Anda di halaman 1dari 8

KEBIJAKAN POLITIK PINTU

TERBUKA
NAMA ANGGOTA :
1.ANDY REINHARD T.T
2. CHIGA REMADHANIA
3. AYU PUSPA MICO SAFITRI
4. KEVIN JONATHAN
5. LUTFI PERMANA
6. NURUL FADILAH
KEBIJAKAN POLITIK PINTU TERBUKA DALAM PEMERINTAHAN HINDIA BELANDA

• Pengertian politik pintu terbuka ialah pemberlakukan politik kolonial liberal di negara Indonesia.
Dalam kebijakan politik pintu terbuka ini, pemerintahan Belanda berpendapat bahwa
pemerintah hanya berperan sebagai pengawas dalam bidang ekonomi, sedangkan pihak
swasta berperan dalam kegiatan ekonomi di negara Indonesia. Pada akhirnya terdapat politik
batig slog yang berfungsi untuk memperoleh keuntungan besar. Namun pada tahun 1860an
politik tersebut ditentang oleh golongan humanitaris dan liberalis.

• Kebijakan politik pintu terbuka dalam pemerintahan hindia belanda mengelurkan dua undang
undang yaitu Undang Undang Agraria tahun 1870 dan Undang Undang Gula atau Suiker Wet
pada tahun 1870. Kedua UU tersebut memiliki tujuan dan isi masing masing.
UNDANG UNDANG AGRARIA TAHUN 1870

• Terhadap tanah jajahan (Hindia Belanda), kaum liberal berusaha memperbaiki taraf kehidupan
rakyat Indonesia. Keberhasilan tersebut dibuktikan dengan dikeluarkannya Undang-Undang
Agraria tahun 1870.

Isi pokok undang-undang agraria


• Pokok-pokok UU Agraria tahun 1870 berisi:

1) pribumi diberi hak memiliki tanah dan menyewakannya kepada pengusaha swasta, serta

2) pengusaha dapat menyewa tanah dari gubernemen dalam jangka waktu 75 tahun.
HAK ERFPACHT PADA UU AGRARIA 1870
• Isu terpenting dalam UU Agraria 1870 adalah pemberian hak erfpacht, semacam Hak Guna
Usaha, yang memungkinkan seseorang menyewa tanah telantar yang telah menjadi milik
negara yang selama maksimum 75 tahun sesuai kewenangan yang diberikan
hak eigendom (kepemilikan), selain dapat mewariskannya dan menjadikan agunan.
• Ada tiga jenis hak erfpacht[1]:
• Hak untuk perkebunan dan pertanian besar, maksimum 500 bahu dengan harga sewa
maksimum lima florint per bahu;
• Hak untuk perkebunan dan pertanian kecil bagi orang Eropa "miskin" atau perkumpulan sosial
di Hindia Belanda, maksimum 25 bahu dengan harga sewa satu florint per bahu (tetapi pada
tahun 1908 diperluas menjadi maksimum 500 bahu);
• Hak untuk rumah tetirah Y pekarangannya (estate) seluas maksimum 50 bahu.
TUJUAN UNDANG UNDANG AGRARIA
• Dikeluarkannya UU Agraria ini mempunyai tujuan yaitu:

1) memberi kesempatan dan jaminan kepada swasta asing (Eropa) untuk membuka usaha dalam
bidang perkebunan di Indonesia, dan

2) melindungi hak atas tanah penduduk agar tidak hilang (dijual).

UU Agraria tahun 1870 mendorong pelaksanaan politik pintu terbuka yaitu membuka Jawa bagi
perusahaan swasta.

Kebebasan dan keamanan para pengusaha dijamin. Pemerintah kolonial hanya memberi kebebasan
para pengusaha untuk menyewa tanah, bukan untuk membelinya.

Hal ini dimaksudkan agar tanah penduduk tidak jatuh ke tangan asing. Tanah sewaan itu
dimaksudkan untuk memproduksi tanaman yang dapat diekspor ke Eropa
UNDANG UNDANG GULA (SUIKER WET)

• Selain UU Agraria 1870, pemerintah Belanda juga mengeluarkan Undang-Undang Gula (Suiker Wet)
tahun 1870.

Tujuannya adalah untuk memberikan kesempatan yang lebih luas kepada para pengusaha
perkebunan gula.

Isi dari UU Gula ini yaitu:

1) perusahaan-perusahaan gula milik pemerintah akan dihapus secara bertahap, dan

2) pada tahun 1891 semua perusahaan gula milik pemerintah harus sudah diambil alih oleh swasta.

Dengan adanya UU Agraria dan UU Gula tahun 1870, banyak swasta asing yang menanamkan
modalnya di Indonesia, baik dalam usaha perkebunan maupun
BERIKUT INI BEBERAPA PERKEBUNAN ASING YANG SERING MUNCUL:
1) Perkebunan tembakau di Deli, Sumatra Utara.
2) Perkebunan tebu di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
3) Perkebunan kina di Jawa Barat.
4) Perkebunan karet di Sumatra Timur.
5) Perkebunan kelapa sawit di Sumatra Utara.
6) Perkebunan teh di Jawa Barat dan Sumatra Utara
DAMPAK KEBIJAKAN PINTU TERBUKA
• Pada dasarnya tujuan kebijakan politik pintu terbuka ialah untuk menyejahterakan rakyat. Namun kenyataannya malah membuat
rakyat lebih menderita. Rakyat semakin sengsara dan menderita meskipun eksploitasi sumber pertanian dan sumber tenaga
manusia semakin hebat. Di bawah ini terdapat beberapa dampak politik pintu terbuka bagi Belanda dan Indonesia.
• Bagi Pihak Belanda :
• Pemerintahan Kolonial dan kaum swasta Belanda memperoleh keuntungan yang cukup besar.
• Semakin banyak hasil produksi tambang dan perkebunan yang mengalir ke negara Belanda.
• Belanda dijadikan sebagai pusat perdagangan karena hasil tanah dari negara jajahannya.
• Bagi Pihak Indonesia :
• Pada tahun 1885 terjadi krisis perkebunan yang mengakibatkan kondisi penduduk semakin buruk karena harga gula dan kopi yang
semakin jatuh.
• Pertumbuhan penduduk Jawa semakin meningkat pesat, namun kosumsi bahan pangan seperti beras semakin menurun.
• Usaha kerajinan rakyat semakin menurun karena kalah saing dengan barang impor Eropa.
• Penghasilan pengangkutan gerobak semakin menurun karena telah muncul angkutan kereta api.
• Rakyat semakin menderita karena penerapan hukuman berat bagi pelanggaran peraturan Penale Sanctie dan penerapan kerja rodi.
• Demikianlah penjelasan mengenai kebijakan politik pintu terbuka dalam pemerintahan Hindia Belanda. Kebijakan ini mengeluarkan
UU Agraria 1870 dan UU Gula 1870. Meskipun tujuan utama politik pintu terbuka untuk menyejahterakan rakyat, namun
kenyataannya membuat kesengsaraan bagi rakyat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai