Anda di halaman 1dari 7

Kelompok 4

Perang Melawan
Hegemoni dan
Keserakahan Kongsi
Dagang

Dibuat Pada Tgl


15 September 2022
Data anggota kelompok 4
1. M.Sayid Alvin MuhaFizin
2. Muhammad Rizki Ramadhani
3. M.Zulfikri
4. Ravi Arif musyaffa
5. Salsabila Putri

Pengertian Hegemoni Dan


kongsi dagang
Hegemoni adalah suatu kemenangan yang didapatkan melalui sebuah mekanisme konsensus
ketimbang melalui suatu penindasan terhadap kelas sosial lainnya.

Kongsi dagang adalah gabungan dari beberapa usaha dagang

Berikut ini beberapa daerah melakukan perlawanan


Hegemoni dan Keserakahan Kongsi Dagang
1. Aceh Versus Portugis dan VOC
Perang antara Aceh melawan Portugis terjadi sejak tahun 1523. Perang Aceh Portugis
dilatarbelakangi oleh keinginan Portugis untuk menguasai perdagangan di wilayah Aceh.
Pertempuran berakhir tanpa ada pihak yang berhasil menaklukkan lawannya. Untuk lebih
jelasnya, yuk pahami penjelasan berikut. Perang antara Aceh dan Portugis terjadi pada tahun
1523 - 1629. Perang tersebut terjadi dilatarbelakangi oleh ambisi Portugis untuk menguasai
perdagangan di wilayah Aceh. Perang diawali oleh serangan Portugis pada tahun 1523, terhadap
Aceh dengan tujuan untuk menaklukkan dan menguasai Aceh. Namun dalam serangan tersebut,
Portugis mengalami kegagalan dan harus kembali ke Malaka sebagai pusat kedudukannya di
Nusantara. Sebagai pembalasan dan usaha untuk mengusir Portugis dari Malaka, pasukan Aceh
menyerang Portugis di Malaka pada tahun 1568. Namun, serangan ini gagal lantaran kekutan

1
militer Portugis lebih tangguh. Pada tahun berikutnya yaitu 1569, Portugis kembali membalas dan
menyerang Aceh namun dapat digagalkan pula oleh pasukan Aceh. Pada masa kepemimpinan
Sultan Iskandar Muda, pasukan Aceh kembali mencoba melakukan serangan untuk mengusir
Portugis dari Malaka pada tahun 1629. Namun serangan tersebut kembali digagalkan oleh
tentara Portugis. Pada akhirnya kedua belah pihak tidak ada yang berhasil menaklukkan
lawannya. Hal itu karena pada akhirnya Portugis dikalahkan oleh VOC yang bersekutu dengan
Kesultanan Johor pada tahun 1641.

2. Maluku Angkat Senjata


Awal mula Maluku angkat senjatadimulai saat masuknya Portugis di Maluku pada tahun 1521 di
wilayah Ternate.Menurut Sejarah Indonesia: Masuknya Islam Hingga Kolonialisme (2020) karya
Ahmad Fakhri Hutauruk, terjadi pertemuan antaa bangsa Spanyol dan Bangsa Portugis hingga
melahirkan perjanjian Saragosa dan Spanyol keluar dari Maluku.Dengan keluarnya Spanyol dari
Maluku, maka Portugis secara leluasa memonopoli perdagangan di Maluku. Keserakahan dan
ketamakan Portugis membuat rakyat Maluku angkat senjata

Kedatangan Bangsa Belanda ke Maluku disambut dengan tangan terbuka. Hal ini dikarenakan
bahwa bangsa Portugis adalah bangsa yang dimusuhi oleh bangsa Maluku dan bangsa
Belanda.Hingga kemudian bangsa Maluku saling bekerja sama dengan bangsa Belanda untuk
mengusir bangsa PortugisSetelah Portugis meninggalkan Maluku pada tahun 1613, VOC merebut
benteng Portugis yang disebut dengan Benteng Victoria. Hingga kemudian mendirikan benteng
baru yang dinamakan Benteng Oranje.

Maluku angkat senjata melawan VOC yang paling fenomenal adalah di Tidore pada tahun 1779.
Perlawanan ini dipimpin oleh Sultan Nuku setelah tertangkapnya Sultan Jamalludin.

