Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai
upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan
oleh pemerintah negara tersebut.
Berbicara mengenai demokrasi, Indonesia merupakan salah satu negarayang memiliki
banyak pengalaman tentang demokrasi. Sudah ada tiga jenisdemokrasi yang pernah diterapkan di
Indonesia, yaitu presidensial,terpimpin, dan parlementer. Dari ketiga jenis demokrasi itu, yang
menjadi pembuka lembaran sejarah Indonesia adalah demokrasi parlemeter yang dimulai sejak
tanggal 14 November 1945 sampai dengan 5 Juli 1959.
Melihat demokrasi parlementer yang menjadi tonggak awal pelaksanaan demokrasi di
Indonesia, maka sudah selayaknya kita sebagai generasi penerus Indonesia mengenal bagaimana
proses permulaan dan lika-liku yangmewarnai perjalanan demokrasi kita. Dalam makalah ini
terutama akan dijabarkan pelaksanaan demokrasi pada periode 1949-1959.
Dengan adanya pengetahuan sejarah yang baik, maka diharapkan dapat menghantarkan
kita menemukan jati diri untuk menentukan demokrasi yang pas untuk diterapkan di Indonesia.
Dari sejarah itu pula kita bisa memetetik pengalaman yang berharga guna menentukan arah
demokrasi Indonesia dimasa yang akan datang.

1.2 Rumusan Masalah

1. Demokrasi apa yang dianut pada periode 1949-1959?


2. Ciri-ciri demokrasi parlementer?
3. Landasan demokrasi di Indonesia pada periode 1949-1959?
4. Pelaksanaan demokrasi di Indonesia pada periode 1949-1959?
5. Bagaimanakah sistem kerja masa demokrasi periode 1949-1959?
6. Keunggulan demokrasi pada periode 1949-1959?
7. Kegagalan demokrasi pada periode 1949-1959?
8. Bagaimanakah berakhirnya demokrasi parlemen?
9. Apa saja kelebihan dan kekurangan demokrasi pada periode 1949-1959?

1
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas penyusunan makalah ini bertujuan sebagai berikut:
1. Menjelaskan Demokrasi apa yang dianut pada saat itu
2. Menjelaskan Ciri-ciri demokrasi parlementer
3. Menjelaskan Landasan demokrasi di Indonesia pada periode 1949-1959
4. Menjelaskan Pelaksanaan demokrasi di Indonesia pada periode 1949-1959
5. Menjelaskan Sistem Kerja Masa Demokrasi Periode 1949-1959
6. Menjelaskan Kegagalan demokrasi pada periode 1949-1959
7. Menjelaskan Keunggulan demokrasi pada periode 1949-1959
8. Memaparkan berakhirnya demokrasi parlemen
9. Memperlihatkan kelebihan dan kekurangan demokrasi pada periode 1949-1959

1.4 Manfaat Penulisan


1. Memenuhi Tugas PKN
2. Menambah Wawasan tentang demokrasi di Indonesia pada periode 1949-1959
3. Sebagai Materi pembelajaran siswa dalam memahami demokrasi di Indonesia
4. Melatih ketrampilan siswa dalam membuat makalah
5. menemukan jati diri untuk menentukan demokrasi yang pas untuk diterapkan di
Indonesia

1.5 Metode Penulisan

Dalam melakukan penulisan kami mempergunakan metode kepustakaan atau


literatur. Yaitu metode penelitian dengan cara mengumpulkan data yang bersumber dari
media buku, Koran, artikel dan situs atau web internet. Dan kami pun telah melakukan
diskusi kelompok.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Demokrasi apa yang dianut pada periode 1949-1959

Demokrasi yang dianut pada periode 1949-1959 adalah demokrasi parlementer.


Demokrasi parlementer adalah sisitem pengorganisasian negara dengan memberikan amanah
kepada lembaga legistatif membuat kabinet serta melakukan pemilihan presiden dan wakil
persiden , dalam upaya menjalankan tugas-tugasnya untuk melakukan kerjasama baik dalam
negri ataupun di luar negri.

Dalam arti ini, demokrasi parlementer lebih dekat pada kekuasaan yang diberikan oleh
rakyat hanya melakukan pemilihan pada saat terjadinya pemilu legistatif. Sedangkan untuk
penentuan kebijakan dalam pemilah eksekutif mutlak menjadi hak dari hasil pemileg tersebut.

