Anda di halaman 1dari 7

PERLAWANAN BANGSA INDONESIA

TERHADAP PENJAJAHAN BANGSA EROPA (


PORTUGIS, SPANYOL, BELANDA ) SAMPAI
DENGAN ABAD 20

Perlawanan bangsa
Indonesia Terhadap Perlawanan bangsa Indonesia Terhadap
Portugis dan Spanyol Belanda

Perlawanan Terhadap Perlawanan Terhadap


VOC Pemerintah Hindia
Belanda
- Sultan Nuku
- Perlawanan Aceh
- Sultan Agung - Perlawanan Patimura
- Peralawanan
- Sultan Ageng Tirtayasa - Perang Padri
Malaka
- Perwanan Demak
- Sultan Hasanudin - Perang Diponegoro
- Perlawanan Ternate - Perang Banjarmasin
- Perlawanan Maluku - Perang Puputan

PERLAWANAN TERHADAP PORTUGIS

a. Perlawanan Demak
Setelah berhasil menguasai Malaka, Portugis mendominasi
perdagangan di wilayah tersebut sehingga merugikan jaringan pedagang
Islam di Indonesia. Untuk melawan dominasi tersebut maka Raden Patah
mengirim pasukan untuk menyerang Portugis di bawah pimpinan putranya
Adipati Unus pada tahun 1513. Penyerangan ini mengalami kegagalan
karena faktor jarak yang terlalu jauh dan juga kalah dalam persenjataan
dan strategi perang. Ketika Portugis menguasai pelabuhan Sunda Kelapa,
Demak melakukan penyerangan kembali pada tahun 1527 di bawah
pimpinan Fatahillah, Serangan ini berhasil dengan gemilang, sehingga
Portugis harus menunggalkan Sunda Kelapa yang namanya kemudian
diganti menjadi Jayakarta.

b. Perlawanan Ternate
Perlawanan Ternate didorong oleh tindakan bangsa Portugis yang sewenang-
wenang dan merugikan rakyat. Perlawanan Ternate dipimpin oleh Sultan Hairun,
Portugis sempat kewalahan sehingga kemudian menggunakan siasat licik dengan
mengajak Sultan Hairun berunding namun kemudian dibunuh. Peristiwa ini membuat
marah rakyat Ternate yang kemudian mengadakan serangan terhadap Portugis di bawah
pimpinan Sultan Baabullah putra Sultan Hairun. Portugis mengalami kekalahan dan
terpaksa melarikan diri menyingkir ke Timor Leste.

c. Perlawanan Aceh
Untuk melawan dominasi Portugis di Malaka, Kesultanan Aceh meminta
bantuan dari Turki dan India. Dengan bantuan dari Turki maupun kerajaan-kerajaan
lainnya, Aceh mengadakan penyerangan terhadap Portugis di Malaka pada tahun 1568 di
bawah pimpinan Sultan Alaudin Riayat Syah, namun penyerangan tersebut mengalami
kegagalan. Penyerangan terhadap Portugis
dilakukan kembali pada masa Sultan Iskandar Muda memerintah. Pada
tahun 1629, Aceh menggempur Portugis di Malaka dengan sejumlah kapal yang
melibatkan 19.000 prajurit. Pertempuran sengit tak terelakkan yang kemudian berakhir
dengan kekalahan di pihak Aceh.

Memahami Teks

2. PERLAWANAN TERHADAP VOC


a. Perlawanan Mataram

Pada masa kekuasaan Sultan Agung Hanyokro Kusumo, Mataram dua kali
menyerang kedudukan VOC di Batavia. Serangan pertama dilakukan pada tahun 1628.
Pasukan Mataram dipimpin Tumenggung Baurekso tiba di Batavia tanggal 22 Agustus
1628, kemudian disusul pasukan Tumenggung Sura Agul-Agul, yang dibantu dua
bersaudara Dipati Mandurorejo dan Upasanta.
Serangan pertama mengalami kegagalan yang disebabkan beberapa faktor
yaitu: kurangnya perbekalan, kalah dalam persenjataan dan kurang teliti dalam
memperhitungkan medan pertempuran.
Serangan kedua, pasukan Mataram dipimpin Adipati Juminah, K.A. Puger, dan
K.A. Purbaya. Serangan dimulai tanggal 1 Agustus dan berakhir 1 Oktober 1629.
Serangan kedua inipun gagal, karena lumbung padi persediaan makanan banyak yang
dibakar oleh VOC.

