Anda di halaman 1dari 24

TAHAP – TAHAP PERENCANAAN SURVEILANS

“ MENGEMBANGKAN INSTRUMEN
PENGUMPULAN DATA “

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 4

1. DZIKRON BAHID M 02180200061


2. ENGLA HARFITA GRAHINI 02180200005
3. FUAD ARI WIBOWO 02180200037
4. KARISTA AYU C W 02180200030
5. NUR HIDAYAT PUJI UTOMO 02180200007
6. RINO JANUARDI 02180200058

DOSEN PEMBIMBING : Yulestari, SKM. M.Epid

PROGRAM SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
JAKARTA
2019
DAFTAR ISI

Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengumpulan data surveilens
2.1.1 Sumber data surveilens
2.1.2 Macam – macam data surveilens
2.1.3 Metode pengumpulan data
2.1.4 Pengolahan data
2.2 Mengembangkan instrumen pengumpulan data
2.2.1 Menetapkan sumber dan mekanisme pengumpulan data
2.2.2 Standarisasi instrumen pengumpulan data
2.2.3 Jenis – jenis instrumen pengumpulan data
2.2.4 Menghubungkan berbagai jenis informasi dan informan
instrumen
BAB III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Awal mula perkembangan Surveilens yaitu sekitar 6 abad yang alu pada tahun
1348, pada saat itu surveilens digunakan hanya sebatas yang berhubungan dengan
penyakit yang mengancam jiwa manusia yang menyebabkan kematian kemudian menjadi
pusat perhatian saat itu. Kemudian seiring berkembanganya jaman sekitar pada abad ke
duapulu konsep dari surveilens memiliki perkembangan dan perubahan yang signifikan.
Pada tahun 1889 Inggris Raya mulai mengeluarkan peraturan wajib lapor bagi penyakit-
penyakit infeksi. Pelaksanaan wajib lapor penyakit demam kuning, pes dan cacar mulai
diberlakukan pada tahun 1878 di Amerika dan sejak tahun 1925 semua negara bagian
harus melaporkan penyakit tersebut kepada petugas kesehatan masyarakat setiap minggu.
Pada saat ini jenis-jenis penyakit yang harus dilaporkan di USA semakin bertambah
banyak, termasuk HIV dan AIDS positif.
Di indonesia surveilans masih menjadi kegiatan yang belum berjalan dengan baik
sampai saat ini. Dengan diterbitkanya peraturan pemerintah (PP) No. 38/2007 yang isinya
mengatur mengenai wewenang pemerintahan pusat dan daerah dalam pengelolahan dan
penyelenggaraan sistem surveilance maka ada momentum baru untuk pengembangan
kehadiran PP No. 38/2003 menjadi jembatan yang baik mengenai pengolahan dan
penyelenggaraan sistem surveilans karena dapat meneguhkan standart dan uniformitas
sistem surveilans di tingkat pusat maupun daerah. ( WHO, 2004 )
Definisi dari surveilans sendiri memiliki berbagai arti atau pendapat yaitu :
1. Menurut WHO (2004), surveilans merupakan proses pengumpulan,
pengolahan, analisis dan interpretasi data secara sistemik dan terus menerus
serta penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan untuk dapat
mengambil tindakan. ( WHO, 2004 ) Sementara menurut Timmreck (2005),
pengertian surveilans kesehatan masyarakat merupakan proses pengumpulan
data kesehatan yang mencakup tidak saja pengumpulan informasi secara
sistematik, tetapi juga melibatkan analisis, interpretasi, penyebaran, dan
penggunaan informasi kesehatan. Hasil surveilans dan pengumpulan serta
analisis data digunakan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik
tentang status kesehatan populasi guna merencanakan, menerapkan,
mendeskripsikan, dan mengevaluasi program kesehatan masyarakat untuk
mengendalikan dan mencegah kejadian yang merugikan kesehatan. Dengan
demikian, agar data dapat berguna, data harus akurat, tepat waktu, dan
tersedia dalam bentuk yang dapat digunakan.
2. Sedangkan menurut DCP2 (2008), surveilans kesehatan masyarakat adalah
pengumpulan, analisis, dan analisis data secara terus-menerus dan sistematis
yang kemudian didiseminasikan (disebarluaskan) kepada pihak-pihak yang
bertanggungjawab dalam pencegahan penyakit dan masalah kesehatan
lainnya. Dalam melakukan kegiatan surveilans dibutuhkan perencanaan.
Adapun perencanaan tersebut bertujuan untuk menemukan perubahan
kebutuhan masyarakat, dan untuk memperoleh aksi. Dalam tahap perencanaan
surveilans ada beberapa hal yang harus dilakukan:
1. Menetapkan tujuan
2. Mengembangkan definisi kasus
3. Seleksi metode surveilens
4. Mengembangkan instrumen pengumpulan data
5. Menguji metode dilapangan
6. Mengembangkan pendekatan analisis data
7. Mengembangkan mekanisme diseminasi
8. Menentukan metode evaluasi
Dalam berbagai tahapan – tahapan surveilens tersebut kami akan menjelasaka
lebih terperinci dari salah satu tahapan tersebut yaitu “ Tahapan Mengembangkan
Instrumen Pengumpulan Data “

