Anda di halaman 1dari 5

PROMOSI KESEHATAN

"TEORI PERILAKU MENURUT SNEHANDU B.KAR"

DOSEN PENGAMPU : NUR FADHILAH ,M.KES

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3 :


SHINTA NUR ARIFAH
ISMAIL YUSRENDRA
IRGZI AULIA HAQ
MELISA FITRI
AFREZA WULANDARI
GADIS MARVINDA PURI
NABILA RIHHADATUL AISY
MUHAMMAD GEFALDO DORISMAN
SITI NURJANAH
YAYUK BUDIARTI

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINSEWU LAMPUNG
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadirat Tuhan Yang MahaPemurah,
karena berkat kemurahanNya tugas ini dapat kami selesaikan sesuai yang
diharapkan. Dalam tugas ini kami membahas tentang ”Teori Perilaku Menurut
SNEHANDU B.KAR”

Tugas ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas dari dosen Promosi Kesehatan
yaitu Ibu Nur Fadhilah ,M.Kes. Semoga dengan adanya tugas ini dapat membantu
kita memahami lebih lanjut mengenai Teori-teori menurut para ahli salah satu nya
menurut Snehandu B.Kar.Terima kasih kami ucapkan pada seluruh pihak yang
telah membantu.

Pringsewu, Oktober 2020

kelompok 3
Teori Snehandu B. Karr

Karr seorang staf pengajar Depatemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Universitas Kalifornia di
Los Angeles. Teori Snenhandu mencoba menganalisis perilaku kesehatan dengan bertitik tolak bahwa
perilaku itu merupakan fungsi dari niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan (behavior
intention), dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support), ada atau tidaknya informasi tentang
kesehatan atau fasilitas kesehatan (accessibility of information), otonomi pribadi yang bersangkutan dalam
hal mengambil tindakan atau keputusan (personal autonomi) dan situasi yang memungkinkan untuk
bertindak atau tidak bertindak (action situation).

Karr mengidenfisikasin adanya lima determinan perilaku yaitu :

1. Adanya niat (intention) seseorang untuk bertindak sehubungan dengan objek atau stimulus di
luar dirinya. Misalnya orang mau membuat jamban/WC keluarga di rumahnya apabila dia mempunyai niat
untuk itu.

2. Adanya dukungan dari masyarakat sekitar (social support). Di dalam kehidupan seseorang di
masyarakat, perilaku orang tersebut cenderung memerlukan legitimasi dari masyarakat sekitarnya. Apabila
perilaku tersebut bertentangan atau tidak memperoleh dukungan dari masyarakat, maka dia akan merasa
kurang atau tidak nyaman. Demikian pula untuk berperilaku sehat, orang memerlukan dukungan dari
masyarakat sekitarnya, minimal tidak mendapat gunjingan atau bahan pembicaraan masyarakat.

3. Terjangkaunya informasi yaitu tersedianya informasi-informasi terkait dengan tindakan yang akan
diambil seseorang. Misalnya, sebuah keluarga mau ikut program keluarga berencana, apabila keluarga ini
memperoleh penjelasan yang lengkap tentang keluarga berencana yaitu tujuan ber KB, bagaimana cara ber
KB (alat-alat kontrasepsi yang tersedia), efek samping dari KB yang digunakan, dan sebagainya.

4. Adanya otonomi atau kebebasan pribadi untuk mengambil keputusan. Di Indonesia, terutama
ibu-ibu, kebebasan pribadinya masih terbatas, terutama di pedesaan. Seorang istri dalam pengambilan
keputusan masih sangat tergantung pada suami. Misalnya, untuk membawa anaknya yang sakit ke
puskesmas harus menunggu setelah suaminya pulang kerja. Demikian pula, untuk periksa hamil, seorang istri
harus memperoleh persetujuan dari suami, dan kalu suami tidak setuju maka tidak akan ada pemeriksaan
kehamilan.

5. Adanya kondisi atau situasi yang memungkinkan (action situation). Untuk bertindak apapun
memang diperlukan suatu kondisi dan situasi yang tepat. Kondisi dan situasi mempunyai pengertian yang
luas, baik fasilitas yang tersedia serta kempuan yang ada. Untuk membangun rumah yang sehat misalnya,
jelas sangat tergantung pada kondisi ekonomi dari orang yang bersangkutan. Meskipun faktor yang lain tidak
ada masalah, tetapi apabila kondisi dan situasinya tidak mendukung, maka perilaku tesebut tidak akan
terjadi.

