Anda di halaman 1dari 17

PERUNDINGAN LINGGARJATI

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Revolusi Indonesia
Dosen Pengampu: Dede Wahyu Firdaus M.Pd.

Disusun oleh:

Audrya Agustina 172171002


Anis Fatin 172171010
Siti Jenab 172171035
Sopi Apisa 172171075
Deni Haryanto 172171077

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“PERUNDINGAN LINGGARJATI”. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah “Revolusi Indonesia”
Meskipun dalam penulisan makalah ini penulis banyak menemukan hambatan
dan kesulitan, akan tetapi karena motivasi dan dorongan dari berbagai pihak makalah
ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa pada penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan.Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak
yang membaca makalah ini yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah
ini.
Harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang
membacanya.Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak atas
dukungannya sehingga terwujudnya makalah ini.
Tasikmalaya, 29 Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan ................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 4
A. Latar Belakang Perundingan Linggarjati ............................................ 4
B. Proses Perundingan Linggarjati .......................................................... 6
C. Dampak Perundingan Linggarjati ....................................................... 11
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 13
A. Simpulan ............................................................................................. 13
B. Saran .................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945.Kemerdekaan ini
merupakan hasil dari jerih payah seluruh bagsa Indonesia, jalan yang
ditempuh dalam memperjuangkan kemerdekaan ini bukan hanya lewat
peperangan secara langsung menggunakan senajata tetapi juga menggunakan
jalan Diplomasi.Jalan Diplomasi ini digunakan untuk mendapat simpati dan
pengakuan dunia internasional karena syarat berdirinya sebuah negara adalah
adanya pengakuan dari dunia internasional maka jalan Diplomasi ini
ditempuh untuk tujuan tersebut.
Setelah 1945 merdeka, Indonesia tidak begitu saja lepas dari ancaman-
ancaman penajajah.Setelah menyatakan merdeka, Indonesia mengalami
ancaman kembali dari Belanda yang berkeinginnan untuk menguasai
Indonesia dan menjadikan negara jajahannya kembali.Belanda tidak mengakui
kemerdekaan Indonesia dan kembali memasuki Indonesia dengan diboncengi
sekutu atau NICA tanggal 29 September 1945.Di berbagai daerah Indonesia
kembali mengalami pertempuran dengan Belanda, hal ini membuat banyak
korban berjatuhan di kedua belah pihak. Inggris yang ingin meredam konflik
antara Indonesia dan Belanda membuat suatu perundingan bagi keduanya
yaitu Hooge Valuwe,tetapi perundingan ini gagal dilaksanakan karena
ketidakhadiran dari Belanda dan Indonesia sendiri.
Inggris membuat perundingan kembali tanggal 11-15 November 1946
dan dihadiri oleh delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Sutan Syahrir dan
delegasi Belanda oleh Prof. Schermerhorn.Perundingan ini dipimpin oleh
diplomat Inggris yaitu Lord Killearn, dan pada tanggal 15 November 1946
dibentuk ketetapan-ketetapan yang dinamakan “Perjanjian Linggarjati”.
Perjanjian Linggarjati ini menuai pro kontra di negara Indonesia sendiri, ada
yang beranggapan bahwa perjanjian ini merupakan kekalahan bangsa