Contoh nyata tentang demokrasi parlementer, misalnya saja yang pernah terjadi di
Indonesia pada tahun 1950 sampai 1959 (meskipun pada saat ini telah meberlakukan sistem
pemerintahan presidensial). Pada saat itu kebijakan Orde Lama membagi Indonesia dalam 3
negara bagian, yaitu negara bagian Indonesia Barat, Tengah, dan Timur.

Dalam proses penjalanan negara bagian inilah, setiap wilayah memiliki keterwakilan
yang berhak menentukan pimpinan tertinggi (presiden) sehingga dalam pedoman yang diberikan
ini mendekatkan diri pada kebijakan yang sesuai keterwakilannya.

Keadaan pada demokrasi terpimpin yang pernah dilakukan Indonesia ini juga
mengakibatkan adanya perubahan cabinet yang cukup cepat. Bahkan selama 9 tahun demokrasi
parlementer diterapkan Indonesia sudah berubah sebanyak 7 kabinet. Antara lain;

 Kabinet Natsir (1950-1951)


 Kabinet Sukiman-Suwirjo (1951-1952)
 Kabinet Wilopo (1952-1953)
 Kabinet Ali Sastroamidjojo I (1953-1955)
 Kabinet Burhanuddin Harahap (1955-1956)
 Kabinet Ali Sastroamidjojo II (1956-1957)
 Kabinet Djuanda (1957-1959)

3
2.2 Ciri-Ciri Demokrasi Parlementer

Beragam karakteristik yang terjadi di dalam demokrasi parlementer, yaitu;

1. Presiden Sebagai Kepala Negara, Perdana Menteri sebagai Kepala Pemerintahan


Dalam sistem parlementer presiden sebagai kepala negara hanya bertindak sebagai
kepala negara yang mengawasi tanpa memiliki kewenangan apapun atas tindakan
pemerintah. Tindakan dan kewenangan untuk menjalankan pemerintahan sepenuhnya
berada di tangan perdana menteri sebagai kepala pemerintahan.
2. Eksekutif Bertanggung jawab pada Legislatif
Lembaga eksekutif bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukannya kepada
legislatif (parlemen). Pelaporan dan semua kewenangan atas keputusan harus melalui
legislatif terlebih dulu. Jika hal yang hendak dijalankan tidak mendapatkan izin dari
legislatif maka mutlak harus dijalankan sesuai perintah parlemen.
3. Kekuasaan Eksekutif dapat Dijatuhkan Oleh Legislatif
Pejabat dan menteri maupun presiden tidak memiliki kewenangan apapun dalam
hal jabatan. Dapat diartikan bahwa jabatan- jabatan tersebut dapat dengan mudah digeser
atau dijatuhkan hanya dengan keputusan rapat parlemen yang bertindak sebagai lembaga
legislatif. (baca juga : Tugas dan dan Fungsi MPR di Indonesia, Hak dan Kewajiban Warga
Negara)

4. Hak Prerogatif Dimiliki Perdana Menteri


Hak prerogatif perdana menteri adalah hak istimewa yang dimiliki seorang
perdana menteri mengenai hukum dan undang- undang diluar kekuasaan badan perwakilan.
Pada sistem parlementer, perdana menteri memiliki hak prerogatif untuk mengangkat dan
memberhentikan pejabat atau menteri yang memimpin departement dan non departement.

5. Eksekutif Ditunjuk oleh Legislatif


Eksekutif yang bertindak membantu kerja presiden dalam tata pemerintahan
ditunjuk berdasarkan keputusan legislatif. Parlemen yang berwenang menentukan siapa
yang berhak menduduki jabatan di lembaga eksekutif presiden. Presiden sendiri dipilih
berdasarkan seleksi menurut undang-undang yang berlaku di negara tersebut.

6. Menteri Bertanggungjawab pada Legislatif


Kebijakan seorang menteri selain harus melalui izin dari lembaga legislatif juga
harus dipertanggungjawabkan kepada pihak legislatif. Hal inilah yang terkadang
menimbulkan semacam kesenjangan kekuasaan. Kesenjangan kekuasan yang dimaksud
disini adalah berkurangnya penghargaan kinerja dari kedua lembaga tersebut. Bahkan dapat

4
terjadi silang pendapat dan saling melempar tanggung jawab. Akibatnya, rakyat yang
menanggung risikonya dengan berlama- lama menunggu keputusan keduanya.

