Anda di halaman 1dari 20

REVOLUSI MENEGAKKAN PANJI-PANJI NKRI

Kelompok 1
1. Arifa Zuria Azamuddin
2. Nabilla
3. Suci Indah Ramadhani
4. Hizra Sistami Aulia
5. Muhammad Febrian
6. Muhammad Ikhsan Albana

Guru Mata Pelajaran


Maspi Yendra,S.Pd

SMA NEGERI 1 SALIMPAUNG


TP 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat ALLAH SWT,karena kami dapat


Menyelesaikan Makalah ini. Penyusunan Makalah ini disusun untuk memenuhi
Tugas Sejarah Indonesia dengan judul “REVOLUSI MENEGAKKAN PANJI PANJI
NKRI”.Selain itu Tujuan dari Penyusunan Makalah ini juga untuk Menambah
wawasan tentang Pengetahuan Pembaca secara meluas. Kami juga
mengucapkan terima Kasih kepada Bapak Maspi Yendra,S.Pd selaku guru Mata
Pelajaran sejarah Indonesia, yang telah Membimbing kami agar dapat
Menyelesaikan Makalah ini.
Akhirnya kami menyadari bahwa Makalah ini sangat jauh Dari Kesempurnaan
Oleh karena itu, Dengan segala kerendahan hati, kami menerima Kritik dan
Saran agar penyusunan Makalah Selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk Itu
kami Mengucapkan banyak terima kasih dan semoga karya Tulis ini Bermanfaat
bagi para Pembaca.

Salimpaung, 9 Mei 2023

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
PEMBAHASAN REVOLUSI MENEGAKKAN PANJI-PANJI NKRI........................................... 1
A. Tantangan Awal Kemerdekaan................................................................................ 1
1. Kondisi Awal Indonesia Merdeka............................................................................ 1
2. Kedatangan Sekutu dan Belanda............................................................................. 1
3. Merdeka atau Mati.................................................................................................. 2
B. Antara Perang dan Diplomasi.................................................................................. 4
1. Rangkaian Perjanjian Linggarjati.............................................................................. 4
2. Agresi Militer I.......................................................................................................... 5
3. Peran Komisi Tiga Negara........................................................................................ 5
4. Perjanjian Renville................................................................................................... 6
5. Agresi Militer II dan Penangkapan Pimpinan Negara.............................................. 6
6. Peran PDRI : Penjaga Eksistensi RI........................................................................... 7
7. Tetap Memimpin Gerilya......................................................................................... 8
8. Serangan Umum 1 Maret 1949............................................................................... 9
9. Persetujuan Roem-Royen........................................................................................ 10
10. Yogya Kembali.......................................................................................................... 11
11. Konferensi Inter Indonesia....................................................................................... 12
12. Konferensi Meja Bundar.......................................................................................... 12
13. Pembentukan Republik Indonesia Serikat............................................................... 13
14. Pengakuan Kedaulatan............................................................................................ 14
15. Kembali ke Negara Kesatuan................................................................................... 14
C. Nilai-nilai Kejuangan Masa Revolusi......................................................................... 15
1. Persatuan dan Kesatuan.......................................................................................... 15
2. Rela Berkorban dan Tanpa Pamrih.......................................................................... 15
3. Cinta pada Tanah Air................................................................................................ 15
4. Saling Pengertian dan Harga Menghargai............................................................... 15
PENUTUP....................................................................................................................... 16
1. KESIMPULAN............................................................................................................. 16
2. SARAN....................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 17

ii
PEMBAHASAN
REVOLUSI MENEGAKKAN PANJI-PANJI NKRI

A. Tantangan Awal Kemerdekaan

1. Kondisi Awal Indonesia Merdeka


Secara politis keadaan Indonesia pada awal kemerdekaan belum begitu
mapan. Ketegangan, kekacauan, dan berbagai insiden masih terus terjadi. Hal
ini tidak lain karena masih ada kekuatan asing yang tidak rela kalau Indonesia
merdeka. Sebagai contoh rakyat Indonesia masih harus bentrok dengan sisa-
sisa kekuatan Jepang. Beberapa alat kelengkapan negara juga sudah tersedia,
tetapi karena baru awal kemerdekaan tentu masih banyak kekurangan. PPKI
yang keanggotaannya sudah disempurnakan berhasil mengadakan sidang
untuk mengesahkan UUD dan memilih Presiden-Wakil Presiden. Bahkan untuk
menjaga keamanan negara juga telah dibentuk TNI.

Kondisi perekonomian negara masih sangat memprihatinkan, sehingga terjadi


inflasi yang cukup berat. Hal ini dipicu karena peredaran mata uang rupiah
Jepang yang tak terkendali, sementara nilai tukarnya sangat rendah. Kondisi
perekonomian ini semakin parah karena adanya blokade yang dilakukan
Belanda (NICA). Belanda juga terus memberi tekanan dan teror terhadap
pemerintah Indonesia. Inilah yang menyebabkan Jakarta semakin kacau,
sehingga pada tanggal 4 Januari 1946 Ibu Kota RI pindah ke Yogyakarta. Pada
1 Oktober 1946, Indonesia mengeluarkan uang RI yang disebut ORI, uang NICA
dinyatakan sebagai alat tukar yang tidak sah.

Struktur kehidupan masyarakat mulai mengalami perubahan, tidak ada lagi


diskriminasi. Semua memiliki hak dan kewajiban yang sama. Sementara dalam
hal pendidikan, pemerintah mulai menyelenggarakan pendidikan yang
diselaraskan dengan alam kemerdekaan.

2. Kedatangan Sekutu dan Belanda


Bagi Sekutu dan Belanda, Indonesia dalam masa vacuum of power atau
kekosongan pemerintahan. Dalam logika Belanda adalah kembali berkuasa
atas Indonesia seperti sebelum Indonesia direbut Jepang. Atau dengan kata
lain, Belanda ingin menjajah kembali Indonesia. Bagi Sekutu, setelah selesai
Perang Dunia II, maka negara-negara bekas jajahan Jepang merupakan Sekutu.

