Arti Penting:
1
1. Aceh Versus Portugis dan VOC
Dilansir dari Sejarah Indonesia Modern (2005) MC Ricklefs, pada masa tahun
1500-1600 terjadi persaingan bandar perdagangan antara Aceh, Johor dan
Malaka yang dikuasai oleh Portugis.
Aceh dipimpin oleh seorang pemimpin yang tangguh bernama Sultan Iskandar
Muda. Di masa pemerintahannya ia berhasil menakhlukan berbagai wilayah
seperti di Aru dan di Johon hingga menyebabkan Aceh menjadi negara yang
terkuat di Nusantara bagian barat.Penyerangan di Malaka
Dengan banyaknya pedagang islam yang menyingkir dari malaka menuju aceh
membuat perdagangan di aceh semakin ramai. Hal ini dipandan oleh Portugis
sebagai ancaman, oleh sebab itu portugis berkehendak menghancurkan aceh.
2
Perang ini berlangsung mulai pada tahun 1523 pada saat portugis menyerang
aceh dibawah pimpinan Henrigues.
Infanteri
Serangan Aceh pada tahun 1629 dibawah pimpinan Iskandar Muda juga tidak
berhasil mengusir Portugis dari Malaka. Hubungan Aceh dan Portugis
semakin memburuk, bentrokan antara kedua belah pihak masih sering terjadi,
tetapi Portugis tetap tidak berhasil menguasai Aceh dan begitu juga Aceh
tidak berhasil mengusir Portugis dari Malaka.
VOC mengusir Portugis dari Malaka pada tahun 1641, karena Portugis mulai
serakah menguasai rempah-rempah yang ada di Malaka, hal itu pun tak lama
diketahui VOC. Dan akhirnya Portugis pun berhasil diusir dari Malaka oleh
VOC.
3
Sebagai persiapan Aceh melakukan langkah-langkah antara lain:
4
pimpinan komando Thomas Matulessy atau biasa disebut Kapitan
Pattimura.Kapitan Pattimura mengawali peperangan dengan menyerang pos-
pos dan benteng Belanda di Saparua pada 16 Mei 1817. Penyerangan tersebut
membuahkan hasil, Kapitan Pattimura berhasil kmerebut Benteng Duurstede.
Belanda dengan kekuatan lebih 200 prajurit di bawah pimpinan Mayor
Beetjes menyerang Pattimura dan pasukannya di Saparua. Upaya perebutan
kembali benteng Duurstede dan Saparua dapat digagalkan oleh Pattimura dan
pasukannya. Kemenangan dalam pertempuran lain juga didapatkan oleh
Pattimura di sekitar pulau Seram, Hatawano, Hitu, Haruku, Waisisil dan
Larike.Dalam buku Kapitan Pattimura (1985) karya I.O Nanulaitta,
Pengkhianatan Raja Booi dari Saparua mengakibatkan Pattimura tertangkap
dan dihukum gantung. Raja Booi membocorkan informasi tentang strategi
perang Pattimura dan rakyat Maluku, sehingga Belanda mampu merebut
kembali Saparua.
Tahun 1605 Portugis mengungsi ke Ambon dan di usir oleh VOC kemudian
menetap di timor-timor
Tahun 1635 – 1646 Serangan Sporadis dari rakyat Hitu ( dipimpin oleh
Kakiali dan Telukabesi )
5
Tahun 1680 VOC memaksa ke penguasa Tidore sebuah perjanjian
Setidaknya ada beberapa hal yang membuat Sultan Agung berani melawan
VOC yang dipimpin oleh Jan Pieterszoon Coen beberapa di antaranya adalah:
6
Hubungan Kerajaan Mataram dengan Malaka dipersulit oleh Batavia.
Salah satu cara yang dilakukan adalah menghancurkan kota tersebut.
Penyerangan
Penyerangan Sultan Agung atas VOC yang dipimpin oleh Jan Pieterszoon Coen
terbagi menjadi 2 penyerangan yakni pada tahun 1628 dan 1629.
Penyerangan pada tahun 1628 dianggap gagal karena awalnya pasukan
Mataram berhasil menyerang benteng namun tidak mau mendekati Batavia
karena banyaknya korban yang tewas.Di samping itu, fokus tentara Mataram
hanya pada benteng Hollandia dan untuk menuntaskan pengepungan,
Belanda mengerahkan 300 serdadu dan 100 orang sipil untuk membakar dan
merusak seluruh pos terdepan Mataram.
Latar Belakang
Jalannya Peristiwa
a. Serangan pertama
b. Serangan kedua
Belajar dari kekalahan pada 1628, Sultan Agung meningkatkan jumlah kapal
dan senjata, membangun lumbung beras untuk persediaan bahan makanan.
7
Pada serangan kedua 1629, pasukan Mataram dipimpin oleh Tumenggung
Singaranu, Kiai Dipati Juminah, dan Dipati Purbaya. Tetapi informasi ini
diketahui VOC, sehingga VOC berhasil menghancurkan kapal-kapal, rumah
penduduk dan lumbung pasukan Mataram. Pasukan Mataram pantang
menyerah, terus berusaha mengepung Batavia, dan akhirnya berhasil
menghancurkan Benteng Hollandia, dan mengepung Benteng Bommel. Pada
saat itu pula, tepatnya 21 September 1629, J.P. Coen meninggal karena
penyakit kolera. Tetapi hal ini malah semakin membakar semangat Belanda,
sehingga serangan pasukan Mataram kedua juga gagal.