7. Masa Jabatan Lembaga Eksekutif Tidak Terbatas

Ciri pertama yang dekat dengan demokrasi parlementer adalah jabatan seorang
presiden dalam menjalankan tugasnya tidak terbatas dalam kurun waktu tertetu, selama
keterwakilan wilayah menghendakinya maka jabatan tersebut tidak bisa dilakukan
penggoyahan.

8. Pemilhan Kepala Pemerintah Oleh Parlemen

Karakterisik tentang demokrasi parlementer selanjutnya, adalah tentang pemilihan


kepada pemerintah yang diberikan amanah untuk menjalakan tugas-tugasnya, bisa dilakukan
dengan bentuk keterwakilan setiap negara bagian, atau dilakukan oleh rakyat secara
langsung.

2.3 Landasan Demokrasi Di Indonesia Pada Periode 1949-1959

Sistem pemerintahan dalam bidang politik yang dianut pada masa Demokrasi
Parlementer, atau yang dikenal juga dengan sebutan Demokrasi Liberal adalah sistem kabinet
parlementer. Sistem pemerintahan tersebut berlandaskan pada UUDS 1950.

Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia, atau dikenal dengan UUDS


1950, adalah konstitusi yang berlaku di negara Republik Indonesia sejak 17 Agustus 1950 hingga
dikeluarkannya Dekret Presiden 5 Juli 1959.

UUDS 1950 ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1950 tentang


Perubahan Konstitusi Sementara Republik Indonesia Serikat menjadi Undang-Undang Dasar
Sementara Republik Indonesia, dalam Sidang Pertama Babak ke-3 Rapat ke-71 DPR RIS
tanggal 14 Agustus 1950 di Jakarta.

Sistem pemerintahan berlandaskan pada UUDS 1950 ini menetapkan bahwa:

• Kabinet-kabinet atau para menteri bertanggung jawab kepada parlemen.

• Sistem kabinet parlementer juga menerapkan sistem pemungutan suara (voting) yang
digunakan dalam pemilihan umum (Pemilu), mosi, dan demonstrasi sebagai bentuk rakyat
dalam mengekspresikan hak untuk ikut serta dalam berpolitik.

• Selain itu, adanya sistem multipartai pada masa ini menyebabkan terciptanya golongan
mayoritas dan minoritas dalam masyarakat, serta adanya sikap mementingkan kepentingan
golongan partai politik masing-masing dari pada kepentingan bersama.

5
Konstitusi ini dinamakan "sementara", karena hanya bersifat sementara, menunggu
terpilihnya Konstituante hasil pemilihan umum yang akan menyusun konstitusi baru. Pemilihan
Umum 1955 berhasil memilih Konstituante secara demokratis, tetapi Konstituante gagal
membentuk konstitusi baru hingga berlarut-larut. Pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Soekarno
mengeluarkan Dekret Presiden 5 Juli 1959, yang antara lain berisi kembali berlakunya UUD
1945.

2.4 Pelaksanaan demokrasi di Indonesia pada periode 1949-1959

1. Pelaksanaan demokrasi pada masa1949-1950

Penggantian UUD 1945 dengan konstitusi RIS pada rentang waktu 27 desember 1949
sampai 17agustus 1950. Dalam rentang waktu tersebut bentuk Negara Indonesia berubah dari
kesatuan menjadi serikat. System pemerintahan juga berubah dari presidensial menjadi parlemen

Pelaksanaan demokrasi pada masa ini tidak berlangsung lama karena bentuk negara serikat
yang dianut dalam konstitusi RIS tidak cocok dengan bangsa Indonesia. Oleh karenanya pada tanggal
17 Agustus 1950 kita kembali lagi ke bentuk negara kesatuan RI.Demokrasi liberal dengan sistem
parlementer.

6
2. Pelaksanaan demokrasi pada masa1950-1959

Penggantian konstituante RIS dengan


undang undang sementara 1950 pada rentang
waktu 17 agustus 1950 sampai dengan 5 juli
1959, bentuk Negara kembali berubah dari
serikat menjadi kesatuan dan system
pemerintahan menganut system parlementer.

