Perang Banjar (1859-1905) adalah perang perlawanan terhadap penjajahan kolonial Belanda yang
terjadi di Kesultanan Banjar yang meliputi wilayah provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.
Konflik dengan Belanda sebenarnya sudah mulai sejak Belanda memperoleh hak monopoli dagang di
Kesultanan Banjar.Masalah ini semakin menjadi saat setelah wafatnya Sultan Adam pada tahun 1857.
Belanda mendukung Tamjidillah sebagai sultan.Tetapi tindakan ini tidak disukai oleh rakyat
Banjarmasin,Tamjidillah dianggap tidak layak menjadi sultan karena ibunya bukan keturunan bangsawan
Kesultanan Banjar.Seharusnya menurut rakyat Banjarmasin,Pangeran Hidayatullah lah yang layak
menjadi Sultan mereka,yang merupakan anak dari Sultan Adam yang Ibu pangeran Hidayatullah adalah
keturunan bangsawan.Selain itu,Tamjidillah juga berpihak dan pro-Belanda.
Tujuh bulan setelah penobatan Pangeran Antasari sebagai Khalifatul mukminin,terjadi wabah
penyakit cacar yang melanda daerah pedalaman Banjar.Penyakit tersebut telah memakan banyak
korban,termasuk Pangeran Antasari.Pada tanggal 11 Oktober 1862 Pangeran Antasari wafat karena
penyakit paru-paru dan cacar yang dideritanya.Perjuangan Pangeran Antasari dilanjutkan oleh
putranya,Muhammad Seman.Bersama Tumenggung Surapati,Muhammad Seman berjuang melawan
Belanda hingga tahun 1905.Pada tahun 1905 Muhammad Seman gugur setelah mempertahankan benteng
dari serbuan belanda.dengan gugurnya Muhammad Seman, perlawanan rakyat Banjar melemah.