Anda di halaman 1dari 24

K E L O M P O K 4

1 Perlawanan di
Bali

2 Perang Banjar

Topik bahasan
Kelompok 4
3 Perang Aceh

4 Perang Batak
Perlawanan di
Bali
Perlawanan dibali bisa disebut sebagai perang
puputan dikarenakan perkembangan dominasi
belanda yang menyulut apir perlawanan
rakyat bali
kepada Belanda
Pada abad ke-19 dibali berkembang
kerajaan kerajaan yang berdaulat misalnya
kerajaan Buleleng ,Karangasem, Klungkung,
Gianyar
,Badung
Jembrana ,Tabanan ,menguri ,dan Bangli
Jalannya perlawanan
Dalam buku Sejarah Nasional Indonesia jilid IV (1975) karya Sartono Kartodirdjo dkk,
disebutkan bahwa Belanda datang untuk menyerang Bali pada pertengahan 1846
Armada Belanda terdiri dari 1.700 prajurit gabungan dari Batavia dan Surabaya dan
dipimpin oleh komandan tertinggi Van Den Bosch.
Selama 2 hari, pasukan dari kerajaan Buleleng, Karangasem dan Kalungkung bertempur
mati-matian mempertahankan kedaulatan Bali. Namun, karena persenjataan Belanda
yang lebih lengkap dan modern, maka para pejuang mengalami kekalahan. Kekalahan
tersebut menyebabkan raja Buleleng I Gusti Ngurah Made dan Ketut Jelantik mundur ke
daerah Jagaraga.
Pihak Bali juga terpaksa menandatangani perjanjian damai pada 6 Juli 1846.
Penandatanganan perjanjian oleh pihak Bali merupakan salah satu siasat untuk
membangun kembali kekuatan demi melawan Belanda pada periode berikutnya.
Akhir perlawanan
Untuk memadamkan perlawanan rakyat bali yang berpusat di Jagaraga, Belanda
mendatangkan pasukan secara besar-besaran, maka setelah mengatur persiapan,
mereka langsung menyerang benteng jagaraga. Mereka menyerang dari dua arah,
yaitu arah depan dan dari arah belakang benteng jagaraga. Pertempuran sangit
tak dapat dielakkan lagi, terutama pada posisi dimana I Gusti Ketut Jelantik
berada.
Benteng Jagaraga dihujani tembakan meriam dengan gencar. Korban telah
berjatuhan di pihak Buleleng. Kendatipun demikian, tidak ada seorangpun laskar
jagaraga yang mundur atau melarikan diri. Mereka semuanya gugur dan pada
tanggal 19 April 1849 Benteng Jagaraga jatuh ke tangan Belanda. Mulai saat
itulah Belanda menguasai Bali Utara.
Tokoh perang Puputan
I G usti Ketut Jelantik
Ia merupakan patih Kerajaan
Buleleng. Ia berperan dalam Perang
Bali I, Perang Jag arag a, dan
Perang Bali III yang terjadi di Bali
pada tahun 1849.
Perekonomian kerajaan
Kegiatan ekonomi masyarakat Buleleng bertumpu
pada sektor pertanian. Keterangan kehidupan
ekonomi masyarakat Buleleng dapat dipelajari dari
prasasti Bulian. Dalam prasasti Bulian terdapat
beberapa istilah yang berhubungan dengan sisitem
bercocok tanam seperti sawah, parlak (sawah
kering), gaga (ladang), kebwan (kebun), dan
kasuwakan (pengairan sawah).
Perang Banjar
Perang Banjar atau Perang Banjar Barito adalah sebuah peristiwa
sejarah di mana rakyat Kalimantan khususnya Kesultanan Banjar
berperang melawan para penjajah Belanda. Perang Banjar terjadi di
wilayah Kesultanan Banjar, Kalimantan Selatan pada tahun 1859
hingga 1905.

Dari pihak rakyat, Perang Banjar melibatkan keturunan Kesultanan


Banjar yang didukung kekuatan dari rakyat yang berasal dari berbagai
daerah di batang banyu di sepanjang aliran Sungai Barito.Dahsyatnya
Perang Banjar pada saat itu terlihat dari jumlah korban tewas baik di
pihak Belanda maupun rakyat Banjar Barito

Tokoh yang terlibat dalam Perang Banjar ini antara lain


Pangeran Antasari dan Pangeran Hidayatullah II.
Penyebab perang
Banjar
Kedatangan Belanda yang ikut campur dalam urusan
Kesultanan Banjar menimbulkan banyak
permasalahan.

