DISUSUN
KELOMPOK 3:
2.JOKO AFRIZAL
3.MUHAMMAD IFDALI
4.NADIA
5.SITI ASRAH
6.SYAFRINALDI
7.UMMY HABIBAH
MAN 3 SOLOK
4. Perlawanan Banten
Perlawanan rakyat Banten terhadap VOC dibangkitkan oleh Abdul Fatah (Sultan Ageng
Tirtayasa) dan puteranya bernama Pangeran Purbaya (Sultan Haji). Sultan Ageng Tirtayasa
dengan tegas menolak segala bentuk aturan monopoli VOC dan berusaha mengusir VOC dari
Batavia. Pada tahun 1659, perlawanan rakyat Banten mengalami kegagalan, yaitu ditandai oleh
keberhasilan Belanda dalam memaksa Sultan Ageng Tirtayasa untuk menandatangani perjanjian
monopoli perdagangan.
Pada tahun 1683, VOC menerapkan politik adu domba (devide et impera) antara Sultan
Ageng Tirtayasa dengan puteranya yang bernama Sultan Haji, sehingga terjadilah perselisihan
antara ayah dan anak, yang pada akhirnya dapat mempersempit wilayah serta memperlemah
posisi Kerajaan Banten. Sultan Haji yang dibantu oleh VOC dapat mengalahkan Sultan Ageng
Tirtayasa. Kemenangan Sultan Haji atas bantuan VOC tersebut menghasilkan kompensasi dalam
penandatanganan perjanjian dengan kompeni.
Perjanjian tersebut menandakan perlawanan rakyat Banten terhadap VOC dapat
dipadamkan, bahkan Banten dapat dikuasai oleh VOC. Pertikaian keluarga di Kerajaan Banten
menunjukkan bahwa mudahnya rakyat Banten untuk diadu domba oleh VOC.
Pada tahun 1750, terjadi perlawanan rakyat Banten terhadap Sultan Haji (yang menjadi
raja setelah menggantikan Sultan Ageng Tirtayasa), atas tindakan Sultan Haji (rajanya) yang
sewenang-wenang terhadap rakyatnya sendiri. Perlawanan rakyat Banten ini dapat dipadamkan
oleh Sultan Haji atas bantuan VOC. Sebagai imbalan jasa, VOC diberi hak untuk memonopoli
perdagangan di seluruh wilayah Banten dan Sumatera Selatan.
5. Perlawanan Makassar
Di Sulawesi Selatan, perlawanan terhadap kolonialisme Belanda dilakukan oleh Kerajaan
Gowa dan Tallo, yang kemudian bergabung menjadi Kerajaan Makasar. Dilihat dari letak
geografisnya, letak wilayah Kerajaan Makasar sangat strategis dan memiliki kota pelabuhan
sebagai pusat perdagangan di Kawasan Indonesia Timur.
Kerajaan Makassar, dengan didukung oleh pelaut-pelaut ulung, mencapai puncak
kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Hasanudin antara tahun 1654 – 1669. Pada
pertengahan abad ke-17, Kerajaan Makasar menjadi pesaing berat bagi kompeni VOC pelayaran
dan perdagangan di wilayah Indonesia Timur. Persaingan dagang tersebut terasa semakin berat
untuk VOC sehingga VOC berpura-pura ingin membangun hubungan baik dan saling
menguntungkan. Upaya VOC yang sepertinya terlihat baik ini disambut baik oleh Raja Gowa
dan kemudian VOC diizinkan berdagang secara bebas. Setelah mendapatkan kesempatan
berdagang dan mendapatkan pengaruh di Makasar, VOC mulai menunjukkan perilaku dan niat
utamanya, yaitu mulai mengajukan tuntutan kepada Sultan Hasanuddin.
Tuntutan VOC terhadap Makasar ditentang oleh Sultan Hasanudin dalam bentuk
perlawanan dan penolakan semua bentuk isi tuntutan yang diajukan oleh VOC. Oleh karena itu,
kompeni selalu berusaha mencari jalan untuk menghancurkan Makassar sehingga terjadilah
beberapa kali pertempuran antara rakyat Makassar melawan VOC.
Pertempuran pertama terjadi pada tahun 1633 dan pertempuran kedua terjadi pada tahun
1654. Kedua pertempuran tersebut diawali dengan perilaku VOC yang berusaha menghalang-
halangi pedagang yang masuk maupun keluar Pelabuhan Makasar. Dua kali upaya VOC tersebut
mengalami kegagalan karena pelaut Makasar memberikan perlawanan sengit terhadap kompeni.
Pertempuran ketiga terjadi tahun 1666 – 1667 dalam bentuk perang besar. Ketika VOC
menyerbu Makasar, pasukan kompeni dibantu oleh pasukan Raja Bone (Aru Palaka) dan
Pasukan Kapten Yonker dari Ambon. Pasukan angkatan laut VOC, yang dipimpin oleh
Speelman, menyerang pelabuhan Makasar dari laut, sedangkan pasukan Aru Palaka mendarat di
Bonthain dan berhasil mendorong suku Bugis agar melakukan pemberontakan terhadap Sultan
Hasanudin serta melakukan penyerbuan ke Makasar.
Peperangan berlangsung seru dan cukup lama, tetapi pada saat itu Kota Makassar masih
dapat dipertahankan oleh Sultan Hasanudin. Pada akhir kesempatan itu, Sultan Hasanudin
terdesak dan dipaksa untuk menandatangani perjanjian perdamaian di Desa Bongaya pada tahun
1667.
Perlawanan rakyat Makasar akhirnya mengalami kegagalan. Salah satu faktor penyebab
kegagalan rakyat Makasar adalah keberhasilan politik adu domba Belanda terhadap Sultan
Hasanudin dengan Aru Palaka. Perlawanan rakyat Makasar selanjutnya dilakukan dalam bentuk
lain, seperti membantu Trunojoyo dan rakyat Banten setiap melakukan perlawanan terhadap
VOC.
6. Perlawanan Rakyat Riau
Ambisi untuk melakukan monopoli perdagangan dan menguasai berbagai daerah di
Nusantara terus dilakukan oleh VOC. Di samping menguasai berbagai daerah di Nusantara terus
dilakukan oleh VOC. Dengan politik memecah belah VOC mulai berhasil menanamkan
pengaruhnya di Riau. Kerajaan-kerajaan kecil seperti Siak, Indragiri, Rokan, dan Kampar
semakin terdesak oleh pemaksaan monopoli dan tindakan sewenang-wenang dari VOC. Oleh
karena itu, beberapa kerajaan mulai melancarkan perlawanan.
Raja Siak sultan Abdul Jalil Rahmat Syah (1723-1744) memimpin rakyatnya untuk
melawan VOC. Setelah berhasil merebut Jolor kemudian ia membuat benteng pertahanan di
pulau Bintan. Dari pertahanan di Pulau Bintan ini pasukan Sultan Abdul Jalil mengirim pasukan
di bawah Komando Raja Lela Muda untuk menyerang Malaka
Dalam suasana konfrontasi dengan VOC itu, Sultan Abdul Jalil Rahmat Syeh wafat.
Sebagai gantinya diangkatlah puteranya yang bernama Muhammad Abdul Jalil Muzafar Syah
(1746-1760). Raja ini juga memiliki naluri seperti ayahandanya yang ingin selalu memerangi
VOC di Malaka dan sebagai komandan perangnya adalah Raja Indra Pahlawan.
Dalam suasana konfrontasi dengan VOC itu, Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah wafat.