Konstituante adalah lembaga yang ditugaskan untuk membentuk Undang-Undang


Dasar atau konstitusi baru untuk menggantikan UUDS 1950.
• Konstituante gagal menjalankan tugasnya karena adanya konflik
antarpartai di dalam konstituante sendiri. Akibatnya, ketatanegaraan menjadi
sangat rawan bagi kelangsungan hidup bangsa Indonesia.
Kemudian, Presiden mengeluarkan dekrit 5 Juli 1959, isinya adalah:
 Pembubaran konstituante.
 Berlakunya UUD 1945 dan tidak berlakunya UUDS 1950.
 Pembentukan MPRS yang terdiri atas anggota DPR ditambah utusan dari
daerah serta golongan, serta pembentukan DPAS. Pemerintah
berdasarkan parlemen dengan demokrasi liberal. Adanya pemilu untuk
pertama kali dalam rangka memilih anggota konstituante dan DPR.

2.5 Sistem Kerja Masa Demokrasi Periode 1949-1959

1. kekuasaan legislatif djalankan oleh dpr yang dibentuk melalui pemilu multipartai
2. Kekuasaan eksekutif dijalankan oleh kabinet/dewan menteri yang dipimpin oleh
seorang perdana menteri
3. Presiden hanya berperan sebagai kepala negara, bukan sebagai kepala
pemerintahan
4. Kekuasan yudikatif dijalan kan oleh badan pengadilan yhang bebas
5. DPR dapat memberi mosi tidak percaya kepada seseorang atau beberapa menteri
atau bahkan kabinet secara keseluruhan
6. Jika kabinet bubar, Presiden akan menunjuk formatur kabinet untuk menyusun
kabinet baru.

7
7. Jika DPR mengajukan mosi tidak percaya lagi pada kabinet yang baru maka DPR
dibubarkan kemudian diadakan pemilihan umum.

2.6 Keunggulan Demokrasi Pada Periode 1949-1959

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam periode 1949 – 1959


negara kita menganut demokrasi parlementer. Masa demokrasi parlementer
merupakan masa kejayaan demokrasi di Indonesia, karena hampir seluruh elemen
demokrasi dapat kita temukan perwujudannya dalam kehidupan politik di Indonesia,
antara lain:

1. Lembaga perwakilan rakyat / parlemen memainkan peranan yang sangat


tinggi dalam proses politik yang berjalan
2. Akuntabilitas pemegang jabatan dan politisi pada umumnya sangat tinggi.
3. Kehidupan kepartaian boleh dikatakan memperoleh peluang yang sebesar-
besarnya untuk berkembang secara maksimal
4. Sekalipun pemilu hanya dilakukan satu kali yaitu pada 1955, tetapi pemilu
tersebut benar benar dilakukan dengan prinsip demokrasi.
5. Masyarakat pada umumnya dapat merasakan bahwa hak-hak dasar mereka
tidak dikurangi sama sekali, sekalipun tidak semua warga negara dapat
memanfaatkannya secara maksimal.
6. Dalam masa pemerintahan parlementer daerah-daerah mempunyai otonomi
yang cukup luas.

2.7 Kegagalan Demokrasi Pada Periode 1949-1959

1. Munculnya usulan presiden yang sering kita kenal dengan nama konsepsi presiden
untuk membentuk Dewan Nasional sehingga semua organisasi politik dan
organisasi kemasyarakatan yang ada menjadi ikut terlibat. Konsepsi presiden ini
bertujuan untuk membentuk pemerintahan yang memiliki sifat gotong royong
yang juga melibatkan semua kekuatan bersifat politik, tidak terkecuali Partai
Komunis Indonesia. Konsepsi Presiden dan juga Dewan Naisonal ini mengalami
pertentangan yang sangat kuat dari sejumlah partai, terutama Masyumi dan juga
PSI. Dua partai ini menganggap bahwa Dewan Nasional adalah pelanggaran yang

8
sifatnya sangat fundamental terhadap konstitusi negara kita karena lembaga itu
tidak dikenal dalam konstitusi.