Akhir Perang
4. Perlawanan Banten
Banten adalah daerah pesisir Jawa yang memiliki letak yang sangat strategis
dalam bidang perdagangan internasional. Dilansir dari buku Banten : Sejarah
dan Peradaban Abad X – XVII (2011) karya Claude Guilot, sejak didirikan oleh
Sunan Gunung Jati, Banten sebagai sebuah kesultanan sudah sangat menarik
bagi para pedagang.Banyak sekali pedagang yang ingin merapatkan kapalnya
8
di pelabuhan Banten, baik yang berasal dari Eropa maupun Asia termasuk
Nusantara.Kemudian pada perkembangannya, Banten menjadi pelabuhan
yang sangat populer pada masa Sultan Ageng Tirtayasa sekitar tahun 1650 M.
Strategi
Perlawanan Banten
VOC dan Sultan Haji berhasil merebut Istana Surosowan dan menjadi Sultan
Banten pada tahun 1681. Pasca direbutnya Istana Surosowan, Sultan Ageng
Tirtayasa berpindah ke daerah Tirtayasa (Serang) untuk mendirikan keraton
baru dan mengumpulkan bekal untuk merebut kembali keraton Surosowan.
Dalam Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 (1981) karya M.C Ricklefs,
disebutkan bahwa Sultan Ageng Tirtayasa melakukan upaya perebutan
kembali Istana Surosowan pada 1682.
9
Pasukan Sultan Ageng mampu mendesak pasukan Sultan Haji dalam
penyerangan tersebut, sehingga Sultan Haji meminta bantuan VOC. Sultan Haji
dan VOC mampu meredam perlawanan dan berhasil memukul mundur
pasukan Sultan Ageng dan Pangeran Purbaya hingga ke Bogor.
Sultan Ageng Tirtayasa akhirnya berhasil ditangkap oleh VOC pada 1983 dan
ia dibawa ke Batavia sebagai tahanan. VOC juga berhasil menjadikan Sultan
Haji sebagai ‘’raja boneka’’ di kesultanan Banten, sehingga secara tidak
langsung VOC dapat menaklukan Banten serta memonopoli perdagangan di
kawasan pesisir Jawa.
VOC atas nama Sultan Haji dapat menguasai kesultanan Banten pada tahun
1681. Kemudian Sultan Haji menjadi Raja Banten dan berkedudukan di Istana
Surosowan. Sultan Ageng Tirtayasa berusaha merebut kembali kesultanan
Banten. Pada tahun 1682, Istana Surowangsan dikepung oleh pasukan Sultan
Ageng Tirtayasa. Sultan Haji terdesak dan meminta bantuan tentara VOC.
10
Kemudian pasukan Sultan Haji bersama VOC menyerang pasukan Sultan
Ageng Tirtayasa lalu terdesak mundur. Sultan Ageng Tirtayasa bersama Arya
Purbaya dapat meloloskan diri ke hutan Lebak. Tentara VOC terus memburu
keduanya. Pada tahun 1683, VOC menangkap Sultan Ageng Tirtayasa,
kemudian di tahan di Batavia hingga akhir masa hidupnya pada tahun 1692.
5. Perlawanan Gowa
Kesultanan Gowa-Tallo merupakan salah satu kesultanan terbesar di kawasan
Indonesia Timur pada sekitar abad 16 – 17 Masehi. Dalam buku Sejarah
Indonesia Modern 1200-2004 (1981) karya M.C Ricklefs, disebutkan bahwa
Kesultanan Gowa-Tallo memiliki kekuatan militer yang harus diperhatikan
lebih daripada musuh-musuh VOC lain di Maluku Selatan.Selain itu, Gowa-
Tallo memiliki kekuatan ekonomi perdagangan yang sangat kuat. Kesultanan
ini memiliki pelabuhan perdagangan internasional yang berada di Somba Opu
(pesisir Sulawesi Selatan). Kawasan Somba Opu dijadikan pula sebagai pusat
pemerintahan Gowa-Tallo serta kawasan yang menampung pedagang
internasional.
11
Latar belakang perlawanan Gowa-Tallo
Akhir perlawanan
12
VOC diperbolehkan memonopoli perdagangan di kawasan Indonesia
Timur
Semua orang asing diusir dari Gowa-Tallo, kecuali VOC
Gowa-Tallo mengganti biaya kerugian perang
Beberapa wilayah kekuasaan Gowa-Tallo diserahkan kepada VOC
Akhir perlawanan
13
menyerbu Makasar, pasukan kompeni dibantu oleh pasukan Raja Bone (Aru
Palaka) dan Pasukan Kapten Yonker dari Ambon. Pasukan angkatan laut VOC,
yang dipimpin oleh Speelman, menyerang pelabuhan Makasar dari laut,
sedangkan pasukan Aru Palaka mendarat di Bonthain dan berhasil
mendorong suku Bugis agar melakukan pemberontakan terhadap Sultan
Hasanudin serta melakukan penyerbuan ke Makasar. Peperangan berlangsung
seru dan cukup lama, tetapi pada saat itu Kota Makassar masih dapat
dipertahankan oleh Sultan Hasanudin. Pada akhir kesempatan itu, Sultan
Hasanudin terdesak dan dipaksa untuk menandatangani perjanjian
perdamaian di Desa Bongaya pada tahun 1667. Perlawanan rakyat Makasar
akhirnya mengalami kegagalan. Salah satu faktor penyebab kegagalan rakyat
Makasar adalah keberhasilan politik adu domba Belanda terhadap Sultan
Hasanudin dengan Aru Palaka. Perlawanan rakyat Makasar selanjutnya
dilakukan dalam bentuk lain, seperti membantu Trunojoyo dan rakyat Banten
setiap melakukan perlawanan terhadap VOC.
14
M
A
K
A
L
A
H
15