Landasan utama Demokrasi Pancasila adalah Sila keempat, yaitu Kerakyatan yang
dipimpin Oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Demokrasi
Pancasila mengandung tiga fokus utama, yaitu kerakyatan, permusyawaratan, dan hikmat
kebijaksanaan. Ketiga hal tersebut sekaligus berkedudukan sebagai cita-cita luhur
penerapan demokrasi di Indonesia.
Demokrasi Pancasila mengandung beberapa nilai moral yang bersumber dari Pancasila.
yaitu sebagai berikut.
l ) Persamaan bagi seluruh rakyat Indonesia.
2) Keseimbangan antara hak dan kewajiban.
3) Pelaksanaan kebebasan yang dipertanggungjawabkan secara moral kepada Țuhan Yang
Maha Esa, diri sendiri, dan orang lain.
4) Mewujudkan rasa keadilan sosial.
5) Pengambilan keputusan dengan musyawarah mufakat.
6) Mengutamakan persatuan nasional dan kekeluargaan.
7) Menjunjung tinggi tujuan dan cita-cita nasional.
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 mengakhiri era demohasi parlementer dan memulai konsep
demokrasi yang oleh Presiden Soekarno disebut sebagai Demokrasi Terpimpin. Adapun
karakteristik era demokrasi terpimpin adalah sebagai berikut.
a) Mengaburnya sistem kepartaian.
b) Terbentuknya Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong, namun peranan lembaga
ini dalam sistem politik nasional menjadi sedemikian lemah.
c) Hak dasar manusia menjadi sangat lemah.
d) Masa demokrasi terpimpin membuat kebebasan pers berkurang.
e) Sentralisasi kekuasaan semakin dominan dalam proses hubungan antara pemerintah
pusat dan daerah, daerah memiliki otonomi yang terbatas.
Pelaksanaan Demokrasi Pancasila masa Orde Baru masih jauh dari harapan. Hal ini karena
pelaksanaan nilai-nilai Pancasila secara murni dan konsekuen hanya dijadikan alat politik
penguasa belaka. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut.
a) Rotasi kekuasaan eksekutif boleh dikatakan sangat kecil terjadi.
b) Rekrutmen politik bersifat tertutup.
c) Pemilihan umum tidak melahirkan persaingan yang sehat.
d) Pelaksanaan hak dasar warga negara masih terbatas. Contohnya, adanya pengekangan
terhadap kebebasan pers.
5) Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia pada Periode 1998— Sekarang
Masa Reformasi melahirkan gairah dalam pelaksanaan demokrasi. Hal itu dapat dilihat
dari indikator pelaksanaan demokrasi di Indonesia berikut ini.
a) Diberikannya ruang kebebasan pers sebagai ruang publik untuk berpartisipasi
dalam berbangsa dan bernegara.
b) Diberlakukannya sistem multipartai dalam pemilu tahun 1999. Habibie, dalam hal
ini sebagai Presiden Republik Indonesia, membuka kesempatan kepada rakyat
untuk berserikat dan berkumpul sesuai dengan ideologi dan aspirasi politiknya.
Dua hal di atas merupakan fondasi yang kuat bagi pelaksanaan demokrasi Indonesia pada
masa selanjutnya. Hal tersebut dapat dilihat melalui beberapa hal berikut.
a) Pertama, pemilu yang dilaksanakan jauh lebih demokratis dari yang sebelumnya.
Pada tahun 2004, rakyat dapat langsung memilih wakilnya di lembaga legislatif dan
Presiden/Wakil Presiden pun dipilih secara langsung. Tidak hanya itu, mulai tahun
2005 kepala daerah pun (gubernur dan bupati/walikota) dipilih langsung oleh rakyat.
b) Kedua, rotasi kekuasaan dilaksanakan mulai dari pemerintah pusat sampai pada
tingkat desa.
c) Ketiga, pola rekrutmen politik untuk pengisian jabatan politik dilakukan secara
terbuka. Setiap warga negara yang mampu dan memenuhi syarat dapat menduduki
jabatan politik tersebut tanpa adanya diskriminasi.
d) Keempat, sebagian besar hak dasar rakyat dapat terjamin seperti adanya kebebasan
menyatakan pendapat, kebebasan pers, dan sebagainya.