Sebagai gantinya diangkatlah puteranya yang bernama Muhammad Abdul Jalil Muzafar Syah
(1746-1760). Raja ini juga memiliki naluri seperti ayahandanya yang ingin selalu memerangi
VOC di Malaka dan sebagai komandan perangnya adalah Raja Indra Pahlawan. Tahun 1751
berkobar perang melawan VOC. Sebagai strategi menghadapi serangan Raja Siak, VOC
berusaha memutus jalur perdagangan menuju siak. VOC mendirikan benteng pertahanan di
sepanjang jalur yang menghubungkan Sungai Idragiri, Kampar, sampai pulau Guntung yang
berada di Muara Sungai Siak.
Sultan Siak bersama para panglima dan penasihat mengatur siasat baru. Disepakati bahwa
VOC harus dilawan dengan tipu daya. Sultan diminta berpura-pura berdamai dengan cara
memberikan hadiah kepada Belanda. Oleh Karena itu, siasat ini dikenal dengan “siasat hadiah
sultan”. VOC setuju dengan ajakan damai ini. Perundingan damai diadakan di loji di Pulau
Guntung.
5. Perlawanan di Bali
Bali adalah sebuah pulau kecil yang terkenal di Indonesia. Pada abad ke 19 bali belum
banyak menarik perhatian orang-orang. Baru tahun 1830 pemerintahan Hindia Belanda aktif
menanamkan pengaruhnya. Perkembangan dominasi belanda menyulut api perlawanan rakyat
bali “perang puputan”.
Mengapa terjadi perang puputan di bali?
Abad ke 19 bali sudah berkembang kerajaan-kerajaan berdaulat. Contohnya Kerajan Buleleng
dll. Pada masa Gubernur Jenderal Daendels ada kontak dengan kerajaan bali menyangkut
hubungan dagang dan sewa. Tapi Hindia Belanda ingin menanamkan pengaruh dan berkuasa di
bali. Pertama G.A Granpre moliere misi ekonomi, kedua huskus koopman misi politik. Misi
ekonomi jauh lebih berhasil dari pada misi politik namun terus di usahakan dan di capai
perjanjian antara raja bali dan belanda.perjanjian kontrak antara raja-raja bali dengan belanda
seputar hukum tawan karang agar di hapuskan.
Karena kelihaian belanda raja-raja bali dapat menerima perjanjian untuk meratifikasi
penghapusan hukum tawan karang.tahun 1844 raja Buleleng dan Karang Asem belum
melaksanakan perjanjian tersebut dibuktikan dengan perampasan atas isi 2 kapal belanda yang
terdampar dipantai sangsit (Buleleng) dan Jembrana (buleleng ) . belnda memaksa raja Buleleng
untuk melaksanakan perjanjian tersebut,benda juga memaksa untuk membayar ganti rugi antas
kapal belanda. Pihak buleleng menolak dengan tegas tuntutan tersebut yang menyebabkan
perang terjadi. Pati Ktut Jelantik mempersiapkan pos-pos dan prajurit . buleleng juga mendapat
dukungan dari kerajaan karang asem dan klungkung. Tanggal 27 juli 1846 1.700 pasukan barat
menyerbu kampung-kampung tepi pantai ada juga pasukan laut dengan kapal selam. Karena
persenjataan belanda lebih lengkap dan modern pejuang buleleng demakin terdesak dan jebol .
ibu kota singaraja dikuasai belanda. Kemudian belanda mendesak untuk menandatangani
perjanjian tanggal 6 juli 1846 yang isinya 1.dalam waktu 3 bulan,raja buleleng harus
menghancurkan semua benteng buleleng yang pernah digunakan dan tidak boleh membangun
benteng baru, 2.raja buleleng harus membayar ganti rugi dari biaya perang yang telah
dikeluarkan belanda,sejumlah 75.000 gulden,dan raja harus menyerahkan I Gusti Ktut Jelantik
kepada pemerintah belanda,3. Belanda diizinkan menempatkan pasukannya di Buleleng.
