Anda di halaman 1dari 19

“ Zaman Liberal Di Hindia-Belanda “

Sejarah Masa Kolonial

Dosen: Monika Sari,S.Pd.,M.Pd

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK 2

1. Saripudin (221120006)

2. Rosentani Sinaga (221120011)

3. Duma Sari Nasutio (221120007)

4. Deni Kuswara (221120009)

PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN

BATAM

2023 / 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Zaman
Liberal di Hindia-Belanda ” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Sejarah masa kolonial Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang peran mahasiswa dalam mengetahui menjelaskan pengertian, zaman
liberal di hindia Belanda

Dalam penyelesaian pembuatan makalah ini kami menyampaikan terimakasih


kepada Ibu Monika Sari.S. selaku dosen pembimbing mata kuliah kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan. Serta rekan-rekan dan pihak lain yang telah membantu dalam proses
penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari atas ketidak sempurnaan penyususnan makalah ini, namun kami
tetap berharap makalah ini akan memberikan manfaat bagi para pembaca. Demi
kemajuan kami, kami juga mengharapkan adanya masukan berupa kritik atau saran
yang berguna, terima kasih.

Selasa, 28 November 2023

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANT....................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................2
C. Tujuan Masalah..............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................3

A. Lahirnya Undang-Undang Agraria Tahun 1870............................................3


B. Lahirnya Undang-Undang Agraria Tahun 1870............................................4
C. Perubahan-perubahan Dalam bidang ekonomi,politik
dan sosial di Hindia-Belanda.........................................................................6

BAB III PENUTUP...............................................................................13

A. Kesimpulan...................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................15
BAB II

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tahun 1870-1900 merupakan masa dimana penerapan system pemerintahan yang
liberal diberlakukan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda. Pada masa ini
pemerintah kolonial melepaskan peranan ekonomi seutuhnya dan menyerahkan
sepenuhnya kepada modal swasta. Pemberlakuan Undang-Undang Agraria di
wilayah ekspansi Hindia-Belanda tahun 1870 adalah dasar bagi pembukaan lahan
swasta secara besar-besaran di seluruh wilayah ekspansi pemeritahan Belanda
terutama wilayah strategis Pesisir Timur Sumatera. Hutan- hutan belantara di daerah
Sumatera dibuka untuk dijadikan daerah penanaman tanaman komersial yang
ditujukan untuk komoditi ekspor di pasaran dunia seperti tembakau, karet, sawit,
teh, dan lainnya. Pada tahun 1869, Jacobus Nienhuys bersama C.G. Clemen
mendirikan perusahaan Deli Maatschappij dengan mendapat izin kontrak sewa tanah
kemungkinan berkisar seluas 25.000ha. Selama 20 tahun, antara tahun 1870- 1890,
merupakan tahun-tahun paling produktif bagi perkebunan tembakau di Sumatera
Timur. Pembukaan lahan perkebunan yang dilakukan secara besarbesaran
membutuhkan modal, lahan, dan tenaga kerja yang tidak sedikit jumlahnya. (Jan
Breman, 1997:58-59). Kebutuhan yang sangat besar menyebabkan serapan tenaga
kerja dapat dipenuhi dengan cara mendatangkan pekerja dari Semenanjung Malaya
(Penang dan Singapura) dan Pulau Jawa selain melibatkan warga lokal yang sedikit
jumlahnya. Hal ini terjadi juga karena banyak warga lokal yang tidak mendukung
terjadinya perkebunan yang dikelola oleh orang lain, karena selain tidak mau
menjadi pekerja, perkebunan ini dianggap juga sebagai ancaman untuk
kelangsungan perkebunan yang sudah dimiliki oleh warga lokal. Mereka akan
dipekerjakan pada perusahaan-perusahaan yang berada di perkebunan Sumatera
Timur untuk memenuhi kebutuhan akan perkerja tersebut. Kendati kehadiran
pekerja yang banyak tadi sudah ada, namun tidak langsung membuat kondisi aman
begitu saja. Yang sudah didatangkan justru menimbulkan banyak masalah karena
proses kedatangan mereka dilakukan dengan cara penipuan dan ada juga karena
terpaksa karena kondisi hingga dipaksa untuk bekerja. Masalah yang muncul setelah
kedatangan mereka sangat bervariasi, terutama soal kondisi sosial. Para
pekerja/tenaga kerja dibagi menjadi dua yaitu para pekerja migran yang didatangkan
dari Singapura dan para pekerja yang ditangkan dari Pulau Jawa. Para pekerja
migran yang didatangkan dari Singapura ini semuanya adalah laki-laki, sedangkan
para pekerja yang berasal dari Pulau Jawa terdiri dari laki- laki dan hanya sedikit
perempuan. Hal ini disebabkan adanya larangan pekerja membawa istri serta anak-
anaknya, dan calon pekerja yang sudah menikah biasanya akan ditolak. Aturan
tersebut dilakukan atas dasar regulasi yang diterapkan oleh pemerintahan kolonial
Hindia-Belanda. Pada awal tahun 1890 tenaga kerja di Perkebunan Deli
kemungkinan berjumlah 55.000 orang dan hanya terdapat 10-20% tenaga kerja
wanita. Menjelang tahun 1912,
B. Rumusan Masalah
a. Latar belakang lahirnya undang-undang Agraria?
b. Kapan pembukaan lahan perkebunan oleh pihak swasta?
c. Perubahan perubahan dalam bidang politik,ekonomi dan sosial budaya?

