Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

UNDANG-UNDANG AGRARIA

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Indonesia Masa Islam hingga
Tahun 1907

Dosen Pengampu : Dra. Hj. Sumiyatun, M.Pd.

Disusun oleh :

Kelompok 9

Nama :

Fungky Keisnandari (19220028)

Arum Ananda (19220009)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

TA. 2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan makalah “undang-undang agraria”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Metro, Oktober 2020


Disusun Oleh,

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................iii

BAB I................................................................................................................................1

PENDAHULUAN............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................................2

BAB II...............................................................................................................................3

PEMBAHASAN...............................................................................................................3

2.1 Pengertian Undang – Undang Agraria....................................................................3

2.2 Sejarah Terbentuknya Undang-Undang Agraria..................................................3

2.3 Tujuan Dibentuknya Undang-Undang Agrarian...................................................6

2.4 Dampak Undang-Undang Agraria...........................................................................7

BAB III.............................................................................................................................8

PENUTUP........................................................................................................................8

3.1 Kesimpulan.................................................................................................................9

3.2 Saran.........................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................11

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 latar belakang


Pada jaman kolonial tujuan politik hukum pemerintah penjajah jelas berorientasi
pada kepentingan penguasa sendiri. Sedang politik hukum indonesia, dalam hal ini
politik hukum agraria nasional merupakan alat bagi pembangunan masyarakat yang
sejahtera, bahagia, adil dan makmur.
Di dalam usaha untuk mewujudkan tujuan tersebut, politik hukum agraria
nasional memberikan kedudukan yang penting pada hukum adat. Hukum adat
dijadikan dasar dan sumber dari pembentukan hukum agraria nasional. Pengambilan
hukum adat sebagai dasar merupakan pilihan yang paling tepat karena hukum adat
merupakan hukum yang sudah dilaksanakan dan dihayati oleh sebagian besar
masyarakat indonesia. Pengambilan hukum adat sebagai sumber memang
mengandung kelemahan-kelemahan tertentu. Hal ini berkaitan dengan sifat
pluralistis hukum adat itu sendiri. Untuk menghilangkan kelemahan-kelemahan itu
harus dicari dan dirumuskan asas-asas, konsepsi-konsepsi, lembaga-lembaga dan
sistem hukumnya. Hal inilah dijadikan sebagai dasar dan sumber bagi pembentukan
hukum agraria nasional.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari undang undang agraria?
2. Bagaimana sejarah terbentuknya undang undang agraria?
3. Apa tujuan dibentuknya undang undang agraria?
4. Apa dampak dari adanya undang undang agraria?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengertian dari undang undang agraria
2. Untuk memahami bagaimana sejarah terbentuknya undang undang agraria
3. Untuk mengetahui tujuan dibentuknya undang undang agraria
4. Untuk mengetahui dampak dari adanya undang undang agraria

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Undang Undang Agraria

Undang-Undang Agraria 1870 (bahasa Belanda: Agrarische Wet 1870)


diberlakukan pada tahun 1870 oleh Engelbertus de Waal (menteri jajahan) sebagai
reaksi atas kebijakan pemerintah Hindia Belanda di Jawa. Latar belakang
dikeluarkannya Undang-Undang Agraria (Agrarische Wet) antara lain karena
kesewenangan pemerintah mengambil alih tanah rakyat. Politikus liberal yang saat itu
berkuasa di Belanda tidak setuju dengan Tanam Paksa di Jawa dan ingin membantu
penduduk Jawa sambil sekaligus keuntungan ekonomi dari tanah jajahan dengan
mengizinkan berdirinya sejumlah perusahaan swasta.

UU Agraria memastikan bahwa kepemilikan tanah di Jawa tercatat. Tanah


penduduk dijamin sementara tanah tak bertuan dalam sewaan dapat diserahkan. UU ini
dapat dikatakan mengawali berdirinya sejumlah perusahaan swasta di Hindia Belanda.

UU Agraria sering disebut sejalan dengan Undang-Undang Gula 1870, sebab


kedua UU itu menimbulkan hasil dan konsekuensi besar atas perekonomian di Jawa.