6. Perang banjar.
Di Kalimanatn Selatan berkembang kerajaan Banjar atau Banjarmasin. Pusat kekuasaan
ada di Martapura kegiatan perdaganggan berkembang pusat dengan hasil produk yang diminati
yaitu emas,intan,lada,rotan dan damar . melalui bujuk rayu dan tekanan pada tahun 1817 terjadi
perjanjiaan antara Sultan Banjar dan pemerintah belanda. Yang berisi menyerahkan sebagian
wilayah Banjar kepada Belanda.tanggal 4 mei 1826 menetapkan bahwa daerah kekuasaan banjar
hanya tinggal daerah hulu sungai, martapura, dan banjarmasin. Wilayah yang sempi membuat
kesulitan dalam kehidupan sosial dan ekonomi. Kebutuhan penguasa semakin meningkat dengan
demikian menyebabkan beban hidup semakin berat. Dalam suasana sosial ekonomi yang
memprihatinkan, terjadi konflik intern. Hal ini bermula dengan meninggalnya putra mahkota
abdul rakhman secara mendadak tahun 1852, sedangkan sultan adam memilki 3 putera. Pangeran
hidayatullah yang didukung pihak istana dan mengantongi surat wasiat dari sultn adam, pangeran
anom dijagokan mangkubumi, pangeran tamjidillah didukung belanda. Perebutan kekuasaan
terus berlanjut dan terakhir pangeran antasari menjadi raja.
7. Aceh Berjihad.
Aceh dikenal karena adanya tsunami tahun 2004 dan seburtan serambi mekkah. ibarat
serambi mekkah merupakan daerah dan kerajaan yang berdaulat. Tetapi kedaulatan terganggu
karena keserakaan dan dominasi belanda.dominasi dan kekejaman tersebut melahirkan Perang
Aceh,perang terjadi pada tahun 1873-1912
Aceh memiliki kedudukan yang strategis juga menjadi pusat perdagangan. Daerahnnya
luas dengan hasil penting seperti ladang, hasil tambng, dan hasil hutan.karena itu dalam rangka
mewujudkan pax neerlandica belanda berambisi menguasai aceh.tetapi orang aceh dan para
sultan bersikeras mempertahankan aceh hal tersebut di dukung oleh traktat london hal tersebut
menjadi kendala belanda. Perkembangan politik yang semakin memohok kesultanan aceh adalah
ditandatanganinya traktat sumatera antara belanda dengan inggris 2 november 1871. isi traktat
tersebut antara lain inggris memberi kebebasan kepada Belanda untuk memperluas daerah
kekuasaannya diseluruh sumatera. Tahun 1873 Aceh mengirim Habib Abdurahman pergi ke
Turki untuk meminta bantuan senjata.
Langkah-langkah tersebut diketahui ole pihak belanda, kemudian Belanda mengancam dan
mengultimatum agar Kesultanan Aceh tunduk dibawah pemerintahan Hindia Belanda. Tanggal
26 maret 1873 Aceh dinilai membangkang. Kemudian pecahlah pertempuran aceh
melawanBelanda. Para pejuang aceh dibawah pemerintahan Sultan Mahmud Syah II
mengobarkan semangat jihad angkat senjata untuk melawan kezaliman Belanda.
Persiapan acehalam menmghadapi pemerintahan Hindia Belanda seperti pendirian pos-pos
pertahanan,dibangun kuta semacam benteng untuk memperkuat pertahanan wilayah, penyiapan
sejumlah pasukan dan persenjataan.
8. Perang Batak
Di Batak terdapat beberapa kelompok batak. Misalnya Batak Toba, Batak Karo, Batak
Simalungun, Batak Mandailing, Batak Pakpak. Basis masyarakat batak berada di daerah
kompleks perkampungan yang disebut huta. Gabungan dari huta disebut horja. Kesatuan dari
beberapa bius itu terbentuklah satu wilayah kerajaan. Tahun 1870 yang menjadi raja patuan
bosar ompu pulo yang bergelar Si Singamangaraja XII. Masuknya dominasi belanda ketanah
batak disertai dengan penyebaran agama kristen. Namun hal tersebut ditolak oleh raja si
singamangaraja karena ditakutkan akan menghilngkan tatanan tradisional dan bentuk kesatuan
negeri yang telah ada secara turun temurun.