1
Indonesia dan Indonesia hanya menjadi negara boneka Belanda, disisi lain
ada yang beranggapan bahwa perjanjian ini merupakan jalan terbaik dan
sesuai dengan suasana politik yang ada di Indonesia.
Penandatanaganan naskah Perjanjian Linggarjati ahirnya disepakati
dan ditandatangani pada tanggal 25 Maret 1947. Isi dari perjanjian Linggarjati
ini salah satunya yaitu bahwa “Pemerintah Indonesia dan Belanda bersama-
sama membentuk negara Demokrasi federal yang berdaulat, yaitu Republik
Indonesia Serikat, terdiri atas tiga negara bagian yaitu: Republik Indonesia
(meliputi Jawa dan Sumatera), negara bagian Kalimantan dan negara bagian
Indonesia Timur (meliputi Jawa Timur sampai dengan Kalimantan Timur dan
Kalimantan Tenggara)1.
Walaupun dalam perjanjian tersebut Belanda mengakui kemerdekaan
Indonesia tetapi Indonesia sendiri terpecah atas beberapa negara bagian dan
juga Belanda tetap ingin Indonesia tetap berada di bawah kekuasaannya.
Sesuai yang tercantum dalam Perjanjian Lingarjati bahwa kedua belah pihak
harus menarik mundur pasukannya tetapi dalam realitasnya, implementasi
dari Perjanjian Linggarjati ini tidak sesuai dengan yang diharapkan. Belanda
mengingkari perjanjian Linggarjati ini dengan melakukan Agresi Militer
Belanda 1 pada tanggal 21 Juli 1947.Belanda menyatakan
ketidakterikatannnya atas perjanjian tersebut dan ini merupakan suatu bentuk
kegagalan dari implementasi Perjanjian Linggarjati ini.
Dalam Perjanjian Linggarjati ini terdapat suatu hal yang tidak kita
pertanyakan, seperti nama sesungguhnya dari perjanjian ini, termasuk dari
buku rujukan yang dipakai dari Kahin bahwa penamaannya Linggarjati tetapi
ketika melihat dari tulisan A.H. Nasution penamaannya Linggajati, atau dari
tempat yang di jadikan perumusan yaitu Kuningan tidak ada yang
mempertanyakan kembalai kenapa Kuningan ini dijadikan tempat perumusan
perjanjian Linggarjati. Beberpa hal tersebut menjadi landasan kami juga

1
Kahinj, George Mc Turnan. Nasonalisme & Revolusi Indonesia . Depok:Komunitas Bambu.
Hal.275.

2
dalam mengangkat pembahasan ini dan jawaban-jawaban atas hal tersebut
akan dibahas selanjutnya dalam pembahasan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Latar Belakang terjadinya Perjanjian Linggarjati?
2. Bagaimana Proses terjadinya Perjanjian Linggarjati?
3. Bagaimana Dampak terjadinya Perjanjian Linggarjati?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Latar Belakang terjadinya Perjanjian Linggarjati
2. Untuk mengetahui Proses terjadinya Perjanjian Linggarjati
3. Untuk mengetahui dampak terjadinya Perjanjian Linggarjati

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Perundingan Linggarjati

Linggarjati atau Linggajati sendiri adalah nama sebuah desa yang secara
geografis berada antara Cirebon dan Kuningan dan terletak di kaki gunung
Ciremai tepatnya berada di selatan Cirebon. Sebuah rumah di sana pernah menjadi
tempat berlangsungan perundingan yang menghasilkan Perjanjian Linggarjati
antara Indonesia-Belanda. Sekarang dikenal sebagai Gedung Perundingan
Linggarjati.

Selain itu kota ini dipilih karena letaknya strategis di pertengahan antara
Jakarta dan Yogyakarta. Pada saat itu Belanda dan sekutu menguasai Jakarta,
sedangkan Indonesia sendiri menguasai Yogyakarta. Pemilihan Linggarjati sebagai
tempat perundingan dikarenakan tempat ini netral bagi kedua belah pihak. Kini
tempat jalannya perundingan masih ada dan dijadikan museum yang dinamai
“Museum Linggarjati”.

Perundingan Linggarjati adalah Perundingan yang terjadi antara pihak


Indonesia dan Belanda yang ditengahi oleh Inggris. Perundingan ini diadakan pada
tanggal 11-13 November 1946, namun delegasi telah sampai di Linggarjati pada
tanggal 10 November (sehari sebelumnya). Hasil perundingan yang terjadi di
awal-awal masa kemerdekaan tersebut menghasilkan sebuah kesepakatan yang
kemudian dinamakan “Perjanjian Linggarjati”. Hasil perundingan Linggarjati yang
diparaf 15 November 1946 dan ditandatangani 25 Maret 1947 di Istana Negara ini
menjadi sangat penting karena mengukuhkan keberadaan Republik Indonesia
pasca Proklamasi.