2. Dewan Konstituante gagal menemukan jalan untuk mencapai kesepakatan dalam


merumuskan ideologi nasional. Karena gagal tercapainya titik persetujuan antara
dua kelompok politik, yaitu kelompok yang ingin Islam menjadi ideologi negara
dan kelompok yang menginginkan Pancasila sebagai ideologi. Meskipun voting
telah dilakukan, mereka tetap tidak bisa menemukan suara mayoritasnya.

3. Politik aliran terlalu dominan sehingga pengelolaan konflik menjadi terganggu.


Karena hal itu, setiap konflik cenderung menyebar melewati batas yang akhirnya
membawa dampak yang sangat negatif kepada kestabilan politik yang ada.

4. Basis sosial ekonmi yang sangat lemah. Struktur yang tegas membedakan
kedudukan masyarakat secara langsung tidak mendukung keberlangsungan
demokrasi.

2.8 Berakhirnya Demokrasi Parlemen

Demokrasi parlementer hanya bertahan selama sembilan tahun seiring


dikeluarkannya dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang membubarkan konstituante dan
kembali ke UUD 1945. Presiden menganggap bahwa demokrasi parlementer tidak
sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia yang dijiwai semangat gotong royong.

2.9 kelebihan dan kekurangan demokrasi pada periode 1949-1959

9
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Demokrasi yang dianut pada periode 1949-1959 adalah demokrasi
parlementer yang berlandaskan Sistem pemerintahan tersebut berlandaskan pada
UUDS 1950. Demokrasi parlementer adalah sisitem pengorganisasian negara
dengan memberikan amanah kepada lembaga legistatif membuat kabinet serta
melakukan pemilihan presiden dan wakil persiden , dalam upaya menjalankan
tugas-tugasnya untuk melakukan kerjasama baik dalam negri ataupun di luar negri.
Setelah 9 tahun, rakyat Indonesia sadar bahwa UUDS 1950 dengan sistem
Demokrasi Liberal tidak cocok, karena tidak sesuai dengan jiwa Pancasila dan
UUD 1945. Akhirnya Presiden menganggap bahwa keadaan ketatanegaraan
Indonesia membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa dan negara serta
merintangi pembangunan semesta berencana untuk mencapai masyarakat adil dan
makmur; sehingga pada tanggal 5 Juli 1959 mengumumkan dekrit mengenai
pembubaran Konstituante dan berlakunya kembali UUD 1945 serta tidak
berlakunya UUDS 1950.

3.2 Saran
Dengan adanya pengetahuan sejarah yang baik, maka diharapkan dapat
menghantarkan kita menemukan jati diri untuk menentukan demokrasi yang pas untuk
diterapkan di Indonesia. Dari sejarah itu pula kita bisa memetetik pengalaman yang
berharga guna menentukan arah demokrasi Indonesia dimasa yang akan datang.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://andifithriyah.blogspot.com/2014/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html
https://www.coursehero.com/file/37262420/PPKN-Demokrasi-Indonesia-Periode-2-
1949-1959docx/
https://gustraprasaja.wordpress.com/2018/10/19/identifikasi-sistem-pemerintahan-
dan-bentuk-negara-indonesia-dari-17-agustus-1945-sampai-sekarang/
https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia_(1950–1959)
https://www.google.com/search?q=demokras+parlementer&rlz=1C1XBRQ_enID759ID7
70&oq=demokras+parlementer&aqs=chrome..69i57j0l4j69i60.12283j0j7&sourcei
d=chrome&ie=UTF-8
https://www.google.com/search?q=Landasan+demokrasi+di+Indonesia+pada+periode+
1949-
1959&rlz=1C1XBRQ_enID759ID770&oq=Landasan+demokrasi+di+Indonesia+pada
+periode+1949-1959&aqs=chrome..69i57.1194j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8
https://www.slideshare.net/Rachmat123/demokrasi-indonesia-1949-1959
https://www.google.com/search?q=SiSTEM+KERJA+MASA+DEMOKRASi+PERiODE+1949-
1959&safe=strict&rlz=1C1XBRQ_enID759ID770&source=lnms&tbm=bks&sa=X&ve
d=0ahUKEwipp8y8rcDkAhUOY48KHU8vCOEQ_AUIGCgB&biw=1093&bih=508

12

Anda mungkin juga menyukai