BELANDA
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
1 . AMALIA HIJRIANTI
2. AKRAM KURNIAWAN
3. KIREY SAlSABILA BM
XI IPS 1
SMA NEGERI 15 MAKASSAR
2022/2023
A.MENGEVALUASI PERANG MELAWAN KESERAKAHAN KONGSI DAGANG
Setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis pada tahun 1511, justru membawa hikmah bagi
Aceh. Banyak para pedagang Islam yang menyingkir dari Malaka menuju ke Aceh. Pada
tahun 1523 Portugis melancarkan serangan ke Aceh di bawah pimpinan Henrigues, dan
menyusul pada tahun 1524 dipimpin oleh de Sauza. Beberapa serangan Portugis ini
mengalami kegagalan. Portugis terus mencari cara untuk melemahkan posisi Aceh sebagai
2. Mendatangkan bantuan persenjataan, sejumlah tentara dan beberapa ahli dari Turki
1
pada tahun 1567.
Sebagai tindakan balasan pada tahun 1569 portugis balik arah menyerang Aceh, tetapi
mempertahankan tanah air dan mengusir penjajahan asing semakin meningkat Iskandar muda
adalah raja yang gagah, berani dan bercita-cita untuk mengenyahkan penjajahan asing,
termasuk mengusir Portugis dari Malaka. Pada tahun 1629 Iskandar Muda melancarkan
serangan ke Malaka. Mengahdapi serangan kali ini Portugis sempat kewalahan. Yang berhasil
Portugis berhasil memasuki Kepulauan Maluku pada tahun 1521. Mereka memusatkan
2
Pada tahun 1529 terjadi perang antara Tidore melawan Portugis. Penyebab perang ini karena
kapal-kapal Portugis menembaki jung-jung dari Belanda yang akan membeli cengkih ke
tidore.
damai, yakni Perjanjian Saragosa pada tahun 1534. Dengan adanya perjanjian Saragosa
kedudukan Portugis di Maluku semakin kuat. Portugis semakin berkuasa untuk memaksakan
1565 muncul perlawanan rakyat ternate di bawah pimpinan Sultan Khaerun/Hairun. Portugis
dari Perjanjian Tordesillas yang membagi belahan bumi barat di antara Spanyol dan Portugal
dan diprakarsai oleh Paus, yang melihat persaingan perebutan koloni yang dilakukan oleh
1. Bumi dibagi atas dua pengaruh, yaitu pengaruh bangsa Spanyol dan Portugis.
3
2. Wilayah kekuasaan Spanyol membentang dari Mexico ke arah barat sampai
arah timur sampai kepulauan Maluku.daerah disebelah utara garis saragosa adalah
penguasaan portugis.
Baabullah (putera Sultan Khaerun). Akhirnya portugis dapat didesak dan pada tahun 1575
berhasil diusir dari ternate. Orang-orang portugis kemudian melarikan diri dan menetap di
ambon sampai tahun 1605. Tahun itu Poertugis dapat diusir oleh VOC dari Ambon dan
Serangkaian rakyat terus terus terjadi terhadap Portugis maupun VOC yang melakukan
tindakan kejam dan sewenang-wenang kepada rakyat. Misalnya pada periode tahun 1635
sampai dengan 1646 terjadi serangan sporadis dari rakyat itu yang dipimpin oleh kia Ali dan
teluka besi. Perlawanan rakyat ini juga meluas ke Ambon. Tahun 1650 perlawanan rakyat
juga terjadi di Ternate yang dipimpin oleh kecili said. Sementara perlawanan secara gerilya
terjadi seperti di jailolo. Namun berbagi serangan itu selalu dapat dipatahkan oleh kekuatan
VOC yang memiliki peralatan senjata yang lebih lengkap. Rakyat terus mengalami
penderitaan akibat kebijakan monopoli rempah yang disertai dengan pelayaran hongi.
Pada tahun 1680, VOC memaksakan sebuah perjanjian baru dengan penguasa Tidore.
