Anda di halaman 1dari 23

“MAKALAH SEJARAH”

SEJARAH BANGSA INDONESIA

Di susun oleh :

Kelompok 1

Ammar Zamratul Akbar (ketua)


Gloria Dwi Putri (Sekretaris)
Rizky Hepytree Yuzelly
Zelda oktovia
Halil Barial Ahda

KELAS X C `

Guru Pembimbing

Mikel Oktorius S.Pd., M.Pd


NIP : 19871029 201903 1 005

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI


DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI 2 KERINCI
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya maka saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “SEJARAH BANGSA INDONESIA”.

Penulisan makalah merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata
pelajaran Pendidikan Sejarah SMA NEGERI 2 KERINCI.

Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang penulis miliki.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
tak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
tugas makalah ini.

Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. semoga Allah
memberikan imbalan yang setimpal  pada mereka yang telah memberikan
bantuan, dan Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amiin
Yaa Robbal ‘Alamiin.

Kerinci, 16 Januari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1

A. Latar Belakang................................................................................. 1   

B. Rumusan Masalah............................................................................ 2

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan......................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 3

A. Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia Pra Kemerdekaan................ 3

B. Peristiwa – Peristiwa Heroik Pasca Kemerdekaan........................... 6

C. Sejarah Pada Masa Orde Lama (1945-1966)................................... 8

D. Sejarah Pada Masa Orde Baru (1966-1998)..................................... 10

E. Sejarah Pada Masa Era Reformasi (1998-sekarang)........................ 12

BAB III KESIMPULAN...................................................................................  18

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kata sejarah berasal dari bahasa Arab, yaitu syajaratun yang berarti pohon,


artinya sebuah pohon yang terus berkembang dari tingkat yang sederhana ke
tingkat yang lebih kompleks atau lebih maju.

Dalam bahasa Inggris, kata sejarah (history) berarti masa lampau umat manusia.
Dalam bahasa Jerman, kata sejarah (geschicht) berarti sesuatu yang telah terjadi.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang ditulis oleh W.J.S. Poerwadaraminta
menyebutkan bahwa sejarah mengandung tiga pengertian sebagai berikut:

1. Sejarah berarti silsilah atau asal usul.


2. Sejarah berarti kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa
lampau.
3. Sejarah berarti ilmu, pengetahuan, cerita pelajaran tentang kejadian atau
peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau.

Dalam kata lain sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari segala
peristiwa atau kejadian yang telah terjadi pada masa lampau dalam kehidupan
umat manusia. Dalam kehidupan manusia, peristiwa sejarah merupakan suatu
peristiwa yang abadi, unik, dan penting.

1. Peristiwa yang abadi; peristiwa sejarah tidak berubah-ubah dan tetap


dikenang sepanjang masa.
2. Peristiwa yang unik; peristiwa sejarah hanya terjadi satu kali dan tidak
pernah terulang persis sama untuk kedua kalinya.
3. Peristiwa yang penting; peristiwa sejarah mempunyai arti dalam
menentukan kehidupan orang banyak.

1
B. Rumusan Masalah

Untuk mengkaji dan mengulas tentang Sejarah Bangsa Indonesia, maka


diperlukan subpokok bahasan yang saling berhubungan, sehingga penulis
membuat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia pra


kemerdekaan ?
2. Peristiwa – peristiwa heroik apa saja pasca kemerdekaan ?
3. Bagaimana sejarah pada masa orde lama (1945 – 1966) ?
4. Bagaimana sejarah pada masa orde baru (1966 – 1998) ?
5. Bagaimana sejarah pada masa era reformasi (1998 – sekarang) ?
6. Inilah sub tema pokok yang akan penyusun bahas dalam makalah ini
walaupun  nantinya ada pembahsan yang penyusun uraikan akan timbul
permasalahan – permasalahan lain.

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Pada dasarya tujuan penulisan makalah ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu
tujuan umum dan khusus. Tujuan umum dalam penyusunan makalah ini adalah
untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran sejarah dan menjawab
pertanyaan yang ada pada rumusan masalah.

Adapun tujuan khusus dari penyusunan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah perjuangan bangsa Indonesia pra


kemerdekaan
2. Untuk mengetahui peristiwa – peristiwa heroik pasca kemerdekaan
3. Untuk mengetahui bagaimana sejarah pada masa orde lama
4. Untuk mengetahui bagaimana sejarah pada masa orde baru
5. Untuk mengetahui bagaimana sejarah pada masa era reformasi

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan


kelompok kami dan pembaca tentang pentingnya mengetahui sejarah bangsa
Indonesia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia Pra Kemerdekaan

1. Latar Belakang Perjuangan Kemerdekaan

Perang Pasifik semakin berkecamuk. Tentara sekutu di bawah pimpinan Amerika


serikat semakin mantap, sementara Jepang mengalami kekalahan di mana-mana.
Pasukan Jepang yang berada di Indonesia bersiap-siap mempertahankan diri.

Selama masa pemerintahan Jepang di Indonesia tahun 1942-1945, Indonesia


dibagi dalam dua wilayah kekuasaan berikut.

a) Wilayah Komando Angkatan Laut yang berpusat di Makasar, meliputi:


Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Irian Jaya.
b) Wilayah Komando Angkatan Darat yang berpusat di Jakarta, meliputi
Jawa, Madura, Sumatra dan Malaya. Pusat komando untuk seluruh
kawasan Asia Tenggara terdapat di Dalat (Vietnam).

Serangan tentara sekutu sudah mulai diarahkan ke Indonesia. Setelah menguasai


Pulau Irian dan Pulau Morotai di Kepulauan Maluku pada tanggal 20 Oktober
1944. Jendral Douglas Mac Arthur, Panglima armada Angkatan Laut Amerika
Serikat di Pasifik, menyerbu Kepulauan leyte (Filipina). Penyerbuan ini adalah
penyerbuan terbesar dalam Perang Pasifik. Pada tanggal 25 Oktober 1944
Jenderal Douglas Mac Arthur mendarat di pulau Leyte. Untuk menarik simpati
rakyat Indonesia, Jepang mengijinkan pengibaran bendera Merah Putih di
samping bendera Jepang. Lagu kebangsaan Indonesia Raya boleh
dikumandangkan setelah lagu kebangsaan Jepang Kimigayo.