Kondisi ini kemudian memuncak dengan adanya


perlawanan dari Pangeran Antasari dan
Pangeran Hidayatullah II dalam Perang Banjar.

maka penyebab terjadinya


Perang Banjar antara lain
1. R akyat menjadi sasaran eksploitasi 2. Sikap sewenang-wenang dari Tamjidillah
:
dari Belanda dan Kesultanan Banjar yang ditunjuk Belanda sebagai Sultan
Banjar

3. M unculnya konflik perebutan tahta


Kesultanan Banjar akibat intervensi Belanda
Kronologi perang
Banjar
Dalam buku Islamisasi dan Perkembangan Kerajaan Islam di Indonesia (2012) karya Daliman,
disebutkan bahwa pelabuhan-pelabuhan dagang Kesultanan Banjar pada abad 15 M selalu ramai
dengan kapal-kapal dagang internasional.
Kesultanan Banjar juga memiliki hasil sumber daya alam seperti emas, intan, lada, rotan dan
damar yang melimpah.
Hal inilah yang kemudian mendorong Belanda untuk mulai merencanakan strategi agar dapat
menguasai Kesultanan Banjar.Sebagai imbalan, Belanda mendapatkan hak khusus untuk
mencampuri urusan dalam negeri Kesultanan Banjar.
Kondisi tersebut berlangsung lama hingga akhirnya perlawanan rakyat Banjar dimulai saat
Belanda mengangkat Pangeran Tamjidillah II sebagai Sultan Banjar pada tahun 1859.
Padahal, waktu itu sosok yang seharusnya naik tahta menjadi Sultan Banjar adalah Pangeran
Hidayatullah II.
Namanya juga tertulis dalam surat wasiat yang ditulis oleh Sultan Adam agar menjadi penerus
takhta.
Pada tanggal 28 April 1859, Pangeran Antasari dan Pangeran Hidayatullah II kemudian
memimpin perlawanan terhadap Belanda.
Pangeran Antasari memimpin penyerangan terhadap benteng Belanda dan tambang batu bara di
wilayah PengaroSetelah itu, muncul beberapa pertempuran di tempat lain seperti Pertempuran
Benteng Tabanio di Agustus 1859, Pertempuran Benteng Gunung Lawak pada September 1859,
Pertempuran Munggu Tayur pada Desember 1859, dan Pertempuran Amawang pada Maret
1860.Pangeran Hidayatullah II yang keluar dari persembunyiannya untuk menyelamatkan
keluarganya justru ditangkap Belanda dan diasingkan menuju ke Cianjur.

Hal itu tak membuat menghentikan Pangeran Antasari perlawanan. Ia terus melakukan perlawanan
di daerah-daerah di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.
Pangeran Antasari juga mendirikan tujuh unit benteng di Teweh untuk memperkuat pertahanan
rakyat. Perang Banjar mulai meredup ketika Pangeran Antasari mulai melemah karena terserang
penyakit paru-paru dan cacar.
Perjuangannya terus dilakukan hingga Pangeran Antasari wafat pada 11 Oktober 1862.
Gusti Mat Seman, Gusti Acil, Gusti Muhammad Arsyad, dan Antung Durrahman melanjutkan
perjuangan di Perang Banjar hingga titik darah penghabisan.
Perang Banjar berakhir pada tahun 1905 dengan kemenangan berada di pihak Belanda yang
berhasil menghapus Kesultanan Banjar.
Tokoh perang Banjar

Pangeran Antasari
Ia adalah Sultan Banjar 7 Pada 14 Maret
1862, dia dinobatkan sebagai pimpinan
pemerintahan tertinggi di Kesultanan
Banjar (Sultan Banjar) dengan
menyandang gelar Panembahan
Amiruddin Khalifatul Mukminin
Tokoh perang Banjar

Pangeran hidayatullah II
S ultan Hidayatullah II, terlahir
deng an nama Gusti Andarun, dengan
gelar mangkubumi Pangeran
Hidayatullah kemudian bergelar
Sultan Hidayatullah Halil Illah, adalah
pemimpin Kesultanan Banjar yang
memerintah antara tahun 1859
sampai 1862.
Perekonomian kerajaan
Kerajaan Banjar merupakan kerajaan yang
terpusat pada perdagangan sebagai kegiatan
ekonominya.
Komoditas terbesarnya adalah lada. Kerajaan
Banjar
dikenal dengan para penguasa sebagai the running
class yang berusaha untuk menguasai tanah yang
lebih luas dalam bentuk tanah apanage, yaitu
tanah yang hasilnya dipungut oleh keluarga
kerajaan dan dijadikan sebagai wilayah
Perang Aceh
Perang Aceh adalah pertempuran antara
Kesultanan Aceh melawan Belanda yang
berlangsung antara 1873-1904.

Pertempuran ini merupakan bagian dari


serangkaian konflik yang timbul karena ambisi
Belanda untuk menguasai nusantara.

Di antara perlawanan-perlawanan besar yang terjadi di


Indonesia sepanjang abad ke-19, Perang Aceh
termasuk yang paling berat dan terlama bagi Belanda.
Penyebab perang Aceh
Salah satu sebab terjadinya Perang Aceh yaitu adanya politik ekspansi Belanda
karena Traktat Sumatera yang isinya menyebutkan bahwa Inggris memberikan
izin kepada Belanda menguasai Sumatera.
Dalam kesepakatan disebutkan bahwa Belanda tidak dapat
mengganggu kemerdekaan Aceh.
Akan tetapi, pada praktiknya Belanda tetap berusaha melancarkan
serangan terhadap daerah Aceh yang jauh dari ibu kota.
Sultan Aceh pun semakin waspada dan bersiap untuk menghadapi
segala kemungkinan yang terjadi.
Kekhawatiran Aceh semakin meningkat saat Inggris dan Belanda menandatangani
Traktat Sumatera pada 1871.Menurut perjanjian itu, Belanda diberi kebebasan
untuk mengadakan perluasan wilayah di seluruh Sumatera, termasuk Aceh yang
selama ini tidak dapat diganggu kedaulatannya.
Jalannya perang
Agresi tentara Belanda terjadi pada 5 April 1873 di bawah pimpinan
Jenderal J.H.R Kohler. Pasukan Aceh yang terdiri atas para ulebalang, ulama,
dan rakyat terus mendapat gempuran dari pasukan Belanda.

