Kelompok 1
1. Arifa Zuria Azamuddin
2. Nabilla
3. Suci Indah Ramadhani
4. Hizra Sistami Aulia
5. Muhammad Febrian
6. Muhammad Ikhsan Albana
1
KATA PENGANTAR
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
PEMBAHASAN REVOLUSI MENEGAKKAN PANJI-PANJI NKRI........................................... 1
A. Tantangan Awal Kemerdekaan................................................................................ 1
1. Kondisi Awal Indonesia Merdeka............................................................................ 1
2. Kedatangan Sekutu dan Belanda............................................................................. 1
3. Merdeka atau Mati.................................................................................................. 2
B. Antara Perang dan Diplomasi.................................................................................. 4
1. Rangkaian Perjanjian Linggarjati.............................................................................. 4
2. Agresi Militer I.......................................................................................................... 5
3. Peran Komisi Tiga Negara........................................................................................ 5
4. Perjanjian Renville................................................................................................... 6
5. Agresi Militer II dan Penangkapan Pimpinan Negara.............................................. 6
6. Peran PDRI : Penjaga Eksistensi RI........................................................................... 7
7. Tetap Memimpin Gerilya......................................................................................... 8
8. Serangan Umum 1 Maret 1949............................................................................... 9
9. Persetujuan Roem-Royen........................................................................................ 10
10. Yogya Kembali.......................................................................................................... 11
11. Konferensi Inter Indonesia....................................................................................... 12
12. Konferensi Meja Bundar.......................................................................................... 12
13. Pembentukan Republik Indonesia Serikat............................................................... 13
14. Pengakuan Kedaulatan............................................................................................ 14
15. Kembali ke Negara Kesatuan................................................................................... 14
C. Nilai-nilai Kejuangan Masa Revolusi......................................................................... 15
1. Persatuan dan Kesatuan.......................................................................................... 15
2. Rela Berkorban dan Tanpa Pamrih.......................................................................... 15
3. Cinta pada Tanah Air................................................................................................ 15
4. Saling Pengertian dan Harga Menghargai............................................................... 15
PENUTUP....................................................................................................................... 16
1. KESIMPULAN............................................................................................................. 16
2. SARAN....................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 17
ii
PEMBAHASAN
REVOLUSI MENEGAKKAN PANJI-PANJI NKRI
1
Sekutu masuk ke Indonesia melalui beberapa pintu wilayah Indonesia
terutama daerah yang merupakan pusat pemerintahan pendudukan Jepang
seperti Jakarta, Semarang, dan Surabaya. Setelah Perang Dunia II, terjadi
perundingan Belanda dengan Inggris di London.
Untuk melaksanakan isi Perjanjian Potsdam, maka pihak SWPAC (South West
Pasific Areas Command) di bawah Lord Louis Mountbatten di Singapura segera
mengatur pendaratan tentara Sekutu di Indonesia. Setelah informasi dan
persiapan dipandang cukup, maka Louis Mountbatten membentuk pasukan
komando khusus yang disebut AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indiers)
di bawah pimpinan Letnan Jenderal Sir Philip Christison.
Kedatangan tentara Sekutu diboncengi NICA yang akan menegakkan kembali
kekuatannya di Indonesia. Hal ini menimbulkan kecurigaan terhadap Sekutu
dan bersikap anti Belanda.
2
2. Perang Aceh
Pasukan-pasukan Aceh dari Divisi Gajah I ditempatkan satu resimen di Medan
Area (RIMA). Batalyon I dan II menduduki Medan Tengah dan Selatan. Divisi
Gajah II Akan menduduki Medan Barat, Panglima Divisi Gajah II Kolonel
Simbolon. Divisi Gajah I menduduki Kota Medan. Batalyon Meriam Kapten
Nukum Sanami, berada di Medan Timur, Batalyon NIP Xarim, Batalyon Bejo
dan Batalyon Laskar Rakyat lainnya Membantu Divisi Gajah II. Pada hari H
yang telah ditentukan Gajah I dan Gajah II,Tidak berhasil menduduki Kota
Medan. Kompi Gajah I berhasil masuk di jalan raya Medan-Belawan, Tandem
Hilir.Namun setelah dua hari mundur kembali, karena Jalan Medan Belawan
dapat Diduduki Belanda kembali. Pada Clash ke I, 21 April 1947, Belanda dapat
menguasai Daerah Medan Area dan mundur dari Medan Area. Yakin Belanda
akan meneruskan Serangannya menduduki Pangkalan Berandan daerah
minyak, pasukan RI membumihanguskan Pangkalan Belanda.