4
Makam Sultan Nuku
menjadi pasal VOC dan sebagai penguasa yang baru diangkatlah putra alam sebagai Sultan
Tidore dalam kurung (menurut tradisi kerajaan Tidore yang berhak sebagai Sultan semestinya
adalah pangeran Nuku). Sebagai vassal atau daerah kekuasaan VOC telah menimbulkan
protes keras dari pangeran Nuku. akhirnya Nuku memimpin perlawanan rakyat. Timbullah
perang hebat antara rakyat Maluku di bawah pimpinan pangeran Nuku melawan kekuatan
kompeni Belanda (tentara VOC). Sultan Nuku mendapat dukungan rakyat Papua di bawah
pimpinan Raja Ampat dan juga orang-orang Gamrange dari Halmahera.Oleh para
pengikutnya, pangeran Nuku diangkat sebagai sultan dengan gelar Tuan Sultan Amir
Muhammad Syafiudin Syah. Sultan Nuku juga berhasil meyakinkan Sultan Aharal dan
Pangeran Ibrahim dari Ternate untuk bersama-sama melawan VOC. Sultan Nuku berhasil
5
3.Sultan Agung Versus J.P. Coen
Sultan Agung adalah raja yang paling terkenal dari kerajaan Mataram. Pada masa
pemerintahan Sultan Agung, Mataram mencapai zaman keemasan. Cita-cita Sultan Agung
antara lain : (1) mempersatukan seluruh tanah Jawa, dan (2) mengusir kekuasaan asing dari
bumi Nusantara. Terkait dengan cita-citanya ini maka Sultan Agung sangat menentang
keberadaan kekuatan VOC di Jawa. Apalagi tindakan VOC yang terus memaksakan
mengalami kemunduran. Kebijakan monopoli itu juga dapat membawa penderitaan rakyat.
Oleh karena itu, Sultan Agung merencanakan serangan ke Batavia dengan alasan :
ke Malaka
4. Keberadaan VOC di Batavia telah memberikan ancaman serius bagi masa depan
pulau Jawa.
6
Pada tahun 1628 telah dipersiapkan pasukan dengan segenpa persenjataan dan perbekalan.
Pada waktu itu yang menjadi gubernur Jenderal VOC adalah JP.Coen . sebagai pimpinan
pasukan mataram adalah Tumenggung Bureksa. Tepat pada tanggal 22 Agustus 1628,
dihindarkan. Pasukan mtaram berusaha mengepung Batavia dari berbagai tempat. Terjadilah
pertempuran sengit antara pasukan mataram melawan tentara VOC di berbagai tempat. Tetapi
kekuatan tentara VOC dengan senjatanya jauh lebih unggul, sehoingga dapat memukul
mundur semua lini kekuatan pasukan Mataram. Tumenggung Baureksa sendiri gugur dalam
pertempuran itu. Dengan demikian serangan tentara sultan Agung pada tahun 1628 itu belum
berhasil.
Sultan Agung tidak lantas berhenti dengan kekalahan yang baru saja dialami pasukannya. Ia
segera mempersiapkan serngan yang kedua. Tahun 1629 pasukan Matram diberangkatkan
Singaranu, Kiai Dipati Juminah, dan Dipati Purbaya. Di tegal, tentara VOC berhasil berhasil
menghancurkan 200 kapal Mataram, 400 rumah penduduk dan sebuah lumbung beras.
Pasukan mataram pantang mundur, dengan kekuatan pasukan yang ada terus berusaha
bahwa J.P. Coen meninggal. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 21 September 1629.
7
Kegagalan pasukan metaram menyerang Batavia, membuat VOC semakin berambisi untuk
balik itu VOC selalu khawatir dengan kekuatan tentara Mataram. Tentara VOC selalu
khawatir dengan kekuatan tentara mataram. Tentara VOC selalu berjaha-jaga untuk
Sebagai pengganti Sultan Agung adalah Sunan Amangkurat I. ia memerintah pada tahun
1646-1677. Ternyata Raja Amangkurat I merupakan raja yang lemah dan bahkan bersahabat
dengan VOC. Raja ini juga bersifat reaksioner dan bersikap sewenang-wenang kepada rakyat
4.perlawanan Banten
Banten memiliki posisi yang strategis sebagai Bandar perdagangan Internasional. Oleh
karena itu sejak semula Belanda ingin menguasai Banten, tetapi tidak pernah berhasil.
Akhirnya VOC membangun Bandar di Batavia pada tahun 1619. Terjadi persaingan antara
Banten dan Batavia memperebutkan posisi sebagai Bandar perdagangan Internasional. Oleh
8
Tahun 1651, Pangeran Surya naik tahta di kesultanan Banten. Ia adalah cucu Sultan Abdul
Mufakhir Mahmud Abdul Karim, anak dari Sultan Abu al-Ma’ali Ahmad yang wafat pada
1650. Pangeran surya bergelar Sultan Abu al-Fath Abdulfatah. Sultan Abu al-Fath
Abdulfatah ini lebih dikenal dengan nama Sultan Ageng Tirtayasa. Ia berusaha memulihkan
Eropa lain seperti Inggris, Prancis, Denmark dan Portugis. Sultan Ageng juga
Siam, Tonkin, dan Cina. Perkembangan di Banten ternyata sangat tidak disenangi oleh VOC.
Oleh Karena itu, untuk melemahkan peran Banten sebagai Bandar perdagangan, VOC sering
melakukan blokade. Jung-jung Cina dan kapal-kapal dagang dari Maluku dilarang
Menghadapi serangan pasukan Banten, VOC terus memperkuat kota Batavia dengan
beberapa benteng di Batavia diharapkan VOC mampu bertahan dari berbagai serangan
dari luar dan mengusir para penyerang tersebut. Sementara itu untuk kepentingan pertahanan,
Sultan Ageng memerintahkan untuk membangun saluran irigasi yang membentang dari
semangat anti VOC itu, pada tahun 1671 Sultan Ageng Tirtayasa mengangkat putra mahkota
Abdulnazar Abdulkahar sebagai raja pembantu yang lebih dikenal dengan nama Sultan Haji.
9
Sebagai Raja Pembantu Sultan Haji bertanggung jawab urusan dalam negeri, dan Sultan
Ageng Tirtayasa bertanggung jawab urusan luar negeri dibantu putranya yang lain, yakni
Pangeran Arya Purbaya. Pemisahan urusan pemerintahan di Banten ini tercium oleh
perwakilan VOC di BAnten W. Caeff. Ia kemudian mendekati dan menghasut Sultan Haji
agar urusan pemerintahan di banten tidak dipisah-pisah dan jangan sampai kekuasaan jatuh
ke tangan Arya Purbaya. Tanpa berpikir panjang Sultan Haji segera membuat persekongkolan
dengan VOC untuk merebut tahta kesultanan Banten. Timbullah pertentangan yang begitu
tajam antara Sultan Haji dengan Sultan Ageng Tirtayasa. Dalam persekongkolan itu VOC
sanggup membantu sultan Haji untuk merebut Kesultanan Banten tetapi dengan empat syarat:
● Monopoli lada di Banten dipegang oleh VOC dan harus menyingkirkan para
● Pasukan banten yang menguasai daerah pantai dan pedalaman Priangan segera ditarik
Pada tahun 1681 VOC atas nama Sultan Haji berhasil merebut Kesultanan Banten.
10
Istana Surosowan berhasil dikuasai. Sultan Haji menjadi Sultan Banten yang berkedudukan di
istana Surosowan. Sultan Ageng kemudian membangun istana yang baru berpusat di
Tirtayasa. Sultan Ageng berusaha merebut kembali kesultanan Banten dari Sultan Haji yang
didukung VOC. Pada tahun 1682 pasukan Sultan Ageng Tirtayasa berhasil mengepung istana
Surosowan. Sultan Haji terdesak dan segera meminta bantuan tentara VOC. Datanglah
bantuan tentara VOC di bawah pimpinan Francois Tack. Pasukan Sultan Ageng Tirtayasa
dapat dipukul mundur dan terdesak hingga ke Benteng Tirtayasa. Sultan Ageng Tirtayasa
akhirnya meloloskan diri bersama putranya, pangeran Purbaya ke hutan Lebak. Sultan Ageng
Tirtayasa beserta pengikutnya yang kemudian bergerak ke arah Bogor. Baru setelah melalui
tipu muslihat pada tahun 1683 Sultan Ageng Tirtayasa berhasil ditangkap dan ditawan di
Namun harus diingat bahwa semangat juang Sultan Ageng Tirtayasa beserta pengikutnya
tidak pernah padam. Ia telah mengajarkan untuk selalu menjaga kedaulatan Negara dan
mempertahankan tanah air dari dominasi asing. Hal ini terbukti setelah Sultan Ageng
11
5.Perlawanan Goa
Kerajaan Goa merupakan salah satu kerajaan yang sangat terkenal di Nusantara. Pusat
pemerintahannya berada di Somba Opu yang sekaligus menjadi pelabuhan Kerajaan Goa.
Somba Opu senantiasa terbuka untuk siapa saja. Banyak para pedagang asing yang tinggal di
kota itu. Misalnya orang Inggris, Denmark, Portugis, dan Belanda. Mereka diizinkan
membangun loji di kota itu. Masyarakat Goa senantiasa berpegang pada prinsip hidup sesuai
dengan kata-kata “Tanahku terbuka bagi semua bangsa”, “Tuhan menciptakan tanah dan laut;
tanah dibagikannya untuk semua manusia dan laut adalah milik bersama.” Dengan prinsip
12
Pelabuhan Somba Opu memiliki posisi yang strategis dalam jalur perdagangan internasional.
