DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 2
1. Saripudin (221120006)
PENDIDIKAN SEJARAH
BATAM
2023 / 2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Zaman
Liberal di Hindia-Belanda ” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Sejarah masa kolonial Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang peran mahasiswa dalam mengetahui menjelaskan pengertian, zaman
liberal di hindia Belanda
Kami menyadari atas ketidak sempurnaan penyususnan makalah ini, namun kami
tetap berharap makalah ini akan memberikan manfaat bagi para pembaca. Demi
kemajuan kami, kami juga mengharapkan adanya masukan berupa kritik atau saran
yang berguna, terima kasih.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANT....................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................2
C. Tujuan Masalah..............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................3
A. Kesimpulan...................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................15
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tahun 1870-1900 merupakan masa dimana penerapan system pemerintahan yang
liberal diberlakukan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda. Pada masa ini
pemerintah kolonial melepaskan peranan ekonomi seutuhnya dan menyerahkan
sepenuhnya kepada modal swasta. Pemberlakuan Undang-Undang Agraria di
wilayah ekspansi Hindia-Belanda tahun 1870 adalah dasar bagi pembukaan lahan
swasta secara besar-besaran di seluruh wilayah ekspansi pemeritahan Belanda
terutama wilayah strategis Pesisir Timur Sumatera. Hutan- hutan belantara di daerah
Sumatera dibuka untuk dijadikan daerah penanaman tanaman komersial yang
ditujukan untuk komoditi ekspor di pasaran dunia seperti tembakau, karet, sawit,
teh, dan lainnya. Pada tahun 1869, Jacobus Nienhuys bersama C.G. Clemen
mendirikan perusahaan Deli Maatschappij dengan mendapat izin kontrak sewa tanah
kemungkinan berkisar seluas 25.000ha. Selama 20 tahun, antara tahun 1870- 1890,
merupakan tahun-tahun paling produktif bagi perkebunan tembakau di Sumatera
Timur. Pembukaan lahan perkebunan yang dilakukan secara besarbesaran
membutuhkan modal, lahan, dan tenaga kerja yang tidak sedikit jumlahnya. (Jan
Breman, 1997:58-59). Kebutuhan yang sangat besar menyebabkan serapan tenaga
kerja dapat dipenuhi dengan cara mendatangkan pekerja dari Semenanjung Malaya
(Penang dan Singapura) dan Pulau Jawa selain melibatkan warga lokal yang sedikit
jumlahnya. Hal ini terjadi juga karena banyak warga lokal yang tidak mendukung
terjadinya perkebunan yang dikelola oleh orang lain, karena selain tidak mau
menjadi pekerja, perkebunan ini dianggap juga sebagai ancaman untuk
kelangsungan perkebunan yang sudah dimiliki oleh warga lokal. Mereka akan
dipekerjakan pada perusahaan-perusahaan yang berada di perkebunan Sumatera
Timur untuk memenuhi kebutuhan akan perkerja tersebut. Kendati kehadiran
pekerja yang banyak tadi sudah ada, namun tidak langsung membuat kondisi aman
begitu saja. Yang sudah didatangkan justru menimbulkan banyak masalah karena
proses kedatangan mereka dilakukan dengan cara penipuan dan ada juga karena
terpaksa karena kondisi hingga dipaksa untuk bekerja. Masalah yang muncul setelah
kedatangan mereka sangat bervariasi, terutama soal kondisi sosial. Para
pekerja/tenaga kerja dibagi menjadi dua yaitu para pekerja migran yang didatangkan
dari Singapura dan para pekerja yang ditangkan dari Pulau Jawa. Para pekerja
migran yang didatangkan dari Singapura ini semuanya adalah laki-laki, sedangkan
para pekerja yang berasal dari Pulau Jawa terdiri dari laki- laki dan hanya sedikit
perempuan. Hal ini disebabkan adanya larangan pekerja membawa istri serta anak-
anaknya, dan calon pekerja yang sudah menikah biasanya akan ditolak. Aturan
tersebut dilakukan atas dasar regulasi yang diterapkan oleh pemerintahan kolonial
Hindia-Belanda. Pada awal tahun 1890 tenaga kerja di Perkebunan Deli
kemungkinan berjumlah 55.000 orang dan hanya terdapat 10-20% tenaga kerja
wanita. Menjelang tahun 1912,
B. Rumusan Masalah
a. Latar belakang lahirnya undang-undang Agraria?
b. Kapan pembukaan lahan perkebunan oleh pihak swasta?
c. Perubahan perubahan dalam bidang politik,ekonomi dan sosial budaya?
