Anda di halaman 1dari 22

SEJARAH

PERANG BALI
PERANG BALI
Perang Bali adalah
perang antara
kerajaan-kerajaan
yang ada di pulau
Bali dengan
bangsa kolonial
Belanda. Perang ini
terjadi karena
kerajaan-kerajaan
tersebut tidak ingin
dikuasai oleh
bangsa asing.
LATAR BELAKANG
PERANG BALI
Tahun 1843 I Gusti
Ngurah Made dan I
Gusti Ketut Jelantik
Gungsir memerintah
kerajaan Buleleng
dengan
mencanangkan hak
Tawan Karang. Yang
berisi merampas
perahu asing beserta
isinya yang terdampar
di wilayah kerajaan.
Pada tahun 1844 kapal Belanda
terdampar di pantai Sangsit di
wilayah Buleleng bagian timur. Dan
kapal itu dikenakan Hak Tawan
Karang. Asisten residen Banyuwangi,
yaitu Ravia de Lignij, datang ke Bali
untuk membuat perjanjian
penghapusan hak Tawan Karang dan
menuntut agar kerajaan-kerajaan di
Bali tunduk pada kekuasaan Belanda.
Tetapi raja Buleleng dan patihnya
menolak kedua tuntutan itu. Karena
tuntutannya tidak diindahkan oleh
Raja Buleleng,kemudian Belanda
menggunakan dalih kejadian ini dan
menyerang kerajaan Buleleng.pantai
Buleleng diblokadekanan,istana Raja
ditembaki dengan meriam dari
pantai.
Dan Belanda mendaratkan
pasukannya di Buleleng. Disamping
itu,Buleleng tidak dapat
menghambat majunya laskar
Belanda.Akhirnya Belanda pada
tanggal 24 Juni 1846 menyampaikan
ultimatum kepada Raja Buleleng.
SEBAB UMUM PERANG BALI
1.Belanda hendak memaksakan
kehendaknya untuk menghapuskan
hak-hak kekuasan kerajaan-kerajaan di
Bali atas daerahnya.
2.Raja-raja Bali dipaksa mengakui
kedaulatan pemerintah Hindia Belanda
dan mengizinkan pengibaran bendera
Belanda di wilayah kerajaannya.

3.Adat agama sute yang dianggap


Belanda tidak berprikemanusiaan akan
dihapus oleh Belanda
SEBAB KHUSUS PERANG
BALI

 Belanda menolak hak Raja


Buleleng yaitu hak Tawan karang
yang menyatakan kapal asing yang
terdampar di pantai kerajaan
tersebut akan dirampas kapal
beserta isinya.
TOKOH PEMIMPIN
 Dari rakyat Bali :  Dari kolonial
I Gusti ketut Jelantik Belanda :
dan Raja Buleleng. Jenderal Micheles.

I Gusti Ketut
Jelantik
Raja Buleleng Jendral Micheles
PROSES PERLAWANAN
Pada tahun 1844 terjadi perampasan
terhadap kapal-kapal Belanda di pantai
Prancah (Bali Barat) dan Sangsit
(Buleleng bagian Timur). Belanda
menuntut agar kerajaan Buleleng
melepaskan hak tawan karangnya sesuai
perjanjian tahun 1843 itu namun ditolak.
Kejadian tersebut dijadikan alasan oleh
Belanda untuk menyerang Buleleng.
Raja Buleleng dari Bali dibantu oleh
Patih yang bernama Ketut Gusti
Jelantik, dan dari rakyat Belanda
mengarahkan pasukan secara besar-
besaran sebanyak 3 kali. Pada tahun
1946, Belanda menyerbu Bali.
Namun serangan itu dapat
digagalkan oleh Patih, Raja Buleleng.
Pada Tahun 1849, Belanda mengirim
pasukan dari Batavia (Jakarta) dalam
jumlah besar. Pasukan Belanda
dalam jumlah besar disambut oleh
Patih Ketut Jelantik. Sementara itu,
pasukan dari Karangasem dan
Buleleng melakukan perlawanan di
sekitar Benteng Jagaraga.
Rakyat Bali, di bawah pimpinan Patih
Ketut Gusti Jelantik, mengadakan
perlawanan habis-habisan (puputan)
terhadap Belanda. Setelah
pertempuran berlangsung beberapa
hari, pasukan Patih Ketut Gusti
jelantik terdesak. Akhirnya, benteng
Jagaraya jatuh ke tangan Belanda.
Pada Tahun 1849, Belanda dapat
menguasai Bali Utara.
AKHIR PERLAWANAN

Setelah Belanda berhasil menguasai


Bali Utara, Belanda mengadakan
perluasan kekuasaan ke Bali Selatan.
Belanda berhasil mendarat di Pantai
Sanur dan memasuki Denpasar.
Selanjutnya secara berturut-turut
Belanda mengadakan penyerangan
ke Keraton Pemecutan dan
Klungkung. Raja Klungkung
mengadakan perlawanan habis-
habisan. Karena persenjataan
Belanda lebih unggul, Belanda dapat
mengalahkan Klungkung dan
menguasai seluruh Bali.
AKIBAT – AKIBAT PERANG
1) Bidang politik.

- Dikuasainya seluruh pulau Bali


oleh Belanda.

- Berkurangnya kekuasaan raja pada


kerajaannya bahkan raja dapat
dikatakan menjadi bawahan
Belanda.
2) Bidang ekonomi.

- Dikuasainya monopoli perdagangan di


Bali karena Bali merupakan daerah yang
sangat strategis yang banyak dikunjungi
bangsa asing.
3. Bidang sosial.

- Banyaknya tatanan sosial yang dirobah


oleh Belanda termasuk dihapuskannya
adat Sute pada upacara ngaben.
KESIMPULAN

Akibat adanya Hukum Tawan Karang


yang berlaku di wilayah Kerajaan
Buleleng, Karangasem, Badung dan
Gianyar. Belanda merasa tidak
nyaman dan karena itu Belanda
memaksa agar raja-raja menghapus
Hukum Tawan Karang.
Belanda juga memaksa agar raja-raja
mengakui kedaulatan Belanda di Bali.
Raja-raja dari Buleleng, Klungkungan,
Karangasem dan Gianyar menolak
tawaran Belanda. Karena penolakan
itu, akhirnya Belanda memutuskan
untuk menyerang Bali.
Pada Tahun 1844 kapal Belanda
terdampar di Pantai Buleleng dan
dikenakan Hukum Tawan Karang.
Belanda tidak menerima kapalnya
dikenakan Hukum Tawan Karang.
Pada Tahun 1846, pasukan Belanda
mendarat di Pantai Buleleng dan
mengeluarkan perintah agar Raja
Buleleng harus mengakui kekuasaan
Belanda
Dan Hukum Tawan Karang
dihapuskan juga kerajaan harus
memberikan perlindungan kepada
perdagangan Belanda. Raja Buleleng
menolak perintah Belanda tersebut,
sehingga terjadilah peperangan
antara Belanda dengan rakyat Bali.
Oleh karena itu perang Bali disebut
juga denga perang PUPUTAN.

Anda mungkin juga menyukai