C. Tujuan Masalah
a. Untuk mengetahui apa itu uu Agraria
b. Untuk mengetahui kapan pembukaan lahan perkebunan oleh pihak swasta
c. Untuk perubahan perubahann dalam bidang politik,ekonomi dan sosialbudaya
BAB II

PEMBAHASAN

A. Lahirnya Undang-Undang Agraria Tahun 1870

Latar Belakang Sejarah Diberlakukannya UU Agraria 1870 tidak terlepas dari


kebijakan ekonomi yang sebelumnya berlaku di Hindia Belanda (Indonesia), yaitu
sistem tanam paksa atau cultuurstelsel. Tanam paksa pada dasarnya diberlakukan
untuk dapat meningkatkan produksi tanaman ekspor dan pemberdayaan petani.
Namun, hal tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya. Alih-alih memberikan
kesejahteraan, rakyat justru semakin sengsara. Oleh karena itu, tanam paksa pun
ditentang tokoh-tokoh intelektual Belanda, seperti Eduard Douwes Dekker, Baron
van Hoevell, Fransen van de Putten, dan lainnya. Widatul Luthfiyah dalam
Pengaruh Undang-Undang Agraria 1870 Terhadap Eksistensi Komunitas Arab di
Ampel Surabaya pada Tahun 1870-1930 M (2018) menyebutkan, penyelewengan
tanam paksa dengan membuat kaum liberal Eropa, baik yang berada di Jawa
maupun di Belanda, tidak suka terhadap personalisme, favoritisme, dan otokrasi
sistem kolonial di Jawa.

ejak era 1850-an, kaum pengusaha swasta diizinkan untuk mengadakan kontrak
dengan para petani di Hindia Belanda, khususnya di Jawa dan Sumatera. Hal
tersebut, tulis R.E. Elson dalam Dari State ke State: Rezim yang Berubah dari
Produksi Ekspor Petani pada Pertengahan Abad ke-19 di Jawa (2002), terkait
dengan penyerahan produk ekspor, menyewa tanah desa, dan menyewa tanah yang
tidak digunakan untuk perkebunan. Kondisi ini menjadikan paham-paham liberal
terhadap perkembangan ekonomi di Hindia Belanda semakin berkembang.
Puncaknya ketika 1870 kaum liberal berhasil memenangkan suara di parlemen
Belanda yang menyepakati adanya UU Agraria 1870. Menteri Jajahan Engelbertus
de Waal kemudian mengesahkan Undang-Undang Agraria 1870 untuk diterapkan
di Hindia Belanda.
ujuan UU Agraria 1870 Boedi Harsono dalam Hukum Agraria Indonesia (2008)
menjelaskan bahwa tujuan diberlakukannya Undang-Undang Agraria 1870 antara
lain sebagai berikut: Pertama, memberikan peluang dan kemungkinan memberikan
jaminan hukum kepada para pengusaha swasta agar dapat berkembang di Hindia
Belanda. Cara tersebut dapat dilakukan melalui pengembangan industri-industri dan
perusahaan-perusahaan perkebunan mereka di Jawa. Kedua, melindungi hak-hak
tanah penduduk agar tidak hilang atau jatuh ke tangan asing melalui penyewaan
tanah, bukan menjual tanah kepada pihak asing. Ketiga, membuka kesempatan
kerja yang lebih baik bagi penduduk Indonesia utamanya dalam bidang buruh
perkebunan.