Selepas Indonesia memproklamirkan diri sebagai negara merdeka pada 17


Agustus 1945 dan terlepas dari jajahan Jepang. Belanda yang sebelumnya telah
menjajajah Indonesia ingin kembali menjajah Indonesia.

4
Awalnya pada 29 September 1945 pasukan sekutu dan AFNEI datang ke
Indonesia dengan tujuan untuk melucuti tentara Jepang setelah kekalahan Jepang
pada perang dunia ke II dan menetapkan status quo diIndonesia. Namun
kedatangan mereka ternyata diboncengi oleh NICA (Netherlands-Indies Civil
Administration).

Hal tersebut menimbulkan kecurigaan pemerintah dan rakyat Indonesia,


mereka menilai Belanda ingin kembali mencoba berkuasa di Indonesia, hingga
akhirnya pertempuran-pertempuran pun terjadi, seperti di pertempuran 10
November di Surabaya, Pertempuran di Ambarawa, Medan area, Pertempuran
Merah putih di Manado dll2. Karena sering terjadinya pertempuran-pertempuran
yang merugikan kedua belah pihak dan akhirnya kedua belah pihak menginginkan
berakhirnya konflik dan selesainya persengketaan wilayah kekuasaan serta
kedaulatan Republik Indonesia, maka pihak kerajaan Belanda dan Indonesia pun
sepakat untuk melakukan kontak diplomasi pertama dalam sejarah kedua negara.

Pada tanggal 17 November 1945 diadakan perundingan pertama bertempat di


markas besar tentara sekutu di jakarta3. Perundingan tersebut membahas mengenai
usulan Belanda, namun dalam pertemuan tersebut tidak mencapai kesepakatan
apapun.

Pemerintah inggris yang ingin secepatnya melepaskan diri dari kesulitan


pelaksaan tugasnya di Indonesia mengirimkan Sir Archibald Clark Kerr sebagai
duta istimewa ke Indonesia, sedangkan Pemerintah Belanda di wakili oleh Wakil
Gubernur Jendral Dr. H.J. Van Mook4.

Pada 10 Februari 1946 Van Mook mengajukan usuluan pembentukan suatu


“Persemakmuran Bersama” (Commonwealth) Indonesia dengan Belanda. Namun,

2
Salamadian. 2018. Perjanjian Perundingan Linggarjati. Tersedia: https://salamadian.com/perjanjian-
perundingan-linggarjati/ 2018 (diakses : 8 September 2019)

3
Hoesein, Rushdy. 2010. Terobosan Soekarno dalam Perundingan Linggarjati.Jakarta : Kompas.
4
Poesponegoro, Marwati.2008.Sejarah Nasional Indonesia. Hlm. 203

5
PM Sjahrir menuntut tidak kurang dari pengakuan eksistensi RI. Dalam
perundingan lanjutan tanggal 13, 16 dan 17 Maret 1946 sjahrir tetap ingin agar
kekuasaan RI diakui diseluruh bekas Hindia Belanda5. Sjahrir juga mengusulkan
pada 25 Maret 1946 agar hal tersebut ditetapkan dalam sebuah perjanjian yang
tertulis.

Pada tanggal 14 April hingga 25 April 1946 diadakan sebuah perudingan yang
dilaksanakan di kota Hooge Veluwe Belanda yang ditengahi oleh Sir Archibald
Clark Kerr. Perundingan tersebut merupakan perundingan lanjutan yang dilekukan
antara Indonesia dan Belanda6. Menyusul beberapa perundingan sebelumnya yang
tidak mendapatkan kesepakatan.

Namun sayangnya perundingan tersebutpun gagal, hal tersebut dikarenakan


Indonesia meminta Belanda untuk mengakui kedaulatan terhadap pulau Jawa,
Madura, dan Sumatera. Sedangkan Belanda hanya mau mengakui kedaulatan atas
Pulau Jawa dan Pulau Madura saja7. Tentu saja hal tersebut membuat pihak
Indonesia tidak ingin melanjutkan perundingan tersebut.