C. Tujuan Masalah
a. Untuk mengetahui apa itu uu Agraria
b. Untuk mengetahui kapan pembukaan lahan perkebunan oleh pihak swasta
c. Untuk perubahan perubahann dalam bidang politik,ekonomi dan sosialbudaya
BAB II
PEMBAHASAN
ejak era 1850-an, kaum pengusaha swasta diizinkan untuk mengadakan kontrak
dengan para petani di Hindia Belanda, khususnya di Jawa dan Sumatera. Hal
tersebut, tulis R.E. Elson dalam Dari State ke State: Rezim yang Berubah dari
Produksi Ekspor Petani pada Pertengahan Abad ke-19 di Jawa (2002), terkait
dengan penyerahan produk ekspor, menyewa tanah desa, dan menyewa tanah yang
tidak digunakan untuk perkebunan. Kondisi ini menjadikan paham-paham liberal
terhadap perkembangan ekonomi di Hindia Belanda semakin berkembang.
Puncaknya ketika 1870 kaum liberal berhasil memenangkan suara di parlemen
Belanda yang menyepakati adanya UU Agraria 1870. Menteri Jajahan Engelbertus
de Waal kemudian mengesahkan Undang-Undang Agraria 1870 untuk diterapkan
di Hindia Belanda.
ujuan UU Agraria 1870 Boedi Harsono dalam Hukum Agraria Indonesia (2008)
menjelaskan bahwa tujuan diberlakukannya Undang-Undang Agraria 1870 antara
lain sebagai berikut: Pertama, memberikan peluang dan kemungkinan memberikan
jaminan hukum kepada para pengusaha swasta agar dapat berkembang di Hindia
Belanda. Cara tersebut dapat dilakukan melalui pengembangan industri-industri dan
perusahaan-perusahaan perkebunan mereka di Jawa. Kedua, melindungi hak-hak
tanah penduduk agar tidak hilang atau jatuh ke tangan asing melalui penyewaan
tanah, bukan menjual tanah kepada pihak asing. Ketiga, membuka kesempatan
kerja yang lebih baik bagi penduduk Indonesia utamanya dalam bidang buruh
perkebunan.
Hak Erfpacht dalam UU Agraria 1870 Salah satu poin terpenting dalam penerapan
UU Agraria 1870 adalah pemberian hak erfpacht. Ini adalah semacam Hak Guna
Usaha yang membuat seseorang bisa menyewa tanah telantar yang telah menjadi
milik negara yang selama maksimal 75 tahun. Hak menyewai sesuai kewenangan
yang diberikan hak eigendom (kepemilikan), selain dapat mewariskannya dan
menjadikan agunan. Dikutip dari Boedi Harsono dalam Hukum Agraria Indonesia
(1995), hak erfpacht terdiri atas tiga jenis, yakni:
Hak untuk perkebunan dan pertanian besar, maksimum 500 bahu dengan harga
sewa maksimum lima florint per bahu (1 bahu = 14,0625 m2).
Hak untuk perkebunan dan pertanian kecil bagi orang Eropa "miskin" atau
perkumpulan sosial di Hindia Belanda, maksimum 25 bahu dengan harga sewa
satu florint per bahu (sejak 1908 diperluas menjadi maksimum 500 bahu).
Hak untuk rumah tetirah dan pekarangannya (estate) seluas maksimum 50
bahu.
Dampak
Dampak dari adanya sistem usaha swasta ini adalah meningkatnya tanaman ekspor
ke luar negeri, seperti gula, kopi, teh, dan kina. Lewat sistem usaha swasta, baik
pengusaha swasta maupun Belanda sendiri juga memperoleh keuntungan yang
melimpah, diperkirakan mencapai 151 juta gulden pada 1877. Akan tetapi,
kebijakan ini juga masih sama saja seperti tanam paksa, karena pada akhirnya rakyat
Indonesia tetap terpuruk dan tersiksa. Para buruh perkebunan kerap diberi sanksi
hukuman apabila pekerjaan mereka tidak sesuai dan juga sering diperlakukan
semena-mena oleh pihak Belanda. Lebih lanjut, banyak pengusaha swasta juga yang
melanggar UU Agraria 1870, salah satunya adalah pengusaha swasta yang tidak
hanya menyewa lahan kosong, melainkan juga tanah persawahan. Padahal di dalam
aturan sudah disebutkan bahwa pengusaha swasta dilarang menyewa lahan yang
sudah dipakai untuk menenanampadi
Pengaruh kekuasaan Belanda semakin kuat karena intervensi yang intensif dalam
masalah-masalah istana, seperti pergantian tahta, pengangkatan pejabat-pejabat
kerajaan, ataupun partisipasinya dalam menentukan kebijaksanaan pemerintah
kerajaan. Dengan demikian, dalam bidang politik penguasa-penguasa pribumi
makin tergantung pada kekuasaan asing, sehingga kebebasan dalam menentukan
kebijaksanaan pemerintah istana makin menipis.
Penerapan sistem indirect rule (sistem pemerintahan tidak langsung) yaitu dengan
memanfaatkan penguasa-penguasa tradisional, seperti bupati dan raja yang
memerintah atas nama VOC.
Selain kosa kata ternyata kedatangan Bangsa Eropa juga mengenalkan berbagai hal
baru ke bangsa kita. Misalnya, kita jadi tahu berbagai musik internasional ataupun
tarian seperti dansa.
Selain itu, ada juga bangunan-bangunan yang menjadi saksi bisu terhadap segala
peristiwa masa lampau. Semua bangunan tersebut punya ciri khas yang sulit dibuat
saat ini. Seperti bangunan yang bisa kita temui di Kota Tua, Lawang Sewu adalah
gedung bersejarah milik PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang awalnya
digunakan sebagai Kantor Pusat perusahaan kereta api swasta Nederlandsch-
Indische Spoorweg Maatschappij (NISM). Bangunannya dirancang oleh Prof.
Jakob F. Klinkhamer dan B.J. Ouendag, arsitek dari Amsterdam dengan ciri
dominan berupa elemen lengkung dan sederhana. Bangunan di desain menyerupai
huruf L serta memiliki jumlah jendela dan pintu yang banyak sebagai sistem
sirkulasi udara. Karena jumlah pintunya yang banyak maka masyarakat
menamainya dengan Lawang Sewu yang berarti seribu pintu.
Salah satu penyebar agama Katolik di Indonesia yang terkenal adalah Fransiscus
Xaverius, seorang misionaris dari Portugis, di Maluku pada tahun 1546-1547. Di
samping penyebaran agama Katolik, agama Kristen Protestan juga turut tersebar di
Indonesia.
Penyebaran agama Kristen Protestan mulai terjadi pada masa pemerintahan
Gubernur Jendral Raffles. Penyebaran agama ini dilakukan oleh Nederlands
Zendeling Genootschap (NZG), yaitu organisasi yang menyebarkan agama Kristen
Protestan berdasarkan Alkitab. Beberapa tokoh yang tergabung dalam NZG yang
terkenal adalah Ludwig Ingwer Nommensen dan Sebastian Qanckaarts.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Daliman. 2001. Sejarah Indonesia Abad 19- Awal Abad 20. Yogyakarta : FIS UNY
G. Moedjanto. 1988. Indonesia Abad ke-20. Yogyakarta : Kanisius M. C. Ricklef.
1991. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta : UGM Press
brahim, Muhammad dan Rusdi Sufi, 1989, ”Proses Islamisasi dan Munculnya
Kerajaan-kerajaan Islam di Aceh”, dalam A. Hasymy ( Ed ), Sejarah Masuk dan
Berkembangnya Islam di Indonesia, PT Almaarif.
De Graaf H.J, 1989, “Islam di Asia Tenggara sampai Abad ke-18” dalam
Azyumardi Azra ( Ed ), Persepektif Islam di Asia Tenggara, Jakarta : yayasan Obor
Indonesia.