Hak Erfpacht dalam UU Agraria 1870 Salah satu poin terpenting dalam penerapan
UU Agraria 1870 adalah pemberian hak erfpacht. Ini adalah semacam Hak Guna
Usaha yang membuat seseorang bisa menyewa tanah telantar yang telah menjadi
milik negara yang selama maksimal 75 tahun. Hak menyewai sesuai kewenangan
yang diberikan hak eigendom (kepemilikan), selain dapat mewariskannya dan
menjadikan agunan. Dikutip dari Boedi Harsono dalam Hukum Agraria Indonesia
(1995), hak erfpacht terdiri atas tiga jenis, yakni:

 Hak untuk perkebunan dan pertanian besar, maksimum 500 bahu dengan harga
sewa maksimum lima florint per bahu (1 bahu = 14,0625 m2).
 Hak untuk perkebunan dan pertanian kecil bagi orang Eropa "miskin" atau
perkumpulan sosial di Hindia Belanda, maksimum 25 bahu dengan harga sewa
satu florint per bahu (sejak 1908 diperluas menjadi maksimum 500 bahu).
 Hak untuk rumah tetirah dan pekarangannya (estate) seluas maksimum 50
bahu.

Dampak UU Agraria 1870

Penelitian Makarina Asfina Ratu bertajuk "Dampak Pelaksanaan Agrarische Wet


1870 Terhadapa Kehidupan Petani di Kabupaten Grobogan Tahun 1870-1875"
(2009) menyebutkan, Agrarische Wet 1870 telah mempengaruhi perkembangan
perkebunan swasta di Hindia Belanda, khususnya di Jawa dan Sumatera. Akan
tetapi, sangat disayangkan bahwa idealisme yang dikobarkan oleh kaum liberal
untuk memperjuangkan keluarnya kebijakan ini tidak sejalan dengan kenyataannya.
Keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan para petani pribumi hanya sekadar
angan-angan, karena hanya dirasakan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda dan
pihak swasta saja. Di satu sisi, penerapan UU Agraria 1870 memberikan dampak
yang dapat dirasakan hingga saat ini, yaitu perkembangan transportasi, baik berupa
pembangunan infrastruktur maupun alat transportasinya seperti kereta api.

