral memandang
perilaku manusia secara lokal dan setempat. Jika etika menjelaskan ukuran yang dipakai, maka
moral merealisasikan ukuran tersebut dalam perbuatan.
Nilai-Nilai yang menentukan baik dan buruk, Layak atau tidak layak suatu perbuatan, kelakuan,
sifat, dan perangai dalam akhlak bersifat universal.
Sementara itu, Etika merupakan filsafat nilai, pengetahuan tentang nilai-nilai, dan kesusilaan
tentang baik dan buruk. Jadi, Etika bersumber dari pemikiran yang mendalam dan renungan
filosofis, yang pada intinya bersumber dari akhlak sehat dan hati nurani. Etika bersifat temporer,
sangat tergantung kepada aliran filosofis pilihan orang-orang yang menganutnya.
Daftar Pustaka
1. https://www.kompasiana.com/miftakhul81316/6235ab32cfca51521d10ba42/hubungan-
etika-dengan-hukum
2. https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/12856/Kode-Etik-Dan-Perilaku-Pedoman-
Beretika-dan-Penjaga-Martabat-Pegawai.html
3. https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6111970/perbedaan-etika-dan-moral-sering-
dianggap-sama-padahal-maknanya-berbeda
4. https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/
9f151fd5fd2aba75533b1bf4651fa302.pdf
5. http://www.definisi-pengertian.com/2018/07/pengertian-moral-definisi-menurut-ahli.html
6. Otje Salman, 1992, Ikhtisar Filsafat Hukum, CV. Armico, Bandung.
7. Theo Huijbeers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Yayasan Kanisius,
Yogyakarta
8. https://www.merdeka.com/jateng/perbedaan-etika-dan-moral-ketahui-sumber-prinsipnya-
kln.html
9. https://hot.liputan6.com/read/4566883/pengertian-etika-dalam-kehidupan-sehari-hari-
lengkap-dengan-fungsi-dan-jenisnya
10. Peraturan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 02/PMK/2003 Tentang Kode
Etik Dan Pedoman Tingkah Laku Hakim Konstitusi