2.2 Sejarah dibentuknya Undang Undang Agraria

Pelaksanaan Tanam Paksa memang telah berhasil memperbaiki


perekonomian Belanda. Kemakmuran juga semakin meningkat. Bahkan
keuntungan dari Tanam Paksa telah mendorong Belanda berkembang sebagai
negara industri. Sejalan dengan hal ini telah mendorong pula tampilnya kaum
liberal yang didukung oleh para pengusaha. Oleh karena itu, mulai muncul
perdebatan tentang pelaksanaan Tanam Paksa. Masyarakat Belanda mulai
mempertimbangkan baik buruk dan untung ruginya Tanam Paksa. Timbullah
pro dan kontra mengenai pelaksanaan Tanam Paksa. Pihak yang pro dan setuju
Tanam Paksa tetap dilaksanakan adalah kelompok konservatif dan para pegawai

2
pemerintah. Mereka setuju karena Tanam Paksa telah mendatangkan banyak
keuntungan. Begitu juga para pemegang saham perusahaan NHM (Nederlansche
Handel Matschappij), yang mendukung pelaksanaan Tanam Paksa karena
mendapat hak monopoli untuk mengangkut hasil-hasil Tanam Paksa dari Hindia
Belanda ke Eropa. Sementara, pihak yang menentang pelaksanaan Tanam Paksa
adalah kelompok masyarakat yang merasa kasihan terhadap penderitaan rakyat
pribumi. Mereka umumnya kelompok-kelompok yang dipengaruhi oleh ajaran
agama dan penganut asas liberalisme. Kaum liberal menghendaki tidak adanya
campur tangan pemerintah dalam urusan ekonomi. Kegiatan ekonomi sebaiknya
diserahkan kepada pihak swasta. Nederlansche Handel Matschappij: perusahaan
dagang yang didirikan oleh Raja William I di Den Haag pada 9 Maret 1824
sebagai promosi antara lain bidang perdagangan dan perusahaan pengiriman,
dan memegang peran penting dalam mengembangkan perdagangan Belanda-
Indonesia.

Pandangan dan ajaran kaum liberal itu semakin berkembang dan


pengaruhnya semakin kuat. Oleh karena itu, tahun 1850 Pemerintah mulai
bimbang. Apalagi setelah kaum liberal mendapatkan kemenangan politik di
Parlemen (Staten Generaal). Parlemen memiliki peranan lebih besar dalam
urusan tanah jajahan. Sesuai dengan asas liberalisme, maka kaum liberal
menuntut adanya perubahan dan pembaruan. Peranan pemerintah dalam
kegiatan ekonomi harus dikurangi, sebaliknya perlu diberikan keleluasaan
kepada pihak swasta untuk mengelola kegiatan ekonomi. Pemerintah berperan
sebagai pelindung warga, mengatur tegaknya hukum, dan membangun sarana
prasarana agar semua aktivitas masyarakat berjalan lancar.

Kaum liberal menuntut pelaksanaan Tanam Paksa di Hindia Belanda


diakhiri. Hal tersebut didorong oleh terbitnya dua buah buku pada tahun 1860
yakni buku Max Havelaar tulisan Edward Douwes Dekker dengan nama
samarannya Multatuli, dan buku berjudul Suiker Contractor (Kontrak-kontrak
Gula) tulisan Frans van de Pute. Kedua buku ini memberikan kritik keras
terhadap pelaksanaan Tanam Paksa. Penolakan terhadap Tanam Paksa sudah

3
menjadi pendapat umum. Oleh karena itu, secara berangsurangsur Tanam Paksa
mulai dihapus dan mulai diterapkan sistem politik ekonomi liberal. Hal ini juga
didorong oleh isi kesepakatan di dalam Traktat Sumatera yang ditandatangani
tahun 1871. Di dalam Traktat Sumatera itu antara lain dijelaskan bahwa Belanda
diberi kebebasan untuk meluaskan daerahnya sampai ke Aceh. Tetapi sebagai
imbangannya Inggris meminta kepada Belanda agar menerapkan ekonomi
liberal agar pihak swasta termasuk Inggris dapat menanamkan modalnya di
tanah jajahan Belanda di Hindia. Penetapan pelaksanan sistem politik ekonomi
liberal memberikan peluang pihak swasta untuk ikut mengembangkan
perekonomian di tanah jajahan. Seiring dengan upaya pembaruan dalam
menangani perekonomian di negeri jajahan, Belanda telah mengeluarkan
berbagai ketentuan dan peraturan perundang-undangan.

