Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH SEJARAH PEMINATAN

PEMBENTUKKAN BPUPKI

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2:

1. M FAUZAN
2. REKA SHOLEKA PUTRI
3. TIARA DWI KARLITA

GURU PEMBIMBING :

JIMMY LANOVA S.pd

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI BENGKULU

SMAN 4 REJANG LEBONG

TAHUN AJARAN 2021


KATA PENGANTAR

Segala puji kami panjatkan kepada Allah SWT. Tuhan pencipta alam semesta yang
menjadikan bumi dan isinya dengan begitu sempurna. Tuhan yang menjadikan setiap apa yang
ada dibumi sebagai penjelajahan bagi kaum yang berfikir. Dan sungguh berkat limpahan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini demi memenuhi tugas mata
pelajaran Sejarah Semester II Kelas XI.

Penyusunan makalah ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
kami mengucapakan banyak terimakasih.

kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan, sehingga dengan
segala kerendahan hati kami mengharapakan saran dan kritik yang bersifat membangun
demi lebih baiknya kinerja kami yang akan mendatang.

Semoga makalah ini dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan informasi yang
bermanfaat bagi semua pihak.

Curup, 06 Maret 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN COVER .................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................ 1

B. Rumusan Masalah....................................................................... 2

C. Tujuan dan Manfaat.................................................................... 2

BAB II. PEMBAHASAN

A. Berakhirnya kekuasaan Jepang di Indonesia ............................. 3

B. Pembentukan BPUPKI............................................................... 3

BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................. 9

B. Saran .......................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam perjuangan mencapai kemerdekaan, bangsa Indonesia menempuh melalui bidang.


Yaitu bidang budaya, sosial, ekonomi, dan politik. Di antara bidang-bidang tersebut, bidang
politik yang paling menonjol. Karena penjajahan Belanda menggunakan politik dalam segala
bidang. Hal ini terjadi pada awal abad ke-20 dimana pada waktu itu bangsa Indonesia telah
mengubah cara perjuangannya, tidak lagi bersifat lokal, melainkan bersifat nasional.

Dalam perjuangan yang bersifat nasional itu, peranan organisasi sangat menentukan. Organisasi
pergerakan nasional pertama telah dirintis oleh Budi Utomo, namun Budi Utomo pada awalnya
menempuh perjuangan melalui bidang sosial-budaya. Organisasi Budi Utomo tersebut telah
modern, karena telah tersusun secara baik dan jelas arah tujuannya yang dituangkan ke dalam
anggaran dasar dan anggaran rumah tangga dan disusul dengan organisasi lain.

Sejak tahun 1941 Jepang mengobarkan perang Asia Timur Raya. Perang ini ditandai
dengan pengeboman pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl Harbour (Hawaii) pada
7 Desember 1941 oleh Angkatan Perang Jepang. Pada awalnya pasukan Jepang banyak
mendapatkan kemenangan dalam pertempuran-pertempuran selanjutnya. Namun, di tahun 1942
perang Jepang mulai terdesak. Untuk mendapatkan dukungan dari negara-negara jajahan Jepang,
pemerintah Jepang kemudian menjanjikan akan memberikan kemerdekaan kepada negara-negara
jajahannya.

Ternyata situasi pasukan Jepang semakin memburuk pada bulan Juli – Agustus 1944. Hal itu
menyebabkan jatuhnya Kabinet Tojo. Sebagai gantinya kemudian diangkat Jenderal Kuniaki
Koiso sebagai Perdana Menteri yang memimpin Kabinet Baru (Kabinet Koiso). Salah satu
langkah kebijakan yang diambil oleh Koiso di daerah-daerah pendudukan adalah mengeluarkan
pernyataan tentang “janji kemerdekaan di kemudian hari”. Pada tanggal 7 September
1944Perdana Menteri Jepang Kuniaki Koiso dalam Sidang Parlemen Jepang (Teikoku Gikei) ke-
85 di Tokyo mengumumkan bahwa, daerah Hindia Timur (Indonesia) diperkenankan merdeka
kelak di kemudian hari. Janji ini kemudian direalisasi Jepang dengan membentuk badan-badan
untuk mempelajari, mempersiapkan, dan melengkapi Indonesia yang akan menjadi negara
merdeka.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana reaksi rakyat Indonesia terhadap kebijakan Jepang tersebut?


2. Bagaimana hasil sidang BPUPKI yang menjadi persiapan bangsa Indonesia kearah
kemerdekaan?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahu bagaimana reaksi rakyat Indonesia terhadap kebijakan Jepang.