Pertempuran sengit pun terjadi di kawasan pantai dan kota. Dalam upaya
memperebutkan Masjid Raya Baiturrahman, Jenderal J.H.R Kohler
meninggal dan pasukan Belanda terpaksa ditarik mundur ke pantai.
Setelah gagal dalam serangan pertama, Belanda melipatgandakan
kekuatannya dan melakukan agresi kedua pada 9 Desember 1873 di bawah
pimpinan Jan van Swieten.
Akhir dari perang
aceh
Setelah kematian Teuku Umar, Sultan dan Panglima Polem memutuskan
untuk berpindah-pindah supaya tidak bernasib sama.
Akan tetapi, mereka terpaksa menyingkir setelah terdesak oleh
besarnya pasukan musuh.

Pada 1903, Sultan Alauddin Muhammad Daud Syah dan Panglima Polem
juga menyerah setelah tekanan yang bertubi-Peristiwa ini membuka jalan
bagi pemerintah Belanda untuk menanamkan kekuasaannya di seluruh
wilayah Kesultanan Aceh.
Meski Kesultanan Aceh telah runtuh, semangat juang rakyatnya masih
sulit untuk dipadamkan hingga masa pendudukan Jepang.
Perekonomian

Kehidupan ekonomi masyarakat Aceh adalah dalam


bidang pelayaran dan perdagangan. Pada masa
kejayaannya, perekonomian berkembang pesat.
Penguasaan Aceh atas daerah-daerah pantai barat
dan timur Sumatra banyak menghasilkan lada.
Sementara itu, Semenanjung Malaka banyak
menghasilkan lada dan timah.
Tokoh perang Aceh
Perang Batak
merupakan perang antara Kerajaan Batak melawan
Belanda. Perang ini berlangsung selama 29 tahun.
Alasan meletusnya perang ini adalah Belanda
berusaha mewujudkan Pax Netherlandica
Jalannya perang
Menanggapi tindakan pengusiran oleh Sisingamangaraja, para misionaris meminta perlindungan dari
pemerintah Kolonial Belanda.
Pada 6 Februari 1878 pasukan Belanda tiba di Pearaja (pedalaman Sumatra Utara) dan
bergabung dengan kaum misionaris Belanda.

Kedatangan tentara Belanda di wilayah Batak telah memprovokasi Sisingamangara sehingga ia


mengumumkan perang pada 16 Februari 1878 dengan melakukan penyerangan ke pos-pos Belanda di
Bahal Batu.Aliansi Sisingamangaraja dan Aceh mampu menduduki wilayah pedalaman Sumatera
Utara, namun saat masuk wilayah kota pasukan ini dapat dipukul mundur oleh Belanda.

Perang Batak antara pasukan Sisingamangaraja dan Belanda berjalan seimbang selama tahun-
tahun 1880-an. Serangan Sisingamaraja pada Agustus 1889 mampu meduduki daerah Lobu Talu
dan membunuh beberapa tentara Belanda.
amun pendudukan Lobu Talu tidak berlangsung lama karena Belanda kembali mendatangkan
bantuan dari Padang untuk merebut kembali Lobu Talu dari tangan Sisingamangaraja.
Akhir dari perang
Batak
Perlawanan Sisingamagaraja dalam Perang Batak mulai meredup semenjak
wilayah Huta Paong diduduki oleh Belanda pada September 1889Pasca
pendudukan Huta Paong, Belanda terus memburu Sisingamangaraja dan
pasukannya hingga terjadi pertempuran di daerah Tamba.Dalam
pertempuran tersebut pasukan Batak mengalami kekalahan dan melarikan
diri menuju daerah Horion.Belanda terus melacak arah pelarian
Sisingamangaraja dan pasukannya. Bahkan, pihak Belanda menggunakan
orang-orang dari Senegal, Afrika untuk membantu pelacakan.

Tahun 1907, Belanda mampu mengepung Sisingamangaraja XII di daerah


Dairi, namun ia tak mau menyerahkan diri. Sisingamangaraja beserta
pasukannya bertarung hingga titik darah penghabisan dan meninggal pada
pengepungan tersebut..
Tokoh perang Batak

Si singa mangaraja
ISisingamangaraja XII dengan nama
lengkap Patuan Bosar Sinambela gelar
Ompu Pulo Batu adalah seorang raja
di Negeri Toba dan pejuang yang
berperang melawan Belanda.

Anda mungkin juga menyukai