Sultan Nuku melakukan strategi Politik Devide et Impera, sama dengan taktik yang dilakukan
bangsa barat untuk melawan Belanda. Cara yang dilakukan adalah dengan cara menghasut
orang Inggris untuk mengusir VOC.

Setelah berhasil, Sultan Nuku menyerang bangsa Inggris untuk keluar dari Maluku. Upaya ini
berhasil mempertahankan Maluku dari bangsa barat hingga akhir hayatnya

Setelah kepergian Inggris karena perjanjian Traktar London, Belanda kembali menguasai
Indonesia pada awal abad ke 19. Adanya Belanda di Maluku justru menambah kesengsaraan
bagi rakyat Maluku.Rakyat Maluku tidak mau terus menderita dibawah keserahahan bangsa
belanda, oleh karena itu, perlu mengadakan perlawanan untuk menentang kebijakan belanda di
bawah pimpinan komando Thomas Matulessy atau biasa disebut Kapitan Pattimura.Kapitan

2
Pattimura mengawali peperangan dengan menyerang pos-pos dan benteng Belanda di Saparua
pada 16 Mei 1817. Penyerangan tersebut membuahkan hasil, Kapitan Pattimura berhasil kmerebut
Benteng Duurstede.Belanda dengan kekuatan lebih 200 prajurit di bawah pimpinan Mayor
Beetjes menyerang Pattimura dan pasukannya di Saparua. Upaya perebutan kembali benteng
Duurstede dan Saparua dapat digagalkan oleh Pattimura dan pasukannya.Kemenangan dalam
pertempuran lain juga didapatkan oleh Pattimura di sekitar pulau Seram, Hatawano, Hitu, Haruku,
Waisisil dan Larike.

3 .Perlawanan sultan agung melawan j.p.coen


Latar belakang perlawanan Sultan Agung melawan J. P. Coen (Gubernur VOC saat itu) antara lain
adalah:

VOC melakukan monopoli perdagangan. Tindakan ini bukan hanya merugikan perdagangan
Kerajaan Mataram namun juga menyengsarakan rakyat pribumi.

• VOC sering kali melakukan tindakan menghalang-halangi kaal dagang milik Kerajaan Mataram
yang hendak beraktivitas di Malaka.

• VOC enggan mengakui kedaulatan dariKerajaan mataram.

• Eksistensi VOC di Batavia merupakan ancaman besar untuk masa depan PulauJawa.

Kronologis perlawanan Sultan Agung melawan J. P. Coen (Gubernur VOC saat itu) antara lain
adalah:.

22 Agustus tahun 1628, di bawah kepemimpinan Tumenggung Baureksa, pasukan Kerajaan


Mataram menyerang VOC di Batavia. Pertempuran sengit tak bisa dihindari. Pasukan Mataram
mendapat banyak bantuan di antaranya pasukan Sura Agul-agul, bantuan Kiai Dipati
Mandurareja, bantuan Upa Santa, bantuan orang Sunda di bawah komando Dipati Ukur dan lain-
lain. Sayangnya, persenjataan VOC yang modern memberi mereka kemenangan. Pada
peperangan ini, Tumenggung Baureksa wafat.

• Tahun 1629, pasukan Mataram kembali berangkat untuk menyerang VOC di Batavia. Tetapi

VOC mengetahui hal ini sehingga mereka lebih dahulu menghadang pasukan tersebut saat
masih dalam perjalanan. Namun pasukan Mataram tak menyerah dan tetap maju menyerang
Batavia. Merkea berhasil menghancurkan Benteng Holandia.

3
• 21 September 1629, berhembus kabar J. P. Coen wafat sehingga pasukan Mataram semakin
bersemangat menghancurkan VOC. Sayangnya, sekali lagi, senjata yang lebih modern membuat
pasukan Mataram bisa dilemahkan. Serangan kedua, gagal.