1
Sekutu masuk ke Indonesia melalui beberapa pintu wilayah Indonesia
terutama daerah yang merupakan pusat pemerintahan pendudukan Jepang
seperti Jakarta, Semarang, dan Surabaya. Setelah Perang Dunia II, terjadi
perundingan Belanda dengan Inggris di London.

Untuk melaksanakan isi Perjanjian Potsdam, maka pihak SWPAC (South West
Pasific Areas Command) di bawah Lord Louis Mountbatten di Singapura segera
mengatur pendaratan tentara Sekutu di Indonesia. Setelah informasi dan
persiapan dipandang cukup, maka Louis Mountbatten membentuk pasukan
komando khusus yang disebut AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indiers)
di bawah pimpinan Letnan Jenderal Sir Philip Christison.
Kedatangan tentara Sekutu diboncengi NICA yang akan menegakkan kembali
kekuatannya di Indonesia. Hal ini menimbulkan kecurigaan terhadap Sekutu
dan bersikap anti Belanda.

Sementara Christison sebagai pemimpin AFNEI menyadari bahwa, untuk


menjalankan tugasnya tidak mungkin tanpa bantuan pemerintah RI. Oleh
karena itu, Christison bersedia berunding dengan pemerintah RI. Kemudian,
Christison pada tanggal 1 Oktober 1945 mengeluarkan pernyataan pengakuan
secara de facto tentang negara Indonesia. Namun, dalam kenyataannya
pernyataan tersebut banyak dilanggarnya.

3. Merdeka atau Mati


1. Pertempuran Surabaya
Kedatangan tentara Inggris di Surabaya pada tanggal 25 Oktober 1945,
dibawah Pimpinan Brigadir Jenderal Mallaby. Pada tanggal 27 Oktober 1945
tentara Inggris mulai menduduki gedung Pemerintahan, yang dipertahankan
oleh rakyat dan pemuda Indonesia sehingga terjadi pertempuran. Tanggal 29
Oktober 1945 atas permintaan Letnan Jenderal Christison,Presiden Soekarno
terbang ke Surabaya untuk Menghentikan pertempuran. Usaha Bung Karno
berhasil Dengan tercapainya gencatan senjata. Pada tanggal 31 Oktober 1945
tersiarlah berita bahwa Brigadir Jendral Mallaby hilang kemudian ternyata
terbunuh. Karena tidak Dapat menangkap pembunuhnya, maka pada tanggal
9 November 1945 Mayor Jenderal Manserg dengan surat Sebaran
menyampaikan ultimatum.Sampai tanggal 10 November 1945, jam 06.00 pagi
tidak Ada seorang pun dari bangsa Indonesia yang datang Menyerahkan diri.
Saat itu jugalah mengguntur dentuman Meriam-meriam Inggris yang
dimuntahkan pelurunya di Kota Surabaya. Rakyat dan pemuda Surabaya
masih juga Mencoba mempertahankan kotanya, namun senjata ringan dan
bambu runcing tak Berdaya menghadapi meriam-meriam berat dan tank-tank
Inggris sehingga terpaksa Pasukan bersenjata Indonesia mengundurkan diri ke
jurusan Mojokerto.

2
2. Perang Aceh
Pasukan-pasukan Aceh dari Divisi Gajah I ditempatkan satu resimen di Medan
Area (RIMA). Batalyon I dan II menduduki Medan Tengah dan Selatan. Divisi
Gajah II Akan menduduki Medan Barat, Panglima Divisi Gajah II Kolonel
Simbolon. Divisi Gajah I menduduki Kota Medan. Batalyon Meriam Kapten
Nukum Sanami, berada di Medan Timur, Batalyon NIP Xarim, Batalyon Bejo
dan Batalyon Laskar Rakyat lainnya Membantu Divisi Gajah II. Pada hari H
yang telah ditentukan Gajah I dan Gajah II,Tidak berhasil menduduki Kota
Medan. Kompi Gajah I berhasil masuk di jalan raya Medan-Belawan, Tandem
Hilir.Namun setelah dua hari mundur kembali, karena Jalan Medan Belawan
dapat Diduduki Belanda kembali. Pada Clash ke I, 21 April 1947, Belanda dapat
menguasai Daerah Medan Area dan mundur dari Medan Area. Yakin Belanda
akan meneruskan Serangannya menduduki Pangkalan Berandan daerah
minyak, pasukan RI membumihanguskan Pangkalan Belanda.
Selanjutnya, pasukan mundur ke Tanjung Pura, Setelah tiga hari di Tanjung
Pura terpaksa pasukan RI meninggalkannya karena Belanda langsung merebut
Tanjung Pura. Pasukan RI bertahan di tepian Sungai Tanjung Pura, setelah tiga
hari, bertahan di tepi sungai, Belanda menguasai seluruh Sungai Tanjung Pura
dan pasukan RI mundur ke Gebang, Gebang perbatasan daerah Aceh
Sumatera Timur. Pasukan baru didatangkan dari daratan Aceh, satu resimen
Untuk bertahan di Gebang.

3. Perang Ambarawa
Gerakan maju Tentera Inggris ke Ambarawa dan Magelang pada tanggal 14
Disember 1945 akhirnya dapat dipukul mundur yang dalam peristiwa sejarah
dikenal Sebagai Palagan Ambarawa. Pada akhir September 1946, tentera
Belanda mengambil Alih posisi dan wilayah pendudukan dari tentara Sekutu
(Inggris) sesudah Mendatangkan bala bantuan dari negeri Belanda yang
dikenal dengan “Divisi 7 Desember”. Hingga bulan Oktober 1946, Belanda
telah dapat menghimpun kekuatan Militernya sebanyak 3 divisi di Jawa dan 3
Brigade di Sumatera. Tentera Inggris Menyerahkan secara resmi tugas
pendudukannya kepada Tentera Belanda pada Tanggal 30 November 1946.
Dari segi perimbangan kekuatan militer pada masa itu,Pihak Belanda telah
merasa cukup kuat untuk menegakkan kembali kekuasaan dan Kedaulatannya
di Indonesia, dengan memaksakan keinginannya terhadap rakyat dan
Pemerintah Republik Indonesia.