Selanjutnya, pasukan mundur ke Tanjung Pura, Setelah tiga hari di Tanjung
Pura terpaksa pasukan RI meninggalkannya karena Belanda langsung merebut
Tanjung Pura. Pasukan RI bertahan di tepian Sungai Tanjung Pura, setelah tiga
hari, bertahan di tepi sungai, Belanda menguasai seluruh Sungai Tanjung Pura
dan pasukan RI mundur ke Gebang, Gebang perbatasan daerah Aceh
Sumatera Timur. Pasukan baru didatangkan dari daratan Aceh, satu resimen
Untuk bertahan di Gebang.
3. Perang Ambarawa
Gerakan maju Tentera Inggris ke Ambarawa dan Magelang pada tanggal 14
Disember 1945 akhirnya dapat dipukul mundur yang dalam peristiwa sejarah
dikenal Sebagai Palagan Ambarawa. Pada akhir September 1946, tentera
Belanda mengambil Alih posisi dan wilayah pendudukan dari tentara Sekutu
(Inggris) sesudah Mendatangkan bala bantuan dari negeri Belanda yang
dikenal dengan “Divisi 7 Desember”. Hingga bulan Oktober 1946, Belanda
telah dapat menghimpun kekuatan Militernya sebanyak 3 divisi di Jawa dan 3
Brigade di Sumatera. Tentera Inggris Menyerahkan secara resmi tugas
pendudukannya kepada Tentera Belanda pada Tanggal 30 November 1946.
Dari segi perimbangan kekuatan militer pada masa itu,Pihak Belanda telah
merasa cukup kuat untuk menegakkan kembali kekuasaan dan Kedaulatannya
di Indonesia, dengan memaksakan keinginannya terhadap rakyat dan
Pemerintah Republik Indonesia.
3
dan menginjak-injak lambang/emblem Merah putih yang dipakai seorang anak
Indonesia. Terjadilah pergolakan, beberapa Orang luka- luka. Di tengah baku
hantam itu, dua orang Belanda yang berada di atas Kendaraan melepaskan
tembakan-tembakan ke arah rombongan masyarakat, satu Orang tewas.
Pasukan Jepang bersama dengan barisan bekas militer BPI pimpinan Ahmad
Tahir yang akan beralih menjadi TKR datang untuk meredakan pertempuran.
Akhirnya pihak Sekutu berjanji untuk memindahkan orang Ambon dari
Pension Wilhelmina. Sementara itu, serdadu Jepang mengambil senjata-
senjata dari gedung Itu dan menempatkan pengawalnya di pintu pagar.
Masyarakat Medan Membubarkan diri pukul 13.30 dengan meninggalkan dua
orang Indonesia dan Seorang wanita Ambon yang meninggal dunia.
4
2. Agresi Militer I
Latar belakangnya adalah adanya penolakan pihak Republik Indonesia
Terhadap tuntutan Belanda yang berisi tentang keharusan RI untuk mengirim
beras Dan penyelenggaraan gendarmie (keamanan dan ketertiban bersama).
Serangan ini Dilakukan pada tanggal 21 Juli 1947 dengan sasaran kota besar di
Jawa, daerah Perkebunan dan pertambangan.
Agresi Militer Belanda I memiliki tujuan menguasai sumber daya alam
Indonesia yang berada di Sumatera dan Jawa. Di pulau Jawa, Belanda
bergerak ke Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Mereka hendak
menguasai perkebunan, pabrik, dan pelabuhan.
Sementara di Sumatera, Belanda bertujuan menguasai perkebunan dan
pertambangan khususnya minyak dan batu bara. Kekayaan alam ini akan
menjadi modal ekonomi Kerajaan Belanda. Belanda melancarkan serangan
yang menyebabkan banyak orang meninggal dunia.
