Anda di halaman 1dari 3

KOLONIALISME

Berkembangnya semangat mencari kekuasaan dengan simbol 3G yaitu Gold (mencari


keuntungan dengan memiliki bahan dan barang berharga, jatuhnya kekuasaan Konstantinopel pada
tahun 1453. Hal tersebutlah yang menjadi pendorong bangsa Eropa datang dan menciptakan
kolonialisme.

Kolonialisme berasal dari kata colonus yang berarti 'petani'. Istilah ini diberikan kepada petani
Yunani yang pindah dari negerinya yang tandus ke daerah lain yang lebih subur.
Ada beberapa bentuk kolonialisasi yaitu sebagai berikut:
1. koloni penduduk
2. koloni eksploitasi
3. koloni deportasi

 Latar Belakang Munculnya Kolonialisme di Indonesia


Munculnya kolonialisme di Indonesia diawali dengan jatuhnya Konstantinopel oleh kekuasaan
Turki Usmani pada tahun 1453. Hal itu memicu terjadi kemerosotan ekonomi dan perdagangan
bangsa-bangsa Eropa, sehingga melahirkan revolusi industri.

Dari revolusi industri tersebut, bangsa Eropa berupaya mengembangkan perekonomianya


dengan cara kolonialisme dan imperealisme. Dengan kapal laut, bangsa Eropa menjelajadi samudari
mencari mencari sumber daya melalui negara-negara lain. Sedangkan misi tersebut juga dilakukan
dengan semangat Perang Salib.

Kejatuhan Konstatinopel juga menyebabkan akses bangsa Eropa tidak bisa menggunaan jalur di
Laut Tengah untuk mencari rempah-rempah. Masalah tersebut membuat harga rempah-rempah
meningkat secara drastis, sehingga mereka terdorong untuk mencari wilayah baru penghasil
rempah-rempah, salah satunya di Indonesia.

Rempah-rempah yang dihasilkan dari Indonesia membuat bangsa Eropa menerapkan


kolonialisme serta imperialisme, berhubung harga rempah-rempah sedang laris pada saat itu.
Nusantara akhirnya disebutkan sebagai Hindia.

Penjelajah yang Datang ke Indonesia


1. Portugis
2. Spanyol
3. Belanda
4. Inggris

 Dampak Kolonialisme di Indonesia


Dampak yang terjadi setelah adanya kolonialisme di Indonesia mempengaruhi bidang politik,
ekonomi, sosial budaya, dan pendidikan.
 Perlawanan Bangsa Indonesia terhadap kolonialisme
a. Perlawanan Kesultanan Aceh
Pada 1511, bangsa Portugis berhasil menguasai Malaka dengan tujuan memonopoli
perdagangan rempah rempah Asia, termasuk Nusantara. Namun, bangsa Portugis ternyata
tidak dapat memonopoli sepenuhnya perdagangan. Hal ini terutama karena perlawanan
yang di lakukan oleh kesultanan Johor dan kesultanan Aceh.
Sejak Malaka dikuasai bangsa Portugis, saudagar muslim memindahkan aktivitas
perdagangannya ke Aceh, yang juga memiliki pelabuhan dagang yang besar. Kehadiran
mereka membuat Aceh maju pesat. Aceh pun melancarkan permusuhan dengan pihak
Portugis di Malaka. Kesultanan Aceh melakukan penyerangan ke Malaka.
Sultan Ali Mughayat Syah yang memerintah antara 1514-1530 berhasil mengusir
Portugis dari wilayah Aceh. Selanjutnya, Sultan Alaudin Riayat Syah al-Qahar (1538-1571)
menentang kekuatan Portugis dengan bantuan Turki, Selanjutnya, Sultan Alaudin Riayat
Syah, juga menyerang bangsa Portugis di Malaka tahun 1573 dan 1575. Sultan Iskandar
muda (1607-1638) pernah dua kali menyerang bangsa Portugis di Malaka pada tahun 1615
dan 1629. meskipun tidak berhasil mengusir bangsa Portugis dari Malaka, perlawanan
rakyat Aceh terhadap bangsa Portugis tetap berlanjut hingga Malaka jatuh ke tangan VOC
tahun 1641.

b. Perlawanan Kesultanan gowa


Pada mulanya, hubungan antara VOC dan Makassar berjalan dengan baik. Posisi
strategis Makassar memperkuat hubungan tersebut. VOC ingin memonopoli perdagangan
Malaka-Batavia-Maluku. Makassar pun berupaya menerobos monopoli VOC, yang kerap
memicu ketegangan.
Perang melawan VOC diawali dengan pelucutan dan penghampasan terhadap Armada
VOC di Maluku oleh pasukan Hasanuddin. Dalam perang itu, VOC bersekutu dengan raja
Bone yang menjadi seteru gua yang bernama arung Palakka (pada waktu itu Bone berada di
bawah kekuasaan Gowa). Kalah persenjataan, kesultanan Gowa dapat dikalahkan dan Sultan
Hasanuddin tunduk pada perjanjian bongaya pada tahun 1667.

c. Perlawanan Pangeran Mangkubumi dan Mas Said


Perpaduan perlawanan Pangeran Mangkubumi dan Mas Said sangat kuat dan meluas
hampir di seluruh Jawa Timur dan Jawa Tengah. Kemenangan demi kemenangan mulai
diraih oleh pasukan Mas Said dan pasukan Mangkubumi.
Perang dan kekacauan yang terjadi di Mataram itu telah menghabiskan dana yang
begitu besar. Sementara perlawanan Pangeran Mangkubumi dan Mas Said belum ada
tanda-tanda mau berakhir. Oleh karena itu, penguasa VOC terus membujuk kepada
Pangeran Mangkubumi untuk berunding. Dengan perantara seorang ulama besar syeikh
Ibrahim, akhirnya Pangeran Mangkubumi bersedia berunding dengan VOC. Dengan
demikian perlawanan Pangeran Mangkubumi berakhir. Tercapailah sebuah perjanjian yang
dikenal dengan perjanjian Giyanti. Perjanjian ini ditandatangani pada tanggal 13 Februari
1755 di Desa Giyanti.
Dalam praktiknya, perjanjian Giyanti hanya berhasil menghentikan peperangan secara
militer. Namun peperangan dalam bentuk lain tidak dapat dipadamkan seperti perlawanan
budaya yang tercermin didalam budaya Jawa yang berkembang di Yogyakarta dan Surakarta
dalam konsep kepercayaan “Dewa-Raja”.
 1942 - Pemerintah Kolonial Belanda Menyerah kepada Jepang
Belanda menyerah kepada Jepang di Indonesia pada 8 Maret 1942 dengan tanpa syarat.
Penyerahan tanpa syarat ini dilaksanakan di Kalijati, Subang. Pihak Belanda diwakili oleh
Panglima Tentara Belanda, Jenderal Ter Poorten, sedangkan Jepang diwakili oleh Jenderal
Imamura. Penyerahan ini dikenal dengan perjanjian Kalijati.

Dengan demikian, tanggal 9 Maret 1942 bukan hanya merupakan tanggal menyerahnya
Belanda kepada Jepang, melainkan juga merupakan hari dan tanggal berakhirnya penjajahan
Belanda di bumi Nusantara.

Anda mungkin juga menyukai