• SHERLY MARDIANTI
SULTAN ISKANDAR
MUDA
Perlawanan Rakyat Aceh Terhadap Portugis.
Berkuasa dari tahun 1607 sampai 1636.
Serangan Aceh terhadap Portugis yang berada
di Malaka dilakukan dari 1615 hingga 1629.
Serangan pertama pada 1615 mengalami
kegagalan, namun Sultan Iskandar Muda tidak
pantang menyerah.
Serangan kedua kembali dilancarkan pada 1629
dan dilakukan secara besar-besaran. Pasukan
Portugis terkepung dan terancam, mereka
hampir saja menyerah.
SULTAN
BAABULLAH
Perlawanan Rakyat Maluku TerhadapVOC Sultan Baabullah (10 Februari
1528 – Juli 1583) atau Babullah, juga dikenali sebagai Baabatau Babu dalam
sumber Eropa, merupakan sultan ke-7 dan penguasa ke-24 Kesultanan
Ternate di maluku utara yang memerintah antara tahun 1570 dan 1583. Ia
dianggap sebagai Sultan teragung dalam sejarah Ternate dan Maluku
karena keberhasilannya mengusir penjajah Portugis dari Ternate dan
membawa kesultanan tersebut kepada puncak kejayaannya di akhir abad
ke-16. Sultan Baabullah juga dikenali dengan gelar "Penguasa 72 Pulau",
berdasarkan wilayah kekuasaannya di Indonesia timur, yang mencakup
sebagian besar Kepulauan Maluku, Sangihe dan sebagian dari Sulawesi.
Pengaruh Ternate pada masa kepemimpinannya bahkan mampu
menjangkau Solor (Lamaholot), Bima (Sumbawa bagian timur), Mindanao,
dan Raja Ampat. Peran Maluku dalam jaringan niaga Asia meningkat
secara signifikan karena perdagangan bebas hasil rempah dan hutan
Maluku pada masa pemerintahannya.
SULTAN AGUNG
Sultan Agung melakukan penyerangan dua kali kepada
VOC, yaitu tahun 1628 dan 1629. Selama masa
penyerangannya, Sultan Agung dan pasukannya berhassil
merebut Benteng Hollandia dari VOC. Menjepit Batavia
dari darat dan dari laut, serangan dilancarkan dalam
waktu yang tepat dan bersamaan.
Angkatan laut Mataram menyamar sebagai pedagang
bahan makanan dan membawa beras, ternak, dan bahan
lainnya untuk dijual ke VOC.
Serangan mendadak oleh angkatan laut Mataram
terhadap benteng pertahanan di tepi laut. Sedangkan
serangan dalam kota dilakukan oleh angkatan darat
disebelah selatan.
Dengan siasat tersebut, Belanda tidak bisa bergerak bila
VOC lari ke arah timur dan akan terbenam ke dalam
rawa-rawa. Jika lari ke arah barat akan jatuh ke
pangeran Jayakarta dan Banten.
SULTAN HASANUDIN
Sultan Hasanuddin memerintah Kesultanan Gowa
mulai tahun 1653 sampai 1669.
Pada tahun 1660, VOC Belanda menyerang
Makassar, tetapi belum berhasil menundukkan
Kesultanan Gowa. Tahun 1667, VOC Belanda di
bawah pimpinan Cornelis Speelman beserta
sekutunya kembali menyerang Makassar.
Pertempuran berlangsung di mana-mana, hingga
pada akhirnya Kesultanan Gowa terdesak dan
semakin lemah, sehingga dengan sangat terpaksa
Sultan Hasanuddin menandatangani Perjanjian
Bungaya pada tanggal 18 November 1667 di
Bungaya.
Sultan Hasanuddin wafat pada tanggal 12 Juni
1670 karena penyakit ari-ari.
AGENG TIRTAYASA
Sultan Ageng Tirtayasa berkuasa di Kesultanan
Banten pada periode 1651–1683.
Pada masa itu, VOC menerapkan perjanjian
monopoli perdagangan yang merugikan Kesultanan
Banten. Kemudian Tirtayasa menolak perjanjian ini
dan menjadikan Banten sebagai pelabuhan terbuka.
Saat itu, Sultan Ageng Tirtayasa ingin mewujudkan
Banten sebagai kerajaan Islam terbesar di Indonesia