1. Tahun 1864 dikeluarkan Undang-undang Perbendaharaan Negara


(Comptabiliet Wet). Berdasarkan Undang-undang ini setiap anggaran belanja
Hindia Belanda harus diketahui dan disahkan oleh Parlemen.
2. Undang-undang Gula (Suiker Wet). Undang-undang ini antara lain mengatur
tentang monopoli tanaman tebu oleh pemerintah yang kemudian secara
bertahap akan diserahkan kepada pihak swasta.
3. Undang-undang Agraria (Agrarische Wet) pada tahun 1870. UndangUndang
ini mengatur tentang prinsip-prinsip politik tanah di negeri jajahan.
Di dalam undang-undang itu ditegaskan, antara lain :
a. Tanah di negeri jajahan di Hindia Belanda dibagi menjadi dua bagian.
Pertama, tanah milik penduduk pribumi berupa persawahan, kebun,
ladang dan sebagainya. Kedua, tanahtanah hutan, pegunungan dan
lainnya yang tidak termasuk tanah penduduk pribumi dinyatakan sebagai
tanah pemerintah.
b. Pemerintah mengeluarkan surat bukti kepemilikan tanah.
c. Pihak swasta dapat menyewa tanah, baik tanah pemerintah maupun tanah
penduduk. Tanah-tanah pemerintah dapat disewa pengusaha swasta
sampai 75 tahun. Tanah penduduk dapat disewa selama lima tahun, ada

4
juga yang disewa sampai 30 tahun. Sewa-menyewa tanah ini harus
didaftarkan kepada pemerintah.
Sejak dikeluarkan UU Agraria itu, pihak swasta semakin banyak
memasuki tanah jajahan di Hindia Belanda. Mereka memainkan peranan
penting dalam mengeksploitasi tanah jajahan. Oleh karena itu, mulailah era
imperialisme modern. Berkembanglah kapitalisme di Hindia Belanda. Tanah
jajahan berfungsi sebagai: (1) tempat untuk mendapatkan bahan mentah
untuk kepentingan industri di Eropa, dan tempat penanaman modal asing, (2)
tempat pemasaran barang-barang hasil industri dari Eropa, (3) penyedia
tenaga kerja yang murah.
Usaha perkebunan di Hindia Belanda semakin berkembang. Beberapa
jenis tanaman perkebunan yang dikembangkan misalnya tebu, tembakau,
kopi, teh, kina, kelapa sawit, dan karet. Hasil barang tambang juga
meningkat. Industri ekspor terus berkembang pesat seiring dengan
permintaan dari pasaran dunia yang semakin meningkat.
Untuk mendukung pengembangan sektor ekonomi, diperlukan sarana
dan prasarana, misalnya irigasi, jalan raya, jembatan-jembatan, dan jalan
kereta api. Hal ini semua dimaksudkan untuk membantu kelancaran
pengangkutan hasil-hasil perusahaan perkebunan dari daerah pedalaman ke
daerah pantai atau pelabuhan yang akan diteruskan ke dunia luar. Pada tahun
1873 dibangun serangkaian jalan kereta api. Jalan-jalan kereta api yang
pertama dibangun adalah antara Semarang dan Yogyakarta, kemudian antara
Batavia dan Bogor, dan antara Surabaya dan Malang. Pembangunan jalan
kereta api juga dilakukan di Sumatera pada akhir abad ke-19. Tahun 1883
Maskapai Tembakau Deli telah memprakarsai pembangunan jalan kereta api.
Pembangunan jalan kereta api ini direncanakan untuk daerahdaerah yang
telah dikuasai dan yang akan dikuasai, misalnya Aceh. Oleh karena itu,
pembangunan jalan kereta api di Sumatra ini, juga berdasarkan pertimbangan
politik dan militer. Jalur kereta api juga dibangun untuk kepentingan
pertambangan, seperti di daerah pertambangan batu bara di Sumatra Barat.

5
Di samping angkutan darat, angkutan laut juga mengalami peningkatan.
Tahun 1872 dibangun Pelabuhan Tanjung Priok di Batavia, Pelabuhan
Belawan di Sumatra Timur, dan Pelabuhan Emmahaven (Teluk Bayur) di
Padang. Jalur laut ini semakin ramai dan efisien terutama setelah adanya
pembukaan Terusan Suez pada tahun 1869. Bagi rakyat Bumiputera
pelaksanaan usaha swasta tetap membawa penderitaan. Pertanian rakyat
semakin merosot. Pelaksanaan kerja paksa masih terus dilakukan seperti
pembangunan jalan raya, jembatan, jalan kereta api, saluran irigasi, benteng-
benteng dan sebagainya. Di samping melakukan kerja paksa, rakyat masih
harus membayar pajak, sementara hasil-hasil pertanian rakyat banyak yang
menurun. Kerajinan-kerajinan rakyat mengalami kemunduran karena
terdesak oleh alat-alat yang lebih maju. Alat transportasi tradisional, seperti
dokar, gerobak juga semakin terpinggirkan. Dengan demikian rakyat tetap
hidup menderita.