B. Lahirnya Undang-Undang Agraria Tahun 1870


Setelah sistem tanam paksa dihapuskan, pemerintah Belanda mengeluarkan kebijakan
baru sebagai penggantinya, yaitu sistem usaha swasta. Pelaksanaan sistem usaha swasta
di Indonesia sendiri dilakukan berdasarkan beberapa peraturan perundangan-undangan,
seperti UU Agraria 1870 dan UU Gula. Sayangnya, meskipun sistem tanam paksa
diganti dengan sistem usaha swasta, pada akhirnya rakyat pribumi juga masih
merasakan penderitaan yang sama.
Awal mula
Pada 1830, Gubernur Jenderal Hindia Belanda Johannes van den Bosch menetapkan
kebijakan sistem tanam paksa atau cultuurstelsel. Sistem ini bertujuan untuk
memperbaiki kondisi ekonomi Belanda yang saat itu sedang mengalami kekosongan kas
negara. Alhasil, melalui sistem tanam paksa, rakyat pribumi diharuskan untuk memberi
seperlima tanah mereka kepada pihak Belanda. Kemudian, hasil panen juga akan
diserahkan langsung kepada pemerintah Belanda. Rakyat pribumi juga dipaksa untuk
bekerja sebagai buruh perkebunan, bahkan melebihi batas waktu kerja yang seharusnya.
Penetapan kebijakan sistem tanam paksa ini tentunya melahirkan berbagai bentuk pro
dan kontra. Kebijakan ini memang memberikan keuntungan bagi Belanda, tetapi di sisi
lain menyengsarakan rakyat pribumi. Beberapa tokoh Belanda pun juga ikut menentang
kebijakan ini, seperti Baron van Hoevell dan Vitalis. Kedua tokoh ini kemudian
menganjurkan pembukaan usaha swasta Belanda di Indonesia. Mereka yakin bahwa
dengan adanya sistem usaha swasta ini bisa meningkatkan kemakmuran rakyat
Indonesia. Terlebih lagi setelah kaum Liberal juga memperjuangkan penghapusan
sistem tanam paksa dengan memberlakukan UU Agraria1870.
Pada akhirnya, sistem tanam paksa berhasil dihapuskan dan digantikan dengan
sistemusahaswasta.
Aturan
Sistem usaha swasta memanfaatkan pengusaha dari luar Nusantara. Dengan adanya
sistem ini, maka pihak swaswa memiliki peluang lebih besar untuk bisa
mengembangkan perekonomiannya. Beberapa aturan yang dibuat dalam sistem usaha
swasta adalah:
 Tanah di Indonesia dikelompokkan menjadi dua, yaitu tanah milik rakyat
(sawah, kebun, dan ladang) dan tanah milik pemerintah (pegunungan dan hutan)
 Surat bukti kepemilikan tanah dikeluarkan oleh pemerintah
 Pihak swasta diperbolehkan menyewa tanah rakyat pribumi selama lima tahun
atau 30 tahun dan tanah milik pemerintah selama 75 tahun, dan penyewaan ini
harus didaftarkan kepada pemerintah
 Tanah millik rakyat tidak boleh dijual ke orang lain
 Pengusaha swasta dilarang menyewa tanah yang digunakan untuk menanam
padi atau sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari

Dampak

Dampak dari adanya sistem usaha swasta ini adalah meningkatnya tanaman ekspor
ke luar negeri, seperti gula, kopi, teh, dan kina. Lewat sistem usaha swasta, baik
pengusaha swasta maupun Belanda sendiri juga memperoleh keuntungan yang
melimpah, diperkirakan mencapai 151 juta gulden pada 1877. Akan tetapi,
kebijakan ini juga masih sama saja seperti tanam paksa, karena pada akhirnya rakyat
Indonesia tetap terpuruk dan tersiksa. Para buruh perkebunan kerap diberi sanksi
hukuman apabila pekerjaan mereka tidak sesuai dan juga sering diperlakukan
semena-mena oleh pihak Belanda. Lebih lanjut, banyak pengusaha swasta juga yang
melanggar UU Agraria 1870, salah satunya adalah pengusaha swasta yang tidak
hanya menyewa lahan kosong, melainkan juga tanah persawahan. Padahal di dalam
aturan sudah disebutkan bahwa pengusaha swasta dilarang menyewa lahan yang
sudah dipakai untuk menenanampadi

C. Perubahan-perubahan Dalam bidang ekonomi,politik dan sosial di Hindia-


Belanda

DAMPAK KOLONIALISME DI BIDANG POLITIK

Pengaruh kekuasaan Belanda semakin kuat karena intervensi yang intensif dalam
masalah-masalah istana, seperti pergantian tahta, pengangkatan pejabat-pejabat
kerajaan, ataupun partisipasinya dalam menentukan kebijaksanaan pemerintah
kerajaan. Dengan demikian, dalam bidang politik penguasa-penguasa pribumi
makin tergantung pada kekuasaan asing, sehingga kebebasan dalam menentukan
kebijaksanaan pemerintah istana makin menipis.

Dalam bidang politik, kolonialisme dan imperialisme bangsa Barat di Indonesia


menyebabkan semakin hilangnya kekuasaan Politik dan para penguasa Indonesia
yang beralih ke tangan Belanda. Hal tersebut dibuktikan oleh beberapa faktor
sebagai berikut.