Uraian diatas dapat dirumuskan sebagai berikut:

B=F(Bi, Ss, Ai, Pa, As)


Keterangan :

B= Behaviour

F= Fungsi

Bi= Behaviour Intention

Ss= Social Support

Ai= Accessebility of Information

Pa= Personal Autonomy

As= Action Situation

Disimpulkan bahwa perilaku kesehatan seseorang atau masyarakat ditentukan oleh niat orang terhadap
objek kesehatan, ada atau tidaknya dukungan dari masyarakat sekitarnya, ada atau tidaknya informasi
tentang kesehatan, kebebasan dari individu untuk mengambil keputusan/bertindak, dan situasi yang
memungkinkan ia berperilaku/bertindak atau tidak berperilaku/bertindak.

Adapun contoh kasusnya yaitu :

1. Seseorang ibu yang tidak mau ikut KB, adapun faktor yang mungkin mempengaruhinya yaitu karena:
ia tidak ada minat dan niat terhadap KB ( behaviour intention ), atau barangkali juga karena tidak ada
dukungan dari masyarakat sekitarnya ( social-support), kurang atau tidak memperoleh informasi
yang kuat tentang KB (accessebility of information), atau mungkin ia tidak mempunyai kebebasan
untuk menentukan, misalnya harus tunduk kepada suami, mertuanya atau orang lain yang ia segani (
personal autonomy). Faktor lain yang mungkin menyebabkan ibu ini tidak iku KB adalah karena
situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan, misalnya alasan kesehatan ( action situation).

2. Seorang bapak mau membangun WC yang sebelumnya masih BAB di sungai karena : la tahu BAB di
jamban lebih sehati (Pf), la punya bahan bangunan untuk membangun WC (Ef), Ada surat edaran dari
Pak Lurah agar setiap kelurga mempunyai WC (Rf).

3. Lauren Walsh, wanita berusia 21 tahun menderita Obsessive Compulsive Disorder (OCD). OCD
menyerang mental dengan ciri-ciri selalu berpikir berulang-ulang dan melakukan aktivitas yang juga
dilakukan berulang-ulang. Kelainan ini membuat Lauren merasa menjadi orang yang tidak normal.
Misalnya, dia selalu menghabiskan banyak waktu untuk mencuci tangan berjam-jam. Jika dihitung-
hitung, ia bisa menghabiskan 10 jam sehari di kamar mandi, seperti dikutip dari Daily Mirror. Lauren
juga selalu merasa takut karena dia berpikir setiap inchi tubuhnya dihinggapi bakteri, sehingga dia
harus mandi lagi dalam waktu lama untuk membersihkannya.

4. Seorang istri dalam pengambilan keputusan masih sangat tergantung pada suami. Misalnya, untuk
membawa anaknya yang sakit ke puskesmas harus menunggu setelah suaminya pulang kerja.
Demikian pula, untuk periksa hamil, seorang istri harus memperoleh persetujuan dari suami, dan
kalu suami tidak setuju maka tidak akan ada pemeriksaan kehamilan.
5. Adanya dukungan dari masyarakat sekitar (social support). Di dalam kehidupan seseorang di
masyarakat, perilaku orang tersebut cenderung memerlukan legitimasi dari masyarakat sekitarnya.
Apabila perilaku tersebut bertentangan atau tidak memperoleh dukungan dari masyarakat, maka dia
akan merasa kurang atau tidak nyaman. Demikian pula untuk berperilaku sehat, orang memerlukan
dukungan dari masyarakat sekitarnya, minimal tidak mendapat gunjingan atau bahan pembicaraan
masyarakat.

6. Seseorang yang tidak mau membuat jamban keluarga, atau tidak mau buang air besar dijamban,
mungkin Karena ia mempunyai pemikiran dan perasaan yang tidak enak kalau buang air besar
dijamban (thoughts and feeling). Atau barangkali karena tokoh idolanya juga tidak membuat jamban
keluarga sehingga tidak ada orang yang menjadi referensinya (personal reference). Factor lain juga
mungkin karena langkah sumber-sumber yang diperlukan atau tidak mempunyai biaya untuk
membuat jamban keluarga (resources). Factor lain karena kebudayaan (cultural), bahwa jamban
keluarga belum merupakan budaya masyarakat

Anda mungkin juga menyukai