2. 3 Tujuan Dibentuknya Undang- Undang Agraria

UU Agraria 1870 mempunyai tujuan sebagai berikut:

 Supaya kepemilikan tanah di Jawa tercatat dengan baik.

 Dengan catatan yang baik, maka tanah penduduk bisa dijamin dengan baik pula.

 Untuk tanah tanpa pemiliki yang dalam sewaan dapat diserahkan.

 Tanah dan hak petani atas tanahnya terlindungi dari penguasa dan pemodal asing
yang ingin menggunakan dengan cara yang kurang baik.

 Memberi peluang investasi kepada pemodal asing untuk menyewa dan


mengelola tanah milik penduduk.

 Memperbanyak peluang kerja pada penduduk. Contohnya seperti menjadi buruh


perkebunan.

6
Hak Erfpacht Aspek penting dalam UU Agraria 1870 adalah adanya Hak
Erfpacht. Semacam hak guna usaha untuk menyewa tanah tak bertuan yang
sudah menjadi milik negara dengan masa sewa maksimal 75 tahun. Sesuai
dengan kewenangan yang sudah diberikan oleh hak kepemilikian. Juga dapat
diwariskan dan menjadi agunan. Satuan pengukurannya menggunakan istilah
bahu. Untuk bahu sendiri berubah-ubah. Tapi jika dikonversikan dengan
pengukuran masa kini, satu bahu rata-rata seluas 0,7 hingga 0,74 hektar.
Sedangkan pembayarannya menggunakan istilah florint. Hak Erfpacht ada tiga
jenis yaitu:

 Hak untuk aktivitas pertanian dan perkebunan berlahan besar. Maksimal


lima ratus bahu dengan harga sewa maksimal lima florint tiap bahunya.

 Hak untuk aktivitas pertanian dan perkebunan berlahan kecil. Ini cocok
untuk orang Eropa berekonomi sedang atau perkumpulan sosial di Hindia
Belanda. Maksimal 25 bahu dengan harga sewa satu florint tiap bahunya.
Kemudian tahun 1908, dari 25 diperluas menjadi maksimum 500 bahu.

 Hak untuk rumah dan pekarangannya maksimal boleh menyewa lima puluh
bahu.

2.3 Dampak Undang Undang Agraria

Semua keputusan pemerintah tentu memberi dampak. Dihapuskannya


Tanam Paksa dan diterapkannya UU Agraria 1870 juga berdampak ke Indonesia
khususnya Jawa. Ditambah lagi, UU Agraria 1870 ditafsirkan sejalan
dengan UU Gula 1870. Karena itulah, kedua UU itu tentu berdampak dan
berkonsekuensi besar atas perkembangan dan situasi di Hindia Belanda
khusunya Jawa. Tapi apakah menjadi lebih baik dan menguntungkan bagi rakyat
Indonesia? Berikut adalah akibat penjajahan dan dampak UU Agraria 1870:

7
1. Perluasan lahan

Karena sistem ini menguntungkan. Perluasan lahan tidak hanya di


Jawa tapi juga di luar Jawa. Karena penyewa rata-rata orang-orang yang
berkecukupan. Sedangkan orang-orang tersebut tidak hanya ada di Jawa.

2. Angkatan laut dimonopoli oleh KPM

KPM atau Koninklijke Paketvaart Maatschappij adalah


perusahaan pelayaran milik Belanda. Jika diterjemahkan menjadi
Perusahaan Pelayaran Kerajaan. Karena lahan sudah diperluas dan tidak
hanya di Jawa, maka jasa KPM sangatlah dibutuhkan sebagai
transportasi.

3. Berdirinya banyak perusahaan swasta di Hindia Belanda

Dengan adanya sistem sewa tanah, maka banyak pemodal yang


berdatangan. Tidak hanya kebun dan sawah, para pemodal juga
membangun perusahaan. Industri pun berkembang dengan pesat. Bisa
dibilang UU Agraria ini membuat industrialisasi di Hindia Belanda
semakin gencar. Para pribumi pun juga bekerja sebagai petani di kebun
atau buruh di pabrik. Sehingga di sini juga diperkenalkan sistem uang
dan upah.

4. Rakyat mengenal ekspor dan impor

Perkembangan industri yang cepat dan pelayanan KPM yang luas


membuat rakyat mengenal ekspor dan impor. KPM tidak hanya melayani
hubungan antar pulau di Hindia Belanda tapi juga luar negeri. Sehingga
industri pun terbantu dengan pelayanan KPM. Karena UU Agraria 1870
ini memudahkan investor asing, maka jangan heran jika aktivitas ekspor
dan impor meningkat.