Penerapan sistem indirect rule (sistem pemerintahan tidak langsung) yaitu dengan
memanfaatkan penguasa-penguasa tradisional, seperti bupati dan raja yang
memerintah atas nama VOC.

1. Munculnya berbagai perlawanan rakyat Indonesia terhadap pemerintah Hindia


Belanda. Belanda sangat berpengaruh dalam menentukan kebijakan politik
kerajaan karena intervensinya.
2. Bupati menjadi alat kekuasaaan pemerintahan kolonial. Mereka menjadi pegawai
pemerintahan kolonial yang diberi gaji. Padahal menurut adat penguasa tradisional
tersebut mendapat upeti dari rakyat. Semakin merosotnya dan bergantungnya
kekuasaan raja kepada kekuasaan asing. Bahkan sebagian diambil alih atau di
bawah kekuasaan kolonial

Dampak Kolonialisme di bidang politik adalah sebagai berikut :


1. Daendels atau Raffles sudah meletakkan dasar pemerintahan yang modern.
2. Para Bupati dijadikan pegawai negeri dan digaji, padahal menurut adat istiadat
kedudukan bupati adalah turun temurun dan mendapat upeti dari rakyat
3. Bupati dijadikan alat kekuasaan pemerintah kolonial. Pamong praja yang dahulu
berdasarkan garis keturunan sekarang menjadi sistem kepegawaian.

1. Jawa dijadikan tempat pusat pemerintahan dan membaginya menjadi wilayah


perfektuf.
2. Belanda dan Inggris melakukan intervensi terhadap persoalan kerajaan,
contohnya tentang pergantian tahta kerajaan sehingga imperialis mendominasi
politik di Indonesia. Yang mengakibatkan peranan elite kerajaan berkurang dalam
politik, dan kekuasaan pribumi bahkan bisa runtuh.
3. Hukum yang dulu menggunakan hukum adat diubah menggunakan sistem hukum
barat modern.
4. Kebijakan yang diambil raja dicampuri Belanda
 Perubahan dalam politik pemerintahan kembali terjadi akibat kebijakan politik
Pax Nederlanica di akhir abad 19 menuju awal abad 20. Jawa menjadi pusat
pemerintahan dan membaginya menjadi wilayah perfektuf.
 Selain itu, sistem pemerintahan di Indonesia sekarang merupakan warisan dari
penerapan ajaran Trias Politica yang dijalankan oleh pemerintah kolonial Belanda.
Dalam badan yudikatif di struktur tersebut, pemerintahan kolonial Belanda
membagi badan peradilan menjadi tiga macam berdasarkan golongan masyarakat
di Hindia-Belanda. Badan peradilan tersebut terdiri dari peradilan untuk orang
Eropa, peradilan orang Timur Asing, dan peradilan orang pribumi. Dalam badan
legislatif, pemerintah kolonial Belanda membentuk Volksraad atau Dewan Rakyat
pada tahun 1918.

DAMPAK KOLONIALISASI DALAM BIDANG BUDAYA

Kebiasaan pemerintah Kolonial menggunakan bahasa Belanda, di sisi lain,


membawa pengaruh tersendiri. Sedikit banyak kita punya banyak bahasa serapan
yang berasal dari bahasa Belanda, portugis dan inggris, misalnya : Indonesia :
Handuk, Belanda : Handdoek, Indonesia: Sepatu, Portugis : Sepato, Indonesia :
Buku, Inggris : Book.

Selain kosa kata ternyata kedatangan Bangsa Eropa juga mengenalkan berbagai hal
baru ke bangsa kita. Misalnya, kita jadi tahu berbagai musik internasional ataupun
tarian seperti dansa.

Selain itu, ada juga bangunan-bangunan yang menjadi saksi bisu terhadap segala
peristiwa masa lampau. Semua bangunan tersebut punya ciri khas yang sulit dibuat
saat ini. Seperti bangunan yang bisa kita temui di Kota Tua, Lawang Sewu adalah
gedung bersejarah milik PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang awalnya
digunakan sebagai Kantor Pusat perusahaan kereta api swasta Nederlandsch-
Indische Spoorweg Maatschappij (NISM). Bangunannya dirancang oleh Prof.
Jakob F. Klinkhamer dan B.J. Ouendag, arsitek dari Amsterdam dengan ciri
dominan berupa elemen lengkung dan sederhana. Bangunan di desain menyerupai
huruf L serta memiliki jumlah jendela dan pintu yang banyak sebagai sistem
sirkulasi udara. Karena jumlah pintunya yang banyak maka masyarakat
menamainya dengan Lawang Sewu yang berarti seribu pintu.

DAMPAK KOLONIALISME DI BIDANG SOSIAL

Kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia membawa dampak dalam bidang sosial


Salah satu dampak dalam bidang sosial adalah munculnya masyarakat yang
menganut agama Katolik, serta pengaruh Kristen Protestan. Kedatangan Portugis
yang membawa semangat 3G (Gold, Glory dan Gospel) mempengaruhi penyebaran
agama Kristen dan Katolik di Indonesia.

Salah satu penyebar agama Katolik di Indonesia yang terkenal adalah Fransiscus
Xaverius, seorang misionaris dari Portugis, di Maluku pada tahun 1546-1547. Di
samping penyebaran agama Katolik, agama Kristen Protestan juga turut tersebar di
Indonesia.
Penyebaran agama Kristen Protestan mulai terjadi pada masa pemerintahan
Gubernur Jendral Raffles. Penyebaran agama ini dilakukan oleh Nederlands
Zendeling Genootschap (NZG), yaitu organisasi yang menyebarkan agama Kristen
Protestan berdasarkan Alkitab. Beberapa tokoh yang tergabung dalam NZG yang
terkenal adalah Ludwig Ingwer Nommensen dan Sebastian Qanckaarts.

Namun penjajahan tetaplah penjajahan sehingga kedatangan penjajahan bangsa


barat malah justru memperburuk sosial bangsa kita. Dalam bidang sosial, praktik
kolonialisme dan imperialisme di Indonesia, membawa dampak antara lain sebagai
berikut.

 Terjadinya perubahan pelapisan sosial dalam masyarakat pada masa


kolonial, yaitu sebagai berikut.
 golongan timur asing yang terdiri dari orang Cina dan Timur Jauh
 golongan eropa yang terdiri dari orang Belanda dan orang Eropa lainny
 golongan pribumi
 Terjadinya mobilitas sosial dengan adanya gelombang transmigrasi,
terutama untuk memenuhi tenaga-tenaga di perkebunan-perkebunan yang
dibuka Belanda di luar Jawa.
 Muncul golongan buruh dan golongan majikan yang muncul karena
berdirinya pabrik-pabirk dan perusahaan sehingga pekerjaan masyarakat
Indonesia menjadi dinamis.
 Munculnya elit terdidik karena tuntutan memenuhi pegawai pemerintah
sehingga menyebabkan didirikannya sekolah-sekolah di berbagai kota.Hal
ini mendrong lahirnya elit terdidik (priyai cendikiawan) di perkotaan.
Walaupun jumlah mereka sedikit, tetapi sangat berperan dalam
perkembangan pergerakan selanjutnya.
 Pembentukan status sosial dimana yang tertinggi adalah Eropa lalu Asia dan
Timur yang terakhir kaum Pribumi.
 Terjadinya penindasan dan pemerasan secara kejam. Tradisi yang dimiliki
oleh bangsa Indonesia, seperti upacara dan tata cara yang berlaku dalam
lingkungan istana menjadi sangat sederhana, bahkan cenderung dihilangkan.
Tradisi tersebut secara perlahan-lahan digantikan oleh tradisi pemerintah
Belanda.
 Daerah Indonesia terisolasi di laut sehingga kehidupan berkembang ke
pedalaman. Kemunduran perdagangan dilaut secara tak langsung
menimbulkan budaya feodalisme di pedalaman. Dengan feodalisme rakyat
pribumi dipaksa untuk tunduk atau patuh pada tuan tanah Barat atau Timur
Asing sehingga kehidupan penduduk Indonesia mengalami kemerosotan.