Pemerintah Indonesia melaporkan agresi militer ini kepada Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB). PBB lantas mengeluarkan resolusi pada 1 Agustus
1947.Dewan Keamanan PBB terus mendesak Belanda menghentikan agresi
militer. Belanda pun menerima resolusi itu dan menyetop pertempuran pada
5 Agustus 1947.
5
4. Perjanjian Renville
Perjanjian renville merupakan perundingan antara Indonesia dan Belanda
yang terjadi di atas kapal Amerika Serikat yaitu USS renville pada 8 Desember
1947.Menurut pengaruh perang kemerdekaan ll terhadap pengakuan
kedaulatan RI tanggal 27 Desember 1949 perundingan renville
dilatarbelakangi pertikaian Belanda Indonesia
Perjanjian Renville yang berisi sebagai berikut:
Pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS) dengan segera.
Republik Indonesia merupakan negara bagian RIS.
Belanda tetap menguasai seluruh Indonesia sebelum RIS terbentuk.
Wilayah Republik Indonesia yang diakui Belanda hanya Yogyakarta,
Jawa Tengah, dan Sumatera.
Wilayah kekuasaan Indonesia dengan Belanda dipisahkan oleh garis
demarkasi yang disebut Garis Van Mook.
TNI harus ditarik mundur dari Jawa Barat dan Jawa Timur atau wilayah-
wilayah kekuasaan Belanda.
Akan dibentuk UNI Indonesia-Belanda dengan kepalanya Raja Belanda.
Akan diadakan plebisit atau referendum (pemungutan suara) untuk
menentukan nasib wilayah dalam RIS.
Akan diadakan pemilihan umum untuk membentuk Dewan
Konstituante RIS.
Hasil Perjanjian Renville yang telah ditandatangani pada 17 Januari 1948 itu
cukup merugikan bagi Indonesia. Salah satunya perekonomian Indonesia
diblokade Belanda secara ketat.
Dalam Indonesian National Revolution 1945-1950 (1974) tulisan Anthony Reid,
keberadaan Garis Van Mook dinilai sebagai hinaan karena wilayah Indonesia
jadi semakin dipersempit.
Tidak hanya itu, dampak Perjanjian Renville ini memicu aksi pemberontakan
PKI di Madiun pada 1948 dan membuat konflik politik di Indonesia semakin
kacau.
6
Belanda ingin merebut kekayaan alam yang ada di Indonesia untuk
menumbuhkan perekonomian negaranya yang hancur setelah kalah dalam
Perang Dunia II.
Dalam Agresi Militer Belanda II, pasukan militer Belanda awalnya menyerang
Pangkalan Udara Maguwo agar bisa masuk ke Yogyakarta. Belanda
menggempur pangkalan udara itu secara tiba-tiba melalui serangan udara.
Setelah Pangkalan Udara Maguwo lumpuh, Belanda dengan cepat menguasai
Yogyakarta. Pemimpin Indonesia saat itu, Presiden Soekarno dan Wakil
Presiden Mohammad Hatta ditangkap.
Belanda juga menangkap sejumlah tokoh seperti Sutan Sjahrir, Agus Salim,
Mohammad Roem, dan AG Pringgodigdo. Mereka diterbangkan ke tempat
pengasingan di Pulau Sumatera dan Pulau Bangka.
Namun, rencana ini tak jadi dilakukan karena PDRI berhasil membentuk
pemerintahan sementara pada 22 Desember 1948. Sejak saat itu, tokoh-
tokoh PDRI menjadi incaran Belanda. Namun, PDRI tak gentar dan menyusun
sejumlah perlawanan dengan membentuk lima wilayah pemerintahan militer
di Sumatera yakni di Aceh, Tapanuli, Riau, Sumatera Barat, dan Sumatera
Selatan. Perlawanan terhadap belanda juga dibantu berbagai laskar di Jawa.
