Harinaredi, M.Pd
c. Indische Partij
Pencetus Indische Partij pencetusnya adalah E.F.E. Douwes Dekker yang kemudian
berganti Danudirdja Setyabudhi. Ia seorang Indo-Belanda. Organisasi ini mempunyai cita-cita
menyatukan semua golongan yang ada di Indonesia baik pribumi, Indo, Arab serta Cina. Mereka
akan dipadukan dalam kesatuan bangsa dengan menumbuhkan semangat nasionalisme
Indonesia.
Douwes Dekker bertemu dan berbicara antara lain dengan Dr Cipto Mangunkusumo,
Suwardi Suryaningrat (yang kemudian dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara) dan Abdul Muis.
Semuanya mendukung gagasan tersebut.
Setelah Indische Partij didirikan pada tahun 1912, cita-citanya lebih disebar-luaskan
kemana-mana melalui surat kabar, terutama Expres. Ditegaskan bahwa nasib dan masa depan
mereka yang ada Indonesia terletak di tangari mereka sendiri. Karena itu kolonialisasi harus
dihapuskan.
Dalam permusyawaratan wakil-wakil daerah Indische Partij di Bandung pada bulan
Desember 1912, tersusunlah anggaran dasar program kerja partai.
Dalam anggaran dasarnya telah tergambar sifat nasionalisme yang radikal, dengan tujuan:
1. Membangun patriotisme Indiers terhadap tanah air.
2. Bekerjasama atas dasar persamaan ketatanegaraan demi memajukan tanah air Hindia.
3. Mempersiapkan kehidupan rakyat yang merdeka.
Jadi jelas tujuan utama Indische Partij yaitu menumbuhkan dan meningkatkan jiwa
integrasi antara semua golongan untuk memajukan tanah air dengan dilandasi jiwa nasional,
maupun mempersiapkan diri bagi kehidupan rakyat yang merdeka.
Untuk mensukseskan cita-cita Indische Partij, dalam program kerja telah ditetapkan
langkah-langkah yang akan diambil, antara lain :
1. Meresapnya cita-cita kesatuan nasional Hindia (Indonesia).
2. Memberantas kesombongan sosial dalam pergaulan, baik di bidang pemerintahan maupun
kemasyarakatan.
3. Memberantas usaha-usaha yang membangkitkan kebencian antara agama yang satu dengan
lainnya
4. Memperbesar pengaruh pro-Hindia (Indonesia) di dalam pemerintahan.
5. Berusaha untuk mendapatkan persamaan hak bagi semua orang Hindia
6. Dalam hal pengajaran, kegunaannya harus ditujukan untuk kepentingan ekonomi Hindia.
7. Memperbaiki keadaan ekonomi bangsa Hindia, terutama dengan memperkuat mereka yang
ekonominya lemah.
Pasal-pasal ini pulalah yang membuktikan bahwa Indische Partij adalah partai politik yang
pertama di Indonesia. Dalam waktu yang singkat telah mempunyai 30 cabang dengan anggota
lebih dari 7.000 orang, kebanyakan orang Indo.
Akibatnya, permohonan yang diajukan kepada pemerintah untuk mendapat pengakuan
sebagai badan hukum pada bulan Maret 1913 ditolak dengan alasan bahwa organisasi ini bersifat
politik dan mengancam hendak merusak keamanan umum. Kemudian tiga orang tokoh utama
Indische Partij karena kegiatannya dihukum buang. Mereka itu adalah Douwes Dekker, Suwardi
Suryaningrat dan Dr. Tjipto Mangunkusumo, memilih Negeri Belanda sebagai tempat
pengasingan. Dan selama dalam pembuangan mereka tetap berusaha untuk menanamkan jiwa
nasional dan menggerakkan orang Indonesia di Negeri Belanda supaya menuntut Indonesia
Merdeka.