DAMPAK KOLONIALISME DI BIDANG EKONOMI

Dengan datangnya Bangsa Eropa, masyarakat Indonesia diperkenalkan pada mata


uang, di masa Raffles menjalankan kebijakan Sistem Sewa Tanah.
Diperkenalkannya uang kertas dan logam mendorong munculnya perbankan
modern di Hindia-Belanda. Salah satunya adalah de Javasche Bank, bank modern
di Hindia-Belanda yang muncul pertama kali dan didirikan di Batavia pada
tahun1828.

Selanjutnya adalah bangkitnya kehidupan perekonomian akibat pembangunan jalan


raya pos Anyer-Panarukan. Keberadaan infrastruktur jalan didukung oleh jaringan
transportasi khususnya kereta api yang muncul dan berkembang pada masa Sistem
Tanam Paksa. Jaringan kereta api muncul dan berkembang di Hindia-Belanda
sebagai sarana pengantaran hasil perkebunan yang ada di Hindia Belanda serta
transportasi masyarakat. Munculnya sistem transportasi ini merupakan dampak
kedatangan Bangsa Eropa bagi Indonesia yang masih bisa kamu gunakan hingga
hari ini.

Karena tujuan Belanda di Indonesia untuk mencari rempah-rempah, mereka harus


membuat infrastruktur untuk mengangkut pasokan bahan makanan. mereka punya
andil dalam pembuatan pembangunan rel kereta dan jalan raya. Bahkan mereka
juga membangun waduk dan saluran irigasi. Selain itu, mereka juga membangun
industri pertambangan dengan membuka kilang minyak bumi di Tarakan,
Kalimantan Timur. Namun bukan berarti dengan pembangunan infrastuktur yang
dilakukan oleh Belanda itu membawa kemakmuran bagi rakyat Indonesia, namun
sebaliknya pembangunan-pembangunan dibidang ekonomi yang dikembangkan
oleh Belanda justru membuat penderitaan rakyat Indonesia semakin dalam.

Betapa tidak, mereka memperlakukan rakyat rakyat Indonesia sangat tidak


manusiawi. Kebijakan tanam paksa dan ekonomi liberal yang mereka bentuk
membuat rakyat Indonesia dipaksa menjadi penghasil bahan mentah . Alhasil, kita
tidak punya jiwa “Entrepreneur”. Karena kita hanya diperintah dan diperintah saja,
monopoli dagang yang dibuat VOC juga membuat perdagangan Nusantara di
kancah internasional jadi mundur.

Dampak Kolonialisme dan Imperialisme di bidang ekonomi yang dilakukan oleh


pemerintah kolonial bangsa Barat terhadap rakyat di Indonesia membawa dampak,
diantaranya sebagai berikut :

 Monopoli dan penguasaan suatu daerah (koloni) oleh penjajah


menyebabkan terjadinya situasi yang tidak sehat dalam hal perdagangan.
 Perekonomian bergeser dari pertanian pangan menjadiindustri perkebunan
 Praktik monopoli perdagangan yang diterapkan oleh voc mengakibatkan
mundurnya perdagangan di nusantara dari kancah perdagangan
internasional.
 Dalam mengeksploitasi tanah jajahan voc memanfaatkan para penguasa
tradisional (menerapkan sistem indirect rule) dalam penyerahan wajib hasil
bumi dan pemungutan (pajak hasil bumi)
 Penerapan sistem tanam paksa menyebabkan rakyat indonesia mengenal
jenis tanaman baru. Munculnya pedagang-pedagang perantara dalam
perdagangan internasional yang dipegang oleh orang timur asing. sedangkan
bangsa indonesia hanya sebagai pengecer.
 Munculnya kota-kota baru di sekitar perusahaan-perusahaan belanda.
 Dikenalnya sistem ekonomi uang bagi masyarakat Indonesia. Salah satu
dampaknya adalah dikenalnya sistem utang. Sedangkan dalam pengerjaan
lahan pertanian, penduduk memulai mengenal pinjaman modal. Namun
mereka harus mengembalikan uang dengan sistem bunga yang
memperparah perekonomian.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah tahun 1885 perkembangan tanaman perdagangan mulai berjalan seret,