2. Untuk mengetahui hasil sidang BPUPKI.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Proses Berakhirnya Kekuasaan Jepang di Indonesia

Pada tanggal 7 September 1944 di dalam sidang istimewa Teikoku Gikai (Parlemen Jepang) ke-
85 di Tokyo, Perdana Menteri Koiso (pengganti Perdana Menteri Tojo) mengumumkan tentang
pendirian pemerintah Kemaharajaan Jepang, bahwa daerah Hindia Timur (Indonesia)
diperkenankan merdeka kelak di kemudian hari. Apa yang sebenarnya menyebabkan
dikeluarkannya pernyataan tersebut adalah karena semakin terjepitnya angkatan perang Jepang.
Dalam bulan Juli 1944, kepulauan Saipan yang letaknya strategis, jatuh ketangan Amerika yang
menimbulkan kegoncangan dalam masyarakat Jepang.

Situasi Jepang semakin buruk didalam bulan Agustus 1944. Terbukti bahwa moral masyarakat
mulai mundur, produksi perang merosot, yang mengakibatkan kurangnya persediaan senjata dan
amunisi, ditambah dengan timbulnya soal-soal logistik karena hilangnya sejumlah besar kapal-
angkut dan kapal perang.

Faktor-faktor yang tidak menguntungkan tersebut menyebabkan jatuhnya kabinet P.M.Tojo pada
tanggal 17 Juli 1944 dan diangkatnya Jenderal Kuniaki Koiso sebagai penggantinya. Salah satu
langkah yang diambilnya guna mempertahankan pengaruh Jepang diantara penduduk negeri-
negeri yang didudukinya ialah dengan cara mengeluarkan pernyataan “Janji Kemerdekaan
Indonesia di kemudian hari”. Dengan cara demikian Jepang mengharapkan bahwa Serikat akan
disambut oleh penduduk, tidak sebagai pembebas rakyat, melainkan sebagai penyerbu ke negara
merdeka.

B. BPUPKI

1. Terbentuknya BPUPKI

Dalam tahun 1944 dengan jatuhnya Saipan dan dipukul mundurnya angkatan perang
Jepang dari Irian Timur, Kepulauan Solomon dan Marshall oleh angkatan perang Serikat, maka
seluruh garis pertahanan di Pasifik terancam dan berarti kekalahan Jepang telah terbayang.
Kemudian Jepang menghadapi serangan Serikat atas kota-kota Ambon, Makassar, Manado dan
Surabaya; bahkan tentara Serikat telah pula mendarat di pelabuhan kota minyak seperti
Balikpapan. Menghadapi situasi yang kritis itu, pemerintah militer Jepang di Jawa dibawah
pimpinan Saiko Syikikan Kumakici Harada pada tanggal 1945, telah mengumumkan
pembentukan suatu Badan Oentoek Menyelidiki Oesaha-oesaha Persiapan Kemerdekaan
disingkat menjadi Badan Penyelidik Persiapan Kemerdekaan (Dokuritsu Junbi Cosakai).
Tindakan itu merupakan langkah kongkrit pertama bagi terpenuhinya janji Koiso tentang
“Kemerdekaan Indonesia kelak di kemudian hari”. Maksud tujuannya ialah untuk mempelajari
dan menyelidiki hal-hal yang penting yang berhubungan dengan segi-segi politik, ekonomi, tata
pemerintahan dan lain-lainnya, yang dibutuhkan dalam usaha pembentukan negara Indonesia
merdeka. Susunan pengurusnya terdiri dari sebuah badan perundingan dan kantor tatausaha.
Badan perundingan terdiri dari seorang Kaico (Ketua), 2 orang Fuku Kaico (Ketua muda), 60
orang Iin (anggota), termasuk 4 orang golongan Cina dan golongan Arab serta seorang golongan
peranakan Belanda.

Terdapat pula 7 orang anggota Jepang, yang duduk dalam pengurus istimewa yang akan
menghadiri setiap sidang tetapi mereka tidak mempunyai hak suara. Pengangkatannya
diumumkan pada tanggal 29 April 1945, dimana yang diangkat sebagai Kaico bukanlah Ir.
Soekarno yang saat itu dikenal sebagai pemimpin nasional utama, tetapi dr.K.R.T. Radjiman
Wediodiningrat. Pengangkatan itu disetujui oleh Ir. Soekarno yang menganggap bahwa
kedudukannya sebagai seorang anggota biasa dalam badan tersebut akan lebih mempunyai
kemungkinan besar untuk turut aktif didalam perundingan. Sedangkan sebagai Fuku Kaico
pertama dijabat oleh orang Jepang yakni Syucokan Cirebon dan R. Surowo (Syucokan Kedu)
sebagai Fuku Kaico kedua. R.P. Suroso diangkat pula sebagai kepala secretariat Dokuritsu Junbi
Cosakai dengan dibantu oleh Toyohiko Masuda dan Mr. A G Pringgodigdo.