7
7. Tetap Memimpin Gerilya
Perang gerilya adalah perang dilakukan secara sembunyi-sembunyi,
berpindah-pindah dan penuh kecepatan. Gerilya merupakan salah satu
strategi perang dalam perjuangan para pejuang dalam rangka merebut dan
mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Taktik perang
Selama gerilya Jenderal Soedirman dan pasukan berjalan untuk berpindah-
pindah tempat. Mereka berjalan cukup jauh dengan menyeberangi sungai,
gunung, lembah, dan hutan. Para pejuang juga melakukan penyerangan ke
pos-pos yang dijaga Belanda atau saat konvoi. Gerilya yang dilakukan pasukan
Indonesia merupakan strategi perang untuk memecah konsentrasi pasukan
Belanda.
Kondisi itu membuat pasukan Belanda kewalahan. Apalagi penyerangan
dilakukan secara tiba-tiba dan secara cepat. Pasukan Indonesia juga berani
masuk ke kota untuk menyerang dan menguasai kembali Yogyakarta dari
penguasaan Belanda. Adanya taktik ini membuat TNI dan rakyat yang bersatu
dan kemudian berhasil menguasai keadaan dan medan pertempuran.
Puncak
Puncak Peristiwa Agresi Militer Belanda II membuat situasi Yogyakarta sangat
tidak kondusif. Apalagi adanya propaganda Belanda di dunia luar bahwa
tentara Indonesia sudah tidak ada. Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai
8
raja Keraton Yogyakarta Hadiningrat mengirimkan surat kepada Jenderal
Sudirman untuk meminta izin diadakan serangan.
Setelah perencanaan yang matang, 1 Maret 1949 pagi hari, serangan besar-
besaran yang serentak dilakukan di seluruh wilayah Indonesia. Fokus utama
penyerangan di ibu kota Indonesia, Yogyakarta. Pagi hari sekitar pukul 06.00
WIB, sewaktu sirine dibunyikan serangan dilakukan di segala penjuru kota.
Dari sektor sebelah barat sampai batas Malioboro dipimpin Letkol Soeharto.
Di sektor timur dipimpin Ventje Sumual, sektor selatan dan timur oleh Mayor
Sardjono. Di sektor utara dipimpin Mayor Kusno. Sementara di sektor kota
dipimpin Letnan Amir Murtopo dan Letnan Masduki. Pasukan Indonesia
berhasil menguasai Kota Yogyakarta selama 6 jam. Peristiwa tersebut dikenal
dengan Serangan Umum 1 Maret.
Dalam rekaman itu, Sultan mengatakan dia melihat semangat rakyat makin
lemah pada akhir Januari 1949. Sedangkan saat itu dia juga mendengar dari
radio bahwa Dewan keamanan PBB pada awal Maret 1949 hendak membahas
persengketaan Indonesia-Belanda.
Serangan umum dilancarkan jam 06.00 pagi seiring bunyi sirine pertanda jam
malam berakhir. Belanda tidak siap dan tentara RI dalam waktu singkat
memukul seluruh pasukan militer Belanda. Pada waktu inilah selama enam
jam, Yogyakarta berhasil dikuasai tentara RI.
Akhir Serangan Umum 1 Maret 1949 adalah tepat pukul 12.00 ketika pasukan
RI mundur. Saat pasukan bantuan Belanda datang, tentara RI sudah tidak di
tempat. Belanda kemudian hanya bisa menyerang daerah sepanjang
pengunduran pasukan republik.
9
Meski hanya enam jam, dampak serangan 1 maret 1949 cukup besar, di
antaranya:
1) Menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia tetap ada dan TNI masih
mampu menyerang
2) Mendukung diplomasi RI di forum PBB
3) Mendorong perubahan sikap Amerika Serikat yang akhirnya balik
menekan Belanda agar berunding dengan RI
4) Menaikkan mental rakyat dan TNI yang bergerilya
5) Mematahkan mental dan semangat Belanda.
9. Persetujuan Roem-Royen
Belanda menyadari bahwa Agresi Militer yang dilakukannya tidak memberikan
manfaat dan justru menjadikan perlawanan rakyat Indonesia semakin
meluas.Selain itu, dunia internasional melakukan tekanan kepada Belanda.
Maka, tidak ada jalan lain selain mengikuti anjuran PBB untuk kembali ke meja
perundingan.Perundingan Roem Royen diadakan di Hotel Des Indes Jakarta
dan dipimpin oleh Merle Cochran, delegasi RI diwakili oleh Mr. Muhammad
Roem dan Belanda diketuai oleh Dr. JH. Van Royen.