c. Kaum Sosialis kiri yang tergabung dalam Indische Social Democratische Vereeniging (ISDV)
didirikan tahun 1914, dipimpin Sneevliet, berhasil menyusup ke dalam SI
ISDV didirikan memiliki tujuan bersama yaitu sama-sama membela rakyat kecil dan
menentang kapitalisme tetapi dengan cara yang berbeda, mereka berhasil mempengaruhi tokoh-
tokoh muda SI antara lain, Semaun, Darsono, Tan Malaka dan Alimin Prawirodirdjo. Yang
menyebabkan ISDV berhasil melakukan infiltrasi ke dalam tubuh SI :
1. CSI sebagai badan koordinasi pusat, kekuasaannya masih sangat lemah.
2. Tiap-tiap cabang SI bertindak sendiri-sendiri secara bebas.
3. Para pemimpin lokal yang kuat mempunyai pengaruh yang menentukan di dalam SI cabang.
4. Kondisi kepartaian waktu itu memungkinkan orang untuk sekaligus menjadi anggota lebih
dari satu partai.
Dengan cara demikian beberapa pemimpin muda SI juga pemimpin ISDV, terutama SI
cabang Semarang. Oleh sebab itu orientasi SI Semarang di bawah pengaruh ISDV, mereka
menjadi lawan CSI yang dipimpin oleh HOS Tjokroaminoto. Tidak mengherankan bila SI Semarang
menyerang CSI sama sengitnya seperti menyerang pemerintah kolonial dan kapitalis asing. Sejak
itu SI cabang Semarang berhasil dibawa Semaun ke arah komunis Rusia.
Berhasilnya revolusi Rusia tahun 1917, maka kaum komunis di Indonesia tanpa
mempertimbangkan keadaan yang nyata di Indonesia mereka menyerukan agar di Indonesia juga
diadakan suatu revolusi.
Sementara itu, ketidakpuasan terhadap Volksraad yang dituntut agar diganti dengan
parlemen pilihan rakyat dari kalangan partai-partai moderat Indonesia yang berpengaruh pada
waktu itu telah menjadikan suasana menjadi gawat dan situasi krisis timbul di Indonesia.
Untuk meredakan situasi, pemerintah Belanda melalui Gubernur Jenderal mengeluarkan
suatu pengumuman pada bulan November 1918, yang berisi janji untuk memperbaharui
ketatanegaraan di Indonesia. Dan sebagai realisasi janji yang dikenal sebagai November belofte
(janji November), pada tahun 1919 dibentuklah Komisi Peninjauan Kembali.
Hasil Komisi ini kemudian juga tidak memuaskan pergerakan Nasional Indonesia. Ketika
keadaan sudah reda, pemerintah mengambil tindakan keras. Orang-orang Belanda yang radikal
seperti Sneevliet diusir dari Indonesia. Beberapa pemimpin Indonesia seperti Darsono dan Abdul
Muis ditangkap.
c. Gerakan Islam
Sebelum abad ke-20 dapat dikatakan, Islam di Indonesia adalah identik dengan
kepribumian. Islam sebagai suatu ukuran bagi loyalitas golongan dan sebagai dasar persatuan di
Indonesia, merupakan hal yang penting sehubungan dengan perkembangan kekuasaan kolonial
Belanda ke seluruh pelosok Indonesia. Karena itu mudah dimengerti mengapa pemerintah
Belanda memandang Islam sebagai suatu ancaman potensial bagi kedudukan mereka, dan
sebaliknya kedatangan bangsa Belanda dalam pandangan orang Islam Indonesia merupakan
ancaman bagi Islam. Maka Belanda dianggap musuh Islam dan kaum Muslimin.
Dalam rangka inilah sarjana Snouck Hurgronje dikirim ke Arab Saudi untuk menyelidiki di
mana sesungguhnya sumber penggerak golongan pribumi untuk menentang pemerintah. Dan
dari penyelidikan itu diketahui bahwa sumber penggerak berada pada pesantren, surau, langgar
dan masjid di Indonesia umumnya berpusat di Mekah, yaitu pada orang orang Indonesia sendiri
yang telah lama bermukim dan belajar di sana. Juga umat Islam Indonesia menggabungkan diri
pada gerakan pan-Islam yang pada waktu itu dipimpin oleh Turki.