Pelabuhan Somba Opu telah berperan sebagai Bandar perdagangan tempat personggahan
Dengan melihat peran dan posisinya yang strategis, VOC berusaha keras untuk dapat
mengendalikan Goa dan menguasai pelabuhan Somba Opu serta menerapkan monopoli
perdagangan. Untuk itu VOC harus dapat menundukkan Kerajaan Goa. Berbagai upaya unuk
Raja Goa, Sultan Hasanuddin ingin menghentikan tindakan VOC yang anarkis dan provokatif
itu. Sultan Hasanuddin menentang ambisi VOC yang memaksakan monopoli di Goa. Seluruh
mempersiapkan diri untuk menundukkan Goa. Politik devide et impera mulai dilancarkan.
Politik devide et impera (Politik pecah belah) yaitu kombinasi strategi politik, militer, dan
ekonomi yang bertujuan mendapatkan dan menjaga kekuasaan dengan cara memecah
kelompok besar menjadi kelompok-kelompok kecil yang lebih mudah ditaklukan. Dalam
konteks lain, politik pecah belah juga berarti mencegah kelompok-kelompok kecil untuk
13
Gubernur Jenderal Maetsuyker memutuskan untuk menyerang Goa. Dikirimlah pasukan
ekspedisi yang berkekuatan 21 kapal dengan mengangkut 600 orang tentara. Mereka terdiri
atas tentara VOC, orang-orang Ambon dan juga orang-orang Bugis di bawah Aru Palaka.
Tanggal 7 Juli 1667, meletus Perang Goa. Tentara VOC dipimpin oleh Cornelis Janszoon
Spelman, diperkuat oleh pengikut aru Palaka dan ditambah orang-orang Ambon di bawah
pimpinan Jonker van Manipa. Kekuatan VOC ini menyerang pasukan Goa dari berbagai
penjuru. Beberapa serangan VOC berhasil ditahan pasukan Hasanuddin. Teteapi dengan
pasukan gabungan disertai peralatan senjata yang lebih lengkap, VOC berhasil mendesak
pasukan Hasanuddin. Benteng pertahanan tentara di Barombang dapat diduduki oleh pasukan
Aru Palaka. Hal ini menandai kemenangan pihak VOC atas kerajaan Goa. Hasanuddin
Sultan hasnuddin tidak ingin melaksanakan isi perjanjian itu, karena isi perjanjian itu
bertentangan dengan hati nurani dan semboyan masyarakat Goa atau Makassar. Pada tahun
1668 Sultan Hasanuddin mencoba menggerakkan kekuatan rakyat untuk kembali melawan
kesewenang-wenangan VOC itu. Namun perlawanan ini segera dapat dipadamkan oleh VOC.
Dengan sangat terpaksa Sultan Hasanuddin harus melaksanakan isi Perjanjian Bongaya.
Bahkan benteng pertahanan rakyat Goa jatuh dan diserahkan kepada VOC. Benteng itu
14
6.Rakyat Riau Angkat Senjata
Nusantara terus dilakukan oleh VOC. Di samping menguasai berbagai daerah di Nusantara
terus dilakukan oleh VOC. Dengan politik memecah belah VOC mulai berhasil menanamkan
pengaruhnya di Riau. Kerajaan-kerajaan kecil seperti Siak, Indragiri, Rokan, dan Kampar
semakin terdesak oleh pemaksaan monopoli dan tindakan sewenang-wenang dari VOC. Oleh
15
Raja Siak sultan Abdul Jalil Rahmat Syah (1723-1744) memimpin rakyatnya untuk melawan
VOC. Setelah berhasil merebut Jolor kemudian ia membuat benteng pertahanan di pulau
Bintan. Dari pertahanan di Pulau Bintan ini pasukan Sultan Abdul Jalil mengirim pasukan di
Dalam suasana konfrontasi dengan VOC itu, Sultan Abdul Jalil Rahmat Syeh wafat. Sebagai
gantinya diangkatlah puteranya yang bernama Muhammad Abdul Jalil Muzafar Syah
(1746-1760). Raja ini juga memiliki naluri seperti ayahandanya yang ingin selalu memerangi
VOC di Malaka dan sebagai komandan perangnya adalah Raja Indra Pahlawan.