Pada tanggal 28 Mei 1945 dimulailah upacara pembukaan sidang pertama Badan Usaha
Persiapan Kemerdekaan, bertempat di gedung Cuo Sangi In. Jenderal Itagaki (Panglima Tentara
Wilayah Ketujuh yang bermarkas besar di Singapura) dan Letnal Jenderal Nagano (Panglima
Tentara Keenambelas di Jawa) menghadiri sidang tersebut. Pada kesempatan itu pula dilakukan
upacara pengibaran bendera Hinomaru oleh Mr.A.G. Pringgodigdo yang kemudian disusul
dengan pengibaran Sang Merah Putih oleh Toyohiko Masuda. Peristiwa tersebut telah
membangkitkan semangat para anggota dalam usahanya memperjuangkan kemerdekaan
Indonesia.

2. Sidang BPUPKI

Sebagai realisasi pelaksanaan tugas, BPUPKI kemudian mengadakan sidang-sidang. Secara


garis besar sidang-sidang BPUPKI tersebut dibagi menjadi dua kali sidang. Sidang BPUPKI I
diadakan pada tanggal 29 Mei – 1 Juni 1945. Kemudian Sidang BPUPKI II dilangsungkan pada
tanggal 10 – 17 Juli 1945. Sidang-sidang BPUPKI itu untuk merumuskan Undang-Undang
Dasar.