Hingga akhirnya pada tanggal 7 Oktober 1946 kembali diadakan perundingan


di Jakarta yang dihadiri oleh Lord Killearn dari pihak inggris sebagai penengah,
dari pihak Indonesia diadiri Perdana Mentri Sjahrir, sedangkan pihak Belanda oleh
Van Mook. Hasil dari perundingan ini juga membuat rencana untuk mengadakan
perundingan selanjutnya di Linggarjati, Kuningan.

B. Proses Perundingan Linggarjati

5
Hoesein, Rushdy. 2010. Terobosan Soekarno dalam Perundingan Linggarjati.Jakarta : Kompas.

6
Primadia, Adara. 2016. Perundingan Hooge Veluwe-Latar Belakang dan Hasil Perundingan.
Tersedia (Online): sejarahlengkap.com/Indonesia/kemerdekaan/pasca-kemerdekaan/perundingan-
hooge-veluwe/amp
7
Saddoen, Arifin.2018.Perjanjian Linggarjati: Latar Belakang, Waktu, Isi, Tokoh dan Dampaknya.
Tersedia (Online): mondoggiesmusic.com/perjanjian-linggarjati/

6
Perundingan antara Indonesia dan Belanda di Desa Linggarjati berlangsung
sejak 11-13 November 1946 yang kemudian dilanjutkan di Jakarta hingga tanggal
15 November 1946.Perundingan ini membahas mengenai konsep persetujuan
perundingan yang telah disiapkan oleh Belanda, yang terdiri dari 17 pasal dan
satu pasal penutup.Sistem yang dipakai pada perundingan ini yakni membahas
konsep persetujuan berdasarkan pasal demi pasal dan dipimpin secara bergantian
oleh Komisi Jendral Prof. Schermerhorn dan Perdana Menteri Sutan
Sjahrir.Pelaksanaan perundingan hari pertama antara Indonesia dan Belanda yang
berlangsung tanggal 11 November 1946 sempat tertunda dengan adanya insiden
Kapal Banckert (kapal motor penyapu ranjau Belanda), yaitu kapal yang
mengangkut delegasi Belanda.
Pada tanggal 11 November Delegasi Belanda datang dengan kapal terbang
“Catalina” dan dibawa ke “Banckert”. Seperti apa yang dilakukan satu hari
sebelumnya perahu motor ALRI datang untuk menjemput Delegasi Belanda;
komandan “Banckert” menolak dan minta Delegasi diangkut dengan patroli
“Banckert”. Hal ini ditolak oleh komadan perahu motor ALRI. Akhirya persoalan
ini dipecahkan dengan diperkenankannya Delegasi Belanda diangkut perahu
patroli “Banckert, tetapi dikawal oleh perahu motor ALRI.(A.B.Lapian &
P.J.Drooglever, 1992: 17). Pihak ALRI (Angkatan Laut Republik Indonesia)
menolak mengizinkan Kapal Bancker memasuki perairan Republik Indonesia
sebagai salah satu upaya mempertahankan kedaulatan, karena sikap yang diambil
oleh pasukan RI yang mengawal kapal asing memasuki perairan Indonesia
menunjukkan pengakuan terhadap wilayah perairan Indonesia. Perundingan hari
pertama antara Indonesia dan Belanda berlangsung selama tiga setengah jam
setelah insiden Kapal Banckert dapat diatasi. Perundingan hari pertama dipimpin
oleh Prof. Schermerhorn dan dihadiri oleh delegasi masing-masing Negara.Dari
delegasi Belanda hadir Schermerhorn, Van Poll, De Boer, Van Mook, Maassen
dan Samkalden. Dari delegasi Indonesia hadir Sjahrir, Roem, Soesanto