Persiapan Proklamasi

Pada akhir tahun 1944, kedudukan Jepang dalam Perang Pasifik sudah sangat
terdesak. Angkatan perang Amerika Serikat sudah tiba di daerah Jepang sendiri
dan secara teratur mengebom kota-kota utamanya. Ibukotanya sendiri, Tokyo,
boleh dikatakan sudah hancur menjadi tumpukan puing. Dalam keadaan terjepit,
pemerintah Jepang memberikan “kemerdekaan” kepada negeri-negeri yang
merupakan front terdepan, yakni Birma dan Filipina. Tetapi kemudian kedua
bangsa itu memproklamasikan lagi kemerdekaannya lepas dari Jepang. Adapun
kepada Indonesia baru diberikan janji “kemerdekaan” di kelak kemudian hari.
Dengan cara demikian Jepang mengharapkan bantuan rakyat Indonesia

3
menghadapi Amerika Serikat, apabila mereka menyerbu Indonesia. Dan saat itu
tiba pada pertengahan tahun 1945 ketika tentara Serikat mendarat di pelabuhan
minyak Balikpapan. Dalam keadaan yang gawat ini, pemimpin pemerintah
pendudukan Jepang di Jawa membentuk sebuah Badan Penyelidik Usaha-usaha
Persiapan Kemerdekaan (Dokuritsu Junbi Cosakai). Badan itu beranggotakan
tokoh- tokoh utama Pergerakan Nasional Indonesia dari segenap daerah dan aliran
dan meliputi pula Soekarno- Hatta.

Sebagai ketuanya ditunjuk dr. Radjiman Wedyodiningrat seorang nasionalis tua,


dengan dua orang wakil ketua, yang seorang dari Indonesia dan yang lain orang
Jepang. Pada tanggal 28 Mei 1945 dilakukan upacara pelantikan anggota
Dokuritsu Junbi Cosakai, sedangkan persidangan pertama berlangsung pada
tanggal 29 Mei 1945 sampai dengan tanggal 1 Juni 1945. Persidangan pertama itu
dipusatkan kepada usaha merumuskan dasar filsafat bagi negara Indonesia
Merdeka.

Dalam sidang 29 Mei, Mr. Muh. Yamin di dalam pidatonya mengemukakan lima
azas dan dasar negara kebangsaan Republik Indonesia berikut ini.
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ke-Tuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat

Kemudian pada tanggal 1 Juni, Ir. Soekarno mengucapkan pidatonya mengenai


dasar filsafat negara Indonesia Merdeka yang juga terdiri atas 5 azas berikut.
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau peri kemanusiaan
3. Mufakat atau demokrasi
4. Kesejahteraan sosial
5. Ketuhanan Yang Maha Esa

Ia menambahkan pula nama Pancasila kepada kelima azas itu yang dikataknnya
“atas usul seorang teman ahli bahasa”. Sesudah persidangan pertama itu,
Dokuritsu Junbi Cosakai menunda persidangannya sampai bulan juli. Sementara
itu pada tanggal 22 Juni 1945, 9 orang anggotanya yaitu : Ir. Sukarno, Drs. Moh.
Hatta, Mr. Muh. Yamin, Mr. Ahmad subarjo, Mr. A.A. Maramis, Abdulkahar
Muzakkir, Wachid hasyim, H. Agus salim dan Abikusno TjokroSuyoso
membentuk suatu panitia kecil.

Panitia kecil ini menghasilkan suatu dokumen yang berisi rumusan azas dan
tujuan negara Indonesia merdeka. Dokumen ini kemudian dikenal dengan nama
“Piagam Jakarta” sesuai dengan penamaan Muh. Yamin. Kemudian pada tanggal
7 Agustus 1945, Dokuritsu Junbi Cosakai dibubarkan. Sebagai gantinya dibentuk
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pada tanggal 7 Agustus 1945,
Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta dan dr. Radjiman dipanggil oleh Panglima tertinggi

4
Mandala Selatan Jepang yang membawahi seluruh Asia Tenggara, yakni Marsekal
Darat Hisaici Terauci ke markas besarnya di Dalat (Vietnam selatan). Kepada
ketiga pemimpin Indonesia itu, disampaikan oleh Marsekal Terauci bahwa
pemerintah Jepang telah memutuskan untuk memberikan kemerdekaan kepada
Indonesia. Persoalan siapa yang sebaiknya menandatangani Proklamasi ini.
Sukarni yang mengusulkan agar teks proklamasi sebaiknya ditandatangani oleh
Ir.Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Usul itu diterima
oleh seluruh hadirin, dan konsep itu kemudian diketik oleh Sayuti Melik. Naskah
yang telah diketik oleh Sayuti Melik dan kemudian ditandatangani oleh Ir.
Soekarno dan Drs. Moh. Hatta inilah yang merupakan naskah proklamasi yang
otentik (sejati). Malam itu juga diputuskan bahwa proklamasi kemerdekaan
Indonesia akan dibacakan di tempat kediaman Ir. Soekarno, yaitu Pegangsaan
Timur No. 56 Jakarta (sekarang Jl. Proklamasi).

2. Pembentukan dan Perkembangan Awal RI

Proklamasi dan Kehidupan Politik

Sejak pagi hari pada tanggal 17 Agustus 1945 telah diadakan persiapan- persiapan
di rumah Ir. Soekarno di Pegangsaan Timur 56 untuk menyambut proklamasi
kemerdekaan Indonesia. Lebih kurang 1000 orang telah hadir untuk menyaksikan
peristiwa yang maha penting itu. Pada pukul 10 kurang lima menit Hatta datang
dan langsung masuk ke kamar Soekarno. Kemudian kedua pemimpin itu menuju
ke ruang depan, dan acara segera dimulai tepat pada jam 10 sesuai dengan waktu
yang telah direncanakan. Soekarno membacakan naskah proklamasi yang sudah
diketik dan ditandatangani bersama dengan Moh. Hatta.

Sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan, pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI


mengadakan sidangnya yang pertama. Dalam sidang itu mereka menghasilkan
beberapa keputusan penting berikut.
1. Mengesahkan UUD yang sebelumnya telah dipersiapkan oleh Dokuritsu
Junbi Cosakai (yang sekarang dikenal dengan nama UUD 1945)
2. Memilih Ir. Soekarno sebagai presiden dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil
presiden.
3. Dalam masa eralihan Presiden untuk sementara waktu akan dibantu oleh
sebuah Komite Nasional.

Pada tanggal 19 Agustus 1945, Presiden dan wakil presiden memanggil beberapa
anggota PPKI beserta golongan cendekiawan dan pemuda untuk membentuk
“Komite Nasional Indonesia Pusat” (KNPI). KNPI akan berfungsi sebagai Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR), sebelum terbentuknya DPR hasil pilihan rakyat. Sejak
hari itu sampai awal September, Presiden dan wakil Presiden membentuk kabinet
yang sesuai dengan UUD 1945 dipimpin oleh Presiden sendiri dan mempunyai 12
departemen serta menentukan wilayah RI dari Sabang sampai Merauke yang
dibagi menjadi 8 propinsi yang masing- masing dikepalai oleh seorang Gubernur.

5
Propinsi-propinsi itu adalah Sumatra, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Sunda Kecil (Bali dan Nusa Tenggara).

Untuk menjaga keamanan, telah dibentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR) pada
masing-masing daerah sebagai munsur dari pada KNI daerah. Pemerintah dengan
sengaja tidak mau segera membentuk sebuah tentara nasional, karena khawatir
bahwa hal itu akan menimbulkan kecurigaan dan sikap permusuhan dari pihak
serikat. Para pemuda merasa tidak puas dengan kebijaksanaan pemerintah ini.
Mereka berpendapat bahwa Pemerintah harus segera membentuk sebuah tentara
nasional sebagai aparat kekuasaan negara yang baru itu. Golongan pemuda yang
tidak puas itu sebagian membentuk badan-badan perjuangan. Sebaliknya pemuda-
pemuda bekas PETA, Heiho, KNIL dan anggota badan-badan semi militer,
memutuskan untuk memasuki BKR di daerahnya masing-masing dan menjadikan
badan itu wahana bagi perjuangan bersenjata menegakkan kedaulatan Republik
Indonesia. Mereka menganggap dirinya pejuang, sama dengan pemuda-pemuda
yang membentuk badan- badan perjuangan. Pada bulan oktober golongan sosialis
dibawah pimpinan Sutan Sahrir dan Amir Syarifudin berhasil menyusun kekuatan
di dalam KNIP dan mendorong dibentuknya sebuah Badan Pekerja yang
kemudian dikenal dengan sebutan BP-KNIP. Langkah berikutnya adalah
mendesak terbentuknya sebuah kabinet parlementer di bawah pimpinan seorang
Perdana Menteri (suatu hal yang menyimpang dari UUD 1945). Tidak
mengherankan bahwa yang diangkat sebagai perdana menteri adalah tokoh
sosialis, mula Syahrir dan kemudian Amir Syarifudin. Perkembangan politik
selanjutnya adalah dikeluarkannya Maklumat Pemerintah tanggal 3 November
1945 yang ditandatangani oleh wakil presiden Hatta yang mencanangkan
pembentukan partai-partai politik. Maka terbentuklah partai-partai seperti
cendawan di musim hujan.
 

B. Peristiwa-Peristiwa Heroik Pasca Kemerdekaan

Berikut ini adalah beberapa daftar-daftar peristiwa heroic yang ada di Indonesia
setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia di kumandangkan :

1. Pertempuran Lima Hari di Semarang

Pertempuran 5 Hari atau Pertempuran 5 Hari di Semarang adalah serangkaian


pertempuran antara rakyat Indonesia di Semarang melawan Tentara Jepang.
Pertempuran ini adalah perlawanan terhebat rakyat Indonesia terhadap Jepang
pada masa transisi (bedakan dengan Peristiwa 10 November – perlawanan
terhebat rakyat Indonesia dalam melawan sekutu dan Belanda). Pertempuran ini
dimulai pada tanggal 15 Oktober 1945 (walau kenyataannya suasana sudah mulai
memanas sebelumnya) dan berakhir tanggal 20 Oktober 1945.

6
2. Pertempuran Surabaya

Pertempuran Surabaya merupakan peristiwa sejarah perang antara pihak


tentara Indonesia dan pasukan Belanda. Peristiwa besar ini terjadi pada tanggal 10
November 1945 di Kota Surabaya, Jawa Timur. Pertempuran ini adalah perang
pertama pasukan Indonesia dengan pasukan asing setelah Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia dan satu pertempuran terbesar dan terberat dalam
sejarah Revolusi Nasional Indonesia yang menjadi simbol nasional atas
perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme.

3. Pertempuran Ambarawa

Pertempuran Ambarawa atau yang sering disebut sebagai palagan Ambarawa


memang menarik. Secara singkat, dapat diceritakan bahwa disebut Pertempuran
Ambarawa karena memang terjadinya di kota Ambarawa. Pertempuran itu
sebenarnya sudah diawali sejak Oktober 1945, di mana pada tanggal 20 Oktober
1945 tentara Sekutu mendarat di Semarang di bawah pimpinan Brigadir Jenderal
Bethel.

4. Pertempuran Medan Area

Pada tanggal 24 Agustus 1945, antara pemerintah Kerajaan Inggris dan Kerajaan
Belanda tercapai suatu persetujuan yang terkenal dengan nama civil Affairs
Agreement. Dalam persetujuan ini disebutkan bahwa panglima tentara
pendudukan Inggris di Indonesia akan memegang kekuasaan atas nama
pemerintah Belanda.
Dalam melaksanakan hal-hal yang berkenaan dengan pemerintah sipil,
pelaksanaannya diselenggarakan oleh NICA dibawah tanggungjawab komando
Inggris. Kekuasaan itu kelak di kemudian hari akan dikembalikan kepada
Belanda. Inggris dan Belanda membangun rencana untuk memasuki berbagai kota
strategis di Indonesia yang baru saja merdeka. Salah satu kota yang akan didatangi
Inggris dengan “menyelundupkan” NICA Belanda adalah Medan.