b. Perlawanan Makasar

Dalam lalu lintas perdagangan,Gowa menjadi bandar utama jalur perdagangan antara
Malaka dan Maluku. Sebelum rempah- rempah dari Maluku dibawa sampai ke Malaka,
maka singgah dahulu di Gowa, begitu juga sebaliknya. Dengan posisi yang sangat strategis
tersebut VOC tentu saja ingin menguasai Makassar. Menghadapi. perkembangan yang
semakin genting itu, maka raja Gowa, Sultan Hasanuddin mempersiapkan pasukan dengan
segala perlengkapan untuk menghadapi VOC. Sementara itu VOC menjalin hubungan
dengan raja Bone yang bernama Aru Palaka.
Meletuslah perang antara VOC dengan Gowa pada 7 Juli 1667. Tentara VOC dipimpin
Spelman yang dibantu oleh Aru Palaka menggempur Gowa. Karena kalah dalam
persenjataan, Benteng pertahanan tentara Gowa di Barombang dapat diduduki oleh
pasukan Aru Palaka.
Perang diakhiri dengan ditandatanganinya perjanjian Bongaya yang isinya sebagai
berikut :
a) Gowa harus mengakui hak monopoli VOC
b) Semua orang Barat, kecuali Belanda harus meninggalkan wilayah Gowa.
c) Gowa harus membayar biaya perang.
d) Di Makasar dibangun benteng-benteng VOC

b. Perlawanan Banten

VOC ingin memperoleh monopoli atas perdagangan lada di Banten, namun


ditentang oleh raja Banten Sultan Ageng Tirtayasa sehingga pecah pertempuran pada
tahun 1656 yang diakhiri dengan perdamaian tahun 1659. Untuk mengalahkan Banten
VOC menerapkan siasat adu domba dengan memanfaatkan konflik internal dalam tubuh
kerajaan Banten. VOC membantu putra Sultan Ageng yang bernama Sultan Haji, sehingga
karena kalah dalam persenjataan Sultan Ageng mengalami kekalahan dan akhirnya
ditangkap. Perlawanan dilanjutkan oleh Ratu Bagus Boang dan Kyai Tapa.
3. PERLAWANAN TERHADAP PEMERINTAH KOLONIAL HINDIA BELANDA
Memasuki abad ke-19, berbagai perlawanan terhadap pemerintah
Hindia Belanda terjadi hampir di
sebagian besar wilayah Kepulauan Indonesia. Secara umum perlawanan pada
abad ini dibedakan dalam dua bentuk, yaitu :

 Perlawanan bersenjata oleh kerajaan atau elite lokal.


 Perlawanan yang melibatkan rakyat biasa berupa gerakan sosial melawan keadaan
atau peraturan yang tidak adil, gerakan ratu adil yang didasari ideologi mesianistis
dan gerakan sekte keagamaan.
I. PERLAWANAN OLEH KERAJAAN ATAU ELITE LOKAL

Diawali munculnya Gerakan Paderi yang bertujuan ingin memurnikan ajaran Islam di
Minangkabau, Sumatera Barat yang mendapat perlawanan dari golongan adat. Tokoh kaum
Paderi antara lain : Tuanku Imam Bonjol, Tuanku Pasaman, Tuanku Nan Renceh dan Tuanku
Nan Cerdik.
Secara garis besar dibagi dalam 3 periode perang :
1). Periode 1803 – 1821
Tahap ini murni perang saudara antara Kaum Paderi dan Kaum Adat karena mempertahankan
keyakinan masing-masing. Dalam perkembangannya kaum Adat terdesak sehingga akhirnya
meminta bantuan kepada Belanda.
2). Periode 1821 – 1832
Kaum Paderi menghadapi dua musuh sekaligus yaitu kaum Adat dan Belanda. Dalam periode ini
Belanda mengalami kesulitan karena kekuatannya sedang dipusatkan di Pulau Jawa untuk
menumpas perlawanan Diponegoro, sehingga mereka menawarkan perdamaian yang ditandai
terjadinya Perjanjian Masang. Setelah perlawanan Diponegoro berakhir, Belanda kembali ke
Minangkabau dengan pasukan yang lebih kuat di bawah pimpinan Letkol Elout dan Mayor
Michiels untuk menggempur kaum Paderi.
3). Periode 1832 -1837
Kaum Adat menyadari kesalahannya kemudian bersatu dengan kaum Paderi melawan Belanda.
Namun karena persenjataan pasukan Belanda lebih lengkap dan kuat akhirnya satu persatu
wilayah kaum Paderi dapat diduduki dan puncaknya Benteng Bonjol dapat direbut Belanda
yang memaksa Tuanku Imam Bonjol dan pasukannya menyerah kemudian ditangkap dan
diasingkan.

