“Perang Banjar”
Disusun Oleh :
Kelas XI IPA 5
5. Benteng Pangin
7. Benteng Bamunan
8. Benteng Terumbang
F. Akhir Perang
Setelah Pangeran Hidayatullah tertangkap dan Pangeran antasari wafat, perjuangan
tetap berlanjut yang di pimpin oleh Gusti Matseman, Gusti Matsaid, Pangeran Mas
Natawijaya, Tumenggung Surapati, Tumenggung Naro dan Penghulu Rasyid. Pemimpin-
pemimpin tersebut bersama rakyat masih bergerilya dengan sesekali melakukan serangan
kepada Belanda sampai awal abad ke-20. Perlawanan melawan pemerintah Hindia
Belanda tersebut dilakukan di perbatasan antara Amuntai, Kulua, dan Rantau.
Meskipun perlawanan yang dilakukan tidak sekuat perlawanan-perlawanan pada masa
Pangeran Antasari, tetapi perlawanan mereka cukup menghambat kemajuan Belanda
dalam memperluas wilayahnya.
• Pada tanggal 25 Septeber 1864, Tumenggung Surapati bersama pengikutnya
melakukan penyerangan di Muara Teweh dan berhasil membunuh 2 penjaga benteng.
• Akibatnya, pada Maret 1865 Belanda memperkuat pertahanannya. Pada akhir tahun
1865, pasukan Tumenggung Surapati menyerang kembali Muara Teweh. Akan tetapi
mereka mengalami kekalahan.
• Pasukan Surapati kemudian bergerak menuju Sungai Kawatan. Pada 1 September
1865, satu pasukan Belanda bergerak memasuki Kuala Baru untuk memutuskan jalan-
jalan yang menuju tempat pihak pejuang di Kawatan. Sedangkan satu pasukan lainnya
berhasil memasuki wilayah Kawatan.
• Pasukan Surapati menembaki kapal-kapal Belanda yang mendekati benteng dengan
meriam. Dalam pertempuran ini, mereka menderita kekalahan sehingga
mengundurkan diri.
• Perlawanan juga terjadi di daerah lain, tokoh yang berpengaruh yaitu Demang
Wangkang. Di Marabahan ia sepakat dengan Surapati untuk menyerang Banjarmasin.
• Pada 25 November 1870 ia bersama pengikutnya yang berjumlah 500 berangkat ke
Banjarmasin untuk melawan Belanda, akan tetapi mereka kalah karena kekuatan
Belanda cukup besar.
• Demang Wangkang kemudian menetap di Sungai Durrakhman. Tidak lama disitu,
pada Desember 1870 pasukan Belanda kembali melakukan penyerangan dan dalam
pertempuran ini Demang Wangkang menemui ajalnya.
• Gusti Matseman pada akhir Agustus 1883 beroperasi di daerah Dusun Hulu, ia
bersama pasukannya berkali-kali menyerang pos Belanda di Muara Teweh.
• Sedangkan menantunya, Pangeran Perbatasari mengadakan perlawanan terhadap
Belanda di Pahu tetapi mengalami kekalahan. Begitu pula dengan Tumenggung
Gamar di Lok Tunggul. Tumenggung Gamar gugur dalam satu pertempuran tahun
1886.
• Gusti Matseman berusaha untuk mendirikan benteng di daerah hilir Sungai Teweh.
Hal ini membuat pasukan Belanda memperkuat posnya di daerah Kahayan dan
mendirikan pos darurat di Tuyun. Pasukan Gusti Matseman kemudian berusaha
memutuskan hubungan antara kedua pos Belanda tersebut.
• Benteng pejuang di Teweh semakin diperkuat dengan pasukan bantuan dan bahan
makanan. Akan tetapi, Belanda berusaha menghalangi masuknya pasokan makanan ke
dalam Benteng. Keadaan mereka semakin kritis hingga datang serangan dari
Belanda.Dalam serangan tersebut, pasuka Gusti Matseman terdesak sehingga
melarikan diri dan benteng jatuh ke tangan Belanda yang kemudian di bakar.
• Gusti Matseman masih terus melakukan perlawanan walaupun teman
seperjuangannya yaitu Gusti Acil, Gusti Arsat, dan Antung Durrakhman menyerah
pada pemerintah Hindia Belanda.
• Perlawanan Gusti Matseman baru berhenti setelah ia gugur pada tahun 1905.
Daftar Rujukan
https://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Banjar, diakses pada 22 September 2018
http://myblogsosialone2013.blogspot.com/2014/12/normal-0-false-false-false-en-us-x-
none.html, diakses pada 22 September 2018