7
Tirtoprodjo, A.K. Gani, Amir Sjarifuddin, Soedarsono, Leimena dan A.G.
Pringgodidjo8.
Hasil perundingan pada hari pertama yaitu adanya perubahan redaksional
kata pada bagian pembukaan konsep Persetujuan Linggarjati juga adanya
peleburan pasal 6 ke dalam pasal 1 sehingga pasal 1 menjadi meluas. Pelaksanaan
perundingan antara Indonesia dan Belanda pada hari pertama sampai kepada
pembahasan pasal 2. Perundingan hari kedua antara Indonesia dan Belanda di
Desa Linggarjati pada tanggal 12 November 1946 dihadiri dengan jumlah peserta
yang sama dengan jumlah peserta yang hadir pada hari sebelumnya, namun untuk
hari kedua ini, sidang dipimpin oleh Perdana Menteri Sutan Sjahrir. Seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya bahwa Perundingan Linggarjati dipimpin secara
bergantian oleh Komisi Jendral Belanda dan Perdana Menteri RI. Berbeda dengan
hari sebelumnya, perundingan hari kedua berlangsung sangat pelik hingga
memakan waktu kurang lebih 9 jam yang disebabkan adanya perdebatan panjang
antara kedua delegasi. Dua soal tidak dapat dicapai kesepakatan, yakni soal
perwakilan Republik Indonesia di luar negeri dan soal kedaulatan Negara
Indonesia Serikat9.
Pihak Indonesia menjelaskan bahwa mempunyai perwakilan di luar negeri
berkaitan dengan pengakuan de facto wilayah RI, namun penjelasan itu ditolak
oleh pihak Belanda.Perundingan pada harikedua itu segera di diakhiri, dan malam
harinya, delegasi Belanda diundang makan malam dengan Presiden RI di
kediamannya, Kuningan. Pada pertemuan makan malam tersebut, Soekarno
menanyakan akan hasil perundingan yang baru saja dilaksanakan oleh delegasi
Indonesia dan delegasi Belanda, ternyata yang disampaikan oleh delegasi Belanda
hanya seputar pasal 2 tentang kedaulatan Negara Indonesia Serikat, meskipun
Soekaro belum tau persis perdebatan yang terjadi antara kedua belah pihak,

8
Hoesein, Rushdy. 2010. Terobosan Soekarno dalam Perundingan Linggarjati.Jakarta : Kompas.

9
Lapian, A.B & P.J.Drooglever. 1992. Menelusuri Jalur Linggarjati. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
hlm 18.

8
namun Soekarno telah bersedia menerima rancangan perjanjian. Schermerhorn
memberitahukan pada butir 4 agenda “pendapat ketua delegasi” bahwa dalam
diskusi dengan Presiden telah dicapai suatu dasar untuk persetujuan. Akan tetapi
Soetan Sjahrir mengatakan bahwa ia tak dapat memberi komentar atas
pengumuman ini karena waktu itu ia tidak hadir, dan lebih baik untuk merujuk
pada suatu “kemungkinan” untuk dijadikan dasar persetujuan10.Pasal-pasal dalam
konsep persetujuan perundingan yang masih mengganjal atau yang belum
menemukan kesepakatan dari kedua belah pihak dibahas pada hari berikutnya
yaitu tanggal 13 November 1946. Perundingan dipimpin oleh Sutan Sjahrir dan
dihadiri oleh anggota delegasi yang sama seperti sebelumnya kecuali Van Mook.
Hasil perundingan yang dicapai adalah adanya kesepakatan antara kedua
belah pihak mengenai rancangan Perjanjian Linggarjati dan adanya usul dari
delegasi Indonesia mengenai pasal tambahan yang mengatur tentang
arbitrasi.Belanda menyetujui untuk mencantumkan suatu pasal mengenai arbitrasi
yang perumusannya akan diselesaikan dalam pertemuan-pertemuan selanjutnya di
Jakarta11. Tanggal 15 November 1946, Perdana Menteri Sutan Sjahrir berhasil
menambahkan satu pasal yang mengatur tentang arbitrase guna menengahi
perbedaan-perbedaan yang timbul.Dengan demikian perundingan antara
Indonesia dan Belanda menghasilkan 17 pasal.

Hasil pokok Perjanjian Linggarjati antara Indonesia dan Belanda adalah:


1. Pemerintah Belanda mengakui kenyataan kekuasaan de facto Pemerintah RI
atas Jawa, Madura dan Sumatra. Daerah-daerah yang diduduki oleh tentara

10
Thoyeb, M.T dkk. 2004. Sejarah Diplomasi Republik Indonesia Dari Masa ke Masa. Jakarta: PT.
Upakara Sentosa Sejahtera. hlm 528.