Dalam menghadapi perang melawan Belanda rakyat batak sudah menyiapkan benteng
pertahanan seperti benteng alam yang terdapat di dataran tinggi toba dan silindung. Dilur tembok
ditanami bambu berduru dan disebelah luarnya lagi dibuat selokan keliling yang cukup dalam.
Pertempuran pertama terjadi di bahal batu yang berhasil dimenangkan belanda. Perang belanda
semakin menyebar luas ke daerah-daerah lain. Dengan jumlah pasuka yang cukup besar belanda
mulai mengepung bakkara, akhirnya benteng dan istana Bakkara ditembaki hujatan-hujatan
senjata yang besar. Si singamangaraja berhasi meloloskan diri dan menyingkir. Namun berhasil
diburu belanda. Dengan kekuatannya belanda berhasil menguasai tempat-tempat itu semua.
Juli tahun 1889 Si Singamangaja XII ke Bali angkat senjata. Tetapi tanggal 4 Desember 1899
huta puong jatuh ke tangan belanda. Pasukan Belanda dibawah pimpinan van Daden
mengadakan operasi sapu bersih. Tahun 1907 belanda fokus menangkap si singamangaraja XII.
Taggal 17 junio 1907 belanda berhasil menangkap Si Singamangaraja XII, dalam kleadan
terdesak dia dan putera puteranya melarikan diri. Namun dalam pertempuran tersebut Si
Singamangaraja berhasil tertembak mati, begitu juga puterinya dan kedua puteranya Sutan
Nagari dari Patuan. Dengan demikian berakhirlah perlawanan Batak.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akibat adanya kesewenang – wenangan Bangsa Barat khusnya Portugis dan VOC,
timbullah perlawanan dari rakyat pribumi untuk mengusir dan menghapus segala bentuk
kejahatan, kesewenang – wenangan, dan penjajahan yang tidak berperikemanusiaan tersebut.
B. Saran
Kita sebagai manusia generasi selanjutnya yang telah bebas dari penjajahan seharusnya
selalu menjaganya. Lakukan apa yang terbaik untuk persatuan dan kesatuan Indonesia. Karena
dengan menjaga persatuan Indonesia, kita telah menghormati perjuangan mereka.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Telah dibahas pada bab sebelumnya, Indonesia yang berada di bumi bagian timur ini
memiliki kekayaan alam yang melimpah. Tanah yang subur sehingga memudahkan tumbuhnya
berbagai tumbuhan termasuk rempah – rempah yang menjadi salah satu incaran dari berbagai
penjuru dunia.
Datangnya para Bangsa Barat ke Indonesia menciptakan sejarah yang tak terlupakan dan
terus diabadikan. Berhasilnya mereka mendapatkan tujuannya inilah awal dari adanya sejarah
rakyat Indonesia. Bangsa Barat memiliki kepandndaian dan kelicikan sehingga mereka dapat
mengusai Nusantara dengan berbagai cara. Tidak berhenti di situ, mereka juga menjajah dengan
mengeksploitasi kekayaan Indonesia dengan memanfaatkan tenaga manusia pribumi tanpa
memberi upah.
Kesewenang – wenangan inilah yang menimbulkan perlawanan dari rakyat pribumi di
berbagai daerah untuk mengusir dan menghapuskan penjajahan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perang melawan hegomoni dan keserakahan kongsi dagang?
2. Bagaimana perang melawan penjajahan kolonial belanda?
C. Tujuan
1. Mengetahui perang melawan hegomoni dan keserakahan kongsi dagang
2. Mengetahui perang melawan penjajahan kolonial belanda