5. Bandung Lautan Api

Peristiwa Bandung Lautan Api adalah peristiwa kebakaran besar yang terjadi di


kota Bandung, provinsi Jawa Barat, Indonesia pada 24 Maret 1946. Dalam waktu
tujuh jam, sekitar 200.000 penduduk Bandung membakar rumah mereka,
meninggalkan kota menuju pegunungan di daerahselatan Bandung. Hal ini
dilakukan untuk mencegah tentara Sekutu dan tentara NICA Belandauntuk dapat
menggunakan kota Bandung sebagai markas strategis militer dalam Perang
Kemerdekaan Indonesia.

7
C. Sejarah Pada Masa Orde Lama (1945 – 1966)

Orde Lama adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soekarno di


Indonesia. Ir. Soekarno adalah presiden Indonesia pertama yang menjabat pada
periode 1945 – 1966. Ia memainkan peranan penting untuk memerdekakan bangsa
Indonesia dari penjajahan Belanda. Ia adalah penggali Pancasila. Ia adalah
Proklamator Kemerdekaan Indonesia (bersama dengan Mohammad Hatta) yang
terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945. Soekarno menandatangani Surat Perintah
11 Maret 1966 Supersemar yang kontroversial, yang isinya – berdasarkan versi
yang dikeluarkan Markas Besar Angkatan darat – menugaskan Letnan Jenderal
Soeharto untuk mengamankan dan menjaga keamanan negara dan institusi
kepresidenan. Supersemar menjadi dasar Letnan Jenderal Soeharto untuk
membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan mengganti anggota-
anggotanya yang duduk di parlemen. Setelah pertanggung jawabannya ditolak
Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) pada sidang umum ke
empat tahun 1967, Presiden Soekarno diberhentikan dari jabatannya sebagai
presiden pada Sidang Istimewa MPRS di tahun yang sama dan mengangkat
Soeharto sebagai pejabat Presiden Republik Indonesia.

Orde Lama berlangsung dari tahun 1945 hingga 1968. Dalam jangka waktu
tersebut, Indonesia menggunakan bergantian sistem ekonomi liberal dan sistem
ekonomi komando.Di saat menggunakan sistem ekonomi liberal, Indonesia
menggunakan sistem pemerintahan parlementer. Presiden Soekarno di gulingkan
waktu Indonesia menggunakan sistem ekonomi komando.

Pemerintahan Rezim Militer (Orba) cukup baik pada era 1970-an dan 1980-an,
namun akhirnya kandas di penghujung 1990-an karena ketimpangan dari
pemerintah itu sendiri. Di pemerintahan Soekarno malah terjadi pergantian sistem
pemerintahan berkali-kali. Liberal, terpimpin, dan sebagainya mewarnai politik
Orde Lama. Rakyat muak akan keadaan tersebut. Pemberontakan PKI pun
sebagian dikarenakan oleh kebijakan Orde Lama. PKI berhaluan
sosialisme/komunisme (Bisa disebut Marxisme atau Leninisme) yang berdasarkan
asas sama rata, jadi faktor pemberontakan tersebut adalah ketidakadilan dari
pemerintah Orde Lama.

Masa orde lama yaitu masa pemerintahan yg dimulai dari proklamasi


kemerdekaan 17 agustus 1945 sampai masa terjadinya G30 S PKI. Dizaman orde
lama partai yang ikut pemilu sebanyak lebih dari 25 partai peserta pemilu. Masa
orde lama ideologi partai berbeda antara yang satu dengan lainnya, ada Nasionalis
PNI-PARTINDO-IPKI-dll, Komunis PKI; Islam NU-MASYUMI- PSII-PI PERI,
Sosialis PSI-MURBA, Kristen PARKINDO dll. Pelaksanaan Pemilu pada Orde
Lama hampir sama seperti sekarang.

8
Penerapan demokrasi orde lama

Pada masa Orde lama, Pancasila dipahami berdasarkan paradigma yang


berkembang pada situasi dunia yang diliputi oleh tajamnya konflik ideologi. Pada
saat itu kondisi politik dan keamanan dalam negeri diliputi oleh kekacauan dan
kondisi sosial-budaya berada dalam suasana transisional dari masyarakat terjajah
(inlander) menjadi masyarakat merdeka. Masa orde lama adalah masa pencarian
bentuk implementasi Pancasila terutama dalam sistem kenegaraan. Pancasila
diimplementasikan dalam bentuk yang berbeda-beda pada masa orde lama.
Terdapat 3 periode implementasi Pancasila yang berbeda, yaitu periode 1945-
1950, periode 1950-1959, dan periode 1959-1966.

Orde Lama telah dikenal prestasinya dalam memberi identitas, kebanggaan


nasional dan mempersatukan bangsa Indonesia. Namun demikian, Orde Lama
pula yang memberikan peluang bagi kemungkinan kaburnya identitas tersebut
(Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945). Beberapa peristiwa pada Orde Lama
yang mengaburkan identitas nasional kita adalah; Pemberontakan PKI pada tahun
1948, Demokrasi Terpimpin, Pelaksanaan UUD Sementara 1950, Nasakom dan
Pemberontakan PKI 1965.

 Pembentukan Konstituante dan Demokrasi Terpimpin Presiden Soekarno


(1950-1959)

Sebelum Republik Indonesia Serikat dinyatakan bubar, pada saat itu terjadi demo
besar-besaran menuntut pembuatan suatu Negara Kesatuan. Maka melalui
perjanjian antara tiga negara bagian, Negara Republik Indonesia, Negara
Indonesia Timur, & Negara Sumatera Timur dihasilkan perjanjian pembentukan
Negara Kesatuan pada tanggal 17 Agustus 1950. Sejak 17 Agustus 1950, Negara
Indonesia diperintah dengan menggunakan Undang-Undang Dasar Sementara
Republik Indonesia 1950 yg menganut sistem kabinet parlementer.

Era 1950-1959 adalah  di mana presiden Soekarno memerintah menggunakan


konstitusi Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia 1950. Periode ini
berlangsung mulai dari 17 Agustus 1950 sampai 6 Juli 1959.