11
Thoyeb, M.T dkk. 2004. Sejarah Diplomasi Republik Indonesia Dari Masa ke Masa. Jakarta: PT.
Upakara Sentosa Sejahtera.

9
Sekutu atau Belanda secara berangsur-angsur dan dengan kerjasama kedua
pihak akan dimasukkan ke dalam daerah RI (Pasal 1)
2. Pemerintah Belanda dan Pemerintah RI akan bekerjasama untuk membentuk
NIS yang meliputi seluruh wilayah IndiaBelanda sebagai negara berdaulat,
dengan mengingat cara-cara yang demokratis dan hak menentukan nasib
sendiri (pasal 2, 3 dan 5 ayat 2)
3. Pemerintah Belanda dan RI akan membentuk Uni Indonesia Belanda. Adapun
negeri Belanda dalam pengertian ini meliputi juga Suriname dan Curacao,
sedangkan yang dimaksud dengan Indonesia ialah NIS. Uni dipimpin oleh
raja Belanda dan bertujuan untuk mengurus penyelenggaraan kepentingan
bersama (pasal 6 dan 8)
4. Pemerintah Belanda dan RI akan mengusahakan agar pembentukan NIS dan
Uni bisa diselesaikan sebelum 1 Januari 1949. (pasal 12)
5. Pemerintah RI mengakui, memulihkan dan melindungi hak milik orang asing
(pasal 14)
6. Pemerintah Belanda dan Pemerintah RI setuju untuk mengadakan
pengurangan tentara dan kerjasama dalam hal ketentaraan (pasal 16, lihat juga
pasal 1)
7. Jika terjadi perselisihan antara Pemerintah Belanda dan Pemerintah RI perihal
pelaksanaan persetujuan ini, maka kedua pihak akan menyerahkan persoalnya
kepada sebuah komisi arbritase untuk memecahkannya (pasal 17)12.

Pada hari itu juga hasil perundingan yang diberi nama Naskah Persetujuan
Linggarjati dalam bahasa Belanda diparaf oleh kedua delegasi sedangkan Naskah
Persetujuan Linggarjati dalam bahasa Indonesia baru ditandatangani pada tanggal
18 November 1946. Namun setelah Naskah Persetujuan Linggarjati dibawa oleh
kedua delegasi ke negaranya masing-masing untuk diratifikasi, terjadi
pertentangan yang pada akhirnya membentuk kelompok-kelompok di dalam

12
Moedjanto, G. 1988. Indonesia Abad ke20 I. Yogyakarta: Kanisius.

10
masyarakat yang mendukung (pro) dan yang menentang (kontra) namun dengan
berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah masing-masing negara akhirnya
Naskah Persetujuan Linggarjati ditandatangai pada tanggal 25 Maret 1947 di
Istana Rijswijk.

C. Dampak Perjanjian Linggarjati

a. Dampak Positif Perjanjian Linggarjati


Dampak Perjanjian Linggarjati memberi dampak positif bagi Republik
Indonesia. Beberapa dampak positif tersebut adalah:
1. Adanya pengakuan secara de facto atas RI yang meliputi Jawa,Madura dan
Sumatera.
2. Pengakuan Belanda atas Jawa, Madura, dan Sumatra. Belanda mengakui
Jawa, Madura, dan Sumatra sebagai wilayah Republik Indonesia. Hal ini
menunjukkan bahwa secara de facto Indonesia sudah berkuasa atas wilayah
tersebut. Pengakuan Belanda terhadap kemerdekaan Indonesia juga
mendorong negara lainnya untuk mengakui kemerdekaan Republik
Indonesia secara sah.
3. Berakhirnya konflik antara Indonesia dengan Belanda. Perjanjian
Linggarjati setidaknya mengakhiri konfrontasi rakyat Indonesia terhadap
Belanda. Konfrontasi tersebut dikhawatirkan akan semakin banyak korban
jiwa berjatuhan dari kalangan rakyat. Hal ini disebabkan kekuatan militer
Belanda yang sudah canggih dan kekuatan rakyat Indonesia yang masih
apa adanya.
b. Dampak Negatif Perjanjian
Namun, dampak Perjanjian Linggarjati tidak hanya bersifat positif.
Indonesia juga mendapatkan dampak negatif dari perjanjian tersebut, yakni
sebagai berikut:
1. Wilayah RI dari Sabang sampai Merauke yang seluas Hindia-Belanda.
2. Wilayah kekuasaan Indonesia yang sangat kecil. Indonesia memiliki
wilayah kekuasaan yang sangat kecil akibat perjanjian tersebut. Indonesia

11
hanya meliputi Jawa, Sumatera, dan Madura. Indonesia juga harus
mengikuti persemakmuran Indo-Belanda yang diketuai oleh Ratu Belanda.
3. Memberi kesempatan Belanda untuk membangun kekuatan. Perjanjian
Linggarjati juga memberi kesempatan dan waktu bagi Belanda untuk
membangun kekuatannya. Belanda bahkan melakukan agresi militernya,
yakni Agresi Militer Belanda 1. Baca juga Agresi Militer Belanda 1, Agresi
Militer Belanda 2, dan sejarah Perjanjian Renville. Perjanjian ini dilanggar
oleh Belanda. Hal ini dinyatakan oleh Gubernur Jenderal H. J van Mook,
pada tanggal 20 Juli 1947, yang mengumumkan bahwa Belanda tidak lagi
terikat dengan perjanjian tersebut. Belanda melakukan agresi militer
pertamanya pada tanggal 21 Juli 1947.
4. Penentangan hasil perjanjian dari dalam negara Indonesia. Perjanjian
Linggarjati menghadirkan pro dan kontra dalam tubuh bangsa Indonesia.
Partai-partai politik yang menentang perjanjian ini adalah PNI, Angkatan
Comunis Muda (Acoma), Partai Rakyat Indonesia, Partai Wanita, Partai
Rakyat Jelata, dan Laskar Rakyat Jawa Barat.13

13
Asih kusumaningsih.2019.7 dampak perjanjian linggarjati.Tersedia :
https://sejarahlengkap.com/indonesia/dampak-perjanjian-linggarjati/amp(diakses:30 oktober 2019)

12
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan

b. Saran

13
DAFTAR PUSTAKA

Hoesein, Rushdy. 2010. Terobosan Soekarno dalam Perundingan Linggarjati.


Jakarta : Kompas.

Kusumaningsih, Asih. 2019.7 Dampak Perjanjian Linggajati. Tersedia:


https://sejarahlengkap.com/indonesia/dampak-perjanjian-linggarjati 2019
(diakses : 29 Oktober 2019)

Lapian, A.B & P.J.Drooglever. 1992. Menelusuri Jalur Linggarjati. Jakarta: Pustaka
Utama Grafiti.
Moedjanto, G. 1988. Indonesia Abad ke 20 I. Yogyakarta: Kanisius.
Poesponegoro, Marwati dkk.2008. Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka

Primadia, Adara. 2016. Perundingan Hooge Veluwe-Latar Belakang dan Hasil


Perundingan. Tersedia (Online): sejarahlengkap.com/Indonesia/kemerdekaan/
pasca-kemerdekaan/perundingan-hooge-veluwe/amp (diakses: 30 Oktober
2019).

Saddoen, Arifin. 2018.Perjanjian Linggarjati: Latar Belakang, Waktu, Isi, Tokoh dan
Dampaknya. Tersedia (Online): mondoggiesmusic.com/perjanjian-linggarjati/
(diakses: 30 Oktober 2019).

Salamadian. 2018. Perjanjian Perundingan Linggarjati. Tersedia: https://salamadian


.com/perjanjian-perundingan-linggarjati/ 2018 (diakses : 8 September 2019).

Thoyeb, M.T dkk. 2004. Sejarah Diplomasi Republik Indonesia Dari Masa ke Masa.

Jakarta: PT. Upakara Sentosa Sejahtera.

14

Anda mungkin juga menyukai