5. Industri rakyat tidak bisa maju

8
Memang Tanam Paksa sudah dihapuskan, tapi bukan berarti
rakyat bebas dari kesengsaraan. Aktivitas impor yang tinggi membuat
industri rakyat kecil tidak bisa maju. Sehingga ekonomi rakyat merosot.
Selain itu juga banyak pekerja yang pindah menjadi buruh di pabrik atau
petani perkebunan sehingga usaha rakyat mulai ditinggalkan.

6. Timbul pedagang perantara

Para pedagang pergi ke pedalaman untuk mencari industri-


industri tertentu. Kemudian menjual ke grosir. Faktor ini jugalah yang
membuat KPM berjaya dan bisa memonopoli. Demikian informasi
tentang Dampak UU Agraria 1870. Dampak Undang-Undang 1870 perlu
diketahui karena UU ini dianggap sebagai pengganti Tanam Paksa dan
sangat berdampak pada kondisi ekonomi Hindia Belanda.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Undang-Undang Agraria 1870 (bahasa Belanda: Agrarische Wet 1870)
diberlakukan pada tahun 1870 oleh Engelbertus de Waal (menteri jajahan) sebagai
reaksi atas kebijakan pemerintah Hindia Belanda di Jawa. Latar belakang
dikeluarkannya Undang-Undang Agraria (Agrarische Wet) antara lain karena
kesewenangan pemerintah mengambil alih tanah rakyat. Politikus liberal yang saat
itu berkuasa di Belanda tidak setuju dengan Tanam Paksa di Jawa dan ingin
membantu penduduk Jawa sambil sekaligus keuntungan ekonomi dari tanah jajahan
dengan mengizinkan berdirinya sejumlah perusahaan swasta. UU Agraria
memastikan bahwa kepemilikan tanah di Jawa tercatat. Tanah penduduk dijamin
sementara tanah tak bertuan dalam sewaan dapat diserahkan. UU ini dapat dikatakan
mengawali berdirinya sejumlah perusahaan swasta di Hindia Belanda. UU Agraria
sering disebut sejalan dengan Undang-Undang Gula 1870, sebab kedua UU itu
menimbulkan hasil dan konsekuensi besar atas perekonomian di Jawa.
Di dalam undang-undang itu ditegaskan, antara lain :
d. Tanah di negeri jajahan di Hindia Belanda dibagi menjadi dua bagian.
Pertama, tanah milik penduduk pribumi berupa persawahan, kebun,
ladang dan sebagainya. Kedua, tanahtanah hutan, pegunungan dan
lainnya yang tidak termasuk tanah penduduk pribumi dinyatakan sebagai
tanah pemerintah.
e. Pemerintah mengeluarkan surat bukti kepemilikan tanah.
f. Pihak swasta dapat menyewa tanah, baik tanah pemerintah maupun tanah
penduduk. Tanah-tanah pemerintah dapat disewa pengusaha swasta
sampai 75 tahun. Tanah penduduk dapat disewa selama lima tahun, ada
juga yang disewa sampai 30 tahun. Sewa-menyewa tanah ini harus
didaftarkan kepada pemerintah.

10
Sejak dikeluarkan UU Agraria itu, pihak swasta semakin banyak memasuki
tanah jajahan di Hindia Belanda. Mereka memainkan peranan penting dalam
mengeksploitasi tanah jajahan. Oleh karena itu, mulailah era imperialisme modern.

3.2 Saran

Demikianlah makalah ini kami susun, semoga makalah ini bermanfaat bagi para
pembaca. Kami sadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan, saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan untuk
menyempurnakan makalah ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian pendidikan dan kebudayaan. 2014. Sejarah Indonesia. Balitbang : pusat


kurikulum perbukuan,kemdikbud

Wikipedia. 2019. Undang-undang agraria tahun 1870.


https://id.wikipedia.org/wiki/Undang-Undang_Agraria_1870 ( diakses tanggal 19
oktober 2020)

Hafidz henry. 6 Dampak UU Agraria 1870 Bagi Indonesia.


https://sejarahlengkap.com/indonesia/dampak-uu-agraria#:~:text=Tanah%20dan
%20hak%20petani%20atas,Contohnya%20seperti%20menjadi%20buruh
%20perkebunan. ( diakses tanggal 19 oktober 2020)

12

Anda mungkin juga menyukai