10
Sementara itu, dalam perundingan tersebut, Belanda menyatakan bahwa:
1) Menyetujui kembalinya Pemerintah RI ke Yogyakarta
2) Menjamin penghentian gerakan-gerakan militer dan
membebaskan semua tahanan politik
3) Tidak akan mendirikan atau mengakui Negara-negara yang ada
di daerah yang dikuasai RI sebelum 19 Desember 1949, dan
tidak akan meluaskan Negara atau daerah dengan merugikan
Republik
4) Menyetujui adanya RI sebagai bagian dari Negara Indonesia
Serikat
5) Berusaha dengan sesungguh-sungguhnya supaya KMB segera
diadakan sesudah Pemerintah Republik kembali ke Yogyakarta.
Setelah cukup lama berunding dan sampai pada puncaknya di 29 Juni 1949,
kota Yogyakarta mulai bersih dari kawanan tentara Belanda yang berhasil
dipulangkan.
11
11. Konferensi Inter Indonesia
Dalam perjanjian Roem-Royen Indonesia dan Belanda telah menyepakati
tentang pelaksanaan Konferensi Meja Bundar yang akan diselenggarakan di
Den Haag, Belanda pada bulan Desember 1949.
Pemerintah Indonesia menilai perlu adanya persiapan strategi diplomasi dan
konsolidasi sebelum pelaksanaan KMB.
Konferensi Inter-Indonesia I
Konferensi Inter-Indonesia dilaksanakan sebanyak 2 kali. Dan dilaksanakan
pada tanggal 19 – 22 Juli 1949 di hotel Tugu Yogyakarta.
Konferensi ini dipimpin oleh Moh.Hatta dengan agenda utama pembahasan
masalah pembentukan RIS (Republik Indonesia Serikat). Hasil dari Konferensi
Inter-Indonesia I adalah :
RIS akan melaksanakan pemerintahan berdasarkan asas demokrasi
dalam bentuk negara federal.
RIS akan dikepalai oleh seorang presiden konstitusional dan dibantu
oleh menteri-menteri.
Presiden dan menteri akan bertanggung jawab kepada Dewan
Perwakilan Rakyat (legislatif).
Pembentukan 2 badan legislatif yaitu Dewan Perwakilan Rakyat dan
Dewan Perwakilan Negara Bagian.
Angkatan Perang RIS adalah angkatan perang nasional yang terdiri dari
TNI, KNIL, ML (Militaire Luchtvaart) dan VB (Veileigheids Batalyon).
Konferensi Inter-Indonesia II
Konferensi Inter-Indonesia II dilaksanakan pada 31 Juli – 3 Agustus 1949 di
Jakarta. Konferensi yang dipimpin Moh.Hatta ini membahas masalah pokok
yang telah disetujui di Yogyakarta.
Melalui konferinsi ini RI dan BFO membentuk Panitia Persiapan Nasional yang
bertugas untuk menjaga keamanan dan ketertiban sebelum dan sesudah
KMB.
12
Republik Indonesia Serikat menerima kedaulatan atas dasar ketentuan-
ketentuan dalam konstitusinya. Rancangan konstitusi telah dipermaklumkan
kepada Kerajaan Belanda.
13
Wilayah negara RIS
a. Negara bagian yang meliputi Negara Indonesia Timur, Negara
Pasundan, Negara Jawa Timur, Negara Madura, Negara Sumatra,
Negara Sumatra Timur, Negara Madura, Negara Sumatra, Negara
Sumatra Timur, dan Republik Indonesia.
b. Satuan-satuan kenegaraan, yang meliputi Jawa Tengah, Bangka,
Banjar, Riau, Kalimantan Tenggara, Kalimantan Timur, Daerah
Istimewa, dan Kalimantan Barat
c. Daerah Swapradja yang meliputi Kota Waringin, Sabang, dan Padang.
Hasil dari bantuan ini adalah dibentuknya Penentuan Pendapat Rakyat atau
PEPERA dengan hasil Papua Barat masuk dalam wilayah kedaulatan Republik
Indonesia.