Kabinet-kabinet Era Order Lama

Pada masa ini terjadi banyak pergantian kabinet diakibatkan situasi politik yg tak
stabil. Tercatat ada 7 kabinet pada masa ini.
1. 1950-1951-Kabinet Natsir                                  
2. 1951-1952-Kabinet Sukiman-Suwirjo
3. 1952-1953-Kabinet Wilopo   
4. 1953-1955-Kabinet Ali Sastroamidjojo I
5. 1955-1956-Kabinet Burhanuddin Harahap
6. 1956-1957-Kabinet Ali Sastroamidjojo II
7. 1957-1959-Kabinet Djuanda

9
Konstituante, Sistem Parlementer Orde Lama

Konstituante diserahi tugas membuat undang-undang dasar yg baru sesuai amanat


UUDS 1950. Namun sampai tahun 1959 badan ini belum juga bisa membuat
konstitusi baru. Presiden Soekarno menyampaikan konsepsi tentang Demokrasi
Terpimpin pada DPR hasil pemilu yg berisi ide untuk kembali pada UUD 1945.
Akhirnya, Soekarno mengeluarkan Dekrit 5 Juli 1959, yg membubarkan
Konstituante. Dekrit Presiden 5 Juli 1959, Demokrasi Terpimpin

Dekrit Presiden 5 Juli 1959 ialah dekrit yg mengakhiri masa parlementer &
digunakan kembalinya UUD 1945. Masa sesudah ini lazim disebut masa
Demokrasi Terpimpin

Isi Dekrit Presiden 5 Juli 1959


- Kembali berlakunya UUD 1945 & tak berlakunya lagi UUDS 1950
- Pembubaran Konstituante
- Pembentukan MPRS & DPAS

D. Sejarah Pada Masa Orde Baru ( 1966 – 1998 )

Orde baru adalah sebutan bagi Presiden Soeharto di Indonesia. Orde Baru


menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada era pemerintahan Soekarno. Orde
Baru hadir dengan semangat “koreksi total” atas penyimpangan yang dilakukan
oleh Soekarno pada masa Orde Lama.

Orde Baru berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998. Dalam jangka waktu


tersebut, ekonomi Indonesia berkembang pesat meskipun hal ini terjadi bersamaan
dengan praktik korupsi yang merajalela di negara ini. Selain itu, kesenjangan
antara rakyat yang kaya dan miskin juga semakin melebar.

Masa Jabatan Presiden Suharto

Pada 1968, MPR secara resmi melantik Soeharto untuk masa jabatan 5 tahun


sebagai presiden, dan dia kemudian dilantik kembali secara berturut-turut pada
tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998.

Politik Presiden Soeharto memulai “Orde Baru” dalam dunia politik Indonesia
dan secara dramatis mengubah kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari jalan
yang ditempuh Soekarno pada akhir masa jabatannya.

Pada tahap awal, Soeharto menarik garis yang sangat tegas. Orde Lama atau Orde
Baru. Pengucilan politik – di Eropa Timur sering disebut lustrasi - dilakukan
terhadap orang-orang yang terkait dengan Partai Komunis Indonesia. Sanksi

10
kriminal dilakukan dengan menggelar Mahkamah Militer Luar Biasa untuk
mengadili pihak yang dikonstruksikan Soeharto sebagai pemberontak. Pengadilan
digelar dan sebagian dari mereka yang terlibat “dibuang” ke Pulau Buru.

Soeharto siap dengan konsep pembangunan yang diadopsi dari seminar Seskoad II


1966 dan konsep akselerasi pembangunan II yang diusung Ali Moertopo.
Soeharto merestrukturisasi politik dan ekonomi dengan dwitujuan, bisa
tercapainya stabilitas politik pada satu sisi dan pertumbuhan ekonomi di pihak
lain. Dengan ditopang kekuatan Golkar, TNI, dan lembaga pemikir serta
dukungan kapital internasional, Soeharto mampu menciptakan sistem politik
dengan tingkat kestabilan politik yang tinggi.

Perkembangan Kekuasaan Orde Baru

Pada hakikatnya Orde Baru merupakan tatanan seluruh kehidupan rakyat, bangsa
dan negara yang diletakkan pada kemurnian pelaksanaan Pancasila dan UUD
1945 atau sebagai koreksi terhadap penyelewengan penyelewengan yang terjadi
pada masa lalu Tritura mengungkapkan keinginan rakyat yang mendalam untuk
melaksanakan kehidupan bernegara sesuai dengan aspirasi masyarakat.

Jawaban dari tuntutan itu terdapat pada 3 ketetapan sebagai berikut :


a) Pengukuhan tindakan pengemban Supersemar yang membubarkan PKI
dan ormasnya ( TAP MPRS No. IV dan No. IX / MPRS / 1966
b) Pelarangan paham dan ajaran Komunisme/Marxisme-Leninisme
di Indonesia ( TAP MPRS No. XXV / MPRS / 1966 )
c) Pelurusan kembali tertib konstitusional berdasarkan Pancasila dan tertib
hukum ( TAP MPRS No. XX / MPRS / 1966 )

Pada tanggal 3 Pebruari 1967 DPR-GR yang menganjurkan kepada Soeharto


untuk melaksanakan Sidang Istimewa, sehingga pada 20 Pebruari 1967 Presiden
Soekarno menyerahkan kekuasaan kepada Soeharto.

Tahap selanjutnya adalah :


a) Penyederhanaan Partai
b) Memurnikan kembali politik luar negeri bebas aktif
c) Menghentikan konfrontasi dengan Malaysia dan membentuk
kerjasama ASEAN
d) Kembali menjadi anggota PBB

Kebijakan Pemerintah Orde Baru

Setelah berhasil memulihkan keamanan kemudian pemerintah melaksanakan


pembangunan Nasional jangka pendek dan jangka panjang melalui Pelita yang
tidak terlepas dari Trilogi Pembangunan, yaitu :
a) Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang menuju pada
terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat

11
b) Pertumbuhan ekonomi yang cukup timggi
c) Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis

Pelaksanaan pembangunan tidak akan berjalan lancar tanpa ada pemerataan


pembangunan yang menetapkan 8 jalur pemerataan, yakni :
a) Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat, hususnya sandang,
pangan dan perumahan.
b) Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan
Kesehatan.
c) Pemerataan pembagian pendapatan.
d) Pemerataan kesempatan kerja.
e) Pemerataan berusaha.
f) Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya
bagi generasi muda dan kaum Wanita.
g) Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air.
h) Pemeratan kesempatan memperoleh keadilan.