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang perlu diperhatikan pengumpulan data surveilens ?
2. Apa yang perlu diperhatikan dalam pengembangan instrumen pengumpulan data ?
3. Dalam pengumpulan data surveilens instrument apa saja yang dibutuhkan ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui macam – macam pengumpulan data surveilens
2. Untuk mengetahui yang dimaksud dalam instrument pengumpulan data
3. Untuk mengetahui jenis – jenis yang digunakan dalam instrument surveilens
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengumpulan data Surveilens


Definisi Pengumpulan Data adalah pencatatan insidensi berdasarkan laporan
rumah sakit, puskesmas, dan sarana pelayanan kesehatan lain, laporan petugas surveilans
di lapangan, laporan masyarakat, dan petugas kesehatan lain. Survei khusus, dan
pencatatan jumlah populasi berisiko terhadap penyakit yang sedang diamati. Tujuan
pengumpulan data adalah menentukan kelompok high risk. Menentukan jenis dan
karakteristik (penyebabnya). (murniloho, 2015)
2.1.1 Sumber Data Surveilans
Salah satu system pengumpulan data yang dilakukan secara terus menerus
dalam epidemiologi dikenal dengan surveilans. Sebagai sumber data
surveilans, WHO merekomendasikan 10 macam sumber data yang dapat
dipakai :
1. Data mortaliatas
2. Data morbiditas
3. Data pemeriksaan laboratorium
4. Laporan penyakit
5. Penyelidikan peristiwa penyakit
6. Laporan wabah
7. Laporan penyelidikan wabah
8. Survey penyakit, vector dan reservoir
9. Pengunaan obat, vaksin dan serum
10. Demografi dan lingkungan
2.1.2 Macam-macam sumber data menurut (Kepmenkes RI
No.1116/Menkes/SK/VIII/2003):
1. Data kesakitan yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan
danmasyarakat
2. Data kematian yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatanserta
laporan kantor pemerintah dan masyarakat
3. Data demografi yang dapat diperoleh dari unit statistik
kependudukandan masyarakat
4. Data geografi yang dapat diperoleh dari unit unit meteorologi
dangeofisika
5. Data laboratorium yang dapat diperoleh dari unit pelayanan
kesehatandan masyarakat
6. Data kondisi lingkungan
7. Laporan wabah
8. Laporan penyelidikan wabah/KLB
9. Laporan hasil penyelidikan kasus perorangan
10. Studi epidemiology dan hasil penelitian lainnya
11. Data hewan dan vektor sumber penular penyakit yang dapat
diperolehdari unit pelayanan kesehatan dan masyarakat
12. Laporan kondisi pangan

2.1.3 Metode Pengumpulan Data


Dalam surveilans, data dikumpul melalui sistem pelaporan yang
ada. Berdasarkan keperluannya, pengumpulan data untuk surveilans
dibedakan menurut sumber data yaitu primer dan sekunder. Data primer
dikumpulkan secara langsung dari penderita di lokasi dan sarana kejadian
penyakit.
Data sekunder dikumpulkan dari sumber data laporan rutin
yangada atau sumber khusus tambahan lain sesuai variabel yang
diperlukan. Surveilans secara rutin sering menggunakan cara ini. Ada data
tersier yaitu data yang diambil dari hasil kajian, analisis data atau makalah
yang telah dipublikasikan. Besarnya sumber data sangat tergantung pada
populasi, yaitu data yang diambil dari semua penduduk merupakan data
yang diamati atau yang berisiko terkena penyakit (reference population) di
suatu wilayah dimana penyakit terjadi (desa, kecamatan, kebupaten,
provinsi atau negara). Sistem surveilans rutin di kabupaten menggunakan
cara ini melaluilaporan sarana kesehatan (Puskesmas) yang menjangkau
seluruh wilayah kabupaten. Dalam survei khusus, cara ini jarang
dilakukan karena mahal dan membutuhkan waktu lama. Untuk data
sampel, yaitu data yang diambil darisebagian penduduk atau sebagian
puskesmas yang dianggap mewakiliseluruh penduduk atau wilayah
dimana kejadian penyakit berlangsung atau berisiko terkena penyakit.
Dalam survei khusus cara ini sering dilakukankarena lebih cepat dan
murah. Bila menggunakan sampel, pemilihan sampel basanya dilakukan
mengikuti ketentuan statistik. Pertama, perlu menentukanunit sampel yang
akan dipilih yaitu sampel perorangan atau kelompok(kluster ), sehingga
langkah selanjutnya dapat membuat daftar unit sampelsecara berurutan,
dan menetapkan besar atau jumlah sampel. Besar sampel ditentukan oleh
populasi penduduk yang akan diwakilidan perkiraan besarnya prevalensi
dari penyakit yang dipantau. Umumnya makin besar jumlah sampel,
makin baik informasi yang dihasilkan tentang penduduk yang diwakilinya.
Bandingkan besar sampel dan ketepatan hasil (lebar range prevalensi
yang dihasilkan) pada tabel tertentu. Kemudian unitsampel dipilih sesuai
jumlah yang ditentukan, yang bisa dilakukan secara acak (random),
sistematik (pilihan berselang seling) atau kombinasi caratersebut. Cara ini
memberikan sampel yang dapat mewakili semua populasiyang
diamati.Kadang-kadang sampel terpaksa dipilih sesuai kepentingan
pengamatan (selektif, purposive), biasanya bila penyakit sangat jarang
terjadi. Cara ini mewakili populasi yang diamati. Sampel dapat berganti
setiap waktu dan setiap pengamatan, atau dapat berupa sampel tetap untuk
diikuti terus selama periode pengamatan(sentinel,kohort)Data dapat
dikumpulkan sesaat, yaitu data tentang kejadian penyakit atau kematian
yang dikumpul pada tempat dan saat kejadian penyakit sedang
berlangsung (cross sectional ). Data penyakit sesaat tersebut (prevalens)
dapat dikumpul dalam suatu periode waktu yang singkat (misalnya 1 hari,
disebut point prevalence) atau periode yang lebih panjang (minggu, bula,
tahun, disebut period prevalence).Data kejadian diwaktu lalu, yaitu data
yang dikumpul tentang kejadian penyakit atau kematian yang sudah terjadi
pada waktu lalu (restrospective).
Untuk mencari faktor risiko penyebab penyakit atau kematian
sedangkan data kejadian di waktu mendatang, yaitu data yang dikumpul
tentang kejadian penyakit atau kematian yang sedang berlangsung dan
akan terjadi pada waktu mendatang yang periodenya telah ditetapkan
sebelumnya( prospective). Tujuannya adalah memantau besarnya
pengaruh suatu factor risiko atau intervensi program tertentu timbulnya
penyakit atau kematian. Sifat kejadian penyakit yang dipantau berdasarkan
data kasus lama, yaitu penderita yang sudah menderita sakit (dan saat ini
masih sakit,sudah sembuh atau sudah meninggal) sejak sebelum
pengumpulan data dilakukan. Penemuan kasus lama dapat dipakai untuk
menilai efektivitas pengobatan, pelaksanaan pengobatan standar,
resistensi, adanya pengaruh faktor risiko lingkungan dan perilaku sehingga
sakit berlangsung lama. Sedangkan kasus baru, yaitu penderita yang baru
menderita sakit pada saat peiode pengumpulan data dilakukan selanjutnya
cara penemuan kasus baru,terutama bila terjadi dalam waktu singkat.
Dipakai untuk menilai adanya KLB atau wabah di suatu tempat, yang
memerlukan tindak lanjut.
2.1.4 Pengolahan data
Pengolahan data merupakan bagian yang amat penting dalam
metodeilmiah, karena dengan pengolahan data, data tersebut dapat diberi
arti dan maknayang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Data
mentah yang telah dikumpulkan perlu dipecah-pecahkan dalam kelompok-
kelompok, diadakan kategorisasi, dilakukan manipulasi serta diperas
sedemikian rupa sehingga data tersebut mempunyai makna untuk
menjawab masalah dan bermanfaat untuk menguji hipotesa atau
pertanyaan penelitian.
A. Penyusunan data
Data yang sudah ada perlu dikumpulkan semua agar mudah untuk
mengecek apakah semua data yang dibutuhkan sudah terekapsemua.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis penelitian.