2. Perlawanan Pattimura (1817)


Perlawanan dilatarbelakangi berkuasanya kembali Belanda di Maluku setelah diserahkan oleh
Inggris sesuai hasil Konvensi London. Belanda kembali memberlakukan sistem penyerahan
wajib (verplichte leverentie) dan kerja paksa (rodi) yang menyebabkan kesengsaraan rakyat
Maluku. Adapun tokoh perlawanan antara lain: Thomas Matulessi atau Pattimura, Anthony
Rheebok, Lukas Latumahina, Christina Marta Tiahahu, dan lain-lain. Perlawanan meletus
ditandai dengan penyerbuan Benteng Duurstede di Saparua pada tanggal 15 Mei 1817, yang
berhasil membunuh residen Van den Berg beserta seluruh pasukannya. Belanda mengirimkan
pasukan bantuan dari Ambon yang akhirnya berhasil menguasai kembali Benteng Duurstede
dan mendesak pasukan Pattimura sehingga satu persatu pimpinan pasukannya tertangkap
termasuk Pattimura sendiri yang akhirnya dihukum gantung.

3. Perlawanan Diponegoro (1825 – 1830)

a). Sebab-Sebab Umum :

 Wilayah Mataram semakin sempit dan terpecah menjadi kerajaan kecil.


 Belanda ikut campur tangan dalam urusan intern kesultanan, misalnya soal pergantian
raja dan birokrasi kerajaan.
 Timbulnya kekecewaan di kalangan para ulama, karena masuknya budaya barat yang
tidak sesuai dengan ajaran Islam.
 Hak para bangsawan dan pegawai kerajaan dikurangi.
 Penderitaan rakyat akibat adanya kerja paksa dan dibebani berbagai pajak
b). Sebab-Sebab Khusus :

 Pemasangan patok oleh Belanda untuk pembangunan jalan yang melintasi tanah dan
makam leluhur Pangeran Diponegoro di Tegalrejo tanpa ijin.
c). Jalannya Perang :
Dalam perlawanan Pangeran Diponegoro dibantu oleh tokoh- tokoh seperti Kyai Mojo,
Pangeran Mangkubumi, Sentot Alibasyah Prawirodirjo, Pangeran Dipokusumo, Nyi Ageng
Serang dll. Diponegoro menerapkan taktik perang gerilya dan markas pasukannya juga
berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain, awalnya di Goa Selarong, kemudian pindah
ke Plered, Dekso dan Pengasih sehingga menyulitkan Belanda untuk menumpasnya.
Berbagai siasat diterapkan Belanda seperti mendatangkan pasukan dari Belanda, siasat Benteng
Stelsel yaitu membangun benteng di daerah yang telah dukuasai dan antar benteng
dihubungkan oleh pasukan gerak cepat dengan tujuan mempersempit ruang gerak pasukan
Diponegoro. Posisi pasukan Diponegoro semakin terjepit sehingga satu persatu para
pembantunya menyerah. Akhirnya Belanda menerapkan tipu muslihat yaitu mengajak
Pangeran Diponegoro berunding di Magelang,tapi kemudian ditangkap dan selanjutnya
diasingkan ke Menado dan dipindah ke Makassar sampai wafat.

Anda mungkin juga menyukai