Anda di halaman 1dari 2

Perang Bali

Perang Bali  sering juga disebut sebagai perang Jagaraga karena pusat pertahanan kerajaaan
yang terletak di Jagaraga, atau perang puputan karena dilakukannya peristiwa bunuh diri massal
pada saat perang oleh pasukan kerajaan Bali daripada harus menyerah kepada musuh mereka
yakni pasukan Belanda. Perang Bali merupakan peristiwa perang yang terjadi antara kerajaan -
kerajaan yang berkuasa di pulau Bali dengan penjajah kolonial Belanda. Perang Bali dibagi
menjadi dua bagian yakni Perang Bali I dan Perang Bali II.

Latar belakang terjadinya perang Bali disebabkan oleh adanya sebab - sebab umum dan sebab
khusus. Sebab – sebab umum yang dimaksud disini adalah karena: pertama, pihak Belanda
bersikeras memaksakan kehendaknya untuk menghapuskan hak - hak kekuasan kerajaan-
kerajaan yang berkuasa di Bali atas  seluruh daerah kekuasaannya. Kedua, Belanda juga
memaksakan kehendaknya kepada raja -jara yang berkuasa di Bali untuk mengakui keberadaan
pemerintah Hindia Belanda. Salah satu bentuk pengakuan raja -raja yang berkuasa di Bali atas
pemerintahan Belanda adalah dengan mengizinkan pengibaran bendera Belanda di wilayah
kerajaan raja -raja Bali. Sebab ketiga adalah, Belanda juga memaksakan kehendaknya untuk
menghapuskan Adat agama Sute yang dianggar Hindia Belanda sebagai bentuk yang tidak
berperikemanusiaan.

Sedangkan sebab khusus yang melatar belakangi terjadinya perang Bali adalah karena Hak
Tawan Karang raja -raja yang berkuasa di Bali atas kapal - kapal asing yang terdampar di pantai
– pantai kerajaan tersebut dengan perampasan kapal beserta isi di dalamnya juga ditolak oleh
Hindia Belanda.

PERANG BALI I
Karena latar belakang / sebab – sebab yang disebutkan diatas, akhirnya Hindia Belanda
mengumumkan perang atas raja Buleleng yang didukung oleh raja-raja dari Klungkung, Badung,
dan Karangasem yang menandai terjadinya Perang Bali yang dikenal dengan perang Bali I pada
27 April Tahun 1848 setelah sebelumnya Belanda mengirim utusan ke Buleleng pada Maret
1848. Belanda kemudian mengirimkan armada mereka yang kedua pada 6 Juni 1848. Armada
Belanda tersebut berlabuh di pantai Sangsit. Armada Belanda tersebut berkekuatan 22 kapal
perang, dimana masing – masing kapal perang dipersenjatai dengan persenjataan berat berupa
Meriam dan persenjataan ringan lainnya. Setelah pendaratan di pantai Sangsit, pada 8 Juni 1848,
pasukan Belanda yang terbagi atas 4 divisi melakukan penyerbuan  di Desa Bungkulan dan
sekitarnya dengan dukungan Meriam kapal perang Belanda. Sehari kemudian, pada tanggal 9
Juni 1848, Desa Bungkulan sudah dikuasai oleh Mayor Sorg. Penyerbuan kemudian dilanjutkan
ke pusat pertahanan Patih Jelantik di Desa Jagaraga. Namun penyerbuan Belanda ini gagal
hingga pasukan Belanda harus mundur kembali ke pantai Sangsit lalu menuju kapal perang yang
berlabuh di pantai. Akhirnya pada tanggal 20 Juni 1848, seluruh armada Belanda kembali ke
Jawa sebagai bentuk kekalahan mereka. 

PERANG BALI II 

Perang Bali II ditandai dengan berlabuhnya kembali armada Belanda di pantai Sangsit pada
tanggal 14 April 1849. Lalu pada 15 April 1849 Patih Jelantik berunding dengan Jenderal
Andreas Victor Michiels. Perundingan itupun gagal yang berujung pada pertempuran  di benteng
kerajaan Buleleng yakni Jagaraga hingga sehari kemudian. Pertempuran itu berakhir dengan
jatuhya benteng Jagaraga dari kerajaan Buleleng ke tangan Belanda di bawah pimpinan Letnan
Kolonel C.A. de Brauw disertai dengan jatuhnya korban banyak di pihak pasukan kerajaan
Buleleng. Jatuhnya kerajaan Buleleng membuat Belanda menguasai Bali bagian Utara. Setelah
penguasaan atas Buleleng, Belanda kemudian menyerang kerajaan – kerajaan yang berkuasa di
Bali hingga akhirnya seluruh kerajaan di Bali tunduk kepada Belanda pada Tahun 1909.

Anda mungkin juga menyukai