Penyusunan data harus dipilih data yang ada hubungannya dengan
penelitian, dan benar-benar otentik. Adapun data yang diambil melalui
wawancara harus dipisahkan antara pendapat responden dan pendapat
interviwer.
B. Klasifikasi data
Klasifikasi data merupakan usaha menggolongkan,
mengelompokkan,dan memilah data berdasarkan pada klasifikasi
tertentu yang telahdibuat dan ditentukan oleh peneliti. Keuntungan
klasifikasi data iniadalah untuk memudahkan pengujian hipotesis.
C. Pengolahan data
Pengolahan data dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah
dirumuskan. Jenis data akan menentukan apakah peneliti akan
menggunakan teknik kualitatif atau kuantitatif. Data kualitatif diolah
dengan menggunakan teknikstatistika baik statistika non parametrik
maupun statistika parametrik.
D. Interpretasi hasil pengolahan data
Tahap ini menerangkan setelah peneliti menyelesaikan
analisisdatanya dengan cermat. Kemudian langkah selanjutnya
penelitimenginterpretasikan hasil analisis akhirnya peneliti menarik
suatukesimpulan yang berisikan intisari dari seluruh rangkaian
kegiatan penelitian dan membuat rekomendasinya.
Menginterpretasikan hasil analisis perlu diperhatikan hal-hal antara
lain: interpretasi tidak melenceng dari hasil analisis, interpretasi harus
masih dalam batas kerangka penelitian, dan secara etis peneliti rela
mengemukakan kesulitan dan hambatan-hambatan sewaktu dalam
penelitian.
2.2 Mengembangkan istrumen pengumpulan data
Dalam membangun sistem surveilans, hal pertama yang harus dilakukan adalah
menyamakan persepsi tujuan dibangunnya sistem surveilans tersebut. Apa yang ingin
diketahui melalui sistem surveilans yang akan dibangun? Dan apa kepentingan data
tersebut diketahui? Di dalam konteks kesehatan masyarakat, sistem surveilans dapat
dibangun untuk tujuan yang beragam, termasuk assessment status kesehatan masyarakat,
menentukan prioritas dan evaluasi program.
2.2.1 Menetapkan sumber dan mekanisme pengumpulan data
Banyak metode yang dapat dilakukan untuk mengumpulkan informasi
mengenai kejadian penyakit maupun faktor resikonya seperti hasil
laboratorium, medical record dan sebagainya. Yang perlu diingat adalah
setiap mekanisme pengumpulan data yang dilakukan dalam sistem
surveilans tersebut harus saling mendukung dan seimbang
pelaksanaannya. Menetapkan metode pengumpulan data yang tepat,
sangatlah tergantung dari data apa yang ingin kita dapatkan. Untuk
penyakit menular/ akut, kriteria waktu sangatlah penting sedangkan untuk
penyakit tidak menular, data vital statistik terkait dengan mortalitas dapat
digunakan. Metode yang bisa digunakan dalam pengumpulan data
meliputi sitem pengumpulan data pasif maupun pengumpulan data aktif.
A. Sistem pengumpulan data pasif
1. Sistem ini merupakan sistem yang lebih mudah dan lebih murah
daripada sitem pengumpula data aktif.
2. Sumber data berasal dari catatan kesehatan dari lembaga pelayanan
kesehatan maupun badan statistik yang ada.
3. Data yang didapatkan terbatas variabilitas dan kelengkapannya
4. Data yang didapatkan mungkin saja tidak representatif dan tidak
dapat digunakan untuk deteksi dini wabah.
B. Sistem pengumpulan data aktif
1. Biaya yang dikeluarkan lebih besar daripada sistem pengumpulan
data pasif.
2. Biasa digunakan untuk kondisi yang membutuhkan deteksi dini
ataupun pada kasus yang memerlukan evaluasi berkesinambungan
secara ketat, misalnya kasus TB paru.
3. Kualitas data yang dihasilkan lebih representatif dan lebih lengkap
sesuai dengan kebutuhan dibanding sistem pengumpulan data
pasif.
2.2.2 Standarisasi instrumen pengumpulan data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan perlu distandarisasi,
baik format maupun isinya, sehingga sesuai dengan format komputer
untuk memudahkan analisnanya. Informasi yang didapatkan dari
instrumen tersebut diharapkan terarah sesuai dengan keperluan serta dapat
dibandingkan dengan sistem pengumpulan data yang sudah dilakukan
sebelumnya, seperti data sensus ataupun data surveilans lain.
2.2.3 Jenis – jenis instrumen pengumpulan data
Berbicara tentang jenis-jenis instrumen pengumpulan data
sebenarnya tidak ubahnya dengan berbicara masalah evaluasi.
Mengevaluasi tidak lain adalah memperoleh data tentang setatus sesuatu
dibandingkan dengan standar atau ukuran yang telah ditentukan, karena
mengevaluasi adalah juga mengadakan pengukuran. Mendasarkan pada
pengertian ini , maka apabila kita menyebut metode dan alat atau
instrumen pengumpulan data , maka sama saja dengan menyebut alat
evaluasi, atau setidak-tidaknya hampir seluruhnya sama.
Jenis instrumen pengumpulan data di sebut juga alat evaluasi.
Menurut Mulyasa, secara garis besar terbagai menjadi 2 macam yaitu:
1. Tes.
2. Non tes ( bukan tes)
Dalam penjelasan berikut ini , langsung akan disebutkan satu
persatu setiap jenis metode sekaligus diterangkan mengenai instrumen
untuk setiap pembicaran metode yang bersangkutan. Oleh karena luasnya
masalah non-tes , maka akan dibicarakan sesudah tes selesai dengan
langsung menyebutkan metodenya.