Kelebihan dan Kekurangan Sistem Pemerintahan pada Masa Orde Baru

Kelebihan sistem Pemerintahan Orde Baru


a) perkembangan GDP per kapita Indonesia yang pada tahun 1968 hanya
AS$70 dan pada 1996 telah mencapai lebih dari AS$1.000
b) sukses transmigrasi
c) sukses KB
d) sukses memerangi buta huruf

Kekurangan Sistem Pemerintahan Orde Baru


a) semaraknya korupsi, kolusi, nepotisme
b) pembangunan Indonesia yang tidak merata
c) bertambahnya kesenjangan sosial (perbedaan pendapatan yang tidak
merata bagi si kaya dan si miskin)
d) kritik dibungkam dan oposisi diharamkan
e) kebebasan pers sangat terbatas, diwarnai oleh banyak koran dan majalah
yang dibreidel.

12
Sejarah Pada Masa Era Reformasi (1998 – sekarang)

Sejarah Reformasi 1998 - Banyak hal yang mendorong timbulnya reformasi pada
masa pemerintahan Orde Baru, terutama terletak pada ketidakadilan di bidang
politik, ekonomi dan hukum. Tekad Orde Baru pada awal kemunculannya pada
tahun 1966 adalah akan melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Setelah Orde Baru memegang tumpuk kekuasaan dalam mengendalikan


pemerintahan, muncul suatu keinginan untuk terus menerus mempertahankan
kekuasaannya atau status quo. Hal ini menimbulkan akses-akses nagatif, yaitu
semakin jauh dari tekad awal Orde Baru tersebut. Akhirnya penyelewengan dan
penyimpangan dari nilai-nilai Pancasila dan ketentuan-ketentuan yang terdapat
pada UUD 1945, banyak dilakukan oleh pemerintah Orde Baru.

Demokrasi yang tidak dilaksanakan dengan semestinya akan menimbulkan


permasalahan politik. Ada kesan kedaulatan rakyat berada di tangan sekelompok
tertentu, bahkan lebih banyak di pegang oleh para penguasa. Dalam UUD 1945
Pasal 2 telah disebutkan bahwa “Kedaulatan adalah ditangan rakyat dan
dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR”. Pada dasarnya secara de jore (secara
hukum) kedaulatan rakyat tersebut dilakukan oleh MPR sebagai wakil-wakil dari
rakyat, tetapi secara de facto (dalam kenyataannya) anggota MPR sudah diatur
dan direkayasa, sehingga sebagian besar anggota MPR itu diangkat berdasarkan
ikatan kekeluargaan (nepotisme).

Keadaan seperti ini mengakibatkan munculnya rasa tidak percaya kepada institusi
pemerintah, DPR, dan MPR. Ketidak percayaan itulah yang menimbulkan
munculnya gerakan reformasi. Gerakan reformasi menuntut untuk dilakukan
reformasi total di segala bidang, termasuk keanggotaan DPR dam MPR yang
dipandang sarat dengan nuansa KKN.

Gerakan reformasi juga menuntut agar dilakukan pembaharuan terhadap lima


paket undang-undang politik yang dianggap menjadi sumber ketidakadilan, di
antaranya :
- UU No. 1 Tahun 1985 tentang Pemilihan Umum
- UU No. 2 Tahun 1985 tentang Susunan, Kedudukan, Tugas dan
Wewenang DPR / MPR
- UU No. 3 Tahun 1985 tentang Partai Politik dan Golongan Karya.
- UU No. 5 Tahun 1985 tentang Referendum
- UU No. 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Massa.

Perkembangan ekonomi dan pembangunan nasional dianggap telah menimbulkan


ketimpangan ekonomi yang lebih besar. Monopoli sumber ekonomi oleh
kelompok tertentu, konglomerasi, tidak mempu menghapuskan kemiskinan pada
sebagian besar masyarakat Indonesia. Kondisi dan situasi Politik di tanah air
semakin memanas setelah terjadinya peristiwa kelabu pada tanggal 27 Juli 1996.

13
Peristiwa ini muncul sebagai akibat terjadinya pertikaian di dalam internal Partai
Demokrasi Indonesia (PDI).

Krisis politik sebagai faktor penyebab terjadinya gerakan reformasi itu, bukan
hanya menyangkut masalah sekitar konflik PDI saja, tetapi masyarakat menuntut
adanya reformasi baik didalam kehidupan masyarakat, maupun pemerintahan
Indonesia. Di dalam kehidupan politik, masyarakat beranggapan bahwa tekanan
pemerintah pada pihak oposisi sangat besar, terutama terlihat pada perlakuan
keras terhadap setiap orang atau kelompok yang menentang atau memberikan
kritik terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil atau dilakukan oleh pemerintah.
Selain itu, masyarakat juga menuntut agar di tetapkan tentang pembatasan masa
jabatan Presiden.

Terjadinya ketegangan politik menjelang pemilihan umum tahun 1997 telah


memicu munculnya kerusuhan baru yaitu konflik antar agama dan etnik yang
berbeda. Menjelang akhir kampanye pemilihan umum tahun 1997, meletus
kerusuhan di Banjarmasin yang banyak memakan korban jiwa.

Pemilihan umum tahun 1997 ditandai dengan kemenangan Golkar secara mutlak.
Golkar yang meraih kemenangan mutlak memberi dukungan terhadap pencalonan
kembali Soeharto sebagai Presiden dalam Sidang Umum MPR tahun 1998 – 2003.
Sedangkan di kalangan masyarakat yang dimotori oleh para mahasiswa
berkembang arus yang sangat kuat untuk menolak kembali pencalonan Soeharto
sebagai Presiden.

Dalam Sidang Umum MPR bulan Maret 1998 Soeharto terpilih sebagai Presiden
Republik Indonesia dan BJ. Habibie sebagai Wakil Presiden. Timbul tekanan pada
kepemimpinan Presiden Soeharto yang dating dari para mahasiswa dan kalangan
intelektual.