Pada 15 Agustus 1950, diadakan rapat gabungan parlemen (DPR) dan Senat
RIS. Dalam rapat gabungan ini Presiden Soekarno membacakan Piagam
Persetujuan terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
14
C. Nilai-nilai Kejuangan Masa Revolusi
1. Persatuan dan Kesatuan
Kunci kesuksesan utama dari segenap perjuangan bangsa Indonesia ialah
karena persatuan dan kesatuan. Sejak dari zaman datangnya bangsa asing ke
Nusantara, proses terusirnya para penjajah hanya dapat dilakukan ketika
rakyat dan pemimpin berhasil bersatu dalam satu tekad untuk mencapai
kemerdekaan.
Walaupun, banyak perbedaan yang tidak dapat terhindarkan, persatuan
tersebut tetap tegak karena sejatinya untuk inilah Indonesia merdeka, yaitu
untuk bersatu dalam perbedaan.
2. Rela Berkorban dan Tanpa Pamrih
Sifat rela berkorban sejatinya hanyalah sifat yang dimiliki oleh orang-orang
besar. Semua pejuang kemerdekaan di Republik ini memiliki perasaan rela
berkorban yang sangat besar. Bayangkan saja, apabila pejuang tersebut
memiliki sifat yang pamrih, mau dibawa kemana negara ini? Dengan begitu,
sifat rela berkorban menjadi sangat penting karena inilah landasan dari
persatuan yang ada di Indonesia.
3. Cinta pada Tanah Air
Perasaan cinta tanah air sejatinya memiliki makna yang sangat mendalam bagi
para pejuang saat itu, perasaan cinta tanah air yang mereka wujudkan telah
sampai pada titik yang tertinggi yaitu keberanian untuk rela berkorban. Tidak
hanya berkorban harta, waktu, dan materi saja bahkan nyawa pun rela asal
negara ini dapat merdeka.
4. Saling Pengertian dan Harga Menghargai
Sifat ini merupakan cerminan perilaku yang tidak boleh diremehkan.
Bayangkan saja, apabila para pendiri bangsa memiliki sikap yang keras kepala,
pasti akan sulit untuk mencapai persatuan. Sehingga, sikap saling menghagai
menjadi sangat penting karena itulah landasan agar keberagaman di Indonesia
tetap dapat berjalan dengan aman dan nyaman.
15
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas kita dapat mengetahui bahwa saat Indonesia setelah
merdeka keadaan awal Indonesia pada saat itu seperti bayi yang baru lahir
yang harus memulai kenegaraannya dari. Baru. Di mana Indonesia sudah
mulai mendapat pengakuan de facto sebagai negara namun dalam
pembangunan konteks negara Indonesia masih saja dijajah oleh bangsa
Belanda yang mencoba masuk ke Indonesia dengan membawa pasukan yaitu
dengan disebut dengan AFNEI kedatangannya yang dibonceng juga oleh NICA
menimbulkan kecurigaan terhadap Indonesia dan bersikap anti Belanda.
SARAN
Demikian pembahasan kami adapun saran yang ingin kami sampaikan semoga
makalah ini dapat memberi manfaat untuk semuanya.
16
DAFTAR PUSTAKA
https://adjar.grid.id/read/543720409/sejarah-konferensi-inter-indonesia
https://www.kompas.com/skola/read/2020/03/16/193000169/pengakuan-kedaulatan
https://adjar.grid.id/read/543722725/sejarah-terbentuknya-republik-indonesia-serikat
https://www.kelaspintar.id/blog/tips-pintar/sejarah-perang-gerilya-di-indonesia-12704/
https://amp.kompas.com/regional/read/2022/01/23/181239178/perjanjian-renville-isi-
tokoh-latar-belakang-dan-dampaknya-bagi-kedaulatan
https://www.kompas.com/stori/read/2021/10/28/140000279/kronologi-agresi-militer-
belanda-ii?amp=1&page=2
https://www.kelaspintar.id/blog/tips-pintar/nilai-nilai-kejuangan-masa-revolusi-
11444/#:~:text=Setidaknya%2C%20ada%20empat%20(4),tanah%20air%2C%20serta%20sali ng
%20menghargai
https://www.kompas.com/skola/read/2020/03/17/201500969/tujuan-pdri
17