1. Tes
Tes merupakan serentetan pertanyaan, lembar kerja atau
sejenisnya yang dapat di pergunakan untuk mengukur
pengetahuan, ketrampilan, bakat, dan keampuan dari subjek
penelitian baik secara individu atau kelompok. Lembaran
instrumen berupa tes ini berisi soal-soal tes yang terdiri dari
butir-butir soal, baik itu yang ada pada angket, observasi atau
wawancara. Contohnya adalah tes formatif, baik yang bersifat
objektif (multiple choice) ata Essay.
Dalam membicarakan tes ini akan disampaikan sekaligus alat
ukur lain yang sifatnya standar , ditinjau dari sasaran atau
objek yang akan dievaluasi , maka dibedakan adanya beberapa
macam tes dan alat ukur lain.
a. Tes kepribadian atau personality test, yaitu tes yang
digunakan untuk mengungkapkan kepribadian
seseorang , yang diukur bisa kreativitas, disiplin,
kemampuan khusus, dan sebagainya.
b. Tes bakat atau aptitude test , yaitu tes yang
digunakan untuk mengukur atau mengetahui bakat
seseorang.
c. Tes intelegensi atau intelligenci test, yaitu tes yang
digunakan untuk mengadakan estimasi atau
perkiraan trhadap tingkat intelektual seseorang
dengan cara memberikan berbagai tugas kepada
orang yag akan diukur intelegensinya.
d. Tes sikap atau attitude test, yang sering juga disebut
dengan skala sikap , yaitu alat yang digunakan
untuk mengadakan pengukuran terhadap berbagai
sikap seseorang.
e. Tes minat atau measures , adalah alat untuk
menggali minat seseorang terhadap sesuatu.
f. Tes prestasi atau achievement test, yaitu tes yang
digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang
setelah mempelajari sesuatu . berbeda dengan yang
lain –lain sebelum ini , tes prestasi diberikan
sesudah orang yang dimaksud mempelajari hal-hal
sesuai dengan yang akan di teskan. (Suharsini,
2010) Dalam menggunakan tes sebagai pengumpul
data , peneliti menggunakan instrument berupa tes
atau soal-soal tes. Soal tes terdiri atas banyak butir
tes (item) yang masing-masing mengukur satu jenis
variable.
Tolak ukur penggunaan suatu alat tes sebagai instrument
pengumpul data dalam suatu penelitian adalah :
a) Objektif, yaitu hasil yang dicapai dapat mengganmbarkan
keadaan yang sebenarnya tentang tingkat kemampuan
seseorang, baik berupa pengetahuan maupun keterampilan;
b) Cocok yaitu alat tes yang digunakan sesuai dengan jenis
data yang akan dikumpulkan untuk menguji hipotesis
dalam rangka menjawab masalah penelitian.
c) Valid, yaitu memiliki derajat kesesuaian, terutama isi
dengan kemampuan suatu kelompok yang ingin di ukur.
d) Reabel, yaitu derajat kekonsistenan skor yang diperoleh
dari hasil tes menggunakan alat tersebut. Kekonsistenan ini
menunjukkan bahwa skor yang dihasilkan adalah skor
sebenarnya.
2. Angket atau Kuesioner (Questionnaires)
Adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.
Kuesioner dipakai untuk menyebut metode maupun instrument.
Jadi dalam menggunakan metode angket atau kuesioner
instrument yang dipakai adalah angket atau kuesioner.
Kuesioner dapat dibeda-bedakan atas beberapa jenis,
tergantung pada sudut pandang :
A. Dipandang dari cara menjawab, maka ada :
1) Kuesioner terbuka , yang memberikan
kesempatan kepada responden untuk menjawab
dengan kalimatnya sendiri.
2) Kuesioner tertutup , yang sudah disediakan
jawabannya sehigga responden tinggal memilih.
B. Dipandang dari jawaban yang diberikan ada :
1) Kuesioner langsung, yaitu responden menjawab
tentang dirinya.
2) Kuesioner tidak langsung, yaitu jika responden
menjawab tentang orang lain.
C. Dipandang dari bentuknya maka ada :
1) Kuesioner pilihan ganda, yang dimaksud sama
dengan kuesioner tertutup.
2) Kuesioner isian, yang dimaksud adalah
kuesioner terbuka.
3) Check list, sebuah daftar , dimana responden
tinggal membubuhkan tanda check (√) pada
kolom yang sesuai.
4) Rating-scale (skala bertingkat), yaitu sebuah
pernyataan diikuti oleh kolom-kolom yang
menunjukkan tingkat-tingkatan , misalnya mulai
dari sangat setuju sampai kesangat tidak setuju.
 Keuntungan kuesioner :
a) Tidak memerlukan hadirnya peneliti
b) Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak
responden.
c) Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya
masing-masing, dan menurut waktu senggang
responden.
d) Dan dibuat standar sehingga bagi semua responden
dapat diberi pertanyaan yang benar-benar sama.
 kelemahan kuesioner.
a) Responden sering tidak teliti dalam menjawab sehingga
ada pertanyaan yang terlewati tidak dijawab, padahal
sukar diulang untuk diberikan kembali kepadanya.
b) Sering sukar dicari validitasnya.
c) Sering tidak kembali , terutama jika dikirim lewat pos.
d) Waktu pengembaliannya tidak bersama-sama , bahkan
kadang-kadang ada yang terlalu lama sehingga
terlambat. (Ibid)
3. Observasi.
Observasi dapat dilakukan dengan dua cara, yang kemudian
digunakan untuk menyebut jenis observasi, yaitu :
1. Observasi non-sistematis, yang dilakukan oleh
pengamat dengan tidak menggunakan instrument
pengamatan.
2. Observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamat
dengan menggunakan pedoman sebagai instrument
pengamatan.
Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang
mungkin timbul dan diamati dalam proses observasi, obsevator
(pengamat) tinggal memberikan tanda pada kolom tempat
peristiwa muncul. Itulah sebabnya maka cara bekerja seperti ini
disebut system tanda (sign system). Sign system digunakan
sebagai instrument pengamatan situasi pengajaran sebagai
sebuah potret sesuai pengajara sebagai sebuah potret selintas.
Intrumen tersebut berisi sederetan sub-variabel misalnya: guru
menerangkan, guru menulis di papan tulis, guru bertanya
kepada kelompok, guru bertanya kepada seorang anak, murid
bertanya dan sebagainya. Setelah pengamatan dalam satu
preode tertentu, misalnya 5 menit , semua kejadian yang telah
muncul dicek. Kejadian yang muncul lebih dari satu kali dalam
satu preode pengamatan , hanya dicek satu kali. Dengan
demikian akan diperoleh gambar tentang apa kejadian yang
muncul dalam situasi pengajaran.