Dalam suasana konfrontasi dengan VOC itu, Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah wafat. Sebagai
gantinya diangkatlah puteranya yang bernama Muhammad Abdul Jalil Muzafar Syah
(1746-1760). Raja ini juga memiliki naluri seperti ayahandanya yang ingin selalu memerangi
VOC di Malaka dan sebagai komandan perangnya adalah Raja Indra Pahlawan. Tahun 1751
berkobar perang melawan VOC. Sebagai strategi menghadapi serangan Raja Siak, VOC
16
berusaha memutus jalur perdagangan menuju siak. VOC mendirikan benteng pertahanan di
sepanjang jalur yang menghubungkan Sungai Idragiri, Kampar, sampai pulau Guntung yang
Dalam suasana konfrontasi dengan VOC itu, Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah wafat. Sebagai
gantinya diangkatlah puteranya yang bernama Muhammad Abdul Jalil Muzafar Syah
(1746-1760). Raja ini juga memiliki naluri seperti ayahandanya yang ingin selalu memerangi
VOC di Malaka dan sebagai komandan perangnya adalah Raja Indra Pahlawan. Tahun 1751
berkobar perang melawan VOC. Sebagai strategi menghadapi serangan Raja Siak, VOC
berusaha memutus jalur perdagangan menuju siak. VOC mendirikan benteng pertahanan di
sepanjang jalur yang menghubungkan Sungai Idragiri, Kampar, sampai pulau Guntung yang
Sultan Siak bersama para panglima dan penasihat mengatur siasat baru. Disepakati bahwa
VOC harus dilawan dengan tipu daya. Sultan diminta berpura-pura berdamai dengan cara
memberikan hadiah kepada Belanda. Oleh Karena itu, siasat ini dikenal dengan “siasat hadiah
sultan”. VOC setuju dengan ajakan damai ini. Perundingan damai diadakan di loji di Pulau
Guntung.
17
Sejak abad ke-5 orang-orang Cina sudah mengadakan hubungan dagang ke Jawa dan
dan Islam banyak pedagang Cina yang tinggal di daerah pesisir, bahkan tidak sedikit yang
menikah dengan penduduk Jawa. Begitu juga pada masa pemerintahan VOC di Batavia,
banyak orang Cina yang datang ke Jawa. VOC memang sengaja mendatangkan orang-orang
Orang-orang Cina yang datang ke Jawa tidak semua yang memiliki modal. Banyak diantara
mereka termasuk golongan miskin. Mereka kemudian menjadi pengemis bahkan ada yang
menjadi pencuri.
bahwa setiap orang Cina yang tinggal di Batavia harus memiliki surat izin bermukim yang
disebut permissiebriefjes atau masyarakat sering menyebut dengan “surat pas”. Apabila tidak
memiliki surat izin, maka akan ditangkap dan dibuang ke Sailon (sri lanka) untuk
Pada suatu ketika tahun 1740 terjadi kebakaran di Batavia. VOC menafsirkan peristiwa ini
sebagai gerakan orang-orang Cina yang akan melakukan pemberontakan. Oleh karena itu,
para serdadu VOC mulai bereaksi dengan melakukan sweeping memasuki rumah-rumah
orang cina dan kemudian melakukan pembunuhan terhadap orang-orang Cina yang
ditemukan di setiap rumah. Sementara yang berhasil meloloskan diri dan melakukan
perlawanan di berbagai daerah, misalnya di Jawa Tengah. Salah satu tokohnya yang terkenal
adalah Oey Panko atau kemudian dikenal dengan sebutan Khe Panjang, kemudian di Jawa
18
menjadi Ki sapanjang. Nama ini dikaitkan dengan perannya dalam memimpin perlawanan di
Perlawanan dan kekacauan yang dilakukan orang-orang Cina itu kemudian meluas di
berbagai tempat terutama di daerah pesisir Jawa. Perlawanan orang-orang Cina ini
mendapatkan bantuan dan dukungan dari para buapati di pesisir. Bahka yang menarik atas
orang-orang Cina tersebut. Pada tahun 1741 benteng VOC di Kartasura dapat diserang
sehingga pemberontakan orang-orang Cina satu demi satu dapat dipadamkan. Pada kondisi
yang demikian ini Pakubuwana II mulai bimbang dan akhirnya melakukan perundingan
Perlawanan terhadap VOC kembali terjadi di Jawa, kali ini dipimpin oleh bangsawan
kerajaan yakni pangeran Mangkubumi dan Raden Mas Said. Perlawanan berlangsung sekitar
20 tahun.