Gerakan yang kemudian timbul dalam bentuk gerakan pembaharuan telah dibantu
dengan makin lancarnya komunikasi sosial, antara lain melalui media massa. Gerakan
pembaharuan (penjernihan) ajaran Islam itu hendak dicapai melalui gerakan, baik di bidang
pendidikan dan sosial maupun di bidang politik, yang keduanya adalah pengaruh yang berasal
dari luar Indonesia.
Gerakan yang pertama wadahnya seperti Perserikalan Ulama, Muhammadiyah,
Persatuan Islam dan sekolah-sekolah agama di Minangkabau. Gerakan kedua terlihat dari
kegiatan partai-partai yang mendasarkan dirinya pada cita-cita Islam, seperti yang dilakukan oleh
Serikat Islam.
Persatuan Muslimin Indonesia (Permi), Partai Islam Indonesia yang menyalurkan
keinginan serta cita-cita dari anggota-anggota Muhammadiyah, Persatuan Islam dan organisasi
lainnya, yang karena suatu hal tidak dapat menyalurkan aspirasi politik mereka melalui Sarekat
Islam atau penerusnya Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII).
e. Sumpah Pemuda
Tanggal 30 April - 2 Mei 1926 diadakan kongres Pemuda Indonesia I di Jakarta. Dalam
kongres ini mengusulkan untuk membentuk suatu organisasi bagi pemuda Indonesia tidak
berhasil karena rasa kedaerahan masih kuat. Tetapi pada tahun 1928 alam politik di Indonesia
sudah dipenuhi oleh jiwa persatuan. Dalam Kongres Pemuda Indonesia II 27-28 Oktober 1928 di
Jakarta, dihadiri oleh utusan organisasi-organisasi pemuda, diikrarkan sumpah yang terkenal
dengan nama "Sumpah Pemuda". Isinya adalah:
1. Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Indonesia.
2. Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
3. Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.
Kepada Kongres juga diperkenalkan lagu Indonesia Raya yang diciptakan oleh Wage
Rudolf Supratman, dan bendera Merah Putih yang dipandang sebagai bendera pusaka bangsa
Indonesia. Peristiwa Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober yang merupakan salah satu
puncak Pergerakan Nasional. Karena itu peristiwa yang bersejarah ini setiap tahun diperingati
sampai sekarang sebagai hari besar nasional.
f. Organisasi-organisasi Perempuan
Perkumpulan wanita berdiri di mana-mana seperti Perkumpulan Kartini fonds di
Semarang, Putri Mardika di Jakarta, Maju Kemuliaan di Bandung, Wanita Rukun Santoso di
Malang, Budi Wanito di Solo dan sebagainya. Banyaknya perkumpulan ini juga menunjukkan
bahwa golongan wanita tidak mau ketinggalan dalam proses kemajuan nasional.
Organisasi-organisasi Perempuan mengadakan pula suatu kongres nasional yang dinamai
Kongres Perempuan Indonesia, pada tanggal 22 Desember 1928 di Yogyakarta. Hasilnya adalah
dibentuknya Perserikatan Perempuan Indonesia (PPI) yang pada tahun 1929 diubah namanya
menjadi Perserikatan Perhimpunan Istri Indonesia (PPII). Tanggal lahir PPII tanggal 22 Desember
1928 kemudian dikenal sebagai "Hari Ibu", dapat dipandang sebagai hari lahirnya kesadaran yang
mendalam pada pihak wanita Indonesia mengenal martabatnya.
Berbeda dengan PPII, "Istri Sadar" yang didirikan di Bandung pada tahun 1930 lebih
bercorak sesuatu organisasi politik, begitu pun "Istri Indonesia" yang ikut serta dalam pemilihan
anggota dewan-dewan kota-praja pada tahun 1938. Namun bila dibandingkan dengan jumlah
wanita dari golongan bawah, hasil-hasil gerakan wanita selama penjajahan belumlah banyak.