Adapun Muhammad Ali mengemukakan , instrument atau alat


yang dapat digunakan dalam melakukan observasi adalah
sebaga berikut.
1. Daftar cek (check list) .semua gejala yang akan atau
mungkin akan muncul pada suatu objek yang menjadi
objek penelitian didaftarkan secermat mungkin sesuai
dengan masalah yang diteliti, juga disediakan kolom
cek yang digunakan selama mengadakan pengamatan.
Berdasarkan butir (item) yang ada pada daftar cek,
gejala yang munvul dibubuhkan tanda cek (√) pada
kolom yang tersedia. Hal ini akan lebih memudahkan
dalam pengamatan.
2. Daftar isian. Daftar isian memuat daftar butir (item)
yang diamati, kolom tentang keadaan, atau gejala
tentang item-item tersebut. Kolom keadaan
dikosongkan untuk selanjutnya pada waktu pengamatan
diisi oleh peneliti.
3. Skala penilaian (rating scale) rating scale biasanya
untuk mengubah data kualitatif ke dalam data
kuantitatif atau bentuk angka-angka yang
dimanifestasikan dalam bentuk skala, dengan fungsi
menentukan tingkat kategori sifat atau karaktristik
sesuatu. Skala penilaian berfungsi untuk menentukan
kedudukan objek penelitian pada tingkat tertentu dalam
skala yang didasarkan pada kraktristik yang sudah
ditentukan. Angka-angka yang menggambarkan
karaktristik itu (misalkan 5: baik sekali; 4:baik;
3:cukup: 2:kurang baik; 1:sangat kurang baik),
selanjutnya dicantumkan pada garis skala sehingga
pencatatan dilakukan dengan cara melingkari angka
atau mengisi kolom pada sekala dengan gejala yang
muncul.
4. Skala bertingkat (rating) atau rating scale.
Rating atau skala bertingkat adalah suatu ukuran subjektif yang
dibuat berskala. Walaupun bertingkat ini menghasilkan data
yang kasar, tetapi cukup memberikan informasi tertentu
program atau orang. Instrument ini dapat dengan mudah
memberikan gambaran penampilan, terutama penampilan di
dalam orang menjalankan tugas, yang menunjukkan frekuensi
munculnya sifat-sifat.
Rating-scale diinterpretasikan secara hati-hati karena
disamping menghasilkan gambaran yang kasar juga jawaban
responden tidak begitu saja mudah dipercaya. Hal-hal yang
mempengaruhi ketidakjujuran jawaban responden yaitu :
persahabatan, kecepatan menerka, cepat memutuskan ,
prasangka.dan kemurahan hati.
Di dalam menyusun skala, yang perlu diperhatikan adalah
bagaimana menentukan variable sekala. Apa yang ditanyakan
harus apa yang dapat diamati responden. Misalnya seseorang
guru ditanya tentang jam kehadiran dan kepulangan kepada
sekolah. Dia tidak akan dapat menjawab jika ia sendiri selalu
datang siang dan pulang awal. (Ibid)
5. Wawancara
Wawancara adalah salah satu tekhnik pengumpukaan data
dengan mengajukan pertanyaan kepada resonden dengan
mencatat atau merekam jawaban-jawaban responden.
Wawancara dapat dilakukan secara langsung maupun tidak
langsung dengan sumber data. Wawancara langsung diadakan
dengan orang yang menjadi sumber data dan dilakukan tanpa
perantara , baik tentang dirinya maupun tentang segala sesuatu
yang berhubungan dengan dirinya untuk mengumpulkan data
yang diperlukan . adapun wawancara tidak langsung dilakukan
terhadap seseorang yang dimintai keterangan tentang orang
lain.
Tekhnik wawancara memiliki beberapa kelebihan dan
kekurangan. Kelebihan wawancara di antaranya adalah :
1. Wawancara dapat digunakan pada responden yang tidak
membaca dan menulis;
2. Jika ada pertanyaan yang belum dipahami, pewawancara
dapat segera menjelaskannya;
3. Pewawancara dapat segera mengecek kebenaran jawaban
responden dengan mengajukan pertanyaan pembambing,
atau dengan melihat wajah atau gerak gerik responden.
Tekhnik wawancara juga memiliki beberapa kelemahan,
diantaranya sebagai berikut.