4. Perlawanan banten
Perlawanan rakyat Banten terhadap Belanda terjadi pada masa pemerintahan Sultan Ageng
Tirtayasa. Perlawanan tersebut dilatar belakangi oleh tindakan VOC yang sering memblokade
jalur perdagangan serta perairan Banten. Akibat dari tindakan VOC tersebut, hubungan antara
Banten dengan VOC semakin memanas. Pertempuran antara Kesultanan Banten dan VOC tak
dapat dihindarkan. VOC selanjutnya mendirikan benteng Noordwijk sebagai upaya pertahanan.
Sedangkan Banten membangun saluran irigasi yang membentang dari Sungai Untung Jawa
sampai Pontang. Selain berfungsi untuk meningkatkan pertanian, saluran irigasi juga digunakan
untuk memudahkan transportasi perang. Namun dalam perkembangannya, keadaan di
Kesultanan Banten semakin memanas setelah adanya politik adu domba yang dilakukan VOC
ketika Sultan Haji diangkat sebagai raja pembantu. Hal tersbut selanjutnya memunculkan konflik
internal antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan Sultan Haji. Tanpa berpikir panjang, Sultan Haji
segera membentuk persekutuan dengan VOC untuk merebut kekuasaan di Kesultanan Banten.
Pada tahun 1681 VOC atas nama Sultan Haji berhasil merebut Kesultanan Banten. Istana
Surosowan berhadil dikuasai pasukan VOC dan Sultan Haji.

5. Perlawanan gowa
Pada Tanggal 7 Juli 1667, meletus Perang Gowa. Tentara VOC dipimpin oleh Cornelis Janszoon
Spelman, diperkuat oleh pengikut Aru Palaka dan ditambah orang-orang Ambon di bawah
pimpinan Jonker van Manipa. Kekuatan VOC ini menyerang pasukan Goa dari berbagai penjuru.
Beberapa serangan VOC berhasil ditahan pasukan Hasanuddin. Tetapi dengan pasukan
gabungan disertai peralatan senjata yang lebih lengkap, VOC berhasil mendesak pasukan
Hasanuddin. Benteng pertahanan tentara Gowa di Barombang dapat diduduki oleh pasukan Aru
Palaka. Hal ini menandai kemenangan pihak VOC atas kerajaan Gowa. Hasanuddin kemudian
dipaksa untuk menandatangani Perjanjian Bongaya pada tanggal 18 November 1667, yang isinya
antara lain sebagai berikut.Gowa harus mengakui hak monopoli VOCSemua orang Barat, kecuali
Belanda harus meninggalkan wilayah GoaGowa harus membayar biaya perangSultan
Hasanuddin tidak ingin melaksanakan isi perjanjian itu, karena isi perjanjian itu bertentangan
dengan hati nurani dan semboyan masyarakat Gowa atau Makassar. Pada tahun 1668 Sultan
Hasanuddin mencoba menggerakkan kekuatan rakyat untuk kembali melawan kesewenang-

4
wenangan VOC itu. Namun perlawanan ini segera dapat dipadamkan oleh VOC. Dengan sangat
terpaksa Sultan Hasanuddin harus melaksanakan isi Perjanjian Bongaya. Bahkan benteng
pertahanan rakyat Gowa jatuh dan diserahkan kepada VOC. Benteng itu kemudian oleh Spelman
diberi nama Benteng Rotterdam.

6. Riau angkat senjata


Ambisi untuk melakukan monopoli perdagangan dan menguasai gerbagai daerah di nusantara Kerajaan-
kerajaan kecil semakin terdesak oleh pemaksaan monopoli dan tindakan sewenang-wenang dari VOC.
Perlawanan di riau adalah perlawanan yang di lancarkan oleh kerajaan siak sri indrapura. Raja Siak
Sultan Abdul jalil Rahmat syah memimpin rakyatnya untuk melawan VOC. Dalam suasana konfrontasi
dengan VOC itu, Sultan Abdul jalil Rahmat Syah wafat. Sebagai gantinyya diangkatlah putranyayang
bernama Muhammad abdul jalil muzafar syah. pada tahun 1751 berkobar perang melawan VOC. Dengan
cara membuat benteng pertahanan di sepanjang jalur yang menghubungkan sungai Indragiri, Kampar
sampai pulau guntung yang berada di muara sungai siak. Oleh karena itu segera dipersiapkan kekuatan
yang lebih besar untuk menyerang VOC. Raja indra dan panglima besar tengku muhammad ali. Dalam
serangan ini di perkuat dengan kapal perang "Harimau Buas" yang dilengkapi dengan lancang serta
perlengkapan perang secukupnya. Dengan demikian pasukan siak sulit menembus benteng pertahaanan
itu. Namun banyak pula jatuh korban dari VOC, sehingga nendatangkan bantuan kekuatan termasuk juga
orang-orang cina. Pertemuran hamper berlangsung satu bulan. Melihat situasi yang demikian itu kedua
panglima perang siak menyerukan pasukannya untuk mundur kembali ke siak. Sultan Siak bersama para
panglima dan penasihat mengatur siasat baru. Siasat perang ini tidak terlepas dari jasa raja indra
pahlawan. Oleh karena itu atas jasanya raja indra pahlawan diangkat sebagai penglima besar kesultanan
siak dengan gelar :"panglima perang raja indra pahlawan datuk lima puluh❞