A. SIDANG I
Sidang berlangsung pada tanggal 29 Mei 1945 sampai tanggal 1 Juni 1945. Mr.
Moh. Yamin dan Ir. Soekarno terdapat diantara para pembicara, yang telah mengucapkan
pidato penting, yang dianggap telah mengusulkan kelima dasar filsafat negara yang
kemudian dikenal sebagai Pancasila. Yang dianggap pertama kali merumuskan materi
Pancasila, ialah Mr. Moh. Yamin, yang pada tanggal 29 Mei 1945 di dalam pidatonya
mengemukakan lima Azas dan Dasar Negara Kebangsaan Republik Indonesia sebagai
berikut:
1. Peri Kebangsaan.
2. Peri Kemanusiaan.
3. Peri Ketuhanan.
4. Peri Kerakyatan.
5. Kesejahteraan Rakyat).
Mr. Supomo dalam pidatonya tanggal 31 Mei 1945 juga menyampaikan dasar-dasar
negara yang diajukan sebagai berikut:
1. Persatuan.
2. Kekeluargaan.
3. Keseimbangan lahir dan batin.
4. Musyawarah.
5. Keadilan rakyat.
Tiga hari kemudian, yakni pada tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno, mengucapkan
pidatonya yang kemudian dikenal dengan nama Lahirnya Pancasila, dimana materi dan
nama Pancasila sekaligus dicetuskan didalam. Materi Pancasila yang dikemukakannya
adalah sebagai berikut:
1. Kebangsaan Indonesia.
2. Internasionalisme atau peri kemanusiaan.
3. Mufakat atau demokrasi.
4. Kesejahteraan sosial.
5. Ketuhanan Yang Maha Esa.
Kelima dasar itu atas “petunjuk seorang teman ahli bahasa” oleh Ir. Soekarno dinamakan
Pancasila.
Untuk menindaklanjuti usulan-usulan dari sidang, BPUPKI membentuk panitia
kecil yang diketuai oleh Ir. Soekarno. Panitia ini dikenal sebagai Panitia Sembilan.
Sebagai ketuanya Ir. Soekarno. Anggota-anggotanya adalah Drs. Moh. Hatta, Mr. Moh.
Yamin, Mr. Ahmad Subarjo, Mr. A.A. Maramis, Abdulkadir Muzakir, Wakhidd Hasyim,
H. Agus Salim, dan Abikusno Cokrosuyoso. Pada tanggal 22 Juni 1945 Panitia Sembilan
melahirkan rumusan yang terkenal dengan nama Piagam Jakarta (Jakarta Charter).
Rumusan tersebut sebagai berikut:
1. Ketuhan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.
2. Dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
5. Mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
B. SIDANG II
Pada tanggal 10 Juli 1945 mulai sidang BPUPKI II. Sidang ini membahas
rancangan Undang-Undang Dasar (UUD). Panitia perancang UUD diketuai oleh Ir.
Soekarno.
Panitia Perancang membentuk Panitia Kecil untuk merumuskan rancangan UUD dengan
segala pasal-pasalnya. Panitia kecil ini dipimpin oleh Mr. Supomo.
Sebelum membahas rancangan Undang-Undang Dasar, mereka membahas bentuk negara.
Setelah diadakan pungutan suara, mayoritas anggota memilih negara kesatuan yang
berbentuk republik.
Bahasan berikutnya adalah UUD dan pembukaannya. Pada rapat tanggal 11 Juli 1945,
Panitia Perancang UUD secara bulat menerima Piagam Jakarta sebagai Pembukaan
UUD. Tanggal 14 Juli 1945, BPUPKI melanjutkan sidang untuk menerima laporan dari
Panitia Perancang UUD. Tiga hal penting yang dilaporkan oleh Ir. Soekarno selaku ketua
Panitia Perancang UUD sebagai berikut:
1. Pernyataan Indonesia merdeka.
2. Pembukaan UUD (diambil dari Piagam Jakarta).
3. Batang tubuh UUD.
Sebelum Badan Penyelidik Persiapan Kemerdekaan dibentuk dan bersidang di
Bndung pada tanggal 16 Mei 1945 telah diadakan Kongres Pemuda seluruh Jawa, yang
penyelenggaraannya disponsori oleh Angkatan Moeda Indonesia. Adapun Angkatan
Moeda Indonesia rupa-rupanya dibentuk atas inisiatif Jepang pada pertengahan tahun
1944, tetapi kemudian menjadi suatu gerakan pemuda yang anti-Jepang. Oleh para
pemimpin Angkatan Moeda Indonesia di dalam kongres yang dihadiri oleh lebih dari 100
pemuda terdiri dari utusan-utusan pemuda, pelajar dan mahasiswa seluruh Jawa, antara
lain Djamal Ali, Chairul Saleh, Anwar Tjokroaminoto dan Harsono Tjokroaminoto serta
mahasiswa-mahasiswa Ika Daigaku Jakarta, dianjurkan agar para pemuda di Jawa
hendaknya bersatu dan mempersiapkan dirinya untuk pelaksanaan Proklamasi
Kemerdekaan bukan sebagai hadiah Jepang. Pertemuan berada dalam suasana militant
dan nasionalistis, dimana hanya dinyanyikan lagu Indonesia Raya tanpa lagu kebangsaan
Jepang Kimigayo dan dilakukan pengibaran bendera Merah Putih, tanpa didampingi oleh
bendera Jepang.
Setelah 3 hari lamanya kongres berjalan, akhirnya dicapai dua resolusi sebagai
berikut: pertama semua golongan Indonesia terutama golongan pemuda dipersatukan dan
dibulatkan dibawah satu pimpinan saja dan kedua, dipercepatnya pelaksanaan
kemerdekaan Indonesia.
Tetapi, sebagaimana yang diberitahukan oleh pers resmi, ternyata kongres pun
menyatakan dukungan sepenuhnya dan kerjasama erat dengan Jepang seperti usaha
mencapai kemenangan terakhir. Pernyataan tersebut tidak memuaskan beberapa tokoh
pemuda yang hadir, seperti urusan dari Jakarta yang dipimpin oleh Sukarni, Harsono