1. Karena wawancara dilakukan secara perseorangan


,pelaksanaannya menuntut banyak waktu, tenaga, dan
biaya apabila ukuran sampel cukup besar.
2. Faktor bahasa , baik dari pewawancara maupun responden
sangat memengaruhi hasil atau data yang diproleh.
3. Sering terjadi wawancara dilakukan secara bertele-tele.
4. Wawancara menuntut kerelaan dan kesediaan responden
untuk menerima dan menjalin kerja sama yang baik
dengan wawancara. Dan sebagainya.
Agar wawancara dapat dijadikan tekhnik pengumpul data yang
efektif , hendaknya disusun terlebih dahulu panduan
wawancara sehingga pertanyaan yang diajukan menjadi
terarah, dan setiap jawaban atau informasi yang diberikan oleh
responden segera dicacat. Pencatatan hasil wawancara
hendaknya dilakukan terhadap intisari informasi yang
diberikan, dengan membeda-bedakan antara informasi atau
fakta yang dibutuhkan , dengan kesan pribadi individu terhadap
masalah yang diwawancarakan. Oleh karena itu panduan
wawancara hendaknya disusun sedemikian rupa dengan
memuat pokok-pokok pertanyanan yang akan diajukan , sesuai
dengan masalah yang diteliti. Daftar pertanyaan untuk
wawancara disebut interview schedule. Adapun cacatan garis
besar tentang pokok-pokok yang akan ditanyakan disebut
pedoman wawancara. (Mahmud, 2011)

6. Dokumentasi
Dokumentasi adalah tekhnik pengumpulan data yang tidak
langsung ditunjukkan pada subjek penelitian, tetapi melalui
dokumen. Dokumen adalah catatan tertulis yang isinya
merupakan prnyataan tertulis yang disusun oleh seseorang atau
lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa dan
berguna bagi sumber data, bukti, informasi kealamiahan yang
sukar diperoleh , sukar ditemukan, dan membuka kesempatan
untuk lebih memperluas pengetahuan terhadap sesuatu yang
diselidiki.
Tekhnik ini biasanya digunakan untuk mengumpulkan data
yang berupa data skunder ( data yang telah dikumpulkan oleh
orang lain), secara prosedur , tekhnik ini sangat praktis sebab
menggunakan benda-benda mati, yang seandainya terdapat
kesalahan atau kekurangjelasan bisa dilihat kembali data
aslinya.
Dokumen merupakan bahan tertulis atau benda mati yang
berkaitan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu. Ia bisa
merupakan rekaman atau dokumen tertulis, seperti surat-
menyurat, rekaman gambar, dan benda-benda peninggalan
yang berkaitan dengan suatu peristiwa. Dokumen yang diteliti
berupa dokumen resmi dan dokumen pribadi. Dokumen pribadi
adalah catatan atau karangan seseorang secara tertulis tentang
tindakan, pengalaman, dan kepercayaan, yang bentuknya dapat
berupa buku harian, surat pribadi,autobiografi. Dokumen resmi
dalam bentuk arsif terdiri atas dokumen internal , seperti memo
pengumuman , aturan sutatu lembaga. Adapun dokumen
eksternal adalah bahan informasi dari lembaga social,
majalah,berida yang disiarkan kepada media massa.
Dua alat penting dalam tekhnik dokumentasi , yaitu: (1)
pedoman dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau
kategori yang akan dicari datanya; (2)check list, yaitu daftar
variable yang akan dikumpulkan datanya . dalam
menggunakan tekhnik dokumentasi ini , peneliti dapat
memegang check list untuk mencatat variable yang sudah
ditentukan . apabila terdapat atau muncul variable yang dicari ,
peneliti hanya membubuhkan tanda check ditempat yang sesuai
.untuk mencatat hal-hal yang bersifat bebas atau belum
ditentukan dalam daftar variable,peneliti dapat menggunakan
kalimat bebas.(Ibid)