4. Pertempuran medan area


Keangkuhan dan provokasi Belanda semakin meningkat sejak pendaratan
Sekutu. Di Medan titip api pergolakan ada di Pension Wilhelmina di seberang
Pasar Sentral Jalan Bali, yang dijadikan asrama dan markas serdadu Ambon
bekas KNIL Yang dipimpin Westerling. Pada Sabtu pagi, tanggal 13 Oktober
1945 serombongan Orang sudah berkumpul di luar markas tesbeut, karena
tersiar berita bahwa seorang Pengawal dari Suku Ambon telah merenggut

3
dan menginjak-injak lambang/emblem Merah putih yang dipakai seorang anak
Indonesia. Terjadilah pergolakan, beberapa Orang luka- luka. Di tengah baku
hantam itu, dua orang Belanda yang berada di atas Kendaraan melepaskan
tembakan-tembakan ke arah rombongan masyarakat, satu Orang tewas.
Pasukan Jepang bersama dengan barisan bekas militer BPI pimpinan Ahmad
Tahir yang akan beralih menjadi TKR datang untuk meredakan pertempuran.
Akhirnya pihak Sekutu berjanji untuk memindahkan orang Ambon dari
Pension Wilhelmina. Sementara itu, serdadu Jepang mengambil senjata-
senjata dari gedung Itu dan menempatkan pengawalnya di pintu pagar.
Masyarakat Medan Membubarkan diri pukul 13.30 dengan meninggalkan dua
orang Indonesia dan Seorang wanita Ambon yang meninggal dunia.

5. Perang Bandung Lautan Api


Pasukan Sekutu Inggris memasuki kota Bandung sejak pertengahan Oktober
1945. Menjelang November 1945, pasukan NICA melakukan aksi teror
Bandung. Meskipun pihak Indonesia telah mengosongkan Bandung utara, tapi
sekutu menuntut Pengosongan sejauh 11 km. Hal itu menyebabkan rakyat
Bandung marah. Mereka Kemudian melakukan aksi pertempuran dengan
membumi hanguskan segenap Penjuru Bandung selatan. Bandung terbakar
hebat dari atas batas timur Cicadas Sampai batas barat Andir. Satu juta jiwa
penduduknya mengungsi ke luar kota pada Tanggal 23 dan 24 Maret 1946
meninggalkan Bandung yang telah menjadi lautan api.

B. Antara Perang dan Diplomasi


1. Rangkaian Perjanjian Linggarjati
Untuk menyelesaikan pertikaian Indonesia-Belanda maka pada 10 November
1946 diadakan perundingan di Linggar Jati. Pihak Indonesia dipimpin oleh dr.
Sudarsono, Jenderal Sudirman, dan Jenderal Oerip Soemohardjo. Inggris
mengirim Lord Killearn sebagai penengah setelah komisi gencatan senjata
terbentuk. Pihak Belanda diwakili oleh Prof. S. Schermerhorn dan Dr. Hj. Van
Mook. Isi persetujuan Linggar Jati. Setelah naskah perjanjian ditandatangani,
muncul pro dan kontra Dimasyarakat mengenai hasil perundingan tersebut.
Tanggal 25 Maret 1947 pihak Indonesia menyetujui perjanjian Linggar Jati.
Hasil perundingan tersebut menghasilkan 17 pasal yang antara lain berisi:
1. Belanda mengakui secara de facto wilayah Republik Indonesia, yaitu Jawa,
Sumatera dan Madura
2. Belanda harus meninggalkan wilayah RI paling lambat tanggal 1 Januari
1949.
3. Pihak Belanda dan Indonesia Sepakat membentuk negara RIS.
4. Dalam bentuk RIS Indonesia harus tergabung dalam persemakmuran
Indonesia-Belanda dengan Belanda sebagai kepala Uni Indonesia-Belanda

4
2. Agresi Militer I
Latar belakangnya adalah adanya penolakan pihak Republik Indonesia
Terhadap tuntutan Belanda yang berisi tentang keharusan RI untuk mengirim
beras Dan penyelenggaraan gendarmie (keamanan dan ketertiban bersama).
Serangan ini Dilakukan pada tanggal 21 Juli 1947 dengan sasaran kota besar di
Jawa, daerah Perkebunan dan pertambangan.
Agresi Militer Belanda I memiliki tujuan menguasai sumber daya alam
Indonesia yang berada di Sumatera dan Jawa. Di pulau Jawa, Belanda
bergerak ke Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Mereka hendak
menguasai perkebunan, pabrik, dan pelabuhan.
Sementara di Sumatera, Belanda bertujuan menguasai perkebunan dan
pertambangan khususnya minyak dan batu bara. Kekayaan alam ini akan
menjadi modal ekonomi Kerajaan Belanda. Belanda melancarkan serangan
yang menyebabkan banyak orang meninggal dunia.
Pemerintah Indonesia melaporkan agresi militer ini kepada Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB). PBB lantas mengeluarkan resolusi pada 1 Agustus
1947.Dewan Keamanan PBB terus mendesak Belanda menghentikan agresi
militer. Belanda pun menerima resolusi itu dan menyetop pertempuran pada
5 Agustus 1947.