Tjokroaminoto dan Chairul Saleh. Mereka bertekad untuk tidak mengambil
bagian dalam gerakan Angkatan Moeda Indonesia dan bermaksud untuk menyiapkan
suatu gerakan pemuda yang lebih radikal.
Sebagai imbangannya, pada tanggal 3 Juli 1945 diadakan suatu pertemuan rahasia di
Jakarta diantaranya sejumlah 100 pemuda yang membentuk suatu panitia khusus yang
diketuai oleh B.M. Diah, dengan para anggotanya Sukarni, Sudiro, Sjarif Thayeb,
Harsono Tjokroaminoto, Wikana, Chairul Saleh, F. Gultom, Supeno dan Asmara Hadi.
Pertemuan rahasia diadakan Gerakan Angkatan Baroe Indonesia, yang kegiatannya
sebagian besar digerakkan oleh para pemuda dari Asrama Menteng 31.
Tujuan daripada gerakan tersebut tercantum didalam surat kabar Asia Raya pertengahan
bulan Juni 1945, yang menunjukkan sifat daripada gerakan tersebut yang lebih radikal
sebagai berikut: pertama mencapai persatuan kompak diantara seluruh golongan
masyarakat Indonesia, kedua menamkan semangat revolusioner massa atas dasar
kesadaran mereka sebagai rakyat yang berdaulat; ketiga, membentuk negara kesatuan
Republik Indonesia, dan keempat mempersatukan Indonesia bahu membahu dengan
Jepang, tetapi jika perlu gerakan itu bermaksud untuk “mencapai kemerdekaan dengan
kekuatannya sendiri”
Golongan pemuda yang tergabung dalam Angkatan Baroe Indonesia didalam
perkembangan selanjutnya dapat mengemukakan pendapat-pendapatnya yang
mempengaruhi usaha pembentukan negara Indonesia. Para pemuda seperti Chairul Saleh,
Sukarni, B.M. Diah, Asmara Hadi, Harsono Tjokroaminoto, Wikana, Sudiro, Supeno,
Adam Malik, S.K. Trimurti, Sutomo dan Pandu Kartawiguna telah diikutsertakan
didalam suatu gerakan yang disebut Gerakan Rakyat Baroe. Gerakan tersebut
diperkenankan pembentukannya oleh Saiko Syikikan yang baru, Letnan Jenderal Y.
Nagano didalam suatu pertemuan pada tanggal 2 Juli 1945. Gerakan Rakyat Baroe
disusun berdasarkan hasil sidang Cuo Sangi In ke 8 yang mengusulkan pendirian suatu
gerakan untuk mengobar-ngobarkan semangat cinta kepada tanah air dan semangat
perang. Susunan pengurus pusat gerakan tersebut terdiri dari 80 orang. Disamping
anggotanya terdiri atas penduduk asli Indonesia dan bangsa Jepang, juga terdapat
golongan Cina, golongan Arab dan golongan Peranakan Eropa.
Sedangkan pengangkatan wakil-wakil golongan pemuda didalamnya
dimaksudkan oleh pemerintah Jepang untuk menguasai kegiatan-kegiatan mereka.
Somubuco Mayor Jenderal Nisyimura menegaskan bahwa setiap organisasi pemuda yang
tergabung didalamnya harus tunduk sepenuhnya kepada Gunseibu (Pemerintah Militer
Jepang) dan merekapun harus pula bekerja di bawah kekuasaan petugas-petugas
pemerintah yang berhubungan erat dengan ahli-ahli Jepang. Dengan demikian berarti
kebebasan bergerak para pemuda dibatasi, hingga timbullah rasa tidak puas. Akhirnya
tatkala Geraka Rakyat Baroe diresmikan pembentukannya pada tanggal 28 Juli 1945,
dimana dua organisasi besar, yaitu Jawa Hokokai dan Masjumi digabungkan menjadi satu
didalamnya, tidak seorangpun tokoh golongan pemuda yang radikal, seperti Chairul
Saleh, Sukarni, Harsono Tjokroaminoto dan Asmara Hadi yang bersedia menduduki kursi
yang telah disediakan untuk mereka. Maka nampaklah bahwa perselisihan paham antara
golongan tua dan golongan muda tentang cara melaksanakan berdirinya negara Indonesia
Merdeka, semakin tajam.
Sidang menyetujui tiga hal yang dilaporkan oleh Ir. Soekarno tersebut. Setelah tugas
BPUPKI dipandang selesai, maka BPUPKI dibubarkan. Sebagai gantinya pada tanggal 7
Agustus 1945 dibentuk Dokuritsu Junbi Inkai atau Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Menjelang tahun 1944, posisi Jepang dalam Perang Pasifik mulai terjepit. Satu per satu
daerah jajahan Jepang dapat direbut oleh Sekutu. Untuk mempertahankan kedudukannya
dan agar rakyat Indonesia membantu Jepang, maka Jenderal Kuniaki Koiso member janji
kemerdekaan. Dan sebagai realisasinya dibentuklah BPUPKI.
BPUPKI dan PPKI berperan sangat penting dalam persiapan kemerdekaan Indonesia.
Kedua lembaga tersebut berhasil menyusun konsep-konsep negara Indonesia, seperti
rumusan dasar negara, pemilihan kepala negara, wilayah RI, dan lain-lain.

B. SARAN
Kemerdekaan yang dicapai oleh bangsa Indonesia bukan merupakan dari pemberian
Jepang melainkan hasil jerih payah bangsa Indonesia sendiri. Bersedia bekerja sama
dengan Jepang hanya merupakan salah satu taktik untuk mencapai kemerdekaan. Kita
harus dapat mencontoh para pendiri bangsa yang dapat mengesampingkan perbedaan-
perbedaan yang ada demi keutuhan bangsa dan negara RI.

C. DAFTAR PUSTAKA
http://mediainstanbelajar.blogspot.com/2017/05/makalah-pembentukan-bpupki-dan-
ppki.html

Pakarindo Viva.2020.buku LKS SEJARAH PEMINATAN KELAS X1.Jawa Tengah.Kreatif

Anda mungkin juga menyukai