KERUSUHAN DI HONGKONG
Disusun oleh :
NPM 02180200063
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Jakarta,Desember 2019
Penulis,
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENGANTAR............................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................3
URAIAN KEJADIAN...............................................................................................................3
BAB III.......................................................................................................................................9
BAB IV....................................................................................................................................13
REKOMENDASI.....................................................................................................................13
ii
BAB I
PENGANTAR
Konflik merupakan suatu proses sosial yang di mana seorang individu maupun
kelompok meraih tujuan mereka secara langsung dengan cara menentang pihak lain
menggunakan kekerasana taupun ancaman kekerasan, secara singkat, konflik ini bisa
dikatakan merujuk kepada perjuangan di antara pihak yang bersaingan, berusaha untuk
mencapai, tujuan berusaha guna menghilangkan lawan dengan membuat pihak lain tidak
berdaya (Gillin Dan Gillin “1948”). Sedangkan konflik menurut Berstein yaitu sebuah
perselisihan atau pertentangan ataupun perbedaan yang tidak bisa dicegah, konflik ini pada
umumnya memiliki potensi yang memberikan pengaruh positif sekaligus negative dalam
interaksi yang terjadi antar manusia. (Berstein “1965”).
Hongkong merupakan negeri di Semenanjung kowlon dengan jumlah pulau sekitar
263 pulau , semenanjung Kowloon sendiri merupakan wilayah strategis untuk pelabuhan dan
pelayaran milik dinasti Qing, akan tetapi karena perang opium yang terjadi pada tahun 1839 -
1842 dan dinasti tersebut mengalami kekalahan sehingga hongkong diserahkan keinggris.
Penyerahan wilayah Hong Kong ke inggris menjelang kekalahan Dinasti Qing lewat
Konvensi Chuenpi pada 20 Januari 1841. Dalam dokumen The Chinese Repository Volume
10, konvensi itu dihelat antara dua utusan yaitu Sir Charles Elliot dan Qishan (Jing’an).
Isinya adalah penyerahan kepulauan dan pelabuhan Hong Kong kepada Inggris, ganti rugi
perang enam juta dolar oleh China kepada Inggris yang dicicil sampai 1846, pembukaan
hubungan resmi dua negara, dan dibukanya pelabuhan Canton dalam 10 hari setelah Hari
Raya Imlek.
Selain menuntut perdagangan bebas dan ganti rugi perang, Inggris menuntut
penyerahan Hong Kong dari Kaisar Daoguang dalam isi perjanjiannya. “Segera setelah
perjanjian itu ditandatangani, bendera kuning China (Dinasti Qing) dan bendera Union Jack
(Inggris) dikibarkan bersama,” ungkap Sir Harry Parkes, salah satu diplomat yang
menyaksikan, dikutip Stanley Lane-Poole dalamThe Life of Sir Harry Parkes.Perjanjian itu
lantas diratifikasi Kaisar Daoguang pada 27 Oktober dan Ratu Victoria pada 28 Desember di
tahun yang sama. Isi perjanjiannya baru berlaku efektif pada 26 Juni 1843, ketika Hong Kong
resmi berada di bawah Kekaisaran Inggris. Cengkeraman Inggris kian meluas setelah
Konvensi Peking (Beijing), 18 Oktober 1860. Semenanjung Kowloon disewakan China
kepada Inggris. Lewat Konvensi Ekstensi Wilayah Hong Kong (1898), di mana statusnya
BAB III
ANALISIS PENANGANAN YANG TELAH DILAKUKAN
Penanganan konflik adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan
terencana dalam situasi dan peristiwa sebelum, pada saat maupun sesudah terjadi konflik
yang mencakup kegiatan pencegahan konflik, penghentian konflik dan pemulihan pasca
konflik.
Adapun bentuk penyelesaian konflik yang lazim dipakai, yakni konsiliasi, mediasi,
arbitrasi, koersi (paksaan), detente. Urutan ini berdasarkan kebiasaan orang mencari
penyelesaian suatu masalah, yakni cara yang tidak formal lebih dahulu, kemudian cara yang
formal, jika cara pertama tidak membawa hasil.
a. Konsiliasi berasal dari kata Latin conciliatio atau perdamaian yaitu suatu cara untuk
mempertemukan pihak-pihak yang berselisih guna mencapai persetujuan bersama untuk
berdamai. Dalam proses pihak-pihak yang berkepentingan dapat meminta bantuan pihak
ke tiga. Namun dalam hal ini pihak ketiga tidak bertugas secara menyeluruh dan tuntas. Ia
hanya memberikan pertimbanganpertimbangan yang dianggapnya baik kepada kedua
pihak yang berselisih untuk menghentikan sengketanya. Contoh yang lazim terjadi
misalnya pendamaian antara serikat buruh dan majikan. Yang hadir dalam pertemuan
konsiliasi ialah wakil dari serikat buruh, wakil dari majikan/perusahaan serta ketiga yaitu
BAB IV
REKOMENDASI
1. Menyusun strategi dan kebijakan yang dirasa adil bagi rakyat dengan menciptakan
pemerintahan yang baik
2. Penegakan hukum secara adil dan bersih
3. Kampanye anti kekerasan untuk mendorong individu untuk lebih menyadari akan akibat
dari kekerasan secara global.
4. Pemerintah mengajak masyarakat untuk menyelesaikan masalah sosial dengan cara bijak.
5. Menyusun undang –undang tentang penanganan konflik sosial.