3. Peran Komisi Tiga Negara


Komisi Tiga Negara (KTN) adalah komisi yang dibentuk Dewan Keamanan PBB
pada 26 Agustus 1947. KTN memiliki satu tugas pokok yaitu sebagai penengah
konflik antara Indonesia dan Belanda dalam Agresi Militer Belanda yang
terjadi pada Juli 1947.
KTN akhirnya berhasil mempertemukan Indonesia dan Belanda dalam
perjanjian Renville. Atas jasa KTN, Indonesia dan Belanda menerima tawaran
pemerintah Amerika Serikat untuk berunding di atas kapal induk pasukan
Amerika Serikat USS Renville yang sedang berlabuh di Teluk Jakarta pada 8
Desember 1947.
Anggota Komisi Tiga Negara
Anggota KTN terdiri atas Australia yang dipilih Indonesia, Belgia yang dipilih
oleh Belanda, dan Amerika Serikat yang dipilih oleh Belanda dan Indonesia.
Perwakilannya yakni sebagai berikut:
 Delegasi dari Belgia yang mewakili Belanda dalam Komisi Tiga Negara
adalah Paul van Zeeland
 Anggota KTN dari Australia yang menjadi wakil dari Indonesia adalah
Richard C. Kirby
 Delegasi dari Amerika Serikat perwakilan Belanda dan Indonesia dalam
Komisi Tiga Negara adalah Dr. Frank B. Graham
Anggota KTN mulai bekerja sejak 27 Oktober 1947.Sejak dikeluarkannya
resolusi Dewan Keamanan pada 1 November 1947, tugas KTN tidak hanya di
bidang politik, tetapi juga di bidang militer.

5
4. Perjanjian Renville
Perjanjian renville merupakan perundingan antara Indonesia dan Belanda
yang terjadi di atas kapal Amerika Serikat yaitu USS renville pada 8 Desember
1947.Menurut pengaruh perang kemerdekaan ll terhadap pengakuan
kedaulatan RI tanggal 27 Desember 1949 perundingan renville
dilatarbelakangi pertikaian Belanda Indonesia
Perjanjian Renville yang berisi sebagai berikut:
 Pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS) dengan segera.
 Republik Indonesia merupakan negara bagian RIS.
 Belanda tetap menguasai seluruh Indonesia sebelum RIS terbentuk.
 Wilayah Republik Indonesia yang diakui Belanda hanya Yogyakarta,
Jawa Tengah, dan Sumatera.
 Wilayah kekuasaan Indonesia dengan Belanda dipisahkan oleh garis
demarkasi yang disebut Garis Van Mook.
 TNI harus ditarik mundur dari Jawa Barat dan Jawa Timur atau wilayah-
wilayah kekuasaan Belanda.
 Akan dibentuk UNI Indonesia-Belanda dengan kepalanya Raja Belanda.
 Akan diadakan plebisit atau referendum (pemungutan suara) untuk
menentukan nasib wilayah dalam RIS.
 Akan diadakan pemilihan umum untuk membentuk Dewan
Konstituante RIS.

Hasil Perjanjian Renville yang telah ditandatangani pada 17 Januari 1948 itu
cukup merugikan bagi Indonesia. Salah satunya perekonomian Indonesia
diblokade Belanda secara ketat.
Dalam Indonesian National Revolution 1945-1950 (1974) tulisan Anthony Reid,
keberadaan Garis Van Mook dinilai sebagai hinaan karena wilayah Indonesia
jadi semakin dipersempit.
Tidak hanya itu, dampak Perjanjian Renville ini memicu aksi pemberontakan
PKI di Madiun pada 1948 dan membuat konflik politik di Indonesia semakin
kacau.

5. Agresi Militer II dan Penangkapan Pimpinan Negara


Agresi Militer Belanda II adalah serangan yang dilancarkan Belanda pada 19-
20 Desember 1948. Operasi Gagak ini berawal dari serangan di Yogyakarta
yang saat itu merupakan ibu kota dan pusat pemerintahan Indonesia.
Serangan pun meluas ke sejumlah kota di Jawa dan Sumatera. Tujuan Agresi
Militer Belanda II adalah untuk melumpuhkan pusat pemerintahan Indonesia
sehingga Belanda bisa menguasai Indonesia kembali.

6
Belanda ingin merebut kekayaan alam yang ada di Indonesia untuk
menumbuhkan perekonomian negaranya yang hancur setelah kalah dalam
Perang Dunia II.
Dalam Agresi Militer Belanda II, pasukan militer Belanda awalnya menyerang
Pangkalan Udara Maguwo agar bisa masuk ke Yogyakarta. Belanda
menggempur pangkalan udara itu secara tiba-tiba melalui serangan udara.
Setelah Pangkalan Udara Maguwo lumpuh, Belanda dengan cepat menguasai
Yogyakarta. Pemimpin Indonesia saat itu, Presiden Soekarno dan Wakil
Presiden Mohammad Hatta ditangkap.
Belanda juga menangkap sejumlah tokoh seperti Sutan Sjahrir, Agus Salim,
Mohammad Roem, dan AG Pringgodigdo. Mereka diterbangkan ke tempat
pengasingan di Pulau Sumatera dan Pulau Bangka.

6. Peran PDRI : Penjaga Eksistensi RI


Sebelum ditangkap, Presiden Soekarno sempat membuat surat kuasa kepada
Menteri Kemakmuran Syafruddin Prawiranegara untuk membuat
pemerintahan darurat sementara.
Soekarno memberikan mandat kepada Syafruddin untuk membentuk
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Bukittinggi, Sumatera
Barat. Peralihan pemerintahan ini bertujuan agar Republik Indonesia tidak
berhenti dan terus menyusun strategi melawan Belanda.

Presiden Soekarno juga sudah membuat rencana cadangan seandainya


Pemerintahan Darurat ini gagal menjalankan tugas pemerintahan.
Soekarno membuat surat kepada Duta Besar RI di New Delhi, India,
Sudarsono, Menteri Keuangan AA Maramis dan staf Kedutaan RI LN Palar
untuk membentuk Exile Government of Republic Indonesia di New Delhi,
India. Exile Government adalah pemerintah resmi suatu negara yang karena
alasan tertentu tidak dapat menggunakan kekuatan legalnya.