2.2.4 Menghubungkan berbagai jenis informasi dari format instrumen


Menyusun instrumen pengumpulan data penelitian dilakukan setelah peneliti
memahami betul apa yang menjadi variabel penelitian. Pemahaman Peneliti
terhadap variabel dan hubungan antar variabel akan mempermudah peneliti dalam
menentukan dan menyususn intrumen penelitian yang akan digunakan. Setelah
memahami variabel peneliti dapat menyusun instrumen untuk dapat menjabarkan
kedalam bentuk sub variabel, indikator, deskriptor dan butir-butir pertanyaan
dan angket dalam daftar cocok atau pedoman observasi. Dengan demikian maka
instrumen penelitan menajdi hal penting untuk menjaga agar penelitian yang
dilakukan tersebut bermutu dan berkualitas.
Hal yang terkait jika membicarakan tentang instrumen penelitian adalah tekhnik
pengumpulan data penelitian. Jika instrumen penelitian adalah alat bantu yang
digunakan dalam penelitian maka tekhnik pengumpulan data adalah merupakan
cara atau prosedur yang ditempuh untuk mendapatkan data yang dibutuhkan
dalam penelitian. Kedua hal tersebut yaitu instrumen penelitian dan tekhnik
pengumpulan data adalah merupakan dua hal yang sangat mempengaruhi kualitas
data yang diperoleh peneliti dalam suatu penelitian. Sehingga kulaitas data yang
dikumpulkan mempengruhi kualitas dan keabsahan serta ketepatan kesimpulan
yang diperoleh peneliti setelah melakukan penelitian. (Sugiono, 2012)
Dalam menentukan tekhnik dan menyusun instrumen pengumpulan data , ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan . Muhammad Ali mengemukakan hal-hal
berikut.
1. Penentuan teknik dan penyusuna instrumen pengumpulan data harus
didasarkan pada pendekatan dan metode penelitian. Pendekatan penelitian
pada dasarnya merupakan keseluruhan cara serta kegiatan yang dilakukan
dalam melaksanakan penelitian , dimulai dari perumusan masalah sampai
pada penarikan kesimpulan pada fase perencanaan , hal tersebut harus
dirumuskan seluruhnya agar kegiatan dapat terarah dan dapat menghasilkan
kesimpulan yang valid dan signifikan . keseluruhan unsur perencanaan dibuat
dalam suatu model desain penelitian. Karena teknik dan instrumen penelitian
merupakan bagian penting dalam penelitian yang berfungsi sebagai sarana
untuk mengumpulkan data yang menentukan keberhasilan suatu penelitian,
penentuan dan penyusunan senantiasa berpedoman pada pendekatan dan
metode penelitian yang digunakan sehingga data yang terkumpul dapat
dijadikan dasar untuk menguji hipotesis.
2. Penentuan tekhnik dan penyusunan pengumpulan data harus didasarkan jenis
data yang akan dikumpulkan . sebagaiman diketahui bahwa data sangat
diperlukan dalam kegiatan penelitian, yaitu untuk menguji hipotesis .
pertimbangan dalam menentukan tekhnik dan instrumen didasarkan atas
tersedianya data itu sendiri. Apabila data yang diperlukan dapat diperoleh
dengan menggunakan tekhnik dan instrument tertentu, teknik dan instrument
itulah yang dipilih untuk mengumpulkan data tersebut. Setiap jenis data hanya
dapat dikumpulkan melalui instrument yang cocok atau sesuai. Suatu jenis
instrument mempunyai cirri, ketepatgunaan (efisiensi), serta kehasilgunaan
(evektifitas) untuk mengumpulkan suatu jenis data yang diperlukan . oleh
karena itu sebelum sutu teknik dan instrument di tetapkan untuk dijadikan
cara dan alat pengumpulan data , terlebih dahulu harus dipertimbangkan
apakah hal tersebut sesuai dengan jenis data yang akan dikumpulkan .
3. Berkenaan dengan instrument penelitian, harus dipahami bahwa tidak semua
jenis instrument penelitian dapat menggali seluruh data yang diperlukan untuk
memecahkan suatu masalah dalam kegiatan penelitian. Kadang-kadang, suatu
jenis instrument tidak dapat digunakan untuk mengumpulkan seluruh data
yang diperlukan . oleh karena itu, perlu dipertimbangkan untuk memodifikasi
alat tersebut sehingga data yang diperlukan diharapkan dapat terhimpun
dengan baik.(Op cit)

BAB III

PENUTUP

Adapun instrument pengumpulan data itu memiliki beberapa jenis yang dapat digunakan
untuk pengumpulan data antara lain : tes dan non-tes , yang mana non-tes itu antara lain:
Angket atau kuesioner , pedoman observasi yang digunakan dalam kegiatan observasi , pedoman
wawancara yang dilakukan dalam kegiatan wawancara, dokumentasi, skala bertingkat.

Selanjutnya cara yang dapat dilakukan dalam menyusun instrument pengumpulan data
diantaranya: (1) Tentukan variable-variabel yang digunakan dalam penelitian. Variable ini dapat
tercermin pada judul penelitian,(2)Variable-variabel tersebut dicarikan jabarannya dalam bentuk
subvariabel yang diketahui dari teori atau penelitian terdahulu,(3)Subvariabel dicarikan
jabarannya dalam bentuk indicator-indikator, jika ada,(4) Indicator dicarikan jabarannya dalam
bentuk subindikator, jika ada,(5)Jika asubindikator masih dapat dibagi lagi menjadi komponen
kecil , komponen-komponen ini dijadikan sebagai butir-butir pertanyaan seberapa detail peruses
penjabaran suatu variable di uraikan, bergantung pada seberapa luas dan dalam penelitian yang
akan dilakukan. Selanjutnya , pertanyaan-pertanyaan disusun menurut hierarkinya agar mudah
dipakai dalam analisis berikutnya,(6)Seluruh butir pertanyaan yang telah selesai, ditempatkan
pada lembaran-lembaran instrument.

DAFTAR PUSTAKA

1. (WHO. WHO comprehensive assessment of the National Disease Surveilan in Indonesia.


2004)
2. (2004. WHO Comprehensive Assessment of the National Disease surveilans in
Indonesia.)
3. (Timmreck, C.T. .2005. Epidemiologi: Suatu Pengantar, Edisi 2, terjemahan oleh
Munaya Fauziah, dkk. EGC.)
4. (2008. Public health surveillance. The best weapon to avert epidemics. Disease Control
Priority Project.)
5. (http://murniloho.blogspot.com/2015/10/langkah-langkah-surveilans-epidemiologi.html)
6. Ibid.hal.194-196.
7. Suharsimi Arikonto, Prosedur Penelitian, (Jakarta Rineka Cipta, 2010), hal 193-194.
8. (Ibid.hal.200-201)
9. [ Op cit,hal.166-167
10. Sugiono, metode penelitian pendidikan, (Bandung:Alfa Beta,2012), cet XV, hal.14-15.
11. [ Ibid. hal.183-184.
12. (Mahmud.Metode Penelitian Pendidikan(Bandung:Pustaka Setia,2011),hal.173-175.
13.

Anda mungkin juga menyukai