Raden Mas Said adalah putera dari Raden Mas Riya yang bergelar Adipati Arya
Mangkunegara dengan Raden Ayu Wulan putri dari Adipati Blitar. Pada usia 14 tahun Raden
Mas said sudah diangkat sebagai gandek kraton (pegawai rendahan di Istana) dan diberi gelar
R.M.Ng. Suryokusumo. Karena merasa sudah berpengalaman, Raden Mas said kemudian
mengajukan permohonan untuk mendapatkan kenaikan pangkat. Akibat permohonan ini Mas
Said justru mendapat cercaan dan hinaan dari keluarga kepatihan, bahkan dikait-kaitkan
19
dengan tuduhan ikut membantu pemberontakan orang-orang Cina yang sedang berlangsung.
Mas said pergi menuju Nglaroh untuk memulai perlawanan. Oleh karena pengikutnya mas
said diangkat sebagai raja baru dengan gelar Pangeran Adipati Anom Hamengku Negara
Senopati Sudibyaning Prang. Hingga kini sebutan Mas Said yang dikenal masyarakat yakni
Pangeran Sambernyawa. Pada tahun 1745 Pakubuwana II mengumumkan barang siapa yang
dapat memadamkan perlawanan Mas Said akan diberi hadiah sebidang tanah di Sukowati (di
wilayah sragen sekarang). Mas Said tidak menghiraukan apa yang dilakukan Pakubuwana II
sekaligus menkar seberapa jauh komitmen dan kejujuran Pakubuwana II. Pangeran
Mangkubumi adalah adik dari Pakubuwana II. Pangeran Mangkubumi dan para pengikutnya
Pakubuwana II kehilangan nilai dan komitmennya sebagai raja yang berpegang pada tradisi,
sabda pandhita ratu datan kena wola-wali (perkataan raja tidak boleh ingkar). Karena bujukan
Pringgalaya di satu pihak dengan Pangeran Mangkubumi di pihak lain. Dalam suasana
konflik ini tiba-tiba dalam pertemuan terbuka di istana itu Gubernur Jenderal Van Imhoff
mengeluarkan kata-kata yang menghina dan menuduh Pangeran Mangkubumi terlalu ambisi
mencari kekuasaan. Hal inilah yang sangat mengecewakan Pangeran Mangkubumi, pejabat
Mangkubumi segera meninggalkan istana. Tidak ada pilihan lain kecuali angkat senjata untuk
melawan VOC yang telah semena-mena ikut campur tangan pemerintahan kerajaan. Hal ini
20
sekaligus untuk memperingatkan saudara tuanya Pakubuwana II agar tidak mau didikte oleh
VOC.
Perjanjian itu berisi pasal-pasal antara lain : (1). Susuhunan Pakubuwana II menyerahkan
Kerajaan Mataram baik secara de facto maupun de jure kepada VOC. (2). Hanya keturunan
Pakubuwana II yang berhak naik tahta, dan akan dinobatkan oleh VOC menjadi raja Mataram
dengan tanah Mataram sebagai pinjaman dari VOC. (3). Putera mahkota akan segera
Perjanjian tersebut merupakan sebuah trgaedi karena Kerajaan Mataram yang pernah Berjaya
di masa Sultan Agung harus menyerahkan kedaulatan atas seluruh wilayah kerajaan kepada
pihak asing. Hal ini semakin membuat kekecewaan Pangeran Mangkubumi dan Mas Said,
21
Perlawanan Pangeran Mangkubumi berakhir setelah tercapai Perjanjian Giyanti pada tanggal
15 Februari 1755. Isi pokok perjanjian Giyanti : bahwa Mataram dibagi dua. Wilayah bagian
barat (daerah Istimewa Yogyakarta) diberikan kepada Pangeran Mnagkubumi dna berkuasa
sebagai sultan dengan sebutan Sri Sultan Hamengkubuwana I, sedang bagian timur (daerah
Surakarta) tetap diperintah oleh Pakubuwana III. Sementara perlawanan Mas Said berakhir
setelah tercapai Perjanjian salatiga pada tanggal 17 Maret 1757 yang isinya Mas said
diangkat sebagai penguasa di sebagian wilayah Surakarta dengan gelar Pangeran Adipati
Arya Mangkunegara I
22
DAFTAR PUSTAKA
Sudirman am, Amurwani Dewi Lestari Ningsih Dkk. 2014. Sejarah Indonesia. Jakarta:
23
24