Namun, rencana ini tak jadi dilakukan karena PDRI berhasil membentuk
pemerintahan sementara pada 22 Desember 1948. Sejak saat itu, tokoh-
tokoh PDRI menjadi incaran Belanda. Namun, PDRI tak gentar dan menyusun
sejumlah perlawanan dengan membentuk lima wilayah pemerintahan militer
di Sumatera yakni di Aceh, Tapanuli, Riau, Sumatera Barat, dan Sumatera
Selatan. Perlawanan terhadap belanda juga dibantu berbagai laskar di Jawa.

Serangan Belanda yang terus digencarkan justru mendapat kecaman dari


dunia internasional. PBB mendesak Belanda membebaskan pemimpin
Indonesia dan kembali memenuhi Perjanjian Renville.
Belanda pun membebaskan Soekarno dan Hatta pada 6 Juli 1949.
Pemerintahan pun kembali pulih pada 13 Juli 1949. Belanda dan Indonesia
juga merundingkan perjanjian Roem Royen.

7
7. Tetap Memimpin Gerilya
Perang gerilya adalah perang dilakukan secara sembunyi-sembunyi,
berpindah-pindah dan penuh kecepatan. Gerilya merupakan salah satu
strategi perang dalam perjuangan para pejuang dalam rangka merebut dan
mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Perang gerilya dipimpin oleh Panglima Besar Jenderal Soedirman. Perang


gerilya terjadi di Yogyakarta saat Agresi Militer Belanda II pada 1948. Perang
gerilya merupakan sebuah respon agresi Militer Belanda II. Kota Yogyakarta
menjadi sasaran utama penyerangan yang dilakukan oleh Belanda. Pada
waktu itu Yagyakarta menjadi ibu kota Indonesia setelah Jakarta dikuasai
Belanda. Belanda kembali masuk ke Indonesia terutama di Pulau Jawa pada 14
Desember 1948. Kedatangan Belanda untuk melumpuhkan dan
menghancurkan semangat militer Indonesia. Berbagai serangan dilakukan
oleh pasukan Belanda. Di Yogyakarta dilancarkan di Pangkalan Udara
Maguwo, kemudian berlanjut lewat serangan darat. Pada 19 Desember 1948,
Yogyakarta mampu dilumpuhkan dan dikuasai pasukan Belanda.

Presiden Soekarno, Wakil Presiden Moh. Hatta dan beberapa pejabat


Indonesia ditangkap Belanda. Presiden Soekarno diterbangkan ke Prapat
sebelum akhirnya kemudian dipindahkan ke Bangka. Sementara Wakil
Presiden Moh. Hatta juga turut diterbangkan ke Bangka. Pada 22 Desember
1948, Jenderal Soedirman meninggalkan Yogyakarta untuk gerilya.

Taktik perang
Selama gerilya Jenderal Soedirman dan pasukan berjalan untuk berpindah-
pindah tempat. Mereka berjalan cukup jauh dengan menyeberangi sungai,
gunung, lembah, dan hutan. Para pejuang juga melakukan penyerangan ke
pos-pos yang dijaga Belanda atau saat konvoi. Gerilya yang dilakukan pasukan
Indonesia merupakan strategi perang untuk memecah konsentrasi pasukan
Belanda.
Kondisi itu membuat pasukan Belanda kewalahan. Apalagi penyerangan
dilakukan secara tiba-tiba dan secara cepat. Pasukan Indonesia juga berani
masuk ke kota untuk menyerang dan menguasai kembali Yogyakarta dari
penguasaan Belanda. Adanya taktik ini membuat TNI dan rakyat yang bersatu
dan kemudian berhasil menguasai keadaan dan medan pertempuran.

Puncak
Puncak Peristiwa Agresi Militer Belanda II membuat situasi Yogyakarta sangat
tidak kondusif. Apalagi adanya propaganda Belanda di dunia luar bahwa
tentara Indonesia sudah tidak ada. Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai

8
raja Keraton Yogyakarta Hadiningrat mengirimkan surat kepada Jenderal
Sudirman untuk meminta izin diadakan serangan.

Setelah perencanaan yang matang, 1 Maret 1949 pagi hari, serangan besar-
besaran yang serentak dilakukan di seluruh wilayah Indonesia. Fokus utama
penyerangan di ibu kota Indonesia, Yogyakarta. Pagi hari sekitar pukul 06.00
WIB, sewaktu sirine dibunyikan serangan dilakukan di segala penjuru kota.
Dari sektor sebelah barat sampai batas Malioboro dipimpin Letkol Soeharto.
Di sektor timur dipimpin Ventje Sumual, sektor selatan dan timur oleh Mayor
Sardjono. Di sektor utara dipimpin Mayor Kusno. Sementara di sektor kota
dipimpin Letnan Amir Murtopo dan Letnan Masduki. Pasukan Indonesia
berhasil menguasai Kota Yogyakarta selama 6 jam. Peristiwa tersebut dikenal
dengan Serangan Umum 1 Maret.

8. Serangan Umum 1 Maret 1949


Serangan Umum 1 Maret 1949 dilakukan dengan penguasaan Yogyakarta
selama 6 jam. Letnan Kolonel Soeharto saat itu memimpin serangan ini. Salah
satu pendapat yang menyebut Letkol Soeharto adalah penggagas ialah buku
Soeharto: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya oleh G. Dwipayana dan
Ramadhan KH. Namun, belakangan opini tentang Sultan Hamengku Buwono IX
sebagai penggagas muncul karena wawancaranya dengan Radio BBC London
tahun 1986.

Dalam rekaman itu, Sultan mengatakan dia melihat semangat rakyat makin
lemah pada akhir Januari 1949. Sedangkan saat itu dia juga mendengar dari
radio bahwa Dewan keamanan PBB pada awal Maret 1949 hendak membahas
persengketaan Indonesia-Belanda.

Hal tersebut dinilai menjadi alasannya melakukan Serangan Umum 1 Maret


1949. Tujuannya adalah meningkatkan semangat dan harapan rakyat serta
menarik perhatian dunia bahwa RI masih punya kekuatan.