Pelaksanaan hukum pada masa pemerintahan Orde Baru terdapat banyak


ketidakadilan. Sejak munculnya gerakan reformasi yang dimotori oleh kalangan
mahasiswa, masalah hukum juga menjadi salah satu tuntutannya. Masyarakat
menghendaki adanya reformasi di bidang hukum agar dapat mendudukkan
masalah-masalah hukum pada kedudukan atau posisi yang sebenarnya.

Memasuki tahun anggaran 1998 / 1999, krisis moneter telah mempengaruhi


aktivitas ekonomi yang lainnya. Kondisi perekonomian semakin memburuk,
karena pada akhir tahun 1997 persedian sembilan bahan pokok sembako di
pasaran mulai menipis. Hal ini menyebabkan harga-harga barang naik tidak
terkendali. Kelaparan dan kekurangan makanan mulai melanda masyarakat. Untuk
mengatasi kesulitan moneter, pemerintah meminta bantuan IMF. Namun, kucuran
dana dari IMF yang sangat di harapkan oleh pemerintah belum terelisasi,
walaupun pada 15 januari 1998 Indonesia telah menandatangani 50 butir
kesepakatan (letter of intent atau Lol) dengan IMF.

14
Faktor lain yang menyebabkan krisis ekonomi yang melanda Indonesia tidak
terlepas dari masalah utang luar negeri. Utang Luar Negeri Indonesia Utang luar
negeri Indonesia menjadi salah satu faktor penyebab munculnya krisis ekonomi.
Namun, utang luar negeri Indonesia tidak sepenuhnya merupakan utang Negara,
tetapi sebagian lagi merupakan utang swasta. Utang yang menjadi tanggungan
Negara hingga 6 februari 1998 mencapai 63,462 miliar dollar Amerika Serikat,
utang pihak swasta mencapai 73,962 miliar dollar Amerika Serikat.

Presiden Soeharto mengadakan pertemuan dengan tokoh-tokoh agama, tokoh-


tokoh masyarakat di Jakarta. Kemudian Presiden mengumumkan tentang
pembentukan Dewan Reformasi, melakukan  sebagai Presiden. Dalam
perkembangannya, upaya pembentukan Dewan Reformasi dan perubahan kabinet
tidak dapat dilakukan. Akhirnya pada tanggal 21 Mei 1998 Presiden Soeharto
menyatakan mengundurkan diri/berhenti sebagai Presiden Republik Indonesia dan
menyerahkan Jabatan Presiden kepada Wakil Presiden Republik Indonesia, B.J.
Habibie dan langsung diambil sumpahnya oleh Mahkamah Agung sebagai
Presiden Republik Indonesia yang baru di Istana Negara.

Pengangkatan B.J. Habibie Menjadi Presiden Republik Indonesia

Setelah B.J. Habibie dilantik menjadi Presiden Republik Indonesia pada tanggal
21 Mei 1998. Tugas Habibie menjadi Presiden menggantikan Presiden Soeharto
sangatlah berat yaitu berusaha untuk mengatasi krisis ekonomi yang meelanda
Indonesia sejak pertengahan tahun 1997.

Habibie yang menjabat sebagai Presiden menghadapi keberadaan Indonesia yang


serba parah, baik dari segi ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Langkah-langkah
yang dilakukan oleh Habibie adalah berusaha untuk dapat mengatasi krisis
ekonomi dan politik. Untuk menjalankan pemerintahan, Presiden Habibie tidak
mungkin dapat melaksanakannya sendiri tanpa dibantu oleh menteri-menteri dari
kabinetnya.

Pada tanggal 22 Mei 1998, Presiden Republik Indonesia yang ketiga B.J. Habibie
membentuk kabinet baru yang dinamakan Kabinet Reformasi Pembangunan.
Kabinet itu terdiri atas 16 orang menteri, dan para menteri itu diambil dari unsur-
unsur militer (ABRI), Golkar, PPP, dan PDI.

Dalam bidang Ekonomi, Pemerintahan Habibie berusaha keras untuk melakukan


perbaikan. Ada beberapa hal yang dilakukan oleh pemerintahan Habibie untuk
memperbaiki perekonomian Indonesia diantaranya :

a) Merekapitulasi perbankan
b) Merekonstruksi perekonomian Indonesia
c) Melikuidasi beberapa bank bermasalah

15
d) Menaikan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat hingga
di bawah Rp. 10.000,-
e) Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang disyaratkan oleh
IMF

Presiden Habibie sebagai pembuka sejarah perjalanan bangsa pada era reformasi
mengupayakan pelaksanaan politik Indonesia dalam kondisi yang transparan serta
merencanakan pelaksanaan pemilihan umum yang langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur, dan adil. Pemilihan umum yang akan diselenggarakan dibawah
pemerintahan Presiden Habibie merupakan pemilihan umum yang telah bersifat
demokratis. Habibie juga membebaskan beberapa narapidana politik yang ditahan
pada zaman pemerintahan Soeharto. Kemudian, Presiden Habibie juga mencabut
larangan berdirinya serikat-serikat buruh independent.

Kebebasan Menyampaikan Pendapat

Pada masa Pemerintahan Habibie, orang bebas mengemukakan pendapatnya di


muka umum. Presiden Habibie memberikan ruang bagi siapa sajayang ingin
menyampaikan pendpat,baik dalam bentuk rapat-rapat umum maupun unjuk rasa
atau demonstrasi. Namun untuk demonstrasi,setiap lembaga atau organisasiyang
ingin melakukan demonstrasi hendaknyua mendapat izin dari pihak kepolisian
dan menentukan tempat untuk melakukan demonstrasi tersebut. Hal ini karena
pihak kepolisian mengaju pada UU No.28 tentang Kepolisian Republik Indonesia.

Untuk menjamin kepastian hukum bagi para pengunjuk rasa, pemerintahan


bersama DPR berhasil merampungkan perundang-undangan yang mengatur
tentang unjuk rasa atau demonstrasi, adalah UU No. 9 tentang Kemerdekaan
Menyampaikan Pendapat di Muka Umum.

Masalah Dwifungsi ABRI

Setelah Reformasi dilaksanakan, peran ABRI di Perwakilan Rakyat DPR mulai


dikurangi secara bertahap yaitu 75 orang menjadi 38 orang. Langkah lain yang
ditempuh adalah ABRI semula terdiri empatt angkatan yaitu Angkatan Darat,
Laut, dan Udara serta Kepolisian RI, namun mulai tanggal 5 Mei 1999 POLRI
memisahkan diri dari ABRI dan kemudian berganti nama menjadi Kepolisian
Negara. Istilah ABRI pun berubah menjadi TNI yang terdiri dari AD, AL, dan
AU.