7. Orang Orang cina berontak


VOC adalah organisasi perdagangan Belanda yang ada di Indonesia dan VOC juga
mendatangkan orang-orang Cina ke Indonesia dalam rangka meningkatkan kegiatan
perdagangan yang terjadi di Indonesia. Namun, orang-orang Cina yang datang ke Indonesia,
tepatnya di pulau Jawa ini tidak semuanya merupakan orang kaya dan bahkan didominasi oleh
golongan tidak mampu sehingga membuat banyak orang Cina tersebut yang menjadi pengemis
dan cenderung mengganggu di Batavia. Melihat hal ini, VOC membuat peraturan bahwa semua
orang Cina harus memiliki surat pas atau surat izin untuk bisa bermukim di Batavia yang
ditetapkan memiliki harga dua ringgit. Akhirnya banyak orang Cina yang ditangkap oleh VOC
karena tidak memiliki surat izin tersebut hingga akhirnya orang-orang Cina membuat kelompok
pemberontakan. Pada tahun 1740, terjadi kebakaran dan VOC langsung menyalahkan peristiwa

5
tersebut kepada orang-orang Cina dan melakukan pembunuhan kepada orang-orang Cina.
Hingga Oey Panko atau dikenal dengan Ki Sapanjang dibantu oleh Pakubuwana 2 yang
memimpin perlawanan terhadap VOC yang ada di pulau Jawa. Benteng VOC pada tahun 1741
diserang yang membuat VOC membuat perundingan damai dengan Pakubuwana 2. Sikap
Pakubuwana II yang demikian ini telah menambah panjang barisan orang-orang yang kecewa
dan sakit hati di lingkungan kraton. Kondisi ini pula yang telah mendorong VOC kemudian
melakukan intervensi politik di lingkungan istana.

8. Perlawanan Pangeran Mangkubumi dan Mas Said


Tahun 1743 Pangku Buwono Il memberikan serta menyerahkan pantai Utara dari pulau Jawa
kepada VOC. Raden mas Said dan pangeran Mangkubumi tidak terima dengan hal tersebut.
Karena pantai Utara pulau Jawa tersebut merupakan wilayah pelabuhan dagang yang menjadi
pelabuhan dagang yang mampu menjadi sumber pendapatan utama dari kerajaan Mataram.
Selain hal itu, pangeran Mangkubumi melawan Paku Buwana II karena sebagi Raja ia tidak
mampu menempati janjinya untuk menyerahkan daerah Sukawati atau sekarang disebut dengan
Sragen. Bahkan pada saat pertemuan para bangsawan di istana, pangeran Mangkubumi
dipermalukan oleh gubernur J.V. Imhoff pada tahun 1746. Pada saat perang dimulai posisi
Pangku buwana Il diganti oleh anaknya Pangku buwana III. Pangeran Mangkubumi dan Raden
Mas Said menggunakan taktik gerilya untuk melawan VOC. Saat pertempuran terjadi di sungai
Bogowonto banyak pasukan VOC yang binasa. Bahkan pimpinan mereka De Clerk meninggal
dunia. Perang ini diakhiri dengan ditandatanganinya perjanjian Gayanti pada tahun 1755.

Latar belakang dari perang ini adalah penyerahan pantai Utara Jawa kepada VOC. Padahal
pantai Utara tersebut menjadi pelabuhan dagang yang memberi pendapatan untuk kerajaan
Mataram. Oleh karena itu, Raden mas said dan Mangkubumi menyerang VOC dan Pangku
buwana II yang nanti akan digantikan oleh Pangku buwana III. Perang ini dapat diakhiri dengan
ditandatanganinya perjanjian Gayanti pada tahun 1755.

Punya pertanyaan??

Anda mungkin juga menyukai