Serangan umum dilancarkan jam 06.00 pagi seiring bunyi sirine pertanda jam
malam berakhir. Belanda tidak siap dan tentara RI dalam waktu singkat
memukul seluruh pasukan militer Belanda. Pada waktu inilah selama enam
jam, Yogyakarta berhasil dikuasai tentara RI.

Akhir Serangan Umum 1 Maret 1949 adalah tepat pukul 12.00 ketika pasukan
RI mundur. Saat pasukan bantuan Belanda datang, tentara RI sudah tidak di
tempat. Belanda kemudian hanya bisa menyerang daerah sepanjang
pengunduran pasukan republik.

9
Meski hanya enam jam, dampak serangan 1 maret 1949 cukup besar, di
antaranya:
1) Menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia tetap ada dan TNI masih
mampu menyerang
2) Mendukung diplomasi RI di forum PBB
3) Mendorong perubahan sikap Amerika Serikat yang akhirnya balik
menekan Belanda agar berunding dengan RI
4) Menaikkan mental rakyat dan TNI yang bergerilya
5) Mematahkan mental dan semangat Belanda.

9. Persetujuan Roem-Royen
Belanda menyadari bahwa Agresi Militer yang dilakukannya tidak memberikan
manfaat dan justru menjadikan perlawanan rakyat Indonesia semakin
meluas.Selain itu, dunia internasional melakukan tekanan kepada Belanda.
Maka, tidak ada jalan lain selain mengikuti anjuran PBB untuk kembali ke meja
perundingan.Perundingan Roem Royen diadakan di Hotel Des Indes Jakarta
dan dipimpin oleh Merle Cochran, delegasi RI diwakili oleh Mr. Muhammad
Roem dan Belanda diketuai oleh Dr. JH. Van Royen.

Perundingan berakhir pada 7 Mei 1949 dengan hasil: pemerintah RI termasuk


para pemimpin yang ditawan akan dikembalikan ke Yogyakarta dan kedua
pihak sepakat untuk melaksanakan Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den
Haag. Keikutsertaan pemerintah RI dalam perundingan selanjutnya bukan
tanpa syarat.

Pihak pemerintah RI menuntut agar Tentara Belanda ditarik dari wilayah


Yogyakarta. Akhirnya Belanda menerima persyaratan Yogyakarta. Pada 2 Juni
1949 pengosongan wilayah Yogyakarta dimulai di bawah pengawasan UNCI
(United Nations Commissioner for Indonesia).

Adapun isi dari perundingan Roem-Royen atau dikenal dengan “Roem-Royem


Statements” adalah sebagai berikut :

Ketua Delegasi Indonesia, Mr. Roem menyatakan bahwa:


1) Pengeluaran perintah kepada pengikut-pengikut Republik yang
bersenjata untuk menghentikan perang gerilya
2) Kerja sama dalam hal mengembalikan perdamaian dan menjaga
ketertiban dan keamanan; dan turut serta pada Konferensi Meja
Bundar di Den Haag dengan maksud untuk mempercepat
penyerahan kedaulatan yang sungguh dan lengkap kepada Negara
Indonesia Serikat, dengan tidak bersyarat.

10
Sementara itu, dalam perundingan tersebut, Belanda menyatakan bahwa:
1) Menyetujui kembalinya Pemerintah RI ke Yogyakarta
2) Menjamin penghentian gerakan-gerakan militer dan
membebaskan semua tahanan politik
3) Tidak akan mendirikan atau mengakui Negara-negara yang ada
di daerah yang dikuasai RI sebelum 19 Desember 1949, dan
tidak akan meluaskan Negara atau daerah dengan merugikan
Republik
4) Menyetujui adanya RI sebagai bagian dari Negara Indonesia
Serikat
5) Berusaha dengan sesungguh-sungguhnya supaya KMB segera
diadakan sesudah Pemerintah Republik kembali ke Yogyakarta.

10. Yogya Kembali


Dewan Keamanan PBB dan Amerika Serikat saat itu menuntut pembebasan
kabinet Republik Indonesia. Pihak Belanda dan Indonesia pun menyetujuinya
dengan sepakat mengadakan Perjanjian Roem Royen pada 14 April 1947 - 7
Mei 1949.
Keputusan dari hasil Perjanjian Roem Royen ini dinilai sangat lamban, sampai
akhirnya menghadirkan Bung Hatta dari pengasingan di Bangka dan Sri Sultan
Hamengku Buwono IX.

Saat itu Sri Sultan Hamengku Buwono IX menegaskan dalam perundingan


bahwa Yogyakarta adalah bagian dari Republik Indonesia yang siap membantu
mempertahankan kemerdekaan.
Hal lain yang memperkuat Yogya bisa kembali ke Indonesia yaitu dari hasil
perundingan tiga pihak antara BFO atau Majelis Konsultatif Federal, Indonesia-
Belanda yang diawasi PBB.

Ketiganya menyatakan bahwa Belanda harus menarik mundur pasukannya


sejak Agresi Militer II, 19 Desember 1948.
Kemudian ketika insiden Serangan Oemoem 1 Maret 1949, dunia
internasional meyakini bahwa RI dan TNI masih ada, meskipun pihak Belanda
mempropagandakan sebaliknya.

Setelah cukup lama berunding dan sampai pada puncaknya di 29 Juni 1949,
kota Yogyakarta mulai bersih dari kawanan tentara Belanda yang berhasil
dipulangkan.

11
11. Konferensi Inter Indonesia
Dalam perjanjian Roem-Royen Indonesia dan Belanda telah menyepakati
tentang pelaksanaan Konferensi Meja Bundar yang akan diselenggarakan di
Den Haag, Belanda pada bulan Desember 1949.
Pemerintah Indonesia menilai perlu adanya persiapan strategi diplomasi dan
konsolidasi sebelum pelaksanaan KMB.

Konferensi Inter-Indonesia I
Konferensi Inter-Indonesia dilaksanakan sebanyak 2 kali. Dan dilaksanakan
pada tanggal 19 – 22 Juli 1949 di hotel Tugu Yogyakarta.
Konferensi ini dipimpin oleh Moh.Hatta dengan agenda utama pembahasan
masalah pembentukan RIS (Republik Indonesia Serikat). Hasil dari Konferensi
Inter-Indonesia I adalah :
 RIS akan melaksanakan pemerintahan berdasarkan asas demokrasi
dalam bentuk negara federal.
 RIS akan dikepalai oleh seorang presiden konstitusional dan dibantu
oleh menteri-menteri.
 Presiden dan menteri akan bertanggung jawab kepada Dewan
Perwakilan Rakyat (legislatif).
 Pembentukan 2 badan legislatif yaitu Dewan Perwakilan Rakyat dan
Dewan Perwakilan Negara Bagian.
 Angkatan Perang RIS adalah angkatan perang nasional yang terdiri dari
TNI, KNIL, ML (Militaire Luchtvaart) dan VB (Veileigheids Batalyon).
Konferensi Inter-Indonesia II
Konferensi Inter-Indonesia II dilaksanakan pada 31 Juli – 3 Agustus 1949 di
Jakarta. Konferensi yang dipimpin Moh.Hatta ini membahas masalah pokok
yang telah disetujui di Yogyakarta.
Melalui konferinsi ini RI dan BFO membentuk Panitia Persiapan Nasional yang
bertugas untuk menjaga keamanan dan ketertiban sebelum dan sesudah
KMB.

12. Konferensi Meja Bundar


Konferensi yang berjalan dari 23 Agustus hingga 2 November 1949
menghasilkan sejumlah kesepakatan, sebagai berikut.

Kerajaan Belanda menyerahkan sepenuhnya kedaulatan Indonesia tanpa


syarat dan tidak dapat dicabut, dan karenanya mengakui Republik Indonesia
Serikat sebagai negara yang merdeka dan berdaulat.

12
Republik Indonesia Serikat menerima kedaulatan atas dasar ketentuan-
ketentuan dalam konstitusinya. Rancangan konstitusi telah dipermaklumkan
kepada Kerajaan Belanda.

Kedaulatan akan diserahkan selambat-lambatnya pada 30 Desember 1949.


Pada poin satu, awalnya pemerintah Hindia Belanda tidak menyetujui
penyerahan Papua Barat sebagai wilayah kedaulatan Indonesia karena
perbedaan etnis.
Pemerintah Hindia Belanda saat itu ingin menjadikan Papua Barat sebagai
negara terpisah. Sehingga saat itu masalah Papua Barat belum terselesaikan
dalam KMB.
Tokoh dalam Konferensi Meja Bundar
Delegasi Indonesia dalam perundingan KMB di Den Haag, Belanda di
antaranya:
1) Mohammad Hatta
2) Mohammad Roem
3) Soepomo
4) Johannes Leimena
5) Ali Sastroamidjojo
6) Sujono Hadinoto
7) Sumitro Djojohadikusumo
8) Abdul Karim Pringgodigdo
9) T. B. Simatupang
10) Muwardi

13. Pembentukan Republik Indonesia Serikat


Berdasarkan perjanjian Konferensi Meja Bundar, sejak 27 Desember 1949
NKRI berubah menjadi negara Republik Indonesia Serikat. Pemerintahan RI
berkedudukan di Yogyakarta dan pemerintahan RIS berkedudukan di Jakarta.

Sistem pemerintahan yang berlaku pada masa Republik Indonesia Serikat


adalah sistem demokrasi parlementer. Mohammad Hatta menjadi Perdana
Menteri RIS, Soekarno menjadi Presiden RIS, Mr. Asaat menjadi Presiden RI,
dan Mr. Sartono menjadi Ketua DPR RI. Anggota DPR dan Senat diambil dari
tiap negara bagian sebanyak 2 orang wakil, dengan total 32 orang dari 16
negara bagian.

Konstitusi yang berlaku pada masa Republik Indonesia Serikat adalah


Konstitusi RIS atau Undang-Undang Republik Indonesia Serikat.

13
Wilayah negara RIS
a. Negara bagian yang meliputi Negara Indonesia Timur, Negara
Pasundan, Negara Jawa Timur, Negara Madura, Negara Sumatra,
Negara Sumatra Timur, Negara Madura, Negara Sumatra, Negara
Sumatra Timur, dan Republik Indonesia.
b. Satuan-satuan kenegaraan, yang meliputi Jawa Tengah, Bangka,
Banjar, Riau, Kalimantan Tenggara, Kalimantan Timur, Daerah
Istimewa, dan Kalimantan Barat
c. Daerah Swapradja yang meliputi Kota Waringin, Sabang, dan Padang.

14. Pengakuan Kedaulatan


Penyerahan kedaulatan Belanda kepada Indonesia dilakukan oleh Perdana
Menteri Willem Drees kepada Perdana Menteri Mohammad Hatta setelah
kesepakatan ditandatangani oleh Ratu Belanda.

Pemerintah Hindia Belanda meminta Republik Indonesia Serikat untuk


membayar utang pemerintah Hindia Belanda sebesar 4,3 miliar
gulden.Pemerintah Indonesia membayar 4 miliar gulden selama kurun waktu
1950-1956. Akan tetapi Pemerintah Indonesia memutuskan tidak membayar
sisanya.
Sementara masalah Papua Barat baru terselesaikan pada tahun 1963 dengan
bantuan United Nations Temporary Executive Authority yang dibentuk oleh
PBB.

Hasil dari bantuan ini adalah dibentuknya Penentuan Pendapat Rakyat atau
PEPERA dengan hasil Papua Barat masuk dalam wilayah kedaulatan Republik
Indonesia.

15. Kembali ke Negara Kesatuan


Pada 12 Agustus 1950, pihak KNIP RI menyetujui Rancangan UUD itu menjadi
UUD Sementara. Pada 14 Agustus 1950, DPR dan Senat RIS mengesahkan
Rancangan UUD Sementara KNIP menjadi UUD yang disebut Undang-undang
Dasar Sementara (UUDS) tahun 1950.

Pada 15 Agustus 1950, diadakan rapat gabungan parlemen (DPR) dan Senat
RIS. Dalam rapat gabungan ini Presiden Soekarno membacakan Piagam
Persetujuan terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Pada hari itu, Presiden Soekarno langsung ke Yogyakarta untuk menerima


kembali jabatan Presiden Negara Kesatuan dari pejabat Presiden RI, Mr Asaat.
Dengan demikian, negara RIS berakhir dan secara resmi pada 17 Agustus 1950
terbentuk kembali NKRI. Dengan Soekarno sebagai Presiden dan Moh Hatta
sebagai Wakil Presiden RI.

14
C. Nilai-nilai Kejuangan Masa Revolusi
1. Persatuan dan Kesatuan
Kunci kesuksesan utama dari segenap perjuangan bangsa Indonesia ialah
karena persatuan dan kesatuan. Sejak dari zaman datangnya bangsa asing ke
Nusantara, proses terusirnya para penjajah hanya dapat dilakukan ketika
rakyat dan pemimpin berhasil bersatu dalam satu tekad untuk mencapai
kemerdekaan.
Walaupun, banyak perbedaan yang tidak dapat terhindarkan, persatuan
tersebut tetap tegak karena sejatinya untuk inilah Indonesia merdeka, yaitu
untuk bersatu dalam perbedaan.
2. Rela Berkorban dan Tanpa Pamrih
Sifat rela berkorban sejatinya hanyalah sifat yang dimiliki oleh orang-orang
besar. Semua pejuang kemerdekaan di Republik ini memiliki perasaan rela
berkorban yang sangat besar. Bayangkan saja, apabila pejuang tersebut
memiliki sifat yang pamrih, mau dibawa kemana negara ini? Dengan begitu,
sifat rela berkorban menjadi sangat penting karena inilah landasan dari
persatuan yang ada di Indonesia.
3. Cinta pada Tanah Air
Perasaan cinta tanah air sejatinya memiliki makna yang sangat mendalam bagi
para pejuang saat itu, perasaan cinta tanah air yang mereka wujudkan telah
sampai pada titik yang tertinggi yaitu keberanian untuk rela berkorban. Tidak
hanya berkorban harta, waktu, dan materi saja bahkan nyawa pun rela asal
negara ini dapat merdeka.
4. Saling Pengertian dan Harga Menghargai
Sifat ini merupakan cerminan perilaku yang tidak boleh diremehkan.
Bayangkan saja, apabila para pendiri bangsa memiliki sikap yang keras kepala,
pasti akan sulit untuk mencapai persatuan. Sehingga, sikap saling menghagai
menjadi sangat penting karena itulah landasan agar keberagaman di Indonesia
tetap dapat berjalan dengan aman dan nyaman.

15
PENUTUP

KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas kita dapat mengetahui bahwa saat Indonesia setelah
merdeka keadaan awal Indonesia pada saat itu seperti bayi yang baru lahir
yang harus memulai kenegaraannya dari. Baru. Di mana Indonesia sudah
mulai mendapat pengakuan de facto sebagai negara namun dalam
pembangunan konteks negara Indonesia masih saja dijajah oleh bangsa
Belanda yang mencoba masuk ke Indonesia dengan membawa pasukan yaitu
dengan disebut dengan AFNEI kedatangannya yang dibonceng juga oleh NICA
menimbulkan kecurigaan terhadap Indonesia dan bersikap anti Belanda.

Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 bukan titik akhir perjuangan bangsa


Indonesia untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan. Belanda yang
sudah ratusan tahun merasakan kekayaan Indonesia enggan mengakui
kemerdekaan Indonesia. Sekutu yang telah memenangkan Perang Dunia II
merasa memiliki hak atas nasib bangsa Indonesia. Belanda mencoba masuk
kembali ke Indonesia dan menancapkan kolonialisme dan imperialismenya.
Sementara kondisi sosial ekonomi Indonesia masih sangat memprihatinkan,
perangkat-perangkat kenegaraan juga baru dibentuk, Indonesia ibarat bayi
baru lahir masih lemah, tetapi merdeka adalah harga mati. Berbagai upaya
bangsa asing untuk menguasai kembali bangsa Indonesia ditentang dengan
berbagai cara. Pertempuran heroik dengan korban ribuan jiwa terjadi di
berbagai daerah di Indonesia. Tidak terhitung dengan jelas berapa jumlah
korban jiwa dari pertempuran mempertahankan bangsa Indonesia tersebut,
bahkan banyak pahlawan yang tidak dikenal yang berguguran

SARAN
Demikian pembahasan kami adapun saran yang ingin kami sampaikan semoga
makalah ini dapat memberi manfaat untuk semuanya.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://adjar.grid.id/read/543720409/sejarah-konferensi-inter-indonesia
https://www.kompas.com/skola/read/2020/03/16/193000169/pengakuan-kedaulatan
https://adjar.grid.id/read/543722725/sejarah-terbentuknya-republik-indonesia-serikat
https://www.kelaspintar.id/blog/tips-pintar/sejarah-perang-gerilya-di-indonesia-12704/
https://amp.kompas.com/regional/read/2022/01/23/181239178/perjanjian-renville-isi-
tokoh-latar-belakang-dan-dampaknya-bagi-kedaulatan
https://www.kompas.com/stori/read/2021/10/28/140000279/kronologi-agresi-militer-
belanda-ii?amp=1&page=2
https://www.kelaspintar.id/blog/tips-pintar/nilai-nilai-kejuangan-masa-revolusi-
11444/#:~:text=Setidaknya%2C%20ada%20empat%20(4),tanah%20air%2C%20serta%20sali ng
%20menghargai
https://www.kompas.com/skola/read/2020/03/17/201500969/tujuan-pdri

17

Anda mungkin juga menyukai