Reformasi Bidang Hukum

Pada masa Pemerintahan Habibie dilakukan pembongkaran terhadapt berbagai


produksi hukum atau undang-undang yang dibuat pada masa Orba, maka tampak
jelas adanya karakter hukum yang mengebiri hak-hak.

16
Selama Pemerintrahan Orba, karakter hukum cenderung bersifat konservatif,
ortodoks, maupun elitis. Sedangkan hukum ortodoks lebih tertutup terhadap
kelompok – kelompok sosial maupun individu di dalam masyarakat. Pada hukum
yang berkarakter tersebut, maka porsi rakyat sangatlah kecil, bahkan bias
dikatakan tidak ada sama sekali.

Oleh karena itu, produk hukum dari masa Pemerintahan Orba sangat tidak
mungkin untuk dapat menjamin atau memberikan perlindungan tehadap Hak-hak
Asasi Manusia (HAM), berkembangnya demokrasi serta munculnya kreativitas
masyarakat.

17
BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian bahasan “Sejarah Bangsa Indonesia” dapat disimpulkan


bahwa :
1. Beberapa peristiwa penting yang terjadi di sekitar proklamasi, diantaranya
peristiwa Rengasdengklok, penyusunan teks proklamasi, dan detik-detik
proklamasi. Pada peristiwa Rengasdengklok, para pemuda membawa
Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok. Mereka didesak untuk
segera memproklamasikan negara Indonesia merdeka.
2. Perumusan teks proklamasi dilakukan tanggal 16 Agustus 1945 di rumah
laksamana Maeda yang terletak di jalan Imam Bonjol no. 1 Jakarta. Para
perumus teks Proklamasi adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta dan Ahmad
soebardjo. Teks Proklamasi ditulis tangan oleh Bung Karno dan diketik
oleh Sayuti Melik. Proklamasi ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan Drs.
Moh. Hatta, atas nama bangsa Indonesia. Proklamasi kemerdekaan
Indonesia pertama kali dikumandangkan tanggal 17 Agustus 1945
bertepatan pada hari Jum’at, di jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta
(sekarang Jalan Proklamasi).
3. Organisasi yang sangat berperan dalam mewujudkan kemerdekaan adalah
BPUPKI dan PPKI. BPUPKI diketuai oleh Dr. Radjiman Widyodiningrat,
sedangkan PPKI diketuai oleh Ir. Soekarno. BPUPKI telah berhasil
menyusun dasar negara dan rancangan UUD. Dalam sidangnya yang
pertama tanggal 18 Agustus 1945, PPKI telah menetapkan tiga keputusan
penting yaitu mengesahkan dan menetapkan UU RI, yang kemudian
dikenal sebagai UUD 1945, mengangkat presiden dan wakil presiden, dan
membentuk Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Tokoh-tokoh
penting dalam peristiwa proklamasi adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh.
Hatta,Ahmad subardjo, dan Fatmawati.
4. Sesuai dengan pernyataan politik yang dikeluarkan oleh ratu Belanda
Wilhelmina tanggal 6 Desember 1942, maka Belanda bermaksud kembali
lagi ke daerah jajahannya, kembali sehabis Perang Dunia II. Belanda
datang ke Indonesia sebagai pegawai-pegawai NICA yang bersama-sama
dengan Inggris mendarat pada tanggal 24 Agustus 1945.
5. Setelah kemerdekaan dikumandangkan peristiwa-peristiwa heroik pun
tidak terbendungkan di berbagai daerah yaitu : Pertempuran lima hari di
Semarang, Pertempuran Surabaya, Pertempuran Ambarawa, Pertempuran
Medan Area, Pertempuran Bandung Lautan Api.
6. Orde Lama adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soekarno di
Indonesia. Ir. Soekarno adalah presiden Indonesia pertama yang menjabat
pada periode 1945 – 1966.
7. Soekarno menandatangani Surat Perintah 11 Maret 1966 Supersemar yang
kontroversial, yang isinya – berdasarkan versi yang dikeluarkan Markas

18
Besar Angkatan darat – menugaskan Letnan Jenderal Soeharto untuk
mengamankan dan menjaga keamanan negara dan institusi kepresidenan.
8. Orde Baru adalah era pemerintahan Soeharto dari tahun 1966-1998 yang
menggantikan Orde Lama yaitu pada masa pemerintahan Soekarno.
9. Perombakan besar pada masa orde baru oleh Soeharto berpengaruh besar
pada majunya Negara Indonesia, namun seiring dengan banyaknya korupsi
merajalela pada zaman itu ada pula pengaruh negatifnya.
10. Era reformasi adalah era pemerintahan dari turunnya Soeharto yaitu B.J.
Habibie sampai pemerintahan ini dari tahun 1998 sampai sekarang
11. Pada era reformasi ini diberlakukanya pemilihan secara langsung, umum,
bebas, rahasia, jujur, dan adil dibawah pemerintahan B.J. Habibie (pertama
kalinya)
12. Pada masa era reformasi orang bebas mengemukakan pendapatnya baik
dalam rapat-rapat umum atau unjuk rasa (demonstrasi) dan dikeluarkanyan
UU No. 9 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka
Umum.

DAFTAR PUSTAKA

http://sejarah.kompasiana.com/2012/04/24/makalah-sejarah-perjuangan-
kemerdekaan-indonesia-457876.html

http://skulwork-nytha.blogspot.com/2012/02/peristiwa-peristiwa-heroik-
setelah.html

http://urfidiaz.blogspot.com/2013/01/sejarah-orde-lama.html

https://sites.google.com/site/redaksisejarahindonesia/team-announcements/
sejarahmasareformasi

www.wikipedia.com

http://ilmu27.blogspot.com/2012/08/makalah-sejarah-orde-baru.html

http://history1978.wordpress.com/

http://kumpulansejarah-aris.blogspot.com/2012/10/indonesia-pada-era-orde-
baru.html

19
20

Anda mungkin juga menyukai