karena jatuhnya harga-harga gula dan kopi di pasaran dunia. Dalam tahun 1891
harga pasaran tembakau dunia juga turun drastis. Jatuhnya harga gula di pasaran
dunia dikarenakan penanaman gula bityang mulai ditanam di Eropa, sehingga
mereka tidak perlu mengimpor lagi gula dari Indonesia. Krisis perdagangan tahun
1885 mengakibatkan terjadinya reorganisasi dalam kehidupan ekonomi Hindia-
belanda. Perkebunan-perkebunan besar tidak lagi milik perseorangan tetapi
direorganisasi sebagai perseroan terbatas. Bank perkebunan juga tetap memberikan
pinjaman bagi perkebunan, namun setelah adanya krisis 1885 merekapun
mengadakan pengawasan atas operasi perkebunan-perkebunan besar itu. Pada akhir
abad ke- 19, terjadi perkembangan baru dalam kehidupan ekonomi di
HindiaBelanda. Sistem liberalisme murni dengan persaingan bebas mulai
ditinggalkandan digantikan dengan sistem ekonomi terpimpin. Kehidupan ekonomi
Hindia-Belanda, khususnya Jawa mulai dikendalikan oleh kepentingan finansial
dan industriil di negeri Belanda, dan tidak diserahkan kepada pemimpin-pemimpin
perkebunan besar yang berkedudukan di Jawa.

Krisis perdagangan tahun 1885 juga mempersempit penghasilan penduduk Jawa,


baik baik berupa upah yang berlaku bagi pekerjaan perkebunan mauoun yang
berupa sewa tanah. Menurunnya tingkat kesejahteraan rakyat Jawa dapat dilihat
pula dari menurunnya angka-angka impor barang-barang konsumsi, seperti
tekstil, pada akhir abad ke-19. Di bawah ini beberapa faktor yang menyebabkan
kemiskinan rakyat Indonesia khususnya Jawa yaitu : a. Kemakmuran rakyat
ditentukan oleh perbandingan antara jumlah penduduk dan faktor-faktor
produksi lainnya seperti tanah dan modal. Rakyat Jawa bermodal sangat sedikit
sedangkan jumlah penduduk sangat besar. b. Tingkat kemajuan rakyat belum
begitu tinggi, sehingga hanya dijadikan umpan bagi kaum kapitalis. c.
Penghasilan rakyat yang diperkecil dengan sistem verscoot (uang muka). d.
Sistem tanam paksa dihapus, namun diberlakukan sistem batiq saldo. e. Krisis
tahun 1885 mengakibatkan terjadinya penciutan dalam kegiatan
pengusahapengusaha perkebunan gula yang berarti menurunnya upah kerja dan
sewa tanah bagi penduduk
DAFTAR PUSTAKA

Daliman. 2001. Sejarah Indonesia Abad 19- Awal Abad 20. Yogyakarta : FIS UNY
G. Moedjanto. 1988. Indonesia Abad ke-20. Yogyakarta : Kanisius M. C. Ricklef.
1991. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta : UGM Press

brahim, Muhammad dan Rusdi Sufi, 1989, ”Proses Islamisasi dan Munculnya
Kerajaan-kerajaan Islam di Aceh”, dalam A. Hasymy ( Ed ), Sejarah Masuk dan
Berkembangnya Islam di Indonesia, PT Almaarif.

De Graaf H.J, 1989, “Islam di Asia Tenggara sampai Abad ke-18” dalam
Azyumardi Azra ( Ed ), Persepektif Islam di Asia Tenggara, Jakarta : yayasan Obor
Indonesia.

Abdullah, Taufik ( Ed ), 1992, Sejarah Umat Islam Indonesia, Jakarta: MUI.

Machmud, Anas, “Turun Naiknya Peranan Kerajaan Aceh Darussalam di Pesisir


Timur Pulau Sumatera”.

Djajadiningrat, Hoesein, 1983, Tinjauan Kritis tentang Sejarah Banten, Jakarta:


Penerbit